Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jalan Balai Kota No…Telp/Fax (0402) 2810118
PASARWAJO

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KABUPATEN BUTON
No.

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB.BUTON

MENIMBANG : a. Bahwa dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit umum daerah Kabupaten Buton
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan gizi
yang bermutu.
b. Bahwa agar pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum
Kab. Buton bisa terlaksana dengan baik,maka perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buton sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rumah Umum
Daerah Kabupaten Buton
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buton
MENGINGAT : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44
tentang Rumah Sakit.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Gizi.
MEMPERHATIKAN : Perlunya usaha untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di RSUD.Kab. Buton

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN BUTON TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT UMUM KAB.
BUTON
KEDUA : Kebijakan pelayanan Gizi Rumah sakit Restu Ibu
sebagaimanana tercantum dalam lampiran keputusan
ini.
KETIGA : Pembinaa dan pengawasan penyelenggara pelayanan
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Buton
dilaksanakan oleh

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,


dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan Di : Pasarwajo
Pada tanggal : Januari 2019

DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004
Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kaabupaten Buton

Nomor. Tentang Kebijakan Pelayanan Gizi

1. Peralatan dilakuan pemeliharaan dengan baik dengan kalibrasi secara


berkala.
2. Pelayanan harus berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
3. Petugas Ahli Gizi wajib memiliki ijin sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Setiap melakukan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
sesuai dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar operasional
prosedur yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan dilaksanakan dalam 2 shift. Dengan ketentuan sbb :
Pagi : 05:00 – 12:00
Siang : 12:00 – 19.00
7. Penyediaan tenaga kerja harus mengacu pada pola ketenagaan yang ada.
8. Untuk melakukan koordinasi dan evaluasi wajib melakukan rapat tutin
minimal 1 minggu sekali.
9. Pengelolaan makanan sesuai dengan program KPPIRS dan K3.
10. Melakukan monitoring mutu makanan dan minuman.
11. Monitoring kesehatan pegawai instalasi gizi sesuai program kesehatan
karyawan.
12. Membuat laporan mingguan, bulanan dan tahunan.
13. Skrining Gizi
a. Skrining gizi dilakukan oleh orang yang berkompeten untuk
melakukan skrining gizi,yaitu ahli gizi Rumah Sakit Daerah
Kab.Buton.
b. Skrining gizi dilakukan pada semua pasien rawat inap.
c. Skrining gizi dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah
pasien masuk rumah sakit.
d. Skrining gizi dilakukan dengan membagi pasien menurut criteria
umur dengan menggunakan tool masing-masing, yaitu:
 Anak : STAMP (Screening Tool for the Assessment of Malnutrition
in Paediatric)
 Dewasa : MUST (Malnutrition Universal Screening Tool)
 Lansia : MNA (Mini Nutrition Assessment)
e. Setelah pasien dilakukan skrining, pasien yang mengalami
malnutrisi dilakukan asuhan gizi lebih lanjut oleh ahli gizi
14. Asuhan Gizi.
a. Asuhan gizi lanjut dilakukan oleh orang yang berkompeten untuk
melakukan skrining gizi, yaitu ahli gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Kab. Buton.
b. Asuhan gizi dilakukan pada pasien yang mengalami malnutrisi yang
didapatkan dari hasil skrining gizi.
c. Asuhan gizi dilakukan mulai asesmen pasien meliputi pengkajian data
antropometri, biokimia, fisik klinis, dan dietary, kemudian dilanjutkan
dengan menegakkan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan
evaluasi
15. Kegiatan pelayanan Konsultasi Gizi dilaksanakan oleh petugas gizi yang
tersertifikasi.
16. Petugas gizi harus menuliskan nama dan tanda tangan pada lembar
pelayanan yang disediakan setelah melakukan pelayanan terhadap
pasien.
17. Petugas gizi harus melakukan identifikasi, komunikasi dan penjelasan
mengenai makanan yang diberikan kepada pasien.
18. Instalasi gizi bertanggung jawab atas laporan secara berkala sesuai
dengan aturan yang ditetapkan baik untuk kepentingan internal
ataupun eksternal.
19. Instalasi gizi bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan dan
laporan indikator rumah sakit yang ditetapkan.
20. Seluruh pelayanan gizi berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
21. Instalasi gizi Rumah sakit Restu Ibu menerima mahasiswa magang.
22. Instalasi gizi dapat menerima pesanan catering dari dalam dan dari luar
rumah sakit.

Ditetapkan di : Pasarwajo
Pada tanggal : Januari 2019

DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004
PROSEDUR PEMESANAN MAKANAN PASIEN DARI RUANG
RAWAT INAP KE UNIT GIZI

NO. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1

Tgl Terbit. DIREKTUR


STANDAR
RSUD KABUPATEN BUTON
PROSEDUR
OPRASIONAL
(SPO)
dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004

Pengertian Pemesanan Makanan dari ruang rawat inap ke istalsi gizi


merupakan serangkaian kegiatan dalam permintaan makanan
pasien yang meliputi berbagai proses antara lain berupa
permintaan berupa bon makanan pasien,pencatatan di kertas
permintaan makanan pasien di ruang rawat inap ,serta
pencatatan di buku makan administrasi Instalasi Gizi
Tujuan Agar Pasien dapat di pastikan telah tercatat memesan
makanan danj menerima makanan sesuai dengan kebutuhan
dan status gizi pasien
Kebijakan Setiap pasien yang dirawat harus dipastikan telah tercatat
memesan makanan setiap hari. Pemesanan makanan untuk
pasien di sesuaikan dengan kebutuhan dan status gizi pasien.
Prosedur 1. Pemesan haruis dating di ruang rawat inap disertakan
bon makanan pasien
2. Petugas Gizi Ruasngan Mencatat di formulit
permintaan makanan pasien sesuai dengan diitnya.
3. Bon makan serta daftar permintaan makan pasien baru
dicatat di ruang administrasi Instalasi Gizi
4. Petugas Administrasi Instalasi Gizi mencatat di buku
permintaan makan lalu di pesan di dapur Instalasi Gizi
untuk di keluarkan.
5. Masing-masing petugas Gizi Ruangan mengambil
makanan sesuai dengan daftar permintaan makanan
pasien dari ruang rawat inap.

