Anda di halaman 1dari 12

ASKEP ANAK DENGAN

ATRESIA ANI
A. IRMAYANTI SNR172120021
SEPTIA S HANDAYANI
SNR172120022
HILLARIA DONA SNR172120019
DEFINISI ATRESIA ANI
• Atresia ani adalah kelainan kongenital yang
dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum dan keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
• Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang
terbanyak pada daerah anorektal. Insidensinya
adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup.
Insidensi pada laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan perempuan. Pada laki-laki paling
sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan
pada perempuan paling sering didapatkan
fistula rektovestibuler (Pena, 2000).
ETIOLOGI ATRESIA ANI
Atresia ani dapat disebabkan oleh
• Etiologi secara pasti •
beberapa faktor, antara lain:
atresia ani belum 1. Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah
diketahui, namun ada usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi
sumber mengatakan antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.
kelainan bawaan anus 2. Putusnya saluran pencernaan dari
atas dengan daerah dubur sehingga
disebabkan oleh bayi lahir tanpa lubang dubur.
3. Kegagalan pertumbuhan saat bayi
gangguan pertumbuhan, dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.
fusi, dan pembentukan 4. Berkaitan dengan sindrom down
(kondisi yang menyebabkan sekumpulan
anus dari tonjolan gejala mental dan fisik khas ini di
sebabkan oleh kelainan gen dimana
embriogenik. terdapat ekstra salinan kromosom 21)
5. Atresia ani adalah suatu kelainan
bawaan.
PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum
anorektal pada kehidupan embrional. Anus dan rektum
berkembang dari embriotik bagian belakang. Ujung ekor
dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada
kanal anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia ani
karena tidak ada kelengkapan migrasi dan
perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu
dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat
juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tida ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intensial mengalami obstruksi
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Betz. Edisi 7. 2002 manifestasi klinis atresia ani yaitu
sebagai berikut:

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah


kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila
tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran
anal.
7. Perut kembung.
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
(Ngastiyah, 2005)
1. Asidosis hiperkloremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Prolaps mukosa anorektal.
5. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis
(akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis).
6. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet
training.
7. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
8. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan
infeksi).
KLASIFIKASI
• Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
• Membranosus atresia adalah terdapat
membran pada anus.
• Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi
ada daging diantara rektum dengan anus.
• Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik
wangensteen-rice)
4. Ultrasound
5. Aspirasi jarum
6. Pemeriksaan radiologis
PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
2. Pengobatan
A. Aksisi membran anal (membuat anus
buatan)
B. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi
sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. POST OPRASI
A. Gangguan rasa nyaman
1. Pre Operasi nyeri berhubungan dengan
A. Inkontinentia bowel insisi pembedahan.
berhubungan dengan tidak B. Perubahan nutrisi kurang
lengkapnya pembentukan dari kebutuhan tubuh
anus. berhubungan dengan
B. Resiko kekurangan volume anoreksia
cairan berhubungan dengan C. Resiko infeksi berhubungan
muntah dengan prosedur
C. Kecemasan orang tua pembedahan.
berhubungan dengan kurang D. Kurangnya pengetahuan
pengetahuan tentang penyakit keluarga berhubungan dengan
dan prosedur perawatan. kebutuhan perawatan dirumah
Contoh kasus
Nama : By. H
Ttl : Sambas, 11 September 2018
Usia : 7 Hari
J kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Alamat : Sambas
Agama : Islam
Nama ayah/ibu : Tn.R/Ny.N
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak punya anus,
tidak bisa BAB, tidak mau menetek, muntah, perut
membuncit, perut kembung, puncat, tinja keluar dari
saluran kencing atau uretra

Anda mungkin juga menyukai