Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN DISCHARGE PLANNING

RUMAH SAKIT
PINNA
JL. KARANG SATRIA NO 4-5
BEKASI
021-8827554/0813 82083754
Email :rspinnabekasi@gmail.com

1
RUMAH SAKIT PINNA
Jl. KarangSatria No. 4-5 Tambun Utara, Bekasi
Telp. (021)8827554/0813 82083758
Email :rspinnabekasi@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PINNA


NOMOR :075/PERDIR/RSP/IX/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN DISCHARGE PLANNING
DIREKTUR RUMAH SAKIT PINNA

Menimbang ;
a. Pelayanan bagi pasien di RS.PINNA yang optimal dan sesuai standar perlu
ditetapkan panduan disharge planning di RS.PINNA.
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan mendukung terwujudnya
Bahwa agar pelayanan dirumah sakit dapat terlaksana dengan baik perlu adanya
peraturan direktur tentang panduan discharge planning.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2
diatas perlu ditetapkan dengan peraturan Direktur RS.PINNA

Mengingat ;
1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
2. Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
4. Undang – Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Undang – Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
6. Peraturan Mentri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minima RS
7. Permenkes NO. 269/2008 Tentang Rekam Medis
8. Peraturan Mentri Kesehatan No. 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin
Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
9. Keputusan Mentri Kesehatan Republik INDONESIA No.
1333/Menkes.SK/XII/1999, Tentang Standar Pelayanan RS
10. Kepmenkes No. 108 Tahun 2010 Tentang Standar K3 RS

2
Memutuskan :
Menetapkan :
Kesatu : Pemberlakuan panduan discharge planning.
Kedua : Memberlakukan panduan discharge planning di rumah sakit pina
sebagaimana tercantum dalam lampiran direktur ini.
Ketiga : Panduan discharge planning merupakan acuan bagi seluruh tenaga
medis dalam rangka memenuhi kebutuhan dishrage planning terhadap
pasien yang memerlukan.
Keempat : Segala biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan dibebankan
anggaran biaya RS PINNA.
Kelima : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya akan dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya
ditetapkan.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 08 September
2019
Mengetahui

Direktur RS PINNA

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..3


BAB I DEFINISI ……………………………………………………...………....4
BAB II RUANG LINGKUP ………………………………………………...…..6
A. Pemberi Layanan Discharge Planning……………………………………...…6
B. Penerima Disharge Planning ………………………………………………….6
C. Prinsip Discharge Planning ………………………………….………………..6
BAB III TATA LAKSANA ………………………………………………..…....8
BAB IV DOKUMENTASI ………………………………………………….….19

4
Lampiran Peraturan Direktur RS PINNA
Tentang : Panduan Discharge Planning
Nomor : 075/PERDIR/RSP/IX/2019
Tanggal : 8 September 2019

BAB I
DEFINISI

Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah


sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial
dan spiritual). Disamping itu pelayanan (asuhan medik dan keperawatan)
seyogyanya dilaksanakan secara berkesinambungan mulai dari seorang pasien
masuk rumah sakit sampai kondisi kesehatannya dapat dipulangkan ke rumah.
Discharge Planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar
rumah sakit, suatu Discharge Planning merupakan proses mengidentifikasi
kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi
keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan
lain. Discharge Planning juga sebagai perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepadapasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya.
Perencanaan pulang (Discharge Planning) seharusnya dilaksanakan mulai
pasien diterima di satu unit pelayanan kesehatan, dimana rentang waktu pasien
menginap dapat diperpendek. Discharge Planning yang efektif mencakup ruang

5
lingkup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan pemberi layanan kesehatan.
Tujuan dilakukan Discharge Planning yaitu :
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau
mencapai fungsi yang maksimal setelah pulang.
2. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk menjamin keberlanjutan
asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi
komunikasi yang efektif.
3. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang telah disepakati.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pemberi Layanan Discharge Planning


Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator
asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah
sakit yang berperan dalam proses Discharge Planning, menyediakan
pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakitlainnya untuk
merencanakan dan mengimplementasikan Discharge Planning.