Unit terkait 1. Instalasi Rawat Inap


2. Unit Gizi
PENYUSUNAN MENU

NO. Dokumen No. Revisi Halaman


1/2
STANDAR Tgl Terbit. DIREKTUR
PROSEDUR RSUD KABUPATEN BUTON
OPRASIONAL
(SPO)
dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
Pengertian Rangkaian dari beberapa macam hidangan atau masakan yang
di sajikan untuk pasien setiap[ kali makan berupa susunan
menu pagi, menu siang, menu sore dengan variasi menarik,
memenuhi selera , cita rasa dan kebutuhan gizi.
Tujuan Tersedia siklus menu yang sesuai dengan klasifikasi pelayanan
yang ada di rumah sakit
Kebijakan Setiap menu makanan pasien disediakan secara reguler,
disusun menurut siklus menu 10 hari dengan
mempertimbangkan standar kebutuhan gizi, pola menu, social
budaya, ketersediaan anggaran , fasilitas sarana dan
prasarana. (Sesuai dengan surat keputusan di rektur rumah
sakit Umum Daerah Kab.Buton tentang penetapan pedoman
pelayanan Gizi)
Prosedur 1. Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri
dari ahli gizi/dietisen dan tenaga pemasak
2. Kumpulkan tanggapan /keluhan konsumen mengenai
menu dengan cara menyebarkan koisioner
3. Buat rincian macam dan jumlah konsumen yang akan
dilayani
4. Kumpulkan data dan peralatan perlengkapan dapur
yang tersedia
5. Sesuaikan penyusunan mnenu dengan macam dan
jumlah tenaga
6. Perhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim,
iklim, dan pasar
7. Tetapkan siklus menu yang akan dipakai
8. Kumpulkan berbagai jenis hidangan dan kelompokkan
berdasarkan jenis makanan sehingga memungkinkan
variasioo yang lebih banyak
9. Susun pola menu dan master menu yang memuat garis
PENYUSUNAN MENU

NO. Dokumen No. Revisi Halaman


2/2
STANDAR Tgl Terbit. DIREKTUR
PROSEDUR RSUD KABUPATEN BUTON
OPRASIONAL
(SPO)
dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
besar frekwensi penggunaan bahan makanan harian
dengan siklus menu yang berlaku
10. Masukkan hidangan variasi yang serasi warna, komposisi,
konsistensi bentuk dan variasinya, kemudian lauk nabati,
sayur buah dan snack
11. Lakukan uji coba untuk mengetahui tanggapan pasien
12. Buat perbaikan menu bila ada menu yang tidak disukai
pasien
13. Menu siap untuk digunakan
Unit Terkait Instalasi Gizi
EDUKASDI GIZI KELUARGA PASIEN YANG MEMBAWA
MAKANAN DARI LUAR RUMAH SAKIT

NO. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
STANDAR Tgl Terbit. Di tetapkan oleh :
PROSEDUR RSUD KABUPATEN BUTON
OPRASIONAL
(SPO) dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
Pengertian Edukasi gizi keluarga pasien yang membawa makanan dari luar
rumah sdakit adalah penjelasan yang di berikan kepada pasien
dan keluarga apabila ingin membawa dari luar rumah sakit
.Penjelasan tersebut mengenai makanan yang boleh dan tidak
boleh di berikan kepada pasien sehubungan dengan diet serta
penyakitnya.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan
kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk menukar
makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah
sakit tanpa menyalahi jumlah takaran ,jenis makanan, bentuk
dan prinsip diet serta tetap mempertahankan higene makanan.
Kebijakan 1. UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab VIII. Gizi
pasal 141-143
2. Buku Asuhan Gizi persagi 2011
3. Buku Pedoman pelayanan gizi Rumah Sakit tahun 2018

Prosedur 1. Edukasi gizi diberikan oleh Ahli Gizi RSUD.Kab.Buton


2. Berikan informasi kepada pasien atau keluarga pada saat
kunjungan awal pasien baru. Apabila pasien ingin membawa
makanan dari luar rumah sakit agar menginformasikan
kepada ahli gizi jenis makanan yang akan diberikan kepada
pasien.
3. Ahli gizi akan menilai makanan yang ditawarkan dari luar
apakah dapat diberikan kepada pasien.
4. Ahli gizi memberikan edukasi kepada keluarga pasien
mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh di konsumsi
sesuai dengan prisip diet, bahan penukar dan higene
makanan serta tetap memotivasi untuk memprioritaskan
dari rumah sakit.
Unit Terkait 1. Bidang Medis
2. Bidang Keperawatan
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Balai Kota No…Telp/Fax (0402) 2810118
PASARWAJO

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB.BUTON


Nomor :

TENTANG
KEBIJAKAN PEDOMAN ASUHAN GIZI RSUD.KAB.BUTON
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB. BUTON

MENIMBANG : a. Bahwa pelayanan gizi di RSUD.Kab.Buton


merupakan salakah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang sangat penting.
b. Bahwa sehubungan dengan maksud tersebut diatas
perlu dibuat kebijakan pedoman asuhan gizi dan di
tetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Derah Kab. Buton.

