Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

KATARAK
1. Pengertian Asuhan Gizi pada Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien katarak
Katarak yang sistematis, dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
2. Asesmen/Pengkajian: Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Antropometri Dietisien asesmen gizi lebih lanjut.
Mengkaji data antropometri Berat Badan, Tinggi Badan,
Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi).
Biokimia Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti HB, BSS,
HbSag, Uric Acit, data laboratorium lain terkait gizi (bila
ada).
Klinis/Fisik Mengkaji adanya Mual, Muntah, Batuk, Anoreksia.
Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan,
bentuk makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS
(kualitatif dan kuantitatif).
Riwayat Personal Mengkaji
- Riwayat penggunaan suplemen makanan,
- Riwayat Sosial, Ekonomi dan Budaya,
- Riwayat Penyakit Dahulu, Penyakit Saat Ini, Riwayat
Penyakit Keluarga,
- Riwayat Status Kesehatan Mental serta Status Kognitif.
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) Tidak cukupnya asupan per oral berkaitan dengan
menurunnya kemampuan mengkonsumsi makanan karena
tidak napsu makan, sesak ditandai dengan estimasi
asupan energi dan protein dari diet kurang dari kebutuhan,
tidak berminat makan dan lemah (NI 2-1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan Berat
Badan Ideal sesuai Tinggi Badan Actual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 10-25% dari energi total
4. Karbohidrat 60-75% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Makanan bervariasi
7. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari
makan pagi, siang, malam.
8. Jenis Diet makan saring/lunak/biasa/enteral/parenteral
9. Makanan tidak merangsang saluran cerna.
10. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.
b. Implementasi Pemberian Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan
Makanan preskripsi diet.
c. Edukasi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien,
d. Konseling Gizi keluarga pasien dan penunggu pasien (care giver).
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain yaitu dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga
kesehatan lain terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu
monitor hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan gizi, demam, tidak napsu
makan, mual
d. Asupan Makanan Pasien
Melihat kembali kondisi pasien awal masuk RS setelah
kunjungan awal (pada hari ke 2 atau ke 3 perawatan)

6. Re Asesmen (Kontrol untuk melihat keberhasilan intervensi sesuai hasil


kembali) monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali pulang
maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai kepatuhan
diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
7. Indikator (Target yang akan Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur
dicapai/Outcome) (TB/U), Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan
(BB/TB), Indek Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U),
Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Tahun 2004, Instalasi Gizi Perjan RS D.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien
Indonesia.
2. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
8. Kepustakaan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tahun
2014.
3. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
Kementerian Kesehatan RS, Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai