Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

RSUD RAJA AHMAD TABIB


Jalan W.R. Supratman No.100 KM. 8 Tanjungpinang Telp/ Fax. 0771- 733 5203
E-mail: sekretariat@rsudtpi.kepriprov.go.idrsudkepritanjungpinang@yahoo.co.id

SURAT KEPUTUSAN
PEMIMPIN BLUDRSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG
NOMOR : / SK-RSUD PROV / VIII / 2016

TENTANG

PEDOMAN TIM CODE BLUE


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG

Menimbang a. bahwa code blue adalah kode isyarat yang digunakan


dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang
pasien yang sedang mengalami serangan jantung ( cardiac
arrest) atau mengalami situasi gagal nafas akut
(respiratory Arrest) dan situasi darurat lainnya yang
menyangkut dengan nyawa pasien;

b. bahwa penanganan code blue memerlukan suatu


rangkaian prosedur dan protokol dari tim yang
mempunyai pelatihan khusus terhadap situasi tersebut,
sebuah tim respon cepat dengan tanggap darurat terhadap
upaya penyelamatan nyawa pasien pada tahap yang
sangat kritis;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada butir a dan b perlu ditetapkan Pedoman Code Blue di
Rumah Sakit dengan Keputusan Direktur RSUD Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang.

Mengingat : 1. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2. Peraturan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal RS;

3. Peraturan Menteri Kesehatan No 1438 tahun 2010 tentang


Standar Pelayanan Kedokteran;

4. Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 tahun 2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1333./MenKes/SK/XII/1999 tahun 1999, tentang
Standar Pelayanan RS;

6. Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 27 Tahun


2013 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang;

7. Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 28 Tahun


2013 tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang;

8. Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor 697


tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014 tentang Pengangkatan dan
Penetapan Pemimpin Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.

9. Surat Keputusan Direktur RSUD Provinsi Kepulauan Riau


Nomor 178/ SK-RSUD Prov / VI / 2015 tentang Kebijakan
Pelayanan RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN TENTANG PEDOMAN CODE BLUE DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG.

Kesatu : Pola Operasional pelayanan (asuhan) untuk tiap – tiap proses


diatur dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
merupakan tindak lanjut/lampiran dari surat Keputusan ini;;

Kedua : Pedoman Code Blue Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan


Riau Tanjungpinang dipakai sebagai acuan tata laksana
penanganan pasien dengan kegawatdaruratan;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian


hari diketemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tanjungpinang
Padatanggal : Agustus 2016

PEMIMPIN BLUD
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

dr. MUCHTAR LUTFI MUNAWAR, SpP


LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI
KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG
NOMOR : /SK-RSUD PROV /VIII/ 2016
TANGGAL:Agustus2016

PEDOMAN TIM CODE BLUE

BAB I

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

Code Blue merupakan salah satu sistem kegawatdaruratan di rumah sakit


untuk pasien dengan kondisi kegawatdaruratan medis dan henti napas/henti
jantung dimana seluruh komponen rumah sakit dapat terlibat dalam proses
resusitasi termasuk petugas non medis. Sistem meliputi strategi pencegahan
dan aktivasi sistem kegawatdaruratan di rumah sakit dengan menggunakan
Handy Talky yang tersedia di setiap ruangan dan langsung terhubung dengan
tim medis dengan kemampuan bantuan hidup lanjut.
Keadaan gawat darurat medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa
seseorang atau sekelompok orang secara tiba-tiba. Gawat darurat adalah
suatu keadaan di mana seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya ( akan
menjadi cacat atau mati ) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
Keadaan ini memerlukan respons intervensi segera dalam hal ini adalah jasa
pelayanan medis kedaruratan yang meliputi tindakan resusitasi dan
stabilisasi yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan. Di samping itu dibutuhkan suatu
koordinasi antar unit pelayanan untuk melakukan perawatan pasien maupun
penentuan rujukan lebih lanjut. ( pedoman SPGDT Menkes, 2006 ).
Pelayanan medis kedaruratan ini disebut dengan Tim Code Blue merupakan
suatu konsep penanganan gawat darurat intra hospital yang dapat
diterapkan secara terpadu dan terkoordinasi antar unit pelayanan dengan
pengaturan dalam satu sistem dan berkesinambungan. Konsep ini juga
mengacu pada pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
( SPGDT ) yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI sejak
tahun 2000 yang menekankan bahwa diperlukan respon cepat untuk
menyelamatkan nyawadan mencegah kecacatan. Sistem ini menjadi penting
karena pasien gawat darurat cenderung meningkat dan dapat terjadi kapan
saja, dimana saja, maupun pada siapa saja baik sehari-hari maupun pada
saat bencana. Untuk melaksanakannya diperlukan koordinasi antar berbagai
sektor baik intra Rumah Sakit maupun antar Rumah Sakit serta komponen
penunjangnya yaitu sistem komunikasi, transportasi dan sumber daya
manusia terlatih (Suprijantoro, SpP, MARS, Dirjen Bina Upaya Kesehatan
Kemenkes RI, disampaikan pada Rakerkesnas, Juni 2012).
Sesuai UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit pasal 29 ayat 1 bahwa
Rumah Sakit berkewajiban memberikan pelayanan gawat darurat kepada
pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya serta Kepmenkes No.
106/Menkes/SK/I/2004 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu ( SPGDT ) maka Rumah Sakit membentuk suatu tim yang segera
melakukan tindakan resusitasi dan stabilisasi kondisi darurat medik yang
dinamakan Tim Code Blue.

