Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH PURWOKERTO

RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH PURWOKERTO


Jl. Supriyadi No. 22 Ph. (0281) 627228, 627010, 636269 Fax : (0281) 627228
E-mail : rsuhidayah@yahoo.co.id
P U R W O K E R TO

1
RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH
HEALTHCARE INSURANCE PARTNERS
Jl. Supriyadi No. 22 Ph. (0281) 627228, 627010, 636269 Fax : (0281) 627228
E-mail : rsuhidayah@yahoo.co.id
P U R W O K E R T O

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH


PURWOKERTO
NOMOR :
PANDUAN PEMULANGAN PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUUM HIDAYAH

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi pusat kesehatan


masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, maka dianggap perlu adanya Panduan pemulangan pasien
sebagai kebijakan dan langkah – langkah Pelayanan yang digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
b. Bahwa untuk maksud tersebut huruf a diatas perlu dituangkan dan
ditetapkan kebijakan dasar Rumah sakit dengan keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Hidayah.
Mengingat : a. Undang-undang Republik Indonesia no 29 Tahun 2009 tentang
prakter kedokteran
b. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan
c. Undang-undang kesehatan no 44 tentang Rumah sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Kebijakan Dasar Rumah Sakit Umum Hidayah sebagaimana
dimaksud Diktum kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
Kedua : Kebijakan Dasar sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar
digunakan sebagai pedoman oleh Rumah Sakit Umum Hidayah dalam
Penyelenggaraan Pelayanan diRumahSakit Umum Hidayah;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliuran dalam surat
keputusan ini, akan dilakukan perbaikan – perbaikan sebagaimana
mestinya.

2
Ditetapkan di Purwokerto
Pada Tanggal 10 Oktober 2019
Direktur RSU Hidayah

dr. Sigit Dwiyanto


NIK. 339/K/IX/14

3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM HIDAYAH
PURWOKERTO
NOMOR:
012A/RSUH/ARK.040.Pand.Alr.Psi/X
/2019
TENTANG PANDUAN
PEMULANGAN PASIEN RAWAT
INAP
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian

Pemulangan merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi


pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan
kontinuitas perawatan. Dalam pelaksanaan proses perencanaan sistematik tersebut perawat
memiliki peranan penting. (Potter & perry, proses penerimaan dan pemulangan
pasien,2005).
Perencanaan Pemulangan pasien adalah proses memulangkan pasien baik dari rawat
jalan maupun rawat inap yang sudah mendapatkan persetujuan pulang dari DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak terlepas adanya
perencanaan pemulangan pasien di rumah sakit. Perencanaan pemulangan pasien
melibatkan : Dokter Penanggung
 jawab Pelayanan (DPJP) maupun keluarga pasien.

DPJP menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan dan rencana pemulangan


pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medis. Untuk
itu maka dibuatlah resume pemulangan pasien oleh DPJP sebelum pasien pulang dan
didokumentasikan ke dalam berkas rekam medis. Resume pasien pulang dapat diberikan
kepada praktisi kesehatan rujuk.

B. Latar Belakang

Pelayanan dalam pemulangan pasien merupakan pelayanan penting diantara


pelayanan lain di rumah sakit yang wajib diberikan secara optimal guna meningkatkan
4
pelayanan yang memuaskan pasien. Pemulangan pasien terkadang menjadi permasalahan
yang menjadikan keinginan pasien berlawanan dengan perintah atau advis dokter yang
merawat. Ketidakefektifan komunikasi atau komunikasi yang kurang dan panduan yang belum
lengkap atau benar membuat pelayanan pemulangan pasien mendapat kendala atau masalah.
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien termasuk salah satunya merencanakan
kepulangan pasien maka harus diberlakukan panduan perencanaan pemulangan pasien
untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka perlu pelayanan yang terkoordinir yang
melibatkan semua bagian yang terkait salah satunya merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya.
Dalam memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien, termasuk memberikan
informasi kepada pasien maka keluarga pasien juga perlu dilibatkan dari awal pasien
masuk sampai perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan
pasien.
Supaya perencanaan pemulangan pasien berhasil dengan baik, kepulangan pasien tidak
mengalami hambatan dan keadaan pasien secara terus-menerus terpantau, sehingga
pasien telah berhasil mendapatkan perawatan yang di harapkan serta untuk mencapai
tingkat kesehatan yang lebih baik sebelum pasien mendapatkan ijin pulang atau pelayanan
kepulangan maka perlu dibuat panduan pemulangan pasien sebagai acuan untuk petugas
rawat inap dalam melakukan pelayanan kepulangan pasien. Selain itu supaya pasien
mendapatkan kejelasan mengenai kapan pasien mendapatkan kepastian waktu pulang yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta keinginan atau hak pasien atas hak
pulang.
Rumah Sakit Umum Hidayah memiliki komitmen tinggi dalam mewujudkan kepuasan
dalam pelayanan pasien. Hal ini dituangkan dalam panduan pemulangan pasien yang
dibuat sebagai acuan staf Rumah Sakit dalam mengelola kepulangan atau
pemulangan pasien.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk menertibkan kepulangan pasien dengan waktu yang tepat dan disesuaikan
dengan keadaan pasien sekaligus keinginan pasien ataupun yang disebut hak pasien

5
.
2. Tujuan khusus

a. Bahwa supaya pasien paham tentang waktu dan keadaan yang seperti apa pasien
mendapatkan ijin pulang .

b. Bahwa supaya tidak terjadi persepsi pada pasien dipersulit pulang

c. Bahwa supaya petugas dapat melayani pelayanan kepulangan pasien secara


benar.

d. Bahwa supaya pelayanan dalam pemulangan pasien dapat dilakukan sesuai


dengan prosedur yang benar oleh petugas.
e. Menghindari terjadinya keluhan dari pasien, keluarga dan dokter

f. Terciptanya tertib administrasi pemulangan pasien

g. Pasien mengetahui rencana perawatan selanjutnya

D. Sasaran

Semua pasien di Rumah Sakit Umum Hidayah dan petugas jaga.

