TENTANG
Pasal 1
(1) Pasien dalam tahap akhir hayat dilakukan asesmen awal dan asesmen ulang.
(2) Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam
tahap akhir hayat. Proses ini meliputi:
a. Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri;
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan
mempertimbangkan keinginan pasien dan keluarga;
c. Menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga;
d. Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan;
e. Memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual, serta
budaya pasien dan keluarga.
Pasal 2
(1) Terdapat bukti terhadap pasien dijelaskan hasil asuhan dan pengobatan
termasuk hasil asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan.
(2) Rumah sakit menghormati keinginan danilihan pasien untuk menolak
pelayanan resusitasi, menunda, atau melepas bantuan hidup dasar (do not
resucitate/DNR)
(3) Penentuan kematian di Rumah Sakit Umum Daerah Paniai harus ditentukan oleh
dokter
(4) Penentuan kematian dapat digunakan dengan menggunakan kriteria
diagnosa kematian klinis / konvensional atau kriteria diagnosis kematian
batang otak
(5) Penentuan kematian klinis / konvensional
a. Kriteria diagnosa kematian klinis / konvensional didasarkan pada telah
berhentinya fungsi jantung sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti secara
permanen
b. Proses penentuan kematian klinis / konvensional sebagaimana dimaksud,
dilakukan sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar
operasional prosedur
Pasal 3
(1) Penetapan waktu kematian pasien adalah pada saat dinyatakan mati
batang otak, bukan saat ventilator dilepas dari mayat atau jantung berhenti
berdenyut.
(2) Setelah seseorang ditetapkan mati batang otak, maka semua terapi bantuan
hidup harus segera dihentikan.
(3) Rumah Sakit Umum Daerah Paniai tidak melayani otopsi dan donor organ.
Pasal 4
Panduan Pelayanan Menjelang Akhir Hayat ini digunakan sebagai acuan bagi
para perawat dan dokter dalam memberikan asuhan medik dan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit.
Pasal 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Pelayanan Menjelang Akhir Hayat
Rumah Sakit tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisah
dari peraturan Direktur rumah sakit ini.
Pasal 6
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit
U m u m D a e r a h P a n i a i ini atau jika terdapat perubahan maka akan diatur
kemudian hari.
Ditetapkan : di Paniai
pada tanggal :
......................
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PANIAI
HAYAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kondisi Akhir Hayat adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan
dan teknologi kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan
sehingga akan menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat.
Pengaplikasian terapi untuk memperpanjang/mempertahankan hidup hanya
akan berefek dan memperlama proses penderitaan/sekarat pasien.
B. Pasien Tahap Akhir Hayat adalah pasien dengan kondisi terminal yang
makin lama makin memburuk
C. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik
dalam keadaan sehat maupun sakit.
D. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel.
E. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi,
diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama
beberapa jam atau hari.
F. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronal intrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan
serebelum.
G. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
1. Dementia
⚫ Tidak bisa berjalan tanpa ada yang membantu
⚫ Inkontinesia untuk BAK dan BAB
⚫ Pengucapan verbal yang tanpa arti
⚫ Tidak dapat berpakaian tanpa ada yang mebantu
⚫ Barthel Score <3
⚫ Berkurang kemampuan untuk melakukan aktivitas pokok perawatan diri
⚫ Ditambah dengan salah satu dari: pyelonephritis/ ISK, serum albumn
25g/L, luka decubitus dalam, demam berulang, berlkurangnya intake oral/
berat badan turun, pneumonia aspirasi
2. Kelemahan fisik karena usia
A. Pelayanan pasien tahap akhir hayat ini berlaku untuk semua staf dan unit
pelayanan di RS Bakti KARS terutama di ICU dan ruang perawatan. Hal ini
merupakan tanggung jawab semua staf RS baik klinisi atau admisi. RS
melatih staf untuk menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya
dalam keputusan pelayanan.
B. Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam
tahap akhir hayat. Proses ini meliputi:
a) intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri;
b) memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan
mempertimbangkan keinginan pasien dan keluarga;
c) menyampaikan secara hati-hati soal sensitif seperti autopsi atau donasi
organ;
d) menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga;
e) mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan;
f) memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual, serta
budaya pasien dan keluarga.
A. Aspek Keperawatan
1. Asesmen Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan
mengintervensi dengan melakukan asesmen yang tepat sebagai berikut:
a. Asesmen tingkat pemahaman pasien &/ keluarga:
1) Closed Awareness: pasien dan atau keluarga percaya bahwa
pasien akan segera sembuh.
2) Mutual Pretense: keluarga mengetahui kondisi akhir hayat
pasien dan tidak membicarakannya lagi, Kadang-kadang
keluarga menghindari percakapan tentang kematian demi
menghindarkan dari tekanan.
3) Open Awareness: keluarga telah mengetahui tentang proses
kematian dan tidak merasa keberatan untuk
memperbincangkannya walaupun terasa sulit dan sakit.
Kesadaran ini membuat keluarga mendapatkan kesempatan
untuk menyelesaikan masalah-masalah, bahkan dapat
berpartisipasi dalam merencanakan pemakaman. Pada
tahapan ini, perawat atau dokter dapat menyampaikan isu
yang sensitif bagi keluarga seperti autopsi atau donasi organ.