MENGINGAT : 1. Undang-undang republic Indonesia No. 36 Tahun


2009 tentang kesehatan (Lembaga Negara Republik
Indonesia) tahun 2009 nomor 144, tambahan
Lembaran Republik Indonesia nomor 5063
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009 tentang kesehatan (Lembaga Negara Republik
Indonesia) tahun 2009 Nomor 153, tambahan
lembaran Republik Indonesia Nomor 5072.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2014 tentang tenaga kesehatan
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 144/Menkes/Per/2010 tentang regisrasi
Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1096 /Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasa Boga
6. Peraturan Peraturan Mentri Kesehatan Repoblik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 tentang pekerjaan
dan peraktek kerja Gizi
7. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56/Menkes/Per/III/2014 tentang klafikasi
dan perjalanan Rumah Sakit
8. Peratyran Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 2014 tentang kewajiban Rumah
Sakit dan kewajiban pasien
Keputusan Menti Kesehan Republik Indonesia Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higene
Sanitasi Jasa Boga
9. Keputusan Mentri Republik Indonesia Nomor
374/Menkes/SK/III/2007/ tentang Standar Profesi
Gizi
10. Keputusan Mentri Kesehan Republik Indonesia
Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar
pelayanan minimal Rumah Sakit.
11. Keputusan Mentri kesehatan Republik
IndonesiaNomor432/Menkes /SK/IV / 2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Kerja(K3)
di Rumah Sakit
12. Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia
Npmor 1087/Menkes/SK/VIII/ 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan kerja di
rumah Sakit
13. Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia
Npmor 1493/Menkes/SK/X / 2010 tentang
penepatan kelas Rumah Sakit Umum Keluarga
Sehat

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KAB.BUTON TENTANG KEBIJAKAN
PEDOMAN ASUHAN GIZI RUMAH SAKLIT UMUM
DAERAH KAB.BUTON

Pertama : Memberlakukan kebijakan pedoman Asuhan Gizi RSUD


Kab.Buton
Kedua : Kebijakan Pedoman Asuhan Gizi RSUD.Kab. Buton
sebagaiman dimaksud dalam Diklu,m Kesatu
tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga : Kebijakan Pedoman Asuhan Gizi RSUD.Kab.Buton
sebagaimana tercantum dalam Diktu kesatu harus
dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan
Gizi RSUD.Kab.Buton
Keempat : Anggaran yang timbul dari kebijakan pedoman asuhan
gizi RSUD.Kab.Buton dalam diktu kesatu dibebankan
kepada anggaran belanja RSUD Kab.Buton
Kelima : Keputusan Ini Berlaku semenjak di tetapkan dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
salah penempatan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Pasarwajo
Pada tanggal : Januari 2019

DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI RSUD KAB.BUTON

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI


RSUD KAB.BUTON

KEBIJAKAN UMUM :
1. Pelayanan Instalasi Gizi dilaksanakan dalam 2 shift yaitu shif pagi dan
shift siang
2. Pelayanan di Instalasi Gizi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
kesel;amatan pasien
3. Peralatan di Instalasi Gizi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku ,etika profesi , peraturan rumah sakit
dan menghormati hak pasien
5. Semua petugas Instalasi Gizi wajiib memiliki ijin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 RS (keselamatan kerja, kebakaran, dan
kewaspadaan bencana)
7. Penyediaan tenaga di instalasi Gizi harus mengacu kepada pola
ketenagaan
8. Untuk melaksanakan kordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal bulan sekali
9. Setiap bulan Instalasi Gizi wajib membuat lapioran kinerja