6
BAB II

RUANG LINGKUP PEMULANGAN PASIEN


:
1. Pasien BLPL (Boleh Pulang)

Pasien BLPL yaitu pasien yang diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat
atau dokter spesialis dan dibuktikan dengan bukti tertulis pada lembar dokter tentang
advis yang menyatakan bahwa pasien tersebut BLPL atau boleh pulang disertai dengan
tanda tangan pada lembar tersebut. Dengan pertimbangan yang sudah dinyatakan oleh
dokter spesialis atau melihat keadaan pasien yang memang sudah dapat dilakukan rawat
jalan atau perawatan dirumah yang nantinya dipantau keadaanya secara berlanjut dengan
kontrol atau kembali periksa kepada dokter spesialis atau dokter yang merawat tersebut sesuai
dengan jadwal yang direncanakan oleh dokter spesialis tersebut
2. Pasien pulang paksa atau atas permintaan pasien (APS)

Pasien pulang paksa atau atas permintaan pasien (APS) yaitu pemulangan pasien
yang dilakukan karena permintaan pasien atau keluarga pasien walaupun tidak adanya
persetujuan dari pihak dokter yang merawat (dokter spesialis). Pemulangan pasien ini
dilakukan dengan pertimbangan atas hak pasien yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Baik
dari pihak Rumah Sakit ataupun dokter spesialis. Karena pasien mempunyai hak memutuskan
sendiri apakah mau dirawat atau tidak,sampai kapan dirawat, dan dimana dirawat.
3.  APS ke rumah sakit lain

Pemulangan pasien APS (ke rumah sakit lain) atau biasa disebut rujuk lepas
yaitu pemulangan pasien atas dasar permintaan dari pasien sendiri atau keluarga pasien
ataupun yang bertanggungjawab untuk pulang dan keluar dari rumah sakit yang
bersangkutan terlebih dahulu dan kemudian pindah kerumah sakit lain sesuai yang
dikehendaki. APS pulang kerumah sakit lain ini berbeda dengan APS untuk minta dirujuk

7
atau dipindah kerumah sakit lain. Pada APS pulang kerumah sakit lain ini,pasien atau
keluarga pasien jelas menginginkan untuk pulang atau keluar terlebih dahulu dari rumah
sakit yang bersangkutan dan menghendaki untuk pindah kerumah sakit lain secara
sendiri (mandiri). Pemulangan pasien APS pada dasarnya harus dilepas semua peralatan
medis yang terpasang dari rumah sakit. Pihak rumah sakit,baik petugas tidak mempunyai
tanggungjawab lagi untuk pasien tersebut.
Pada pasien APS (kerumah sakit lain) inipun harus dilepas semua peralatan
medis yang terpasang dari rumah sakit, dalam keadaan apapun pasien tersebut saat itu.
Pada pasien APS kerumah sakit lain, pihak rumah sakit sebelumnya tetap harus membantu
terlebih dahulu untuk mencarikan tempat di rumah sakit yang diinginkan kepada pasien.
Apabila saat petugas mendapatkan tempat saat membantu mencarikan kamar, kita pihak
rumah sakit sebelumnya harus tetap berkomunikasi kepada pihak rumah sakit yang
diinginkan dan tetap melakukan operan via telepon mengenai laporan tentang keadaan pasien
dan memesankan ruang untuk pasien tersebut dengan memberitahukan kepada petugas rumah
sakit yang dituju bahwa pasien tersebut akan APS dari rumah sakit dan menginginkan
kerumah sakit tersebut sendiri.
Apabila saat kita membantu mencarikan ruang di rumah sakit yang
diinginkan pasien tetapi tidak mendapatkan kamar atau penuh, petugas tetap harus
menjelaskan terlebih dahulu kepada pasien atau keluarga. Apabila keluarga tetap
menginginkan berangkat kerumah sakit yang diinginkan saat itu juga sekalipun sudah
mengetahui bahwa penuh, kita lakukan prosedur APS kepada pasien. Pasien yang
melakukan APS kerumah sakit lain, tidak diperbolehkan menggunakan jasa transportasi
rumah sakit (ambulans), agar pihak rumah sakit tidak dituntut untuk bertanggungjawab
apabila pasien mengalami hal- hal yang tidak diinginkan saat dijalan. Karena status
kepulangan pasien tersebut APS atau tanpa persetujuan dari dokter di rumah sakit.
Pasien harus menggunakan kendaraan sendiri atau pribadi.
4. Pasien meninggal

Pemulangan pasien meninggal yaitu pemulangan pasien dengan keadaan pasien


yang tidak lagi bernyawa atau telah meninggal. Pemulangan pasien meninggal ini
dilakukan karena pasien telah meninggal di rumah sakit karena keadaan pasien yang
tidak dapat lagi diselamatkan oleh petugas tim rumah sakit. Pemulangan pasien meninggal
dapat dilakukan setelah pasien benar-benar dinyatakan telah meninggal oleh petugas yang
disertai dengan bukti hasil dari pemeriksaan medis,misal hasil EKG yang telah flat atau

8
menunjukan bahwa pasien telah meninggal. Atau bisa juga atas dasar pengkajian yang
dilakukan oleh petugas,misal pasien telah henti nafas,tidak lagi teraba nadi karotis,henti
jantung dan adanya tanda-tanda kematian klinis,yaitu batang otak telah membiru, pupil
membesar,dll. Setelah adanya pengkajian tersebut dan petugas atau dokter telah
menyatakan bahwa pasien meninggal, dan petugas telah menuliskan surat kematian,maka
pasien sudah jelas dinyatakan meninggal dan dapat dilakukan pelayanan pemulangan
pasien yang meninggal.

