Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG

DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS
RUMAH SAKIT UMUM MASSENREMPULU
Jalan Jend. Sudirman Keppe Telp. (0420) 22128 Fax (0420) 21770 Enrekang e-mail:
Website enrekangkab.go.id E-mail rsudmaspul@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UNIT PELAKSANA TEKNIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MASSENREMPULU
NOMOR : 143/SK/UPT-RSUM/XII/2022

TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR: 005/SK/RSUM/X/2019 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
RESUSITASI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MASSENREMPULU ENREKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MASSENREMPULU

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan

resusitasi UPT Rumah Sakit Umum Massenrempulu

Enrekang, diperlukan pelayanan resusitasi;


b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas
ditetapkan panduan resusitasi UPT Rumah Sakit
Massenrempulu Enrekang dengan keputusan
Direktur UPT Rumah Sakit Massenrempulu
Enrekang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5587);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 298, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5607);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/MENKES/PER/IX/2008 tentang
RekamMedis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1438/MENKES/PER/III/20 Standar Pelayanan
Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di RumahSakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 6191/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012
tentang Rahasia Kedokteran;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Keputusan UPT RSUD Massenrempulu Enrekang


tentang Pelayanan Resusitasi di UPT RSUD
Massenrempulu Enrekang.
KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud dalam keputusan
ini adalah panduan Pelayanan Resusitasi pada UPT
RSUD Massenrempulu Enrekang.
KETIGA : Pelayanan yang dimaksud yaitu pemberian Bantuan
Hidup Dassar yang diberikan segera saat dikenali
henti Jantung Paru, dan Bantuan Hidup Lanjut oleh
Tim Code Blue diberikan kurang dari 5 Menit.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di
dalamnya akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Enrekang
Pada tanggal : 31 Desember 2022

DIREKTUR

IRA DESTI SAPTARI


DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ARIFIN NU’MANG

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI. .................................................................................... ii

BAB I DEFINISI ................................................................................ 7

BAB II RUANG LINGKUP. .................................................................. 8

BAB III TATA LAKSANA ..................................................................... 9

BAB IV DOKUMENTASI. .................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................14
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UINIT
PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH MASSENREMPULU
NOMOR :143/SK/UPT-RSUM/XII/2022
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN
DIREKTUR NOMOR: 005/SK/RSUM/X/2019
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
RESUSITASI DI UNI PELAKSANA TEKNIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MASSENREMPULU ENREKANG

BAB I
DEFINISI

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam panduan ini sebagai


berikut :

1. Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakuka untuk


mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti
nafas (respiratory arrest) dan henti jantung (cardiac arrest) ada
orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya billa kedua
fungsi tersebut bekerjakembali.
2. Resusitasi Jantung Paru atau CPR adalah tindakan pertolongan
pertama pada orang yang mengalami henti nafas karena sebab
sebab tertentu. Resusitasi jantung paru terdiri dari 2 bantuan
hidup dasar dan bantuan hidup lanjutan yang masing masing
keduanya tidakterpisahkan.
3. Tujuan dari tindakan resusitasi adalah mengembalikan fungsi
jantung dan paru agar kembali sepertisemula.
4. Blue Code Team atau Tim kode biru adalah tim reaksi cepat
yang terdiri dari dokter jaga IGD dan perawat terlatih yang
melakukan tindakan resusitasi di lingkungan RSU
Massenrempulu bila terjadi gawat darurat pada pasien anak
maupun dewasa yang tersertifikasi perawatan intensif atau
BTCLS/ACLS.
5. Panggilan darurat adalah kode nomor telepon yang digunakan
untuk mengaktifkan bantuan tim kode biru atau tim blue code
yaitu pesawat telpon, Handy Talkie atau lagsung ke pusat
informasi
6. Pasien gawat darurat adalah pasien yang berada dalam
ancaman kematian dan memerlukan pertolongan
resusitasisegera.
7. Pasien gawat adalah pasien yang terancam jiwanya tapi belum
memerlukan resusitasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada panduan resusitasi ini akan ditekankan pada pemberian


bantuan hidup dasar yang harus dikuasai oleh setiap dokter, dokter
gigi, dokter spesialis maupun first terbaru responder(petugas penemu
pertama)di lapangan. Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal
pada pasien dengan cepat, tepat, ramah serta terpadu ( CTRT ) dalam
penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah
resiko kecacatan dan kematian ( to save life and limb ).
Bantuan hidup dasar diutamakan pada penanganan airway,
breathing, circulation berdasarkan panduan terbaru dari American
Heart Association 2015 mengenai PanduanResusitasi Jantung Paru
(RJP). Beberapa hal yang perlu ditekankan pada panduan iniyaitu:
1. Kecepatan kompresi miniml 100- 120x/menit
2. Kedalaman kompresi paling tidak 2 inchi (5 cm) ada dewasa
dan kedalaman kompresi paling tidak 1/3 diameter antero
posterior dari thoraks pada bayi dan anak (kurang lebih 1,5
inchi (4 cm) pada bayi dan 2 inchi (5 cm) pada anak).
Perhatikan bahwa rentang 1,5-2 inchi tidak lagi digunakan
untuk korban dewasa, dan kedalaman absolut yang
direkomendasikan untuk anak dan bayi lebih dalam dari
pada versi AHAsebelumnya.
3. Menciptakan pengembangan dindingdada yang optimal di
setiap akhir kompresi
4. Minimalkan interupsi saat melakukan kompresi dada
Menghindari ventilasi yang berlebihan
BAB III
TATA LAKSANA