KEBIJAKAN KHUSUS :
1. Pelayanan Gizi rawat inap yaitu melakukan asuhan gizi rwat inap mulai
dari penyediaan makanan pasien ,konsultasi,dan penyuluhan gizi rawat
inap.
2. Semua penyelenggaraan makanan untuk pasien tersedia secara reguler
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan di RSD.Kab.Buton.
3. Pelaynan Gizi RSUD.Kab.Buton menyediakan makanan bagi pasien
yang konsisten dengan kondisi dan pelayanannya.
4. Pengadaan bahan makanan dan barang yang mendukung proses
pelaksanaan kegiatan atau bahan makanan kering dan basah sesuai
dengan anggaran belanja tahunan Instalasi Gizi.
5. Penerimaan barang atau bahan makanan dicek sesuai permintaan dan
spesifikasi.
6. Penyimpanan bahan makanan disesuaikan dengan jenis dan cara
penyimpanan dengan system FIFO (Fist in fist out). FEFO (fist Expired
fist out) sesuai denggan ketentuan yang telsh ditetapkan rumah sakit.
7. Bahan makanan kering, bahan makanan basah dan bahan makanan
jadi digunakan dengan memperhatikan masa kadarluarsanya.
8. Produk Nutrisi enteral disimpan sesuai dengan rekomendasi pabrik.
9. Sebelum memberikan makanan kepada pasien, semua pasien rawat
inap telah memesan makanan yang di sesuaikan dengan status gizi dan
kebutuhan pasien.
10. Makanan yang di simpan, Diolah dan disiapkan di instalasi gizi dengan
cara mengurasi resiko kontaminasi dan pembusukan.
11. Makanan yang di simpan, Diolah dan disiapkan di pengolahan
makanan milik RSUD.Kab.Buton selain Instalasi Gizi dengan cara
mengurasi resiko kontaminasi dan pembusukan.
12. Pengelolaan produsi dan distribusi makanan dengan sistem sentralisasi
( terpusat) sesuai dengan alur kerja gizi yang tlah ditetapkan oleh
RSUD.Kab.Buton
13. Distribusi makanan secara tepat waktu,dan memenuhi permintaan
khusus.
14. Praktek Pelaksanaan pelayanan gizi memenuhi peraturan dan
perundangan yang berlaku.
15. Penentuan prekripsi diet (order diet) awal,preskripsi diet lanjutan dan
perubahan atau penambahan diet di ruang rawat inap dilakukan oleh
DPJP yang berkodinasi dengan ahli Gizi.
16. Kegiatan skrining resiko nutrisi dilakukan oleh perawat maksimal 1x24
jam sejak pasien baru masuk, dan apabila dditemukan pasien dengan
resiko nutrisi akan dilakukan asesmen gizi.
17. Pasien dengan risiko nutrisi dan kondisi khusus mendapat terapi gizi.
18. Respon pasien terhadap terapi nutrisi di monitor dan dicatat dalam
rekam medic.
19. Pemberian penyuluhan dan konsultasi gizi pasien dan keluarga
berdasarkan hasil asesmen pasien,permintaan pasien dan keluarga,
serta rujukan dari dokter yang merawat.
20. Apabila keluarga pasien menyediakan makanan, maka petugas akan
memberikan edukasi tentang pembatasan diet pasien.
21. Penangan alat makan pasien dengan penykit infeksi menular akan
dipisahkan dari alat makan pasien dengan penyakit yang tidak
menular,sesuai dengan ketentuan.
22. Penelitian,pengembangan gizi terapan dan monitoring ,evaluasi dan
peninkatan mutu pelayanan gizi dilakukan berdasarkan indikar mutu
pelayanan gizisesuai dengan prokram peningkatan mutu
RSUD.Kab.Buton.
23. Kerjasama instalasi Gizi dengan suplier diatur didalam perjanjian
kerjasama atau MOU sesuai dengan ketentuan.
24. Pemilihan ,perbaikan ruang dan alat dilakukan secara terprogram dan
kontinyu diatur didalam program kerja tahunan gizi menjadi tanggung
jawab bagi seluruh mitra gizi dengan bantuan petugas Instalasi
pemeliharaan prasarana Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Pasarwajo
Pada tanggal : Januari 2019

DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004
PERSIAPAN BAHAN MAKANAN

NO. No. Revisi Halaman


Dokumen 1/1
STANDAR
PROSEDUR Tgl Terbit. DIREKTUR
OPRASIONAL RSUD KABUPATEN BUTON
(SPO)
dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
Pengertian Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan
penanganan bahan makanan yaitu meliputi berbagai
proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya..
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
persiapan bahan makanan serta bumbu-bumbu
sebelum dilakukan kegiatan pengolahan
Kebijakan 1. Penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi harus
selalu berorientasi kepada mutu dan keamanan
pangan serta keselamatan pasien.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib
mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
3. Penyelenggaraan makanan dilakukan sesuai dengan
pola menu yang telah ditentukan dalam peraturan
pemberian makan di Rumah Sakit

Prosedur 1. Lihat daftar menu dan jumlah konsumen pada hari


tersebut.
2. Siapkan trolly dan wadah untuk pengambilan bahan
makanan ke gudang bahan makanan.
3. Lakukan timbang terima bahan makanan dengan
petugas administrasi dengan melakukan
penimbangan bahan makanan.
4. Bawa bahan makanan ke ruang persiapan.
5. Bersihkan bahan makanan dan perlakukan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Masukkan ke dalam wadah selanjutnya dibawa ke
ruang pengolahan
Unit terkait Instalassi Gizi
SPO
PENYIMPANAN MAKANAN
(BASAH, KERING, NUTRISI ENTERAL)

NO. No. Revisi Halaman


Dokumen 1/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Tgl Terbit. DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON
(SPO)

dr.RAMLI CODE, M.MKES


PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
Pengertian Penyimpanan bahan makanan adalah satu tata cara
menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan
makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas di ruang penyimpanan.
Tujuan 1. Mempertahankan kondisi bahan makanan yang
disimpan
2. MNelayani kebutuhan macam dan jumlah bahan
makanan agar setip waktu diperlukan dapat dilayani
dengan tepat dan cepat dengan cara yang efisien
3. Persediaan bahan makanan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup.
Kebijakan 1. Bahan makanan kering disimpan dalam gudang
bahan makanan kering sesuai aturan yang berlaku
2. Pengeluaran bahan makanan dilakukan oleh petugas
gudang menurut aturan yang berlaku
3. Penyimpanan produk nutrisi enteral ditempatkan
pada almari kaca khusus diruang penyimpanan pada
suhu ruang
4. Suhu ruang penyimpanan dicek secara berkala
Prosedur 1. Petugas gizi menerima barang dfan bahan makanan
kering dari unit giz RSUD.Kab.Buton dan mencatat
dalam kartu stok
2. Petugas giz menata bahan di dalam rak lemari
diruang penyimpanan kerring
3. Petugas gizi menyimpan produk susu enteral
SPO
PENYIMPANAN MAKANAN
(BASAH, KERING, NUTRISI ENTERAL)

NO. No. Revisi Halaman


Dokumen 2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Tgl Terbit. DIREKTUR
RSUD KABUPATEN BUTON
(SPO)

dr.RAMLI CODE, M.MKES


PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
disimpan dalam almari kaca
4. Petugas gizi mengeluarkan bahan makanan dfari
gudang dengan mendahulukan bahan yang diterima
terlebih dahulu dan masa kadarluarsa terlebih
dahulu
5. Petugas gizi mencatat pengeluaran barang dalam
kartu stok
6. Petugas gizi mencatat suhu ruang penyimpanan
setiap pagi dan siang hari pada kartu pencatatan
suhu
7. Petugas gizi memesan barang keunit gizi
RSUD.Kab.Buton apabila stok minimal.
Unit Terkait Instalasi Gizi
PEMASAKAN ATAU PENGOLAHAN MAKANAN