Pada pasien yang telah dinyatakan meninggal pemulanganya harus menunggu


terlebih dahulu minimal 2 jam setelah pasien tersebut dinyatakan meninggal. Pasien harus
ditempatkan dimana tidak berada dengan pasien lain,untuk menghindari kontak langsung
dengan pasien lain atau membuat ketakutan atau mengganggu pasien lain. Pasien yang
telah meninggal untuk menunggu waktu 2 jam sebelum dapat dibawa pulang, dapat
ditempatkan di kamar jenazah. Apabila saat itu dikamar jenazah sedang ada jenazah lain
dan sementara kapasitas kamar jenazah hanya 1 jenazah,maka dapat ditempatkan
diruang lain walaupun itu bukan ruang jenazah,asalkan ruang tersendiri dimana ruang tersebut
tidak berada disatu ruang dengan pasien lain. Saat pasien meninggal harus menunggu waktu 2
jam sesuai prosedur, kemudian petugas membuat surat kematian. Surat kematian diberikan
kepada keluarga pasien  jika keluarga pasien telah menyelesaikan berkas-berkas yang
diperlukan rumah sakit. Pasien yang meninggal dapat diantar kepulanganya setelah 2 jam
terlebih dahulu di rumah sakit dan dapat diantar kepulanganya dengan ambulans rumah
sakit serta diantar oleh petugas rumah sakit (ambulance barzah).

Bisa juga bagi keluarga yang menghendaki dengan kendaraan sendiri, keluarga
dapat membawanya dengan kendaraan pribadi tetapi petugas tidak perlu mengantarnya.
Apabila keluarga tidak mau menunggu dahulu 2 jam sebelum diperbolehkan untuk
dipulangkan, petugas tetap terlebih dahulu memotivasi keluarga dan menjelaskan kepada
keluarga mengapa harus menunggu 2 jam sesuai prosedur rumah sakit. Apabila keluarga tetap
menolak setelah dijelaskan, petugas tetap tidak diperbolehkan melarangnya,tetapi keluarga
dari pasien meninggal harus tanda tangan terlebih dahulu dengan materai pada lembar
penolakan atau pernyataan yang menyatakan bahwa keluarga tidak mau menunggu 2 jam
sesuai prosedur walaupun sudah dijelaskan dan petugas sudah memotivasi. Apabila nanti
terdapat hal-hal yang tidak diinginkan,maka hal tersebut sudah bukan menjadi tanggungjawab
petugas ataupun rumah sakit,melainkan tanggungjawab keluarga. Selain surat kematian yang
diberikan kepada keluarga, petugas harus memberikan semua hasil pemeriksaan penunjang
9
seperti hasil laboratorium ataupun rontgen.

BAB III

TATA LAKSANA PEMULANGAN PASIEN

Pemulangan pasien mempunyai ketentuan tertentu agar menciptakan keadaan


yang tidak merugikan baik untuk pasien ataupun rumah sakit. Adapun ketentuan tersebut
harus dilaksanakan sebagai acuan untuk pemulangan pasien di rawat inap. Pemulangan
pasien harus melihat bagaimana keadaan pasien dan harus diputuskan oleh dokter
spesialis yang merawat atau dokter umum dengan persetujuan dokter spesialis. Bisa juga
atas usulan petugas kesehatan (perawat) ataupun usulan dari pasienya sendiri tetapi tetap
harus dengan persetujuan dokter spesialis.
 A. Kriteria pemulangan pasien antara lain :

1. Harus berdasarkan status kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan


pelayanan dimana pasien dinyatakan sembuh atau membaik
2. Perkembangan keadaan pasien yang lebih baik dari pertama kali masuk yang
ditentukan dokter spesialis
3. Terselesainya atau berkurangnya , masalah-masalah yang dialami pasien

4. Kemungkinan bisa dilakukan rawat jalan yang diputuskan dokter spesialis.

5. Dapat melibatkan keluarga dalam rencana kepulangan pasien agar dapat


disesuaikan kebutuhanya saat nanti perawatan dirumah

10
B. Prosedur Pemulangan Pasien

1. Prosedur Pasien BLPL (Boleh Pulang)

Pasien BLPL yaitu pasien yang diperbolehkan pulang oleh dokter


yang merawat atau dokter spesialis dan dibuktikan dengan bukti tertulis pada
lembar dokter tentang advis yang menyatakan bahwa pasien tersebut BLPL atau
boleh pulang disertai dengan tanda tangan pada lembar tersebut. Dengan
pertimbangan yang sudah dinyatakan oleh dokter spesialis atau melihat keadaan
pasien yang memang sudah dapat dilakukan rawat jalan atau perawatan dirumah
yang nantinya dipantau keadaanya secara berlanjut dengan kontrol atau kembali
periksa kepada dokter spesialis atau dokter yang merawat tersebut sesuai dengan
jadwal yang direncanakan oleh dokter spesialis tersebut.