A. TUJUAN

1. Didapatkan kesamaan pola pikir tentang sistem penanganan


kegawatdaruratan di rumah sakit secara terpadu.
2. Diperoleh kesamaan pelayanan dalam penanganan kasus
kegawatdaruratan medik sehari-hari.
3. Memberikan pedoman baku bagi anggota tim code blue dalam
melaksanakan kegiatan penanganan pasien gawat darurat.
4. Membangun respon petugas rumah sakit pada pelayanan kesehatan
dalam keadaan gawat darurat.
5. Mempercepat respon time kegawatdaruratan medik di rumah sakit
untuk menghindari kematian dan kecacatan.

B. RUANG LINGKUP
1. Panduan pelaksanaan code blue ini membahas pembentukan tim code
blue dan koordinasi internal maupun eksternal tim code blue, fungsi
dan uraian tugas tim code blue serta manajemen tim code blue RSUD
PROV KEPRI Tanjungpinang.
2. Penatalaksanaan penanganan kegawatdaruratan yang efisien, efektif,
seragam dan aman disesuaikan dengan regulasi serta standar yang
berlaku di RSUD PROV KEPRI Tanjungpinang.

C. KEBIJAKAN
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tahun
2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
106/Menkes/SK/I/2004 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu.

BAB II
TATA LAKSANAN CODE BLUE

Konsep dasar sistem Code Bluedi RSUD Provinsi Kepulauan Riau


Tanjungpinang terbagi menjadi: area, Tim Code Blue, Modified Early Warning
System ( MEWS ) / Basic Life Sopport ( BLS ), sistem pemanggilan dan
transfer.

1. Area
Area adalah wilayah yang dicover oleh layanan code blue. Area di RSUD
Provinsi Kepri Tanjungpinang dibagi menjadi 9 area, yaitu :
a. Area lantai dasar terdiri dari:
- Area basement terdapat tempat parkir, kantin, fisiotherapy, Gizi
dan instalasi penunjang lainnya.
- Area lantai 1 dan 2 terdapat banyak pusat pelayan pasien yang
terdiri dari bagian pendaftaran, poli rawat jalan, radiologi, farmasi,
IGD dan HD.
b. Area lantai atas terdiri dari area lantai 3 sampai dengan lantai 8
terdapat ruang rawat inap dan perkantoran.
2. Tim Code Blue
Tim Code Blue adalah semua komponen rumah sakit terlibat dalam proses
resusitasi untuk dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan
hidup lanjut, terdiri dari:
a. Petugas Non medis dan medis terlatih: merupakan petugas non medis
dengan keterampilan bantuan hidup dasar dan aktivasi sistem code
blue.
b. Tim Code Blue: merupakan petugas medis dengan komponen dokter
dan perawat dengan kemampuan bantuan hidup lanjut dan didukung
dengan peralatan dan obat-obatan emergency termasuk penggunaan
defibrillator (merupakan tim yang bergerak atas aktivasi code blue).