A. BANTUAN HIDUP DASAR

1. RSU Massenrempulu memastikan semua petugas yang ada di


rumah sakit mampu melakukan bantuan hidup dasar kepada
pasien yang mengalami henti jantung dan hentinafas
2. Setiap petugas di RSU Massenrempulu sebelum melakukan
bantuan hidup dasar diharuskan:
a. Memperhatikan keamanan sebelum memberikan
pertolongan, baik keamanan diri, korban maupun
lingkungan
b. Memahami tanda-tanda henti jantung dan hentinafas

c. Tehnik penilaian pernafasan dan pemberian ventilasi


buatan yang baik danbenar
d. Tehnik kompresi yang baik serta frekuensi kompresi yang
adekuat

e. Tehnik mengeluaran benda asing pada obstruksi jalan


nafas.

3. Bantuan hidup dasar dilakukan mengacu kepda rekomendasi


yang dikeluarkan oleh American Heart Assosciation 2015 yang
dikenal dengan mengambil 3 rantai dari 5 rantai
kelangsungan hidup yaitu:
a. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi system
gawat darurat
b. Resusitasi Jantung Paru Segera (early CPR)

c. Defibrilasi segera (early defibrillation)

d. Perawatan kardiovaskular lanjutan yang efektif (effective


ACLS/ BTCLS)
e. Penanganan terintegrasi pasca henti jantung (integrated
Post Cardiac Arrest Care)
4. Rantai kelangsungan hidupadalah

a. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi system


gawat darurat segera/ Apabila ditemukan kejadian henti
jantung maka petugas harus melakukan hal hal sebagai
berikut:
1) Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke
system gawatdarurat
2) Informasikan segera kondisi penderita sebelum
melakukan RJP pada anak dan orang dewasa atau
sekitar satu menit setelah memberikan pertolongan RJP
pada bayi dananak
3) Penilaian cepat tanda tanda potesial hentijantung
4) Identifikasi henti jantung dan hentinafas

b. Resusitasi Jantung Parusegera

Kompresi dada segera dilakukan jika penderita mengalami


henti jantung. Kompresi dada dilakukan dengan
melakukan tekanan dengan kekuatan penuh serta
berirama ditengah tulang dada. Tekanan ini dilakukan
untuk mengalirkan darah serta mengantarkan oksigen ke
otak dan otot jantung. Pernapasan bantuan dilakukam
setelah melakukan kompresi dada dengan memberikan
nafas dalam waktu satu detik sesuai volume tidal dan
diberikan setelah dilakukan 30 kompresi dada.
c. Defibrilasisegera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki rantai


kelangsungan hidup penderita . Waktu antaar penderita
kolaps dan dilaksanakan defibrilasi merupakan saat kritis.
Angka keberhaswilan menurun 7-10 % setipa menit
keterlambatan penggunaandefibrillator.
d. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yangefektif

Pertolongan lebijh lanjut oleh team CODE BLUE


merupakan rantai keberhasilan manajemen henti jantung
dengan bantuan alat alat ventilasi obat untuk mengontrol
aritmia dan stabilisasi penderita CODE BLUE memiliki 3
tujuan dalam penyelamaatna henti jantung.
1) Mencegah terjadinya henti jantung dengan bantuan alat
alat ventilasi obat untuk mengontrol aritmia dan
stabilisasi penderita.
2) Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan
defibrilasi.
3) Memberikan defibrilasi jika terjadi febrilasi ventrikel ,
mencegah terjadinya fibrilasi berulang dan menstabilkan
penderita setelah resusitasi.
e. Penanganan terintegrasi pasca hentinjantung
Dalam pedoman RJP yang dikeluarkan American Heart
Associationtahun 2015, mulai diperkenakan kepentingan
pelayanan sistematis dan penatalaksanaan multi
spesialistik bagi penderita setelah mengalami kembalinya
sirkulasi secara spontan (Return Of Spontanesioues
Circulation).
5. Pelaksanaan bantuan hidupdasar