Pasien dinyatakan BLPL dengan beberapa cara :

a. Dokter spesialis visit dan menyatakan bahwa pasien tersebut BLPL melihat
keadaan yang telah dipertimbangkan oleh dokter spesialis tersebut bahwa
pasien sudah dapat pulang dan melakukan rawat jalan yang nantinya
perawatanya dapat dilanjutkan dirumah dan dipantau
keadaanya kembali dengan kontrol pada waktu yang ditentukan sesuai keputusan
dari dokter spesialis tersebut .
b. Dokter jaga mengusulkan kepada dokter spesialis baik via telepon ataupun sms
bahwa setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dinyatakan oleh dokter jaga
keadaanya membaik dan diperkirakan sudah dapat pulang atau dilakukan
rawat jalan, kemudian dokter jaga melaporkan hasil pemeriksaan dan keadaan
pasien yang sebenarnya kepada dokter spesialis dengan sejelas mungkin,
kemudian dokter spesialis memperbolehkan atau acc BLPL,yang kemudian
didokumentasikan oleh dokter jaga di lembar perjalanan dokter dengan
menyertakan tanda tangan dan nama terang dokter jaga tersebut. Maka ini
dapat disebut pemulangan pasien BLPL.
c. Petugas jaga (perawat) mengusulkan kepada dokter spesialis setelah
mengkaji keadaan pasien sesuai kompetensi keperawatan,misalkan keadaan
umum,tanda-tanda vital,hasil pemeriksaan penunjang,dan keadaan luka (misal
ada) membaik dan diperkirakan pasien dapat dilakukan rawat jalan,kemudian

11
petugas melaporkan kepada dokter spesialis dan dokter spesialis
memperbolehkan atau acc,maka pasien tersebut dapat dinyatakan BLPL.
Petugas
 jaga harus mendokumentasikan pada lembar perjalanan penyakit (lembar
dokter) disertai nama terang dan tanda tangan dan juga isi dari
pendokumentasian harus sesuai apa yang dilaporkan dan jawaban atau advis
dari dokter spesialis secara lengkap. Bisa juga pada kasus atau kejadian pasien
yang mengalami waktu paket (biasanya pasien operasi) dan paket tersebut
habis. Dalam kasus ini,perawat ataupun dokter jaga dapat mengusulkan
kepada dokter spesialis dengan melaporkan bahwa pasien tersebut sudah habis
paket dan diusulkan BLPL,disertai dengan keadaan pasien dan luka operasi
baik. Apabila dokter spesialis acc atau memperbolehkan pulang,maka
pasien ini disebut pasien BLPL.
d. Pasien sendiri menginginkan pulang sebelum dokter jaga atau petugas
(perawat) mengusulkan pulang dan dokter spesialis memperbolehkan pulang,
dengan pernyataan pasien yang sudah merasa membaik atau lebih baik
keadaanya kemudian pasien tersebut meminta langsung kepada dokter
spesialis untuk pulang dan dokter spesialis mengijinkan (acc pulang)maka
pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai pasien BLPL. Bisa juga
keinginan dari pasien tersebut yang disampaikan kepada petugas (perawat)
ataupun dokter jaga,yang kemudian dokter jaga atau petugas (perawat)
harus mengkonfirmasi dahulu kepada dokter spesialis, tentang keinginan
pasien untuk pulang. Terlebih dahulu saat pasien tersebut minta pulang,jika
tidak langsung menyampaikan kepada dokter spesialis,kita petugas jaga
(perawat) ataupun dokter jaga harus memotivasi pasien untuk tetap dirawat
dahulu sebelum dokter spesialisnya sendiri yang memutuskan. Atau paling
tidak petugas jaga (perawat) atau dokter jaga memotivasi supaya pasien
menunggu sampai nanti bertemu dahulu dengan dokter spesialis saat visit. Jika
pasien tersebut menolak dan tetap menginginkan pulang saat itu juga,maka
petugas jaga (perawat) atau dokter jaga harus mengkonsulkan hal tersebut
kepada dokter spesialis, baik via telepon ataupun via sms. Jika dokter spesialis
acc pulang atau mengijinkan pulang,maka pasien tersebut dapat BLPL. Jika
pasien tersebut menerima motivasi petugas jaga dan bersedia menunggu

12
dokter spesialis memeriksa atau visit,baik perawat ataupun dokter jaga,pada
saat perawat atau dokter jaga mendampingi dokter spesialis visit harus
menyampaikan kepada dokter spesialis .

 Alur dan tahapan pemulangan pasien BLPL

a.  Adanya laporan tertulis di lembar perjalanan dokter bahwa pasien yang


bersangkutan dinyatakan BLPL, baik dituliskan langsung oleh dokter
spesialis,dari dokter umum atas persetujuan dokter spesialis,ataupun petugas
jaga (perawat) atas persetujuan dokter spesialis.
b.  Adanya surat keterangan BLPL (surpul) atau surat pulang yang dituliskan
langsung oleh dokter spesialis,oleh dokter umum dengan persetujuan dari
dokter spesialis,ataupun petugas jaga (perawat) atas persetujuan dokter
spesialis. Surat pulang harus dibuatkan untuk pasien yang telah dinyatakan
BLPL, guna menunjukan keterangan sebagai laporan pasien tersebut telah
dinyatakan BLPL. Surat pulang atau resume keperawatan berisi keterangan
indentitas pasien tersebut yang berisi (nama, umur, jenis kelamin, no RM,
dan alamat), keterangan bahwa pasien tersebut pulang dalam keadaan
yang seperti bagaimana (perbaikan,sembuh,APS,dirujuk), diagnosis pulang,
terapi yang diberikan, keterangan kembali kontrol meliputi (poli apa, hari,
tanggal, jam),tanggal diberikan atau dibuat surat pulang dan nama dokter
spesialis yang merawat atau dokter jaga yang membuat surat pulang
tersebut, atau bisa juga petugas jaga (perawat) dengan keterangan nama dokter
spesialis. Surat pulang dibuat begitu saat pasien telah dinyatakan BLPL.
c. Dokter spesialis ataudokter jaga membuatkan surat control, surat
keterangan dirawat atau surat keterangan istirahat. Perawat bertugas
membuatkan surat rekomendasi pulang dari rawat inap yang nantinya akan
diserahkan kepada petugas billing oleh keluarga pasien.
d. Dokter jaga meminta obat pada unit farmasi melalui SIRS. SIRS adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit se-
Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum
maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