Gambar 1. Respon time terhadap kejadian


c. Struktur Organisasi

Pembina

Penanggung
Jawab

Koordinator Tim

Penanggung Jawab Koordinator Tim


Medis Resusitasi

ANGGOTA

d. Sumber Daya Manusia


Pembentukan anggota tim Code Blue disesuaikan dengan shift
jaga dan pembagian area RSUD Prov Kepri Tanjungpinang :
1. Tim Code Blue Shift Pagi (08.00-14.00)
2. Tim Code Blue Shift Sore (14.00-21.00) dan Malam (21.00-08.00)

1. Tim Code Blue Shift Pagi


Tim Code Blue adalah 2 tim yang dibentuk berdasarkan
perwakilan perawat kepala ruanggan saat itu, dengan jumlah 3
orang /tim ( 1 dokter, 2 perawat terlatih). Ketika terjadi kegawatan
disuatu tempat maka akan mengaktifkan tenaga yang jaga di unit
masing- masing sebagai Code Blue .
Jumlah tenaga Tim 1 (lantai dasar sampai lantai 2)
Jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah :
1. Dokter jaga IGD
2. 2 Perawat ( PJ CB Poli dan PJ CB IGD).
(Minggu PJ IGD Dan PJ CB VK)

Jumlah tenaga Tim 2 (lantai tiga sampai lantai 8)


1. Dokter jaga Ruangan
2. 3 Perawat (PJ CB ICU, PJ CB ruang kejadian dan PJ CB di
ruangan yang satu lantai dengan ruang tempat kejadian). Jika
kejadian di lantai 4 maka yang membantu adalah PJ CB ICU.
Jika terjadi di lantai 7 maka dibantu oleh PJ CB lantai 8.

Catatan :Bila ada suatu kejadian maka tim code blue terdekat yang
akan datang terlebih dahulu baru kemudian disusul
oleh tim yang lainnya.

2. Team Code Blue Shift Sore dan Malam


Tim Code Blue adalah tim yang dibentuk berdasarkan perwakilan
perawat supervisi dan pimpinan jaga di ruangan masing-masing
tempat kejadiaan pada saat itu, dengan jumlah 4 orang /tim ( 1
dokter, 3 perawat terlatih). Ketika terjadi kegawatan disuatu tempat
maka akan mengaktifkan tenaga yang jaga di unit masing- masing
sebagai Code Blue .

Kebutuhan Tenaga
Komposisi tenaga tiap tim per shift :
1. Dokter Jaga Ruangan
2. 3 Perawat (perawat supervise dan perawat pimpinan jaga di unit
masing-masing termasuk PJ IGD tempat kejadian) PJ sesuai
area.

3. Modified Early Warning System( MEWS ) / Basic Life Support ( BLS )


Modified Early Warning System adalah sistem ini digunakan di bangsal
untuk aktivasi code blue.
BLS adalah sistem ini digunakan untuk non pasien ( pengunjung,
karyawan, dokter, dll.)
4. Aktivasi dan indikasi pemanggilan
Aktivasi code blue sesuai dengan MEWS untuk pasien dan BLS untuk non
pasien, contoh :
a. Pasien kritis atau potensial kritis (obstruksi jalan napas, jika RR > 36
kali atau < 5 kali/menit, jika Nadi > 140 kali/menit atau < 40
kali/menit, Jika tekanan darah sistole > 220 mmHg atau < 80 mmHg,
Penurunan kesadaran dan Kejang.
b. Pasien henti napas atau henti jantung (terutama kasus-kasus di mana
angka harapan keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru tinggi
(reversible).
a) Langkah-langkah aktivasi pasien henti jantung dan henti napas:
- Petugas non medis atau medis yang menemukan korban
(pasien, keluarga, pengunjung atau petugas) dengan henti
jantung segera memberikan pertolongan Bantuan Hidup Dasar
sambil berteriak minta tolong orang lain untuk membantu
memberikan pertolongan bantuan hidup dasar dan memanggil
bantuan tim code blue ( menggunakan Handy Talky atau
menekan tombol Emergency). Telepon/ tombol ke operator
secara jelas menyebutkan lokasi kejadian, jumlah korban,
kasus anak atau dewasa.
Panggilan/tombol emergency dari petugas awam (Handy Talky)
akan diterima oleh operator dan memberitau tim code blue
secara simultan sambil menyiapkan peralatan resusitasi, tim
sekunder akan mengaktifkan (via telepon) perawat terdekat (tim
primer) dengan korban untuk membantu bantuan hidup dasar
- Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas
tinggi, perbandingan kompresi dan ventilasi 30 dibanding 2,
dengan perhatian pada kompresi yang dalam (minimal 5 cm),
kompresi yang cepat (minimal 100 kali/menit), dan
menghindari interupsi selama siklus kompresi dan ventilasi.
Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2 menit atau 5
siklus petugas yang melakukan kompresi harus berganti.
Masing-masing penolong bekerja secara tim dengan 1 orang
sebagai pemimpin atau leader (untuk lebih jelas teknik
resusitasi jantung paru yang ideal dapat dilihat lebih lanjut
dalam materi pelatihan BLS/ALS oleh RSUD Prov KEPRI
Tanjungpinang).
- Bantuan hidup dasar dengan kualitas tinggi dilakukan terus
sambil menunggu tim code blue datang. (Respon maksimal tim
code blue adalah 5 menit untuk seluruh area rumah sakit)
- Tim code blue datang dengan personel dokter dan perawat
terlatih BLS/ALS dengan membawa peralatan resusitasi
termasuk defibrillator. Tim code blue bekerja simultan
melakukan bantuan hidup lanjut termasuk pemberian obat-
obatan dan penggunaan defibrillator apabila diindikasikan.
- Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan
kembalinya fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka
korban akan di transport menuju ke ruang dengan peralatan
monitoring (pasien ruangan ditrasnfer ke ICU sedangkan non
pasien ditransfer ke IGD) untuk selanjutnya dilakukan
penatalaksanaan yang sesuai untuk pasien dengan paska henti
jantung termasuk kemungkinan rujukan ke rumah sakit lain.