B. Penerima Disharge Planning

Semua pasien rawat inap di rumah sakit memerlukan Discharge


Planning. Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien
beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan setelah pasien pulang sehingga membutuhkan perencanaan
pulang khusus, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau
pasien dengan kecacatan permanen. Pasien dan seluruh anggota keluarga
harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan.
C. Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke


lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
1. Discharge Planning merupakan proses multidisiplin, dimana
sumber-sumbermemberi pendapat untuk merencanakan pemenuhan
kebutuhan pasien setelah keluar dari Rumah Sakit.
2. Prosedur Discharge Planning harus dilakukan secara konsisten pada
semua pasien.
3. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan
adekuat.
4. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang
harus diperhatikan.

7
5. Penyusunan rencana pemulangan harus didiskusikan antara tim
kesehatan dengan pasien dan keluarga sebagai care giver.
6. Pertimbangan unsur kepercayaan dan budaya dalam menyusun
Discharge Planning.

8
BAB III
TATA LAKSANA

Discharge Planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di rumah


sakit. Discharge Planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah. Proses Discharge planning mencakup
kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya dan ekonomi. Proses Discharge
planning dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu :
1. Tahap I : Saat pasien masuk yaitu mengenai pengkajian fisik psikososial,
status fungsional, kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi
pasien serta pemahaman pasien dan keluarga dari disiplin klinis lainnya
seperti fisioterapis atau
ahli gizi.
2. Tahap II : Fase Diagnostik, yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan
mengenai kondisi pasien serta penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik
pasien itu.
3. Tahap III : Fase Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan sudah
adanya perkiraan kapan pasien pulang dengan melakukan pendidikan
kesehatan dan diskusi mengenai rencana ke depannya setelah pasien
pulang.
4. Tahap IV : Fase Recharge, yaitu saat pasien akan pulang dengan
melakukan diskusi dengan keluarga pasien mengenai pengawasan pada
pasien di luar Rumah Sakit.

Proses Discharge Planning melibatkan dokter, perawat, fisioterapis, ahli


nutrisi, farmasi, organisasi atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit, serta wali
dan keluarga pasienPerkiraan Waktu Pemulangan Pasien ditetapkan sedini
mungkin (maksimal kurang dari 48 jam setelah pasien diadmisi) untuk
mengantisipasi gangguan dan hambatan saat proses pemulangan dan dievaluasi
Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien tersebut setiap hari. Perkiraan waktu

9
pemulangan pasien terdokumentasi dalam status rekam medik yaitu pada formulir
Discharge Planning.

10
Berikut tahap yang harus diperhatikan pada saat proses pemulangan pasien, yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian awal mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang pasien, keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses ini agar transisi
dari rumah sakit ke rumah dapat berlangsung efektif. Pengkajian awal
dilakukan untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien saat akan
dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana asuhan pasien, termasuk
perkiraan lamanya dirawat dan perkiraan hari pulang.
Perawat melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga sesegera
mungkin mengenai rencana tempat yang akan dituju pasien setelah
dipulangkan dari Rumah Sakit. Perawat juga memberikan edukasi tentang
kondisi klinis, rencana asuhan pasien, dan rencana pemulangan sesuai dengan
yang diperlukan. Diskusikan dengan pasien dan care giver sejak pasien
masuk sebagai pasien rawat inap.
a. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana memberikan terapi di rumah,
penggunaan alat-alat kesehatan di rumah, larangan/batasan akibat
gangguan kesehatan, kemungkinan terjadinya komplikasi.
b. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga kondisi lingkungan
rumah yang mungkin menghambat perawatan pasien.
c. Berdiskusi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya tentang
perawatan di rumah.
d. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan di
luar rumah sakit.
e. Kaji penerimaan pasien terhadap batasan akibat masalah kesehatan.
f. Kaji kebutuhan pasien setelah pemulangan dengan petugas kesehatan.