13
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
e. Petugas administrasi billing berkolaborasi dengan petugas farmasi. Petugas
farmasi akan memberikan obat pulang yang diminta oleh dokter melalui SIRS.
Selanjutnya, petugas billing akan meminta rekomendasi pasien pulang dari
rawat inap beserta kartu member dan BPJS yang dimiliki pasien untuk
kemudian menutup data pasien pada SIRS.
f. Petugas billing memberikan lembar billing yang berisikan biaya yang
dikeluarkan oleh rumah sakit selama pasien dirawat. Untuk pasien member
dan BPJS lembar billing tersebut hanya sebagai informasi kepada pasien dan
keluarga. Untuk pasien umum, lembar billing merupakan lembar tagihan
selama perawatan.

g. Setelah keluarga mendapatkan obat dan lembar billing, keluarga kembali ke


ruang rawat untuk menandatangani berkas keterangan pulang dan
discharge planning.
h. Petugas melakukan discharge planning kepada pasien atau keluarga yang
dilakukan bersamaan. Dapat dilakukan di konter perawat oleh pasienya
langsung atau keluarga, dapat  juga dilakukan didepan ruang perawat,
dilakukan langsung didepan pasien bersama dengan keluarga. Instruksi yang
diberikan kepada pasien berupa kapan waktu pasien harus kembali kontrol,
kapan harus kembali dengan keadaan-keadaan tertentu tanpa harus menunggu
waktu kontrol, perawatan selama dirumah terkait dengan penyakit atau keadaan
pasien, pemakaian obat-obatan yang telah diberikan sesuai aturan yang
diberikan dokter penanggungjawab, hal- hal apa saja yang diperbolehkan
untuk pasien baik dalam makanan, ataupun aktifitas. Penjelasan ini
dilakukan dengan cara komunikasi yang baik agar mudah dimengerti oleh
pasien dan keluarga. Pemberian instruksi tersebut dapat diberikan tidak hanya
dengan pasien, tetapi dapat melibatkan keluarga agar dapat berperan dalam
melakukan perawatan selama dirumah.
i. Pengisian lembar discharge planning oleh petugas yang ditandatangani oleh
petugas dan pasien atau keluarga setelah petugas menjelaskan dengan
lengkap kepada pasien atau keluarga.
j. Pasien atau keluarga yang menolak diberikan discharge planning dilakukan

14
tindak lanjut yaitu pasien harus menandatangani lembar yang berisi
penolakan tindakan discharge planning.
k. Pemberian hasil pemeriksaan penunjang kepada pasien atau keluarga meliputi
hasil RO,hasil laborat dan lainya tanpa terkecuali,dengan menyerahkan lembar
asli dan meninggalkan lembar salinan pada status pasien.
l. Petugas menyiapkan pasien pulang
Petugas melepas semua peralatan medis yang terpasang pada pasien,
misal O2,infuse,kateter,ngt,ataupun yang lainnya yang telah terpasang pada
pasien. Kecuali,pasien yang memang harus membawa peralatan medis atas
anjuran dokter spesialis karena kasus- kasus tertentu.
m. Pasien yang sudah siap dalam kondisi pulang,jika memang pasien
menggunakan kendaraan sendiri atau pribadi dan sudah siap pulang,petugas
mengantarkan pasien sampai didepan kendaraan pasien dengan alat transfer
yang sesuai dengan kondisi pasien. Misal kursi roda  jika pasien mampu
duduk,brangkar jika pasien tidak mampu dengan kursi.
n.  Apabila pasien menginginkan dengan ambulans rumah sakit, jika ambulans
dan petugas sudah siap,petugas mengantarkan sampai dengan ambulans
dengan alat transfer yang sesuai dengan pasien.

Pengisian atau kelengkapan status oleh petugas jaga (dokter


spesialis,dokter umum, perawat) untuk pasien BLPL
a. Saat dokter spesialis atau dokter umum menyatakan BLPL pada pasien
dilembar perjalanan dokter, dokter spesialis ataupun dokter umum yang
pada saat itu memulangkan (atas persetujuan dokter spesialis) harus
melengkapi lembar ringkasan masuk dan keluar dan resume keluar dokter.
Pengisian lembar tersebut dilakukan setelah dokter spesialis atau dokter umum
yang pada saat itu memulangkan. Resume pasien pulang berisi alasan pasien
dirawat, diagnosis dan penyakit penyertanya,temuan fisik yang didapat dari
pemeriksaan,obat-obat yang dibawa pulang,keadaan atau status pasien pada
saat diperolehkan pulang,dan instruksi untuk tindak lanjut
pengobatan,misalkan instruksi kontrol atau kembali periksa.
b. Petugas (perawat) melengkapi status pasien baik resume pulang yang harus
diisi pada saat pasien dinyatakan pulang dan semua yang ada pada status
15
pasien saat masih ada yang belum terisi lengkap.
c. Pelengkapan dari status pasien tersebut dilakukan 1x24 jam setelah
pasien tersebut dinyatakan pulang. Sebaiknya pengisianya harus dilakukan
saat pasien dinyatakan pulang agar menghindari status yang diambil oleh
petugas RM.