b) Langkah-langkah aktivasi pasien henti jantung dan henti napas:

- Pasien di IGD, Bangsal perawatan, poliklinik dan ruang


tindakan, harus dipantau secara kontinyu sesuai dengan
kondisi masing-masing pasien. Monitoring harus dicatat dan
jika pasien menunjukkan perubahan atau penurunan kondisi
maka kondisi pasien harus dilaporkan kepada dokter
penanggung jawab pasien dan dilakukan terapi untuk
sementara dan monitoring yang lebih ketat.
- Jika pasien menunjukkan tanda-tanda kegawatan Pasien kritis
atau potensial kritis (obstruksi jalan napas, jika RR > 36 kali
atau < 5 kali/menit, jika Nadi > 140 kali/menit atau < 40
kali/menit, Jika tekanan darah sistole > 220 mmHg atau < 80
mmHg, Penurunan kesadaran dan Kejang  maka petugas
medis akan menelepon code blue dengan menggunakan Handy
Talkyyang ada di ruangan untuk memanggil tim code blue.
- Tim code blue datang (respon maksimal 10 menit) dengan
membawa peralatan emergency (obat-obatan dan defibrillator),
melakukan assessmen awal pada pasien dan melakukan
resusitasi apabila diperlukan.
- Jika kondisi pasien sudah membaik dan layak transport maka
pasien akan dipindahkan ke ruang ICU untuk dilakukan
monitoring yang lebih ketat termasuk kemungkinan proses
merujuk ke rumah sakit yang lebih sesuai.
- Tim code blue melaporkan kondisi pasien kepada dokter
penanggung jawab pelayanan.
5. Transfer
Transfer adalah pemindahan pasien pasca resusitasi ke ruang perawatan
dengan monitoring, untuk pasien ruangan akan dipindahkan ke ICU dan
untuk non pasien akan dipindahkan ke UGD. Kriteria dan pendampingan
selama transfer sesuai dengan panduan transfer internal.
BAB III
ALKES / BHP / OBAT EMERGENCY

1. Emergency Kit
JUMLA
NAMA ALAT H
SAFETY GOGGLES 1
AED 1
  Emergency Bag 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 000 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 00 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 1 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 2 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 3 1
OROPHARYNGEAL AIRWAYS (OPA) SIZE 4 1
NASOPHARYNGEAL AIRWAYS (NPA) SIZW 6 1
NASOPHARYNGEAL AIRWAYS (NPA) SIZW 7 1
NASOPHARYNGEAL AIRWAYS (NPA) SIZW 8 1
NASOPHARYNGEAL AIRWAYS (NPA) SIZW 9 1
LARYNGEAL MASK AIRWAYS (LMA
SUPREME) SIZE 1 1
LARYNGEAL MASK AIRWAYS (LMA
AIRWAY