2. Penentuan Masalah
Penentuan masalah didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga.

11
3. Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
spesifik pasien berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang pasien yang disingkat dengan METHOD, yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan
untuk kontinuitas perawatan

c. Treatment (perawatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan/perawatan dapat berlanjut
setelah pasien pulang yang dilakukan oleh pasien sendiri atau
keluarganya sebagai care giver
d. Health Teaching (Pendidikan kesehatan)
Pasien yang akan pulang diberikan edukasi bagaimana mempertahankan
status kesehatannya, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan
kebutuhan pengobatan/perawatan tambahan.
e. Outpatient referral
Pasien sebaiknya memahami proses pengobatan/perawatan di rumah
sakit dan dapatmelakukan pengobatan/perawatan yang kontinu.
f. Diet
Pasien diberikan edukasi tentang pembatasan dietnya dan diharapkan
mampumemilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pasien pulang. Informasi tentang perawatan di rumah seperti

12
gambaran tentang jenis pembedahan, pengobatan, status fisik dan mental,
faktor sosial dan kebutuhan lainnya diberikan sebelum pasien
pulang.Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan
penatalaksanaan pada hari pemulangan.
A. Persiapan sebelum hari pemulangan
Dua hari menjelang Proses Kepulangan
 Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari Rumah Sakit.
 Konfirmasi kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas.
 Persiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang
sumber-sumber pelayanan kesehatan di komunitas.
 Tentukan hambatan dan kemauan pasien untuk belajar, adakan sesi
pengajaran kepada pasien dan keluarga sedini mungkin selama pasien
dirawat dirumah sakit (seperti tanda dan gejala penyakit, komplikasi
yang mungkin timbul, obat-obatan, diet, pembatasan aktifitas, latihan
dan perawatan berkelanjutan).
 Berikan leaflet, buku-buku, rekaman video atau jelaskan sumber-
sumber informasi dari internet.
 Komunikasikan rencana kepulangan pasien kepada pasien dan keluarga.

Satu hari menjelang Proses Kepulangan


 Konfirmasi ulang kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas pasien
saat pulang.
 Nilai kondisi klinis pasien.
 Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang
(nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus), alat
bantu/ peralatan kesehatan untuk dirumah

B. Penatalaksanaan pada hari pemulangan

13
 Konfirmasi kondisi klinis pasien layak pulang sesuai dengan kriteria
pemulangan pasien.
 Cek instruksi pemulangan dokter, persiapkan kebutuhan dalam
perjalanan, alat – alat yang dibutuhkan sebelum pasien tiba dirumah.
 Diskusikan dengan pasien dan keluarga jenis transportasi yang akan
digunakan untuk membawa pasien pulang.
 Periksa ruangan dan lemari pasien untuk memastikan barang-barang
pasien tidak ada yang tertinggal.
 Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang
(nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus).
 Melengkapi dokumen ringkasan klinis/resume medis pasien pulang
serta kelengkapan administrasi.
 Rencana kontrol.
 Salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi kesehatan
yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan.
 Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi
meliputi point yang disebutkan diatas dengan metode read-back
(sebutkan kembali).

5. Evaluasi
Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin
kualitas pelayanan. Evaluasi berjalan terus menerus dan membutuhkan revisi
dan juga perubahan. Evaluasi lanjutan dilakukan 3 (tiga) hari sampai dengan
seminggu setelah pasien berada dirumah yang dilakukan melalui telepon ke
rumah.
Berikut kriteria-kriteria pemulangan pasien dan hak pasien, yaitu :
1. Kriteria Pemulangan Pasien
a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
b. Nafsu makan membaik
c. secara klinis tampak perbaikan
d. Tiga hari setelah syok teratasi