2. Prosedur Pemulangan Pasien Pulang Paksa atau Atas Permintaan Pasien


(APS)

Pasien pulang paksa atau atas permintaan pasien ( APS ) yaitu


pemulangan pasien yang dilakukan karena permintaan pasien atau keluarga pasien
walaupun tidak adanya persetujuan dari pihak dokter yang merawat ( dokter
spesialis ). Pemulangan pasien ini dilakukan dengan pertimbangan atas hak
pasien yang tidak boleh dihalangi oleh siappun. Baik dari pihak RS ataupun dokter
spesialis. Karena pasien mempunyai hak memutuskan sendiri apakah mau
dirawat atau tidak,sampai kapan dirawat, dan dimana dirawat.
Pada pasien yang belum mendapatkan izin pulang dari DPJP, maka PN akan
memberikan form APS (Atas Permintaan Sendiri) yang sebelumnya pasien dan
keluarga sudah diberikan penjelasan oleh dokter tentang resiko yang dapat
terjadi bila pulang, selanjutnya hubungi DPJP untuk menginformasikan bahwa
pasien pulang atas permintaan sendiri.
Pasien APS mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Pasien memaksa untuk tetap pulang sesuai keinginan pasien yang memang
menjadi hak pasien
b. Pasien tetap memaksa pulang dengan penjelasan sebab-akibat yang
kemungkinan terjadi
c. Bersedia mengisi lembar APS yang harus ditandatangani

Pemulangan pasien pulang paksa atau atas permintaan pasien ini dibagi dalam 2
kategori,yaitu :

a.  APS pulang ( kerumah )

16
Pemulangan pasien APS pulang ( kerumah ) yaitu pemulangan
pasien atas dasar permintaan pasien atau keinginan pasien untuk pulang
dengan pertimbangan dari pasien itu sendiri walaupun tanpa persetujuan dokter
spesialis. Pasien mendapatkan ijin pulang dengan melengkapi surat
pernyataan APS yang harus diisi langsung oleh pasien atau keluarga
ataupun yang bertanggungjawab atas pasien tersebut. Pasien dengan APS (
ke rumah ) dengan keadaan apapun harus dilepas semua peralatan medis
yang terpasang walaupun keadaan dari pasien tersebut tidak memungkinkan
untuk dilepas atau masih membutuhkan. Pasien yang pulang dengan APS
harus terbebas dari peralatan apapun yang dipasang atau diberikan dirumah
sakit. Pada pasien APS,pemulangan pasien ini tanpa harus dilakukan
pendampingan oleh tenaga medis,misal perawat,karena pada pasien APS
sudah bukan menjadi tanggungjawab dari rumah sakit apabila terjadi hal-hal
diluar harapan dan keinginan pasien ataupun keluarga saat nanti diperjalanan
ataupun saat nanti pasien sudah sampai dirumah.
b.  APS ke rumah sakit lain

Pemulangan pasien APS ( ke rumah sakit lain ) yaitu


pemulangan pasien atas dasar permintaan dari pasien sendiri atau keluarga
pasien ataupun yang bertanggungjawab untuk pulang dan keluar dari rumah
sakit yang bersangkutan terlebih dahulu dan kemudian pindah kerumah
sakit lain sesuai yang dikehendaki. APS pulang kerumah sakit lain ini
berbeda dengan APS untuk minta dirujuk atau dipindah kerumah sakit lain.
Pada APS pulang kerumah sakit lain ini,pasien atau keluarga pasien jelas
menginginkan untuk pulang atau keluar terlebih dahulu dari rumah sakit yang
bersangkutan dan menghendaki untuk pindah kerumah sakit lain secara sendiri
(mandiri). Pemulangan pasien APS pada dasarnya harus dilepas semua
peralatan medis yang terpasang dari rumah sakit. Pihak rumah sakit,baik
petugas tidak mempunyai tanggungjawab lagi untuk pasien tersebut.
Pada pasien APS (kerumah sakit lain) inipun harus dilepas semua
peralatan medis yang terpasang dari rumah sakit, dalam keadaan apapun
pasien tersebut saat itu. Pada pasien
 APS kerumah sakit lain, pihak rumah sakit sebelumnya tetap harus membantu
terlebih dahulu untuk mencarikan tempat di rumah sakit yang diinginkan

17
kepada pasien. Apabila saat petugas mendapatkan tempat saat membantu
mencarikan kamar, kita pihak rumah sakit sebelumnya harus tetap
berkomunikasi kepada pihak rumah sakit yang diinginkan dan tetap
melakukan operan via telepon mengenai laporan teantang keadaan pasien dan
memesankan ruang untuk pasien tersebut dengan memberitahukan kepada
petugas rumah sakit yang dituju bahwa
pasien tersebut akan APS dari rumah sakit dan menginginkan kerumah sakit
tersebut sendiri.

 Apabila saat kita membantu mencarikan ruang di rumah sakit yang


diinginkan pasien tetapi tidak mendapatkan kamar atau penuh, petugas
tetap harus menjelaskan terlebih dahulu kepada pasien atau keluarga. Apabila
keluarga tetap menginginkan berangkat kerumah sakit yang diinginkan saat itu
juga sekalipun sudah mengetahui bahwa penuh, kita lakukan prosedur
 APS kepada pasien. Pasien yang melakukan APS kerumah sakit lain, tidak
diperbolehkan menggunakan jasa transportasi rumah sakit (ambulans), agar
puhak rumah sakit tidak dituntut untuk bertanggungjawab apabila pasien
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan saat dijalan. Karena status
kepulangan pasien tersebut APS atau tanpa persetujuan dari dokter di
rumah sakit. Pasien harus menggunakan kendaraan sendiri atau pribadi.