SUPREME) SIZE 2 1
LARYNGEAL MASK AIRWAYS (LMA
SUPREME) SIZE 3 1
LARYNGEAL MASK AIRWAYS (LMA
SUPREME) SIZE 4 1
LARYNGEAL MASK AIRWAYS (LMA
SUPREME) SIZE 5 1
SYRINGE-20 ML 1
Y - SUCTION CATHETERS, SIZE 5 2
Y - SUCTION CATHETERS, SIZE 8 2
Y - SUCTION CATHETERS, SIZE 10 2
Y - SUCTION CATHETERS, SIZE 12 2
YANKUER SUCKER 1
WATER-BASED LUBRICANT 2
mesin suction potable 1
BAG-VALVE-MASK (BVM ) RESUSITATION
ADULT 1
BAG-VALVE-MASK (BVM ) RESUSITATION
NEONATAL 1
BAG-VALVE-MASK (BVM ) RESUSITATION
INFANT 1
BREATHING

OXYGEN MASK NON -REBREATING &


TUBING ADLT 2
OXYGEN MASK HUDSON & TUBING ADLT 2
OXYGEN MASK HUDSON & TUBING PAED 2
INTUBATION KIT ADULT 1
INTUBATION KIT PAED 1
INTUBATION KIT INFAN 1
NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY & NEEDLE 2
DECOMPRETION KIT
SYRINGES 1 ml 5
SYRINGES 3 ml 5
SYRINGES 5 ml 5
SYRINGES 10 ml 5
SYRINGES 20 ml 5
NEEDLES 19 g 5
NEEDLES 21 g 5
NEEDLES 23 g 5
NEEDLES 25 g 5
TORNIQUET 2
IV CANULA 14g 5
IV CANULA 16g 5
IV CANULA 18g 5
IV CANULA 20g 5
IV CANULA 22g 5
IV CANULA 24g 5
ALCOHOL WIPES 10
ELASTIC BANDAGE 5 CM 2
ELASTIC BANDAGE 7 CM 2
IV LEUR LOCK BUNGS 2
BIG IO GUN - INTRA OSSEOUS (ADULT) 1
BIG IO GUN - INTRA OSSEOUS (PAED) 1
NEEDLES- BUTTERFLY 21 g 2
NEEDLES- BUTTERFLY 23 g 2
INFUSION PUMP SET & IV GIVING SET 1
BURETTE (ADULT) 1
BURETTE CHILD)) 1
RAPID INFUSION CANULA 2
TAPE-MICROPORE 25 MM 2
MUCOSAL ATOMISATION DEVICE (MAD) 1
IV ADITIVE LABELS 5
IV TRANSPARENT DRESSING 2
SODIUM CHLORIDE 0,9% 1000 MLS 3
HARTMANN SOLUTION 1000 MLS 3
TORC PEN LIGHT DISPOSIBLE 1
OBSERVATIO
CLIPBOARD & PEN FOR DOKUMENTATION 1
N
TRAUMA FORMS, NOTE PAPER 1
NASOGASTRIC TUBE FG-12 1
OTHER

INFANT FEEDING TUBE- FG 8 1


SNAKE BITE BANDAGES 2
GASTRIC DRAINAGE BAG AND SPIGOL 1
PH TEST STRIPS ( ASSESS NG PLACEMENT) 1
Tabel 1. Alat Kesehatan

2. Emergency Troli.
Pada bagian samping dan atas troli emergensi terdapat alat :
No Nama Alat Keterangan Jumlah

1 Oksigen portable Tabung Oksigen + regulator 1 unit


O2 + troli 1 m3 kubik
2 Monitor Transport 1 unit
3 Defibrilator/AED 1 unit
4 Manual Resuscitation Kit 1 set
Dewasa
5 Manual Resuscitation Kit 1 set
Anak
6 Tensimeter Manual 1 unit
Raksa
7 Tube exchanger 1 unit
8 Suction portable 1 unit
9 Torniquet 1 unit
10 Senter kecil 1 unit

Laci pertama berisi Obat Emergency


Obat emergency yang disiapkan sudah tertata baik dan teratur sesuai
kaidah kefarmasian yaitu urut alfabetis sesuai bentuk sediaan agar
memudahkan pengambilan saat diperlukan. Pada laci pertama ini terdapat
rak wadah obat agar obat tidak tercampur satu sama lain. Petugas farmasi
menata obat emergensi di laci rak pertama dari kiri ke kanan, dari depan ke
belakang urut sesuai abjad dan mencantumkan nama obat emergensi pada
masing-masing rak wadah obat. Dan penataannya disesuaikan kebijakan
obat high alert dan LASA (Look A like Sound A like) maka diberi penandaan
khusus dan tidak ditempatkan berdampingan.
1. OBAT