14
e. Tidak dijumpai distres pernafasan
f. Hasil Laboratorium dalam batas normal

2. Kriteria pasien yang memerlukan kesinambungan asuhan


Apabila diperlukan pada pemulangan pasien dapat dirujuk kepada
fasilitas kesehatan, baik perorangan ataupun institusi yang berada di
komunitas dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan
kelanjutan pelayanan atau asuhan. Rencana pemulangan yang kompleks
dimulai segera setelah pasien masuk rawat inap.
Berikut ini criteria pasien yang pemulangannya kompleks adalah:
a. Bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah
b. Pasien usia lanjut dengan dementia
c. Pasien dengan gangguan mobilitas sehingga tidak mampu atau
mengalami kesulitan untuk aktivitas kesehariannya
d. Pasien yang masih memerlukan pertolongan untuk melanjutkan
terapi atau perawatan.

3. Hak Pasien Sebelum Pulang


1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis,
asesmen medis, rencana perawatan, detil kontak yang dapat
dihubungi dan informasi relevan lainnya mengenai rencana
perawatan dan tatalaksana selanjutnya.
2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama
dengan kerabat, atau teman pasien.
3) Rancangan rencana pemulangan dinilai sesegera mungkin baik
sebelum / saat pasien masuk rumah sakit.
4) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan
dengan perawatannya dan tersedia di masyarakat.
5) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan
jangka panjang, termasuk dampak finansialnya.

15
6) Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien
membutuhkan bantuan / saran mengenai pemulangannya.
7) Diberikan surat pemulangan yang resmi dan berisi detil layanan yang
dapat diakses.
8) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya
perawatan yang berkesinambungan.
9) Tim discharge planner tersedia sebagai orang yang dapat
dihubungi oleh pasien dalam membantu memberikan saran.
10) Memperoleh akses untuk memberikan komplain mengenai
pengaturan discharge planning pasien dan memperoleh
penjelasannya.
11) Pada pasien yang ingin pulang sendirinya atau pulang paksa
(dimana bertentangan saran dan kondisi medisnya), dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Pasien dapat memahami resiko yang timbul akibat pulang paksa.
b. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulangpaksa dikarenakan kondisi
medisnya.
c. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan gangguan
jiwa.Pemulangan pasien didasarkan atas kondisi kesehatan
pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan
asuhan. Dokter Penanggung Jawab Pasien dan PPA lainnya
yang bertanggung jawab atas asuhan yang diberikan ke pasien.
Pemulangan pasien mempunyai kriteria-kriteria yang sudah
ditentukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien. Pasien
diperbolehkan pulang setelah mendapatkan izin oleh DPJP.
Prosedur Pemulangan Pasien terbagi atas :
1. Pasien diizinkan pulang atau selesai masa perawatan
Yang berwenang memutuskan pasien dapat dipulangkan atau tidak
adalah Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Pasien telah selesai

16
menjalani program perawatan dan hasil kesepakatan yang diinginkan
telah tercapai. Kondisi Klinis yang perlu dipertimbangkan saat
pemulangan pasien:
 Tanda-tanda vital stabil
 Hemodinamik stabil
 Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransi
 Nyeri dapat terkontrol dengan baik
 Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat
 Terapi medikamentosa saat dirumah tersedia
 Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi
 Visit dan konsultasi dokter spesialis on site tidak diperlukan lagi
 Selesai pengobatan

2. Pasien izin meninggalkan dalam periode waktu tertentu


Dalam suatu kondisi tertentu pasien dapat izin meninggalkan ruang
perawatan RS sementara dalam suatu batas waktu tertentu yang
ditetapkan oleh DPJP maksimal 1 x 24 untuk kembali lagi dan menjalani
masa pengobatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan DPJP
dan RS PINNA Pasien mengisi formulir permohonan izin pulang dalam
jangka waktu tertentu dengan mencantumkan alasan kepentingan izin
perawatan tersebut. Sebelum pasien diizinkan meninggalkan ruang
perawatan dipastikan pasien dalam kondisi yang stabil dan sudah
mendapatkan izin dari Dokter Penanggung Jawab Pasien. Pasien dan
keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien dapat masuk
kembali ke dalam program pengobatan, misalnya memberikan nomor
telepon rumah sakit, nomor telepon IGD, atau ambulance yang dapat
diakses atau dihubungi pihak pasien dan keluarga.Apabila pasien sudah
kembali ke ruang perawatan pasien atau keluarga pasien melaporkan diri
ke ruang administrasi rawat inap agar dan kembali ke ruang perawatan.