 Alur dan tahapan pemulangan pasien APS ( pulang kerumah /


kerumah sakit lain )

a.  Adanya lembar APS yang telah diisi dan ditandatangani oleh pasien atau
keluarga. Lembar tersebut diisi setelah petugas memotivasi pasien dan
keluarga dan menjelaskan kemungkinan- kemungkinan terjadi apabila
pasien APS.
b. Sudah adanya laporan dari petugas atau dokter jaga kepada dokter spesialis
mengenai keinginan pasien APS
c. Sudah adanya surat pulang yang dibuatkan langsung oleh dokter spesialis
ataupun dokter

 jaga dan perawat yang pada saat tersebut bersangkutan. Pasien APS tetap

18
dibuatkan surat pulang dan resep obat sesuai advis dokter spesialis.
d. Petugas memberikan surat pulang dan rekomendasi pulang dari ruang
rawat dan menganjurkan pasien atau keluarga ke petugas billing dan
farmasi untuk penyelesaian administrasi dan pengambilan obat.
Menganjurkan pasien atau keluarga setelah penyelesaian administrasi harus
kembali lagi ke ruang perawat atau konter perawat guna pengambilan hasil
pemeriksaan penunjang dan petugas melakukan discharge planning
e. Petugas memberikan hasil pemeriksaan penunjang pasien serta menjelaskan
kembali atau melakukan discharge planning kepada pasien langsung atau
keluarga atau bisa juga langsung kepada pasien dan keluargnya. Dapat
dilakukan didepan konter atau didepan pasien atau ruang pasien. Saat
melakukan discharge planning petugas harus mengisi lembar discharge
planning dengan tanda tangan petugas dan keluarga atau pasienya
langsung.
f. Petugas mempersiapkan pasien dalam kondisi pulang, yaitu melepas semua
alat-alat medis yang terpasang pada pasien dan petugas melepas gelang
pasien dan membuangnya pada tempat sampah medis. Pasien APS harus
dilepas semua peralatan medis yang terpasang, tanpa terkecuali. Petugas
mengantarkan pasien sampai didepan kendaraan yang digunakan pasien untuk
pulang dengan alat transfer yang sesuai dengan kemampuan dari pasien,misal
kursi roda atau brangkar.
g. Pasien APS, baik kerumah maupun kerumah sakit lain, pasien tidak dapat
menggunakan layanan ambulans karena untuk menghindari kejadian yang
tidak diinginkan saat pasien dalam perjalanan. Saat pasien menggunakan
ambulans,maka apapun yang terjadi saat pasien didalam ambulans rumah
sakit, rumah sakit akan ikut bertanggungjawab.

Pengisian atau kelengkapan status oleh petugas jaga (dokter spesialis,dokter


umum, perawat) untuk pasien APS :
a. Dokter spesialis atau dokter jaga melengkapi ringkasan masuk dan
ringkasan keluar serta resume pulang (dokter). Dapat dilakukan oleh
dokter spesialis atau dokter jaga pada saat bersangkutan.
b. Petugas (perawat) melengkapi status pasien baik resume pulang yang harus
19
diisi pada saat pasien dinyatakan pulang dan semua yang ada pada status
pasien saat masih ada yang belum terisi lengkap. Bedanya untuk pengisian
resume pasien APS dan BLPL dari keterangan status pulang (atas
ijin,melarikan diri, dirujuk, meninggal)
c. Pelengkapan dari status pasien tersebut dilakukan 1x24 jam setelah
pasien tersebut dinyatakan pulang. Sebaiknya pengisianya harus
dilakukan begitu saat pasien dinyatakan pulang agar menghindari status
yang diambil oleh petugas RM.

3. Prosedur Pemulangan Pasien meninggal

Pemulangan pasien meninggal yaitu pemulangan pasien dengan keadaan


pasien yang tidak lagi bernyawa atau telah meninggal. Pemulangan pasien
meninggal ini dilakukan karena pasien telah meninggal di rumah sakit karena
keadaan pasien yang tidak dapat lagi diselamatkan oleh petugas tim rumah sakit.

Pemulangan pasien meninggal dapat dilakukan setelah pasien benar-


benar dinyatakan telah meninggal oleh petugas yang disertai dengan bukti hasil
dari pemeriksaan medis,misal hasil EKG yang telah flat atau menunjukan
bahwa pasien telah meninggal. Atau bisa juga atas dasar pengkajian yang
dilakukan oleh petugas,misal pasien telah henti nafas,tidak lagi teraba nadi
karotis,henti jantung dan adanya tanda-tanda kematian klinis,yaitu batang otak telah
membiru, pupil membesar,dll. Setelah adanya pengkajian tersebut dan petugas atau
dokter telah menyatakan bahwa pasien meninggal, dan petugas telah
menuliskan surat kematian,maka pasien sudah jelas dinyatakan meninggal dan
dapat dilakukan pelayanan pemulangan pasien yang meninggal.

Pada pasien yang telah dinyatakan meninggal pemulanganya harus


menunggu terlebih dahulu minimal 2 jam setelah pasien tersebut dinyatakan
meninggal. Pasien harus ditempatkan dimana tidak berada dengan pasien
lain,untuk menghindari kontak langsung dengan pasien lain atau membuat
ketakutan atau mengganggu pasien lain. Pasien yang telah meninggal untuk
menunggu waktu 2 jam sebelum dapat dibawa pulang, dapat ditempatkan di kamar
jenazah. Apabila saat itu dikamar jenazah sedang ada jenazah lain dan
sementara kapasitas kamar jenazah hanya 1 jenazah,maka dapat ditempatkan
20
diruang lain walupun itu bukan ruang jenazah,asalkan ruang tersendiri dimana ruang
tersebut tidak berada disatu ruang dengan pasien lain. Saat pasien meninggal harus
menunggu waktu 2 jam sesuai prosedur, setelah surat kematian sudah dibuat
oleh petugas. Surat kematian diberikan kepada keluarga pasien jika keluarga
pasien telah menyelesaikan administrasi rumah sakit. Pasien yang meninggal
dapat diantar kepulanganya setelah 2 jam terlebih dahulu di rumah sakit dan dapat
diantar kepulanganya dengan ambulans rumah sakit serta diantar oleh petugas
rumah sakit (ambulance barzah).