NO. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1

STANDAR Tgl Terbit. DIREKTUR


PROSEDUR RSUD KABUPATEN BUTON
OPERASIONAL
(SPO)
dr.RAMLI CODE, M.MKES
PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212 1004
Pengertian Kegiatan mengubah atau memasak bahan makanan mentah
menjadi makanan yang siap dimakan , berkualitas dana man
untuk dikonsumsi
Tujuan 1. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan
makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
tekstur, dan penampilan makanan (kualitas
makanan)
4. Bebas dari bahan potensial dan zat yang berbahaya
bagi tubuh
Kebijakan Perlu dilakukan tata cara pengolahan yang benar
untuk merubah bahan makanan menjadi makanan
yang berkualitas tinggi melalui proses yang berkaitan
dengan persiapan bahan makanan, pemaskan dan
penyaluran makanan
Prosedur 1. Syrat-syarat penjama makanan :
1.1 Mencuci makanan sebhhelu bekerja, sesudah
menangani bahan makanan mentah/kptpr,
setelah dari kamar kecil, setelah dipergunakan
unmtuk menggaruk, batuk atau bersin dfan
setelah makan
1.2 Tidak boleh merokok selama bekerja
1.3 Memakai tutup kepala, kuku tidak panjang dan
menggunakan periasan
1.4 Menggunakan baju kerja sesuai ketentuan dan
diganti setiap hari meliputi baju koki, apron,
topi, masker,serta memakai safety shoes
1.5 Tidak diperbolehkan kontak langsung dengan
makanan
1.6 Tidak melakukan kebiasaan yang tidak hygiene
selama mengolah makanan seperti mengorek
hidung, menggaru-garuk, meludah

Prosedur 2. Persiapan
2.1 Menyiapkan tempat, alat dan
wadah
2.2 Menyiapkan form periancian
makanan pasien dan daftar menu
2.3 Menyiapkan bumbu dan bahan
makanan yang akan diolah
3. Pengelompokan masakan
3.1 Pengolahan makanan vip
3.2 Penolahan makanan klas 1,2,3
3.3 Penolahan makanan diit
3.4 Pengelohan buah
3.5 Pengolan snack
3.6 Pengolahan makanan enteral/cair
4. Prosedur Pengolahan :
4.1 Juru Masak menyiapkan bumbu
dan bahan makanan sesuai dengan
jumlah pada form perincian makanan
4.2 Juru masak memasak makanan
sesuai dengan daftar menu
4.2.1 Setiap maskan yang sudah
matang harus dilengkapi dengan
sendok saji
4.2.2 Juru masak ahli gizi dan pengawas
mencicipi hasil maskan dengan
menggunakan sendok makan yang
terpisah dengan sendok saji.
Adapun cara mencicipinya yaitu
menuangkan masakan dari sendok
saji kesendok makan.Sendok
untuk yang untuk mencicipi tidak
diperbolehkan untuk mengambil
makanan lagi. Sendok untuk
mencicipi diletakkan ditempat
cucian
4.2.3 Jurumasak dan ahli giz berdikusi
mengenai rasa masakan
4.2.4 Rasa masakan harus sesuai
standar
4.2.5 Apabila rasa masakan belum
sesuai maka ditambahkan dengan
bumbu kembali sampai rasa
masakan sesuai standar
4.2.6 Pengawas mencatat hasil masakan
pada form pemeriksaan hasil
masakan yang ditandatangani oleh
juru masak dan ahli gizi
4.2.7 Masakan yang sudah matang dan
sesuai standar disiapkan dimeja-
meja distribusi.

Unit Terkait Juru masak dan ahli Gizi


SPO
PENYAJIAN DAN DISTRIBUSI MAKANAN PASIEN

NO. NO. Dokumen


SPO Dokumen SPO
STANDAR STANDAR
PROSEDUR PROSEDUR
OPRASIONAL OPRASIONAL
Tgl Terbit. Di tetapkan
RSUD KABUPATEN BUTON