2. Asesmen faktor fisik pasien
Pada kondisi akhir hayat atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada
berbagai masalah menurunnya fisik, perawat harus mampu mengenali
perubahan fisik yang terjadi pada pasien akhir hayat meliputi:
a. Pernapasan (breath)
1) Apakah teratur atau tidak teratur,
2) Apakah ada suara napas tambahan seperti ronki, wheezing,
stridor, crackles, dll,
3) Apakah terjadi sesak napas,
4) Apakah ada batuk, bila ada apakah produktif atau tidak
5) Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah, warna,
bau dan jenisnya
6) Apakah memakai ventilasi mekanik (ventilator) atau tidak?
b. Kardiovaskuler (blood)
1) Bagaimana irama jantung, apakah reguler atau ireguler
B. Aspek Medis
1. Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius, maka
beberapa intervensi medis dapat memperpanjang hidup pasien, sebagai
berikut:
a. Tindakan Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO)
Pemberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang
mengalami henti napas atau henti jantung. RJPO diindikasikan untuk
pasien yang tidak bernapas dan tidak menunjukan tanda – tanda
sirkulasi, dan tanpa instruksi DNR di rekam medisnya.
b. Pemakaian Alat Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Pemakaian ventilator, ditujukan untuk keadaan tertentu karena
penyakit yang berpotensi atau menyebabkan gagal napas.
c. Pemberian Nutrisi
1) Feeding Tube, Seringkali pasien sakit terminal tidak bisa
mendapatkan makanan lewat mulut langsung, sehingga perlu
dilakukan pemasangan feeding tube untuk memenuhi nutrisi
pasien tersebut
2) Parenteral Nutrition, adalah sebuah upaya untuk mengirim
nutrisi secara langsung ke dalam pembuluh darah, yang berguna
untuk menjaga kebutuhan nutrisi pasien.
d. Tindakan Dialisis
Tindakan dialisis diberikan pada pasien akhir hayat yang mengalami
penurunan fungsi ginjal, baik yang akut maupun yang kronik dengan
LFG <
15 mL/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun
sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai
uremia.
e. Pemberian Antibiotik
Pasien terminal, memiliki risiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasien lainnya. Infeksi berat ini paling sering ditemukan pada
saluran pernapasan, saluran kemih, peredaran darah, atau daerah
trauma/operasi. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan morbiditas dan
Panduan Pelayanan Pasien Terminal Hal 14
mortalitas, pemanjangan masa perawatan, dan pembengkakan biaya
perawatan. Penyebab meningkatnya risiko infeksi ini bersifat multifaktorial,
meliputi penurunan fungsi imun, gangguan fungsi barrier usus, penggunaan
antibiotik spektrum luas, katekolamin, penggunaan preparat darah, atau
dari alat kesehatan yang digunakan (seperti ventilator).
Pasien menderita penyakit akhir hayat dengan prognose yang buruk
hendaknya diinformasikan lebih dini untuk menolak atau menerima bila
dilakukan resusitasi maupunventilator. mortalitas, pemanjangan masa
perawatan, dan pembengkakan biaya perawatan. Penyebab meningkatnya
risiko infeksi ini bersifat multifaktorial, meliputi penurunan fungsi imun,
gangguan fungsi barrier usus, penggunaan antibiotik spektrum luas,
katekolamin, penggunaan preparat darah, atau dari alat kesehatan yang
digunakan (seperti ventilator). Pasien menderita penyakit akhir hayat
dengan prognose yang buruk hendaknya diinformasikan lebih dini untuk
menolak atau menerima bila dilakukan resusitasi maupun ventilator.
6. Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi
oksigen, nutrisi enteral dan cairan kristaloid.
7. Keluarga pasien dapat meminta dokter untuk melakukan penghentian
atau penundaan terapi bantuan hidup atau meminta menilai keadaan
pasien untuk penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
8. Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup
tindakan kedokteran terhadap pasien dilakukan oleh tim dokter yang
menangani pasien setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk
oleh Komite Medik atau Komite Etik.
9. Permintaan keluarga pasien untuk penghentian dan penundaan terapi
bantuan hidup hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. Pasien tidak kompeten tetapi telah mewasiatkan pesannya tentang
hal ini
(advanced directive) yang dapat berupa:
1) Pesan spesifik yang menyatakan agar dilakukan penghentian
atau penundaan terapi bantuan hidup apabila mencapai keadaan
futility (kesia-siaan).
2) Pesan yang menyatakan agar keputusan didelegasikan kepada
seseorang tertentu (surrogate decision maker).
b. Pasien yang tidak kompeten dan belum berwasiat, namun keluarga
pasien yakin bahwa seandainya pasien kompeten akan memutuskan
seperti itu, berdasarkan kepercayaannya dan nilai-nilai yang
dianutnya.
10. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada point (7) dan
point (8) bila pasien masih mampu membuat keputusan dan menyatakan
keinginannya sendiri.
11. Dalam hal permintaan dinyatakan oleh pasien sebagaimana dimaksud
Panduan Pelayanan Pasien Terminal Hal 16
pada point (9), maka permintaan pasien tersebut harus dipenuhi.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara permintaan keluarga dan
rekomendasi tim yang ditunjuk oleh komite medik atau komite etik, dimana
keluarga tetap meminta penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup,
tanggung jawab hukum ada di pihak keluarga. Kondisi Akhir Hayat
Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika
diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan
bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya dilakukan
tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.