17
3. Pemulangan Pasien Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
Prosedur permintaan pasien untuk pulang perawatan yang
disebabkan oleh penolakan pasien atas tindakan medik yang
direncanakan atau perawatan yang diberikan oleh rumah sakit meskipun
sudah mendapatkan penjelasan yang cukup. Tujuannya agar adanya
pernyataan tertulis tentang penolakan perawatan yang diberikan untuk
menghindari tuntutan hukum terhadap rumah sakit. Berikut alur
pemulangan pasien atas permintaan sendiri, yaitu :
a. Keluarga atau pasien menyampaikan keinginan bahwa menghendaki
pulang.
b. Perawat mengkaji keluhan, kondisi umum, tanda-tanda vital pasien
(kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas dalam 1 menit,
suhu badan, saturasi oksigen).
c. Perawat menghubungi DPJP melalui telepon dan memberitahukan
bahwa pasien dan keluarga menghendaki pulang dan menyampaikan
pengkajian terakhir. Bila DPJP tidak dapat dihubungi, maka perawat
melaporkan kepada Dokter Jaga atau Case Manager.
d. Perawat atau bidan mendokumentasikan advis dari DPJP atau Dokter
Jaga atau Case Manager.
e. Dokter Jaga/DPJP melakukan visit (anamnesa dan melakukan
pemeriksaan fisik, bila perlu penunjang sesuai persetujuan atau
penolakan pasien dan atau keluarganya).
f.   Dokter Jaga atau Case Manager dibantu perawat menjelaskan pada
pasien dan atau keluarganya :
a) Kondisi terkini pasien.
b) Diagnosa pasien.
c) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan.
d) Advis terakhir dari DPJP.
e) Rencana DPJP untuk perawatan pasien.
f) Resiko pasien PAPS, prosedur PAPS untuk keluarga pasien,
konsekuensi PAPS.

18
g) Terdokumentasi di RM Terintegrasi dan Edukasi Pasien.
g. Bila pasien atau keluarga tetap menghendaki pulang maka pasien
dan atau keluarganya mengisi dan menandatangani Pernyataan
Pulang Atas Permintaan Sendiri.
h. Perawat kembali melaporkan pada DPJP melalui telepon dan
mencatat instruksi dan waktu pelaporan.
i. Perawat memberikan pengantar kepada keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi. Setelah keluarga menyerahkan bukti
penyelesaian administrasi, maka perawat melepas alat medis yang
terpasang.
j. Perawat memberikan kepada pasien dan atau keluarganya :
a) Resume Medis Pasien Pulang
b) Pesanan Pulang : obat yang disertakan saat pulang (beserta dosis
dan cara minum obat), anjuran diet / pembatasan aktivitas /
perawatan diri atau luka, anjuran control atau tindak lanjut setelah
pasien pulang, tanda kegawatan untuk kembali ke rumah sakit.
c) Surat Kontrol
d) Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
e) Obat pulang
k. Perawat menggunting gelang identitas pasien dan mendampingi
pasien dengan kursi roda / brancart sampai ke kendaraan pulang atau
ke ambulance.
l. Perawat melaporkan pada DPJP bahwa pasien telah pulang dan
meminta DPJP untuk melengkapi berkas Rekam Medik yang harus
diisi dan ditandatangani DPJP, bila belum diisi.

4. Pemulangan pasien dikarenakan membutuhkan fasilitas yang lebih


lengkap
a. DPJP melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa
banding.