dr.RAMLI CODE, M.MKES


PEMBINA IV/a
NIP.19720116 200212
1004

Pengertian Distribusi makanan pasien adalah tata cara untuk


mendistribusikan makanan/minuman kepada
pasien dengan tepat sasaran, tepat diit dan tepat
waktu dengan menggunakan komunikasi yang
terstandar.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
mendistribusikan makanan pasien sesuai dengan
pola menu dan diitnya.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas sarana dan prasarana gizi menyiapkan
peralatan pasien sesuai dengan jumlah pasien,
kelas perawatan, dan siklus menu.
2 Sertakan etiket makan pada peralatan yang
disiapkan yang mencantumkan data nama
pasien, ruang perawatan, kamar/bed, dan jenis
diit.
3. Bagian pengolahan memorsikan makanan pasien
sesuai dengan diitnya pada waktu yang telah
ditentukan.
4. Koordinator bagian pengolahan melakukan
pengecekan ketepatan diit pada setiap makanan
yang sudah diporsikan dengan cara mengecek
kesesuaian diit yang ditulis pada fooding list
dengan hidangan yang diporsikan.
5. Koordinator bagian pengolahan menyerahkan
makanan yang sudah lolos pengecekan kepada
pramusaji.
6. Serah terima tersebut disaksikan kedua belah
pihak, dimana koordinator bagian pengolahan
menunjukkan kesesuaian diit yang telah
diporsikan dengan diit yang tertulis pada fooding
list kepada pramusaji.
7. Pramusaji memasukkan makanan ke dalam trolly
sesuai dengan area pendistribusiannya
8. Antar dan distribusikan makanan pasien
menurut jadwal
sebagai berikut:
- Makan Pagi : Pukul 07.00
- Selingan Pagi : Pukul 09.30
- Makan Siang : Pukul 12.00
- Selingan Sore : Pukul 15.30
- Makan Malam : Pukul 18.00
9. Pramusaji masuk ke ruang perawatan
pasien/kamar pasien dengan mengetuk pintu dan
ucapkan salam “Assalamualaikum, Bapak / Ibu“.
10. Lakukan identifikasi pasien dengan
mengucapkan “Mohon maaf, Bapak/Ibu bisa
menyebutkan nama dan tanggal lahir
Bapak/Ibu?” (Pasien/keluarga menyebutkan
identitasnya).
11. Pramusaji memperkenalkan diri dan
beritahukan kegiatan yang akan dilakukan
“Bapak/Ibu....(sebut nama), saya pramusaji yang
bertugas di ruang ini, nama saya…(sebut nama).
Saya akan menyajikan makan pagi/siang/malam
untuk Bapak/Ibu dengan menu….(sebut semua
menu secara lengkap)”.
12. Pramusaji membawakan makanan/minuman
pasien dan meletakan di meja makan pasien
sambil mempersilahkan pasien untuk makan.
“Silahkan untuk dinikmati”.
13. Setelah selesai melaksanakan tugasnya,
pramusaji berpamitan pada pasien: ”Permisi
Bapak/Ibu….(sebut nama) saya mohon pamit,
Wassalamu’alaikum.

Unit terkait Instalassi Gizi


PEMERINTAH KABUPATEN BUTON
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Balai Kota No…Telp/Fax (0402) 2810118
PASARWAJO

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


NOMOR :
TENTANG
PEDOMAN TERAPI GIZI RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT
MENIMBANG :
a. Bahwa terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap
kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien
serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
b. Bahwa terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan
ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan
yang bermakna pada kehidupan pasien.
c. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan
dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien

MENGINGAT :
1. UU nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. UU nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/ 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No.
HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 maret 2007 tentang Pembentukan Tim Terapi
Gizi di RS.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU:Pedoman tentang Pedoman Terapi Gizi Rumah Sakit sebagaimana
terlampir dalam surat keputusan ini
KEDUA: Surat Keputusan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan
evaluasi minimal 1 tahun sekali.
KETIGA: Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan
dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :
Tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama
TEMBUSAN Yth :
1. Kepala Instalasi Gizi
2. Manajer Penunjang Medis
3. Manajer Pelayanan Medis
4. Manajer Keperawatan
5. Arsip

Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit


Nomor :
Tanggal :

BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan dan gizi merupakan factor yang sangat penting untuk menjaga
kualitas hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status
gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh
cukup zatzat gizi. Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh
memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa
Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien
menderita
kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu
adanya
terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
mempercepat
penyembuhan dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan
pasien.

Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan
bagian dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang
diselenggarakan secara tepadu dengan upaya pelayanan gizi promotif,
preventif dan rehabilitatif.

Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di


rumah sakit yang disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter
spesialis, dokter, dietisien, perawat ruangan, seta ahli farmasi yang
mempunyai komitmen terhadap pelayanan gizi klinik.

Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi
dan memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa
penelitian seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan
bahwa intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi

BAB II
PENGERTIAN, TUJUAN, PRINSIP DASAR DAN LANDASAN HUKUM

A. PENGERTIAN
Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi
pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun. Terapi gizi
medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang
memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada
kehidupan pasien.

B. TUJUAN
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan
pasien. Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat
gizi pasien, diharapkan akan:
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai
status gizi optimal.
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian.

C. PRINSIP DASAR
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam
dan komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual
dan tepat. Pasien harus dilibatkan dalam menentukan tujuan terapi. Hasil
dari terapi gizi medis dievaluasi dengan baik sampai mencapai tujuan terapi.
Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan
kondisi pasien.
4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya
sendiri.

Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
proses pengobatan meliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Selain itu konsistensi dan jenis makanan disesuaikan dengan
penerimaan pasien.

Pelaksanaan terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamis mengikuti


perkembangan klinis pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter,
dietisien, perawat dan petugas lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan
Tim Asuhan Gizi di rumah sakit.

D. LANDASAN HUKUM
1. UU 23/1992 tentang Kesehatan.
2. UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. UU 29/2004 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
5. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No.
HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 maret 2007 tentang Pembentukan Tim Terapi
Gizi di RS.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.

BAB III
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu
organisasi yang dapat melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan
kepuasan pasien.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
berdasarkan bukti klinis, teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dan dampaknya.

C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan
diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi
klinik serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota
Tim Terapi Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan
penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli
farmasi.

Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat
pengorganisasian dan jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:

D. PERAN DAN FUNGSI


1. Pelayanan Pasien Rawat Inap
Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang membutuhkan
terapi gizi oral, enteral maupun parenteral, serta pengawasannya melalui visite
tim.

2. Pencatatan dan Pelaporan


Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing
anggota.