Bisa juga bagi keluarga yang menghendaki dengan kendaraan sendiri,


keluarga dapat membawanya dengan kendaraan pribadi tetapi petugas tidak perlu
mengantarnya. Apabila keluarga tidak mau menunggu dahulu 2 jam sebelum
diperbolehkan untuk dipulangkan, petugas tetap terlebih dahulu memotivasi
keluarga dan menjelaskan kepada keluarga mengapa harus menunggu 2 jam sesuai
prosedur rumah sakit. Apabila keluarga tetap menolak setelah dijelaskan,
petugas tetap tidak diperbolehkan melarangnya,tetapi keluarga dari pasien
meninggal harus tanda tangan terlebih dahulu dengan materai pada lembar
penolakan atau pernyataan yang menyatakan bahwa keluarga tidak mau menunggu
2 jam sesuai prosedur walaupun sudah dijelaskan dan petugas sudah memotivasi.
Apabila nanti terdapat hal-hal yang tidak diinginkan,maka hal tersebut sudah bukan
menjadi tanggungjawab petugas ataupun rumah sakit,melainkan tanggungjawab
keluarga. Apabila keluarga pasien sudah menyelesaikan administrasi rumah sakit
, selain surat kematian yang diberikan keluarga, petugas harus memberikan semua
hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil laboratorium ataupun rontgen.

 Alur dan tahapan pemulangan pasien meninggal

a.  Adanya pernyataan dari dokter spesialis atau dokter jaga bahwa pasien
sudah meninggal dengan didokumentasikan di lembar perjalanan dokter
spesialis dan surat kematian
b. Telah dijelaskan kepada keluarga yang dapat dilakukan oleh dokter spesialis
atau keluarga

c. Pelepasan alat-alat medis yang terpasang pada pasien dan petugas


menyempurnakan posisi
21
 jenazah.

d. Pasien meninggal harus menunggu waktu 2 jam sebelum dibawa pulang pada
ruang jenazah atau ruang tertentu atau rumag tersendir diman tidak
ditempatkan pada ruangan yang bersamaan dengan pasien rawat inap
lainya.
Untuk keluarga yang tidak menyetujui untuk menunggu 2 jam, dan tetap
menginginkan dibawa pulang sebelum 2 jam, maka keluarga dapat dipulangkan
dengan keluarga tanda tangan dan mengisi pernyataan bahwa bersedia
menanggung kemungkinan resiko yang terjadi apabila dibawa pulang sebelum
waktu yang telah ditetapkan. Petugas harus menjelaskan terlebih dahulu.
e. Pelepasan gelang saat jenazah akan dibawa pulang

C. Discharge Planning

Discharge planning atau rencana pemulangan pasien adalah merupakan


suatu proses pembelajaran yang melibatkan pasien dan keluarga dirumah untuk
meningkatkan pemahaman pasien dalam mempercepat penyembuhan dan perawatan
dirumah serta menghindari komplikasi dengan pembatasan aktifitas dan memberikan
lingkungan yang aman bagi klien dirumah, keteraturan dalam pemakaian obat pulang,
aturan makan atau diit pasien terkait dengan penyakit pasien tersebut, waktu kontrol
meliputi (hari,tanggal,waktu, dan anjuran untuk konfirmasi ulang terlebih dahulu sebelum
waktu kontrol, untuk menghindari perubahan jadwal yang tidak
diperkirakan),keadaan mendesak dimana pasien harus segera dibawa kembali ke
rumah sakit tanpa menunggu waktu kontrol sesuai yang telah ditetapkan.
Dilaksanakan dengan memberikan kejelasan yang jelas kepada pasien atau keluarga
tentang tujuan diatas dan dijelaskan dengan cara komunikasi yang mudah diterima,bisa
dilakukan baik oleh dokter spesialis langsung,dokter umum ataupun petugas jaga . Proses
discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin,
mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan
kesehatan kepada pasien. Discharge planning pada pasien pulang dilakukan oleh
petugas jaga pada saat itu,dilakukan antara petugas dengan keluarga pasien ataupun
antara petugas dengan pasienya langsung. Dilakukan saat keluarga ataupun pasiennya
sendiri memperlihatkan billing kepada petugas dan pada saat keluarga atau pasien
membawa obat- obat pulang yang sudah diambil di farmasi. Discharge planning yang

22
telah dilakukan oleh petugas, harus dibuktikan dengan lembar discharge planning yang
ditandatangani oleh petugas jaga dan pasien atau keluarga yang mewakili sebagai bukti
tertulis bahwa petugas telah memberikan discharge planning dan pasien atau keluarga
telah menerima penjelasan dari petugas. Bagi pasien atau keluarga yang menolak
diberikan discharge planning harus menandatangani lembar penolakan yang berisi
pernyataan menolak menerima nasehat medis . Pasien berhak menolak pemberian
informai ataupun tindakan dari rumah sakit sesuai dengan hak dan kewajiban pasien
yang telah tercantum.

BAB IV DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dilakukan terhadap pengelolaan Pemulangan pasien dirumah


sakit meliputi :
1. Tata laksana pemulangan pasien dilakukan sesuai prosedur
2. Kelengkapan dokumentasi sesuai kategori pemulangan pasien
3. Kelengkapan resume pulang ( dokter dan perawat )
4. Kelengkapan ceklis discharge planning uang tercantum adalam resume
keperawatan

23

Anda mungkin juga menyukai