19
b. DPJP memberikan edukasi kepada keluarga pasien atas kondisi
pasien bahwa pasien akan dirujuk beserta alasan dirujuk.
c. Apabila keluarga pasien bersedia untuk melakukan rujukan maka
keluarga menuliskan lembar persetujuan dan informed consent.
d. Perawat mengkoordinasikan kepada rumah sakit lain yang sesuai
dengan kebutuhan pasien dan memiliki fasilitas yang lebih lengkap.
e. Perawat membuat surat rujukan pasien dan menyiapkan sarana
transportasi.
f. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima
pasien sebelum dilakukan rujukan.
g. Perawat memberikan pengantar kepada keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi dan menyerahkan bukti administrasi
kepada perawat.
h. Pengiriman pasien didampingi oleh minimal perawat dan perawat
wajib memonitoring kondisi pasien sampai pasien berada di rumah
sakit tujuan.

5. Pemulangan Pasien Meninggal Dunia


a. Petugas melaporkan kepada Dokter Jaga bahwa kondisi pasien
mengalami perburukan.
b. Dokter Jaga melakukan visit keruangan untuk melihat kondisi pasien
dan Dokter Jaga memberikan penanganan segera.
c. Dokter Jaga memberikan edukasi kepada keluarga pasien atas kondisi
pasien yang telah mengalami perburukan.
d. Dokter Jaga melaporkan ke DPJP atas kondisi pasien tersebut.
e. Dokter jaga dan perawat melakukan observasi, apabila keadaan umum
pasien belum ada perbaikan dan mengalami perburukan sampai pasien
dinyatakan meninggalkan dunia.
f. Dokter Jaga memberikan edukasi kepada Keluarga pasien bahwa
pasien dinyatakan meninggal dunia dan petugas mendokumentasikan
dalam Surat Kematian yang terintegrasi.

20
g. Perawat memberikan pengantar kepada keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi dan menyerahkan bukti administrasi
kepada perawat.
h. Perawat melakukan serah terima Resume Medis pasien dan Surat
Kematian kepada keluarga pasien.
i. Petugas mentransfer pasien ke kamar jenazah dan keluarga pasien
membawa pulang jenazah sampai kerumah.

21
BAB IV
DOKUMENTASI

Di RS PINNA perencanaan pasien pulang dimulai sejak pasien dirawat dirumah sakit
sebagai pasien rawat inap. Dalam pengkajian awal rawat inap didalamnya terdapat point-
point yang harus dikaji secara berkelanjutan mengenai persiapan kepulangan pasien. Point
tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap hari dan selesai sebelum pasien
pulang.Formulir Discharge Planning ini digunakan untuk mengidentifikasi apakah pasien
tersebut membutuhkan pelayanan medis dan perawatan setelah dilakukan perawatan di
Rumah Sakit.

Pemulangan pasien dilakukan apabila sudah mendapatkan izin pulang Dokter


Penanggung Jawab Pasien sesuai kriteria pemulangan pasien. Sebelum pasien pulang
dipastikan pasien atau keluarga pasien sudah mendapatkan informasi mengenai pelayanan
medis atau keperawatan yang dibutuhkan pada saat pasien sudah pulang atau dirumah dan
menginformasikan jadwal kontrol kembali ke Dokter Penanggung Jawab Pasien dengan
menuliskan formulir pesanan pulang yang akan diberikan kepada pasien atau keluarga pasien.
Pasien atau keluarga pasien wajibmendapatkan salinan ringkasan pasien pulang yang
berisikan indikasi pasien masuk di ruang perawatan, diagnosis, temuan fisik, tindakan
diagnostik, obat yang diberikan selama di perawatan, kondisi pasien, ringkasan memuat
instruksi tindak lanjut, dan tanda tangan pasien atau keluarga yang bertujuan agar pasien atau
keluarga pasien mengetahui tindakan dan pengobatan yang diberikan selama dilakukan
perawatan di RS PINNA

Mengetahui,

Direktur RS PINNA

22
23

Anda mungkin juga menyukai