3. Program Kemitraan
- Menyusun program terapi terpadu bersama dokter-dokter yang merawat atau
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
- Menyusun pertemuan berkala
- Menyusun program kerjasama di bidang penelitian dan pendidikan bersama
unit-unit terkait di dalam maupun di luar rumah sakit.
BAB IV
PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

A. PROSES TERAPI GIZI


Tahapan langkah proses terapi gizi terdiri dari skrining/penapisan, kajian,
diagnosis medis dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi
(intervensi gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi,
penyusunan rencana ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah
tersebut bertujuan untuk memberi dampak terapi yang optimal bagi pasien
dan mempunyai keefektifan biaya.

1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan diit awal oleh dokter. Skrining gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrusi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah
pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker
dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun,
sakit kritis dan sebagainya.

Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk RS. Metoda skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit. Contoh metoda skrining antara lain Malnutrition
Universal Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools (MST),
Nutrition Risk Screening (NRS), dan sebagainya.

Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka


dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah-langkah
Proses Asuhan Gizi Terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik
atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dikakukan skrining ulang setelah 1
minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan Proses
Asuhan Gizi Terstandar.

2) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang
gizi, mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu,
proses ini merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai
berikut.
a. Assesmen/Pengkajian gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu:
1) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diit saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas
fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran
asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.

2) Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi.

3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik pada individu yang dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain pengukutan tinggi badan (TB), berat badan (BB). Pada kondisi
tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan, Tinggi Lutut
(TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit, Lingkar kepala, dan lain
sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks Massa Tubuh
(IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB. BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk
dirawat dan lakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat
minimal setiap 7 hari.

4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Cotoh
beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi
gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.

5) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi:
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
b) Sosial budaya, meliputi status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama,
situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial.
c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat
penyakit dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik atau
risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental serta
kemampuan kognitif
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik
dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan
terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES
atau Problem-Etiologi dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan
menjadi tiga domain, yaitu:
1. Domain Asupan
Adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi,
cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun
perenteral dan enteral.

2. Domain Klinis
Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ.

3. Domain Perilaku/Lingkungan
Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses keamanan makanan

c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi, yaitu:
1) Perencanaan Intervensi
Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari
intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diit dan strategi
pelaksanaan (implementasi) Perencanaan intervensi meliputi:
a) Penetapan tujuan intervensi
b) Preskripsi diit
c) Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi
individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuensi
makan/jadwal pemberian diit, jalur makanan.

2) Implementasi intervensi
Diitisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada
pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga
termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat
menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi
gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan
keberhasilan implementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi.
Empat langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu:
1) Monitor perkembangan, antara lain: mengecek pemahaman dan ketaatan
diit pasien, mengecek asupan makan, menentukan apakah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status gizi pasien
tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status hemodinamik serta kondisi
metabolik pasien, dan mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain.
2) Mengukur hasil.
3) Evaluasi hasil.
4) Pencatatan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain
Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan Asessment Diagnosis
Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME). Format ADIME merupakan model
yang sesuai dengan langkah PAGT.

e. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu
mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling
diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk
mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus dilaksanakan oleh pasien
sesuai dengan penyakit dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim
sesuai dengan kompetensinya.

BAB V
PENUTUP

Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi
penyembuhan pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat
dan biaya perawatan.

Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi


Gizi dalam bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi
Gizi, meningkatkan profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien
dipisahkan dari biaya perawatan, sehingga biaya gizi merupakan bagian dari
biaya makan pasien.

Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar
pelayanan rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga
mutu pelayanan gizi RS dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.
SPO
PENGKAJIAN GIZI PASIEN TIDAK BERESIKO
(PERENCANAAN TERAPI NUTRISI PASIEN TIDAK
BERESIKO)

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Pengkajian Gizi pasien tidak berisiko merupakan kegiatan
mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisa data
untuk identifikasi masalah gizi pada pasien tidak berisiko yang
terkait dengan aspek asupan gizi dan makanan, aspek klinik
dan aspek perilaku-lingkungan serta penyebabnya..
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
mengumpulkan data awal pasien, menegakkan diagnosis gizi
pasien, menentukan langkah untuk menganalisa kebutuhan
gizi dan menetapkan intervensi gizi pasien..
Kebijakan 1. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit meliputi kegiatan
penyelenggaraan makanan, kegiatan asuhan gizi dan kegiatan
penelitian dan pengembangan gizi.
2. Kegiatan asuhan gizi disesuaikan dengan keadaan pasien
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, serta status
metabolisme pasien. Setiap petugas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.
3. Kegiatan asuhan gizi meliputi pengkajian status gizi/riwayat
gizi, penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam dan jenis
dit, konseling dan penyuluhan gizi baik secara individu
maupun kelompok, pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut.
Prosedur 1. Kajian nutrisi awal dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan Form Pengkajian Keperawatan Umum melalui
wawancara, observasi dan pengukuran antropometri pasien.
2. Jika hasil kajian nutrisi awal menunjukkan pasien tidak di
rujuk ke Instalasi Gizi, maka lanjutkan dengan kegiatan
asuhan gizi dan didokumentasikan dalam integrated note /
formulir catatan terpadu.
3. Ikuti perkembangan gizi pasien.
4. Pengkajian gizi ulang dilakukan setelah 7 (tujuh) hari
kemudian dengan menggunakan Formulir Skrining Gizi.
Unit terkait Semua unit terkait