NAMA OBAT DAN KEKUATAN


NO SEDIAAN JUMLAH HIGH ALERT
SEDIAAN

1. Amiodarone 150 mg/3ml ampul 2 YA


2. Aminofilin 240 mg/10ml ampul 3 -
3. Atropin Sulfat 0,25 mg/ml ampul 10 YA
4. Dextrose 40% 400mg/ml fls 2 YA
5. Dexamethason 5 mg/ml ampul 3 -
6. Diazepam 5 mg/ml ampul 2 YA
7. Difenhidramin 10 mg/ml ampul 2 -
8. Digoxin 0,25 mg ampul 2 YA
9. Diltiazem 5 mg/ml ampul 2 -
10. Dobutamin 200 mg/5ml ampul 2 YA
11. Dopamin 200 mg/5ml ampul 2 YA
12. Epinefrin 1 mg/ml ampul 9 YA (KULKAS)
13. Furosemid 10 mg/ml ampul 5 -
14. Ca-Gluconas 100 mg/ml ampul 2 -
15. KCl 7,46 mg/ml fls 2 YA
16. Lidocain 20 mg/ml ampul 3 -
17. Metamizole 500 mg/ml ampul 2 -
18. Norepinefrin 4 mg/ml ampul 2 YA
19. Salbutamol 2,5 mg nebules 2 -
2. CAIRAN INFUS

NO NAMA BHP JUMLAH

1. Dextrose 5% 500ml 1
2. Dextrose 10% 500ml 1
3. Manitol 20% 500 ml 1
4. Ringer Laktat 500ml 2
5. NaCl 0,9% 100 ml 1
6. NaCl 0,9% 500 ml 2

3. CIRCULATION DEVICES

NO NAMA BHP JUMLAH

1. Abbocath #16 1
2. Abbocath #18 1
3. Abbocath #20 1
4. Abbocath #22 1
5. Abbocath #24 1
6. Bloodset 1
7. Elektroda Dewasa 3
8. Elektroda Anak 3
9. Spuit 1 cc 3
10. Spuit 3 cc 3
11. Spuit 5 cc 3
12. Spuit 10 cc 3
13. Spuit 20 cc 1
14. Spuit 50 cc CT 1
15. Spuit 50 cc ET 1
16. Foley Catheter #8 1
17. Foley Catheter #10 1
18. Foley Catheter #12 1
19. Foley Catheter #14 1
20. Foley Catheter #16 1
21. Infuset Makro 1
22. Infuset Mikro 1
23. NGT #10 1
24. NGT #12 1
25. NGT #14 1
26. NGT #16 1
27. NGT #18 1
28. Wing Needle #25 2
29. Urine Bag 1

4. AIRWAY DEVICES

NO NAMA BHP JUMLAH

1. ETT #3,5 1
2. ETT #5,0 1
3. ETT #6,0 1
4. ETT #6,5 1
5. ETT #7,0 1
6. ETT #7,5 1
7. Hypavix 1
8. Gel Lubricant 1
9. Guedel #1/60mm 1
10. Guedel #2/70mm 1
11. Guedel #3/80mm 1
12. Nasofaringeal Airways #7 1
13. Nasofaringeal Airways #8 1
14. Handscoon Steril #7 1
15. Suction Catheter #6 1
16. Suction Catheter #8 1
17. Suction Catheter #10 1
18. Suction Catheter #12 1
19. Suction Catheter #14 1
20. Tounge Spatel 1

5. BREATHING DEVICES

NO NAMA BHP JUMLAH

1. Extention Tube 1
2. Nebulizer Anak 1
3. Nebulizer Dewasa 1
4. Nasal Kanul Anak 1
5. Nasal Kanul Dewasa 1
6. NRBM Anak 1
7. NRBM Dewasa 1

Referensi:
 American Heart Association (2010), Guidellines for Cardiopulmonary
Resuscitation andEmergency Cardiovasculare care.
 European Resuscitation Council (ERC),(2010), Guidelines for
Resuscitation,Resuscitation, 81, 1219–1276.
 Judy Graves, J. (2007). Code blue manual, Royal Brisbane & Womens
Hospital Service District, Quensland Health.

PEMIMPIN BLUD
RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG

dr. MUCHTAR LUTFI MUNAWAR, SpP

Anda mungkin juga menyukai