PANDUAN TRIAGE
TENTANG
PANDUAN TRIAGE
DI RSUD PAKUHAJI KABUPATEN TANGERANG
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PAKUHAJI KABUPATEN
TANGERANG TENTANG PANDUAN TRIAGE DI LINGKUNGAN
RSUD PAKUHAJI KABUPATEN TANGERANG
Ditetapkan di : Pakuhaji
Pada Tanggal : 29 Maret 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Triage berasal dari bahasa Perancis Trier, yang berarti untuk
memilih atau memilah. Triage sistem pertama kali digunakan untuk
memprioritaskan perawatan medis selama perang Napoleon pada abad ke-
18. Setelah perang telah dilakukan penyempurnaan sistem untuk
memindahkan secara cepat korban yang terluka dari medan perang ke
tempat perawatan definitif. Sistem First Impression Triage Mass Casualty
Insiden (MCI) juga telah dikembangkan. Prinsip yang mendasari triage MCI
adalah mencapai hasil yang terbaik untuk jumlah korban yang banyak
dalam kondisi dimana kebutuhan klinis melebihi sumber daya yang
tersedia.
Dalam pengobatan sipil, sistem triage telah disempurnakan dan
diadaptasi untuk digunakan dalam berbagai situasi. Dalam semua
lingkungan pelayanan kesehatan, proses triage ditopang
oleh pertimbangan bahwa semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh pelayananan medis yang definitif pasti akan meningkatkan
dampak pelayanan kesehatan bagi pasien.
B. Pengertian
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya
cidera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang
berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah
yang melibatkan massal.
Triage adalah tindakan mengkategorikan pasien menurut kebutuhan
perawatan dengan memprioritaskan mereka yang paling perlu didahulukan.
Paling sering terjadi di ruang gawat darurat, namun triage juga dapat terjadi
dalam pengaturan perawatan kesehatan di tempat lain di mana pasien
diklasifikasikan menurut keparahan kondisinya. Tindakan ini dirancang
untuk memaksimalkan dan mengefisienkan penggunaan sumber daya
tenaga medis dan fasilitas yang terbatas.
A. SASARAN
Seluruh pasien IGD
1. Kode warna hijau diberikan untuk pasien yang tidak gawat. Pasien
kode hijau tidak membutuhkan tindakan darurat. Memang pasien ini
sedang sakit tapi pengobatannya tidak secara darurat. Misalkan ;
pasien yang cukup diobati secara rawat jalan. Tidaklah sama antara
tindakan darurat dengan tindakan penyembuhan.
2. Kode warna kuning diberikan untuk pasien gawat namun masih ada
jeda waktu untuk melakukan tindakan darurat untuk mengatasi
kegawatannya. Misalnya : pasien patah tulang tertutup, maka tindakan
reposisinya boleh ditunda namun menghilangkan nyeri harus segera
dilakukan. Mengatasi nyeri adalah tindakan darurat karena nyeri yang
sangat akan berpotensi terjadinya neurogenik syok yang bisa
membawa kematian.
3. Kode warna merah diberikan untuk pasien gawat yang
membutuhkan tindakan darurat langsung segera. Misalnya ; pasien
dengan luka yang berdarah sehingga darah mengalir maka tindakan
darurat untuk menghentikan perdarahan harus segera dilakukan.
Pasien dengan Infark Mioakard Akut harus dilakukan tindakan segera
untuk mengatasi/mencegah ventrikel fibrilasi yang seringkali menjadi
sebab kematian. Kode warna merah diberikan juga untuk pasien
sangat gawat yang membutuhkan tindakan resusitasi. Resusitasi
diupayakan dengan melakukan tindakan life support berupa CPR dan
atau DC Shock.
Berikut ini adalah kondisi yang menyebabkan pasien bisa tergolong
sebagai pasien gawat sehingga membutuhkan tindakan darurat untuk
menanggulangi dan mengkoreksi penyebabnya :
Sumbatan jalan nafas
Sesak. Frekuensi nafas > 30 atau < 8 x permenit
Perdarahan
Dehidrasi
Temperatur ≥ 38o C
Kejang
Penurunan kesadaran
Nyeri dengan skala VAS ≥ 7
Retensio urine
Urine < 0,5 ml/kgbb/jam
Abdomen distended
Inpartu kala 2
Patah tulang terbuka
Dislokasi sendi.
Penyakit dasarnya mungkin belum bisa disembuhkan di IGD namun
tindakan darurat harus segera dilakukan untuk mengatasi kondisi
tersebut. Selanjutnya pengobatan dan tindakan penyembuhan
dilakukan secara terencana.
4. Kode warna hitam diberikan untuk pasien datang sudah dalam
keadaan meninggal.
Tidak ada respon terhadap semua rangsang
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada aktifitas jantung
Tidak ada respon pupil
Tidak ada tindakan kedaruratan, dilakukan perawatan jenazah.
C. PELAKSANAAN
1. Kapan Dilakukan
Saat pasien datang ke IGD
2. Siapa yang Melakukan
a. Dokter
b. Perawat
3. Dimana
Instalasi Gawat Darurat
BAB III
TATA LAKSANA
Ditetapkan di : Pakuhaji
Pada Tanggal : 29 Maret 2019