Tujuan utama pelaksanaan RJP adalah untuk


mempertahankan kehidupan, memperbaiki kehidupan,
memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan
membatasi disabilitas tanpa melupakan hak dan keutusan
pribadi. Dalam pelaksanaannya keputusan untuk melakukan
tindakan RJP seringkali hanya diambil dalam hitungan detik
oleh penolong yang miungkin tidak mengenal penderita yang
mengalami henti jantung atau mengerti ada permintaan lebih
lanjut. Ketika akan melakukan pertolongan, penolong harus
mengetahui dan memahami hak penderita serta beberapa
keadaan harus mengetahui RJP tida perlu dilakukan yaitu:
a. Ada permintaan dari penderita atau kekurangan ini yang
berhak secara sah dan ditandatangani oleh penderita atau
keluarga penderita
b. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir
yang telah mendapat pengobatan secaraoptimal.
c. Pada neonates atau bayi dengan kelainan yang memiliki
angka mortalitas.
6. Penghentian RPJ
Bantuan RJP dapat dihentikan bila :

a. Penolong sudah melakuakn BHD dan BHL secaraoptimal

b. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita


terpaparbahan beracun atau mengalami overdosis obat
yang menghambat susunan system saraf pusat.
c. Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol
yang menetap selama 10 menit atau lebih
7. Tehnik PelaksanaanBHD
a. Sebelum melakukan BHD penolong harus memastikan
bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk
melakukan pertolongan dilajutkan dengan memeriksa
kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan
untuk mengaktifkan system gawat darurat dan
menyediakandefibrillator.
b. Pengecekan pulsasiarteri
1) Pengecekan pulsasi tidak perlu dilakukan bila penderita
mengalami pingsan mendadak, tidak bernafas atau
bernafas tidak normal. Penilaian pulsasi sebaiknya
dilakukan kurang dari 10 detik, jika dalam 10 detik
tidak dapat meraba pulsasi maka segera lakukan
kompresidada.
2) Kompresi dada dilakukan dengan pemberian tekanan
secara kuat dan berirama pada tulang dada.dengan
frekuensi 100-120 kali/ menit, kedalaman maksimal 5
cm untuk dewasa dan anak usia > 1 tahun, dan 4 cm
untuk bayi usia < 1 tahun, berikan kesempatan dada
mengembang sempurna setelah kompresi, seminimal
mungkin interupsi dan hindari pemberian nafas
bantuan yangberlebihan
c. Pembukaan jalannafas

Pembukaan jalan nafas dilakukan dengan tehnik angkat


kepala , angkat dagu pada penderita yang diketahui tidak
mengalami cedera leher, sedangkan untuk yang mengalami
cedera leher dilakukan dengan menarik rahang tanpa
ekstensi kepala.
d. Pemberian nafasbuatan

Pemberian nafas buatan dilakukan setelah jalan nafas


aman dengan memperhatikan pemberiannafas buatan
dalam waktu 1 detik dengan volume tidal yang cukup
untuk mengangkat dinding dada, diberikan dua kali nafas
30 kali kompresi.
e. Defibrilasi
Defibrilasi hanya dilakukan bila pasien dengan ventrikel
fibrilasi dan ventrikel takhikardi tanpa nadi dengan
kemungkinan keberhasilan semakin berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu.

8. Langkah langkah Bantuan Dasar PadaDewasa:


a. Circulation atau sirkulasi “ apakah ada tanda tanda
sirkulasi?”

Bila pasien masih belum bernafas , dan belum ada tanda


tanda sirkulasi seperti batuk, pergerakan atau napas
normal, segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP)
dimulai dengankompresi.
Periksa Airway atau jalan pernafasan “apakah jalan nafas
terbuka?” Buka jalan nafas (tengadah kepala dan angkat
dagu atau“headtilt chin lift”. Jika ada kotoran (slym, sisa
makanan dll) dibersihkan, jika ada ggi palsu dilepas,
kemudian pasang OPA.
b. Breathing atau Nafas “ Apakah ada nafas dan
pernafasannya cukup?”
1) Lihat , dengar dan rasakan nafas korban (ini dilakukan
setelah 5 siklusRJP)
2) Beri 2 nafas buatan. Setiap pemberian napas dilakukan
selama 1 detik.
3) Berikan kejutan sesuaiindikasi

4) Ikuti setiap kejutan segera dengan RJP selama 2 menit


dan analisa ritme kembali. AED akan menseleksi jumlah
energy yang diberikan secara otomatis. Training
sertifikasi penggunaan AED diperlukan untuk orang
awam.
c. Setelah 5 siklus RJP lakukanevaluasi

9. Langkah langkah Bantuan Hidup Dasar pada bayi dan


neonates. Orinsionya sama dengan dewasa (AHA2015)
a. Circulation atau sirkulasi “apakah ada tanda tanda
sirkulasi?”

Bila pasien masih belum bernafas , dan belum ada tanda


tanda sirkulasi seperti batuk, pergerakan , atau nafas
normal, segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP)
dimulai dengan kompresi.
b. Periksa Airway atau jalan pernafasan “Apakah jalan nafas
terbuka ?” Buka jalan nafas (tengadah kepala dan angkat
dagu atau head lilt chin lift’), jika adakotoran.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi resusitasi pasien di tuliskan dalam rekam medis


pasien:

1. FormulirCPPT

2. Form edukasi

3. Form DNR
4. Form Laporan Code Blue
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Pelayanan Resusitasi Rsud Tenriawaru Kelas B


Kabupaten Bone, 2014.
Tim Penyusun. 2015. Panduan Resusitasi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
(online),http://www.academia.edu/30947010/PANDUAN_RESUSITAS
I_edit_pdf, diakses tanggal 15 Desember 2016)

Anda mungkin juga menyukai