MASALAH FRAKTUR
ABIMANYU 2
Disusun Oleh :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Magelang, 22 Juni 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB 4 PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi
terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor
khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah
“kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat
meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.
Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut
fraktur. Menurut Smeltzer (2001 : 2357). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penanganan
segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur
adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361).
Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeksi.
Rumusan Masalah
1. Pengertian Fraktur
2. Etiologi Fraktur
3. Anatomi Fisilogi Fraktur
4. Patofisiologi Fraktur
5. Manifestasi Klinis
6. Proses Penyembuhan Tulang
Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Fraktur
2. Mengetahui Etiologi Fraktur
3. Mengetahui Anatomi Fisilogi Fraktur
4. Mengetahui Patofisiologi Fraktur
5. Mengetahui Manifestasi Klinis
6. mengetahui Proses Penyembuhan Tulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Atau fraktur yaitu patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut , keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap.Ini dapat berkisar dari retakan tipis hingga patah.
Patah tulang bisa melintang, memanjang di beberapa tempat, atau menjadi
beberapa bagian. Biasanya, patah tulang terjadi ketika tulang dipengaruhi
oleh kekuatan atau tekanan lebih dari yang dapat didukung. Di sisi lain,
salah satu yang merusak kulit di sekitarnya dan menembus kulit dikenal
sebagai fraktur kompon atau fraktur terbuka. Fraktur kompon umumnya
lebih serius daripada fraktur sederhana, karena menurut definisi, patang
tulang ini bisa menyebabkan terinfeksi.
Etiologi
Klasifikasi Fraktur :
Klasifikasi etiologis
1. Fraktur Traumatic
2. Fraktur Patologis terjadi pada tulang karena adanya
kelainan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang
(infeksi,tumor,kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan
atau akibat trauma ringan.
3. Fraktur Stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-
ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress
jarang sekali ditemukan dianggota gerak atas.
Klasifikasi klinis
1. Fraktur tertutup (simple fraktur) yaitu bila tidak terdapat hubungan
antara fragma tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (compoun fraktur) yaitu bila terdapat hubungan
antara fragmen luar dengan dunia luar karena adanya perlukaan di
kulit.
3. Fraktur dengan komplikasi yaitu merupakan fraktur dengan luka
pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai
menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
misal malunion, delayed, union, nonunion, infeksi tulang.
Klasifikasi radiologis
1. Menurut