SPO
PENGKAJIAN GIZI PASIEN BERESIKO (PERENCANAAN
TERAPI NUTRISI PASIEN BERESIKO

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Pengkajian gizi pasien berisiko merupakan kegiatan
mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisa data
untuk identifikasi masalah gizi pada pasien berisiko yang
terkait dengan aspek asupan gizi dan makanan, aspek klinik
dan aspek perilaku-lingkungan serta penyebabnya.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
mengumpulkan data awal pasien, menegakkan diagnosis gizi
pasien, menentukan langkah untuk menganalisa kebutuhan
gizi dan menetapkan intervensi gizi pasien..
Kebijakan 1. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit meliputi kegiatan
penyelenggaraan makanan, kegiatan asuhan gizi dan kegiatan
penelitian dan pengembangan gizi.
2. Kegiatan asuhan gizi disesuaikan dengan keadaan pasien
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, serta status
metabolisme pasien. Setiap petugas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.
3. Kegiatan asuhan gizi meliputi pengkajian status gizi/riwayat
gizi, penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam dan jenis
dit, konseling dan penyuluhan gizi baik secara individu
maupun kelompok, pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut.
Prosedur 1. Kajian nutrisi awal dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan Form Pengkajian Keperawatan Umum melalui
wawancara, observasi dan pengukuran antropometri pasien.
2. Jika hasil pengkajian mengarahkan pasien untuk dirujuk ke
Instalasi Gizi, maka lanjutkan dengan kegiatan asuhan gizi
berdasarkan Proses Asuhan Gizi Terstandar yang
didokumentasikan dalam Formulir Asuhan Gizi Pasien Rawat
Inap dan ikuti perkembangan status gizi, asupan makan dan
perjalanan penyakit pasien.
3. Pengkajian gizi ulang dilakukan setelah 7 (tujuh) hari
kemudian dengan menggunakan Formulir Skrining Gizi.

Unit terkait Semua unit terkait

SPO
ASUHAN GIZI RAWAT INAP (PEMBERIAN TERAPI NUTRISI
RAWAT INAP

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Asuhan gizi rawat inap adalah proses pelayanan gizi yang
diberikan kepada pasien untuk membantu meningkatkan
kualitas kesehatan pasien guna mempercepat proses
kesembuhannya
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
proses asuhan gizi rawat inap.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Pengkajian nutrisi awal dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan hasil penilaian pasien dinyatakan berisiko atau
tidak berisiko terjadi masalah gizi.
2. Pengkajian gizi ulang dilakukan oleh ahli gizi.
3. Ahli gizi melakukan kegiatan asuhan gizi berdasarkan
Proses Asuhan Gizi Terstandar dan mengumpulkan data
antara lain:
a. Hasil pemeriksaan antropometri
b. Hasil pemeriksaan klinis dan fisik
c. Hasil pemeriksaan biokimia
d. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya
4. Dokumentasikan kegiatan asuhan gizi pada formulir
integrated note/formulir catatan terpadu pasien rawat inap.
5. Ahli gizi menentukan diagnosis gizi dan menyusun prioritas
tindak lanjut masalah gizi yang ditemukan.
6. Ahli gizi mempelajari diit yang telah ditentukan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
7. Ahli gizi menerjemahkan diit yang telah disepakati antara
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan Ahli Gizi ke
dalam susunan hidangan makanan pasien. Ahli gizi
memberikan konsultasi gizi kepada pasien/keluarga tentang
diit pasien tersebut selama dirawat.
8. Ahli gizi mengevaluasi asupan diit pasien dengan
menggunakan formulir pengamatan sisa makanan (comstock)
dan mencatat dalam Formulir Asuhan Gizi. Intervensi gizi lebih
lanjut dilakukan jika terdapat masalah gizi yang belum
terselesaikan, misal dengan memodifikasi makanan pasien
atau merubah konsistensi/bentuk diit pasien. Setiap kali ahli
gizi mengajukan rekomendasi perubahan diit dikomunikasikan
kepada Dokter Penanggung Jawab
9. Pasien (DPJP) dan didokumentasikan ke dalam integrated
note/formulir catatan terpadu. Selanjunya ahli gizi
menyampaikan perubahan diit kepada perawat untuk ditulis
dalam buku catatan perawatan pasien.
10. Perawat turut berperan serta dalam mengevaluasi diit
pasien dengan mendokumentasikan masalah gizi yang terjadi
ke dalam integrated note/formulir catatan terpadu.
Unit terkait Semua unit terkait

SPO
PENANGANAN KELUHAN PASIEN TERHADAP PELAYAN
GIZI
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian 1. Penanganan keluhan pasien adalah suatu proses, tata cara
atau tahapan penyelesaian keluhan pasien terhadap pelayanan
gizi Rumah Sakit melalui bagian Humas.
2. Keluhan pasien adalah masukan, saran, keluhan, komplain
dari pasien dan atau keluarganya baik yang berupa tertulis
maupun lisan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelaksanaan
penanganan keluhan pasien/keluarganya sehingga setiap
keluhan yang masuk dapat dikoordinir untuk ditangani dengan
baik..
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi harus selalu
berorientasi kepada mutu dan keamanan makanan dan
keslamatan pasien/konsumen.
2. Evaluasi kegiatan penyelenggaraan makanan dilakukan
secara berkala.

Prosedur
1. Instalasi Gizi menerima keluhan dari pasien/keluarga
pasien melalui perawat ataupun bagian Humas.
2. Jika keluhan pasien tersebut disampaikan melalui bagian
Humas, maka Instalasi Gizi menerima resume keluhan
tersebut dalam formulir keluhan pasien/keluarga yang
dikirimkan langsung oleh Bagian Humas.
3. Instalasi Gizi menyusun kronologis peristiwa yang
dimaksud.
4. Instalasi Gizi melalui Penanggungjawab Pelayanan Gizi /
Kepala Instalasi Gizi memberi penjelasan pada pasien/keluarga
sebagai tindak lanjut keluhan yang telah disampaikan.
Unit terkait Semua unit terkait

Anda mungkin juga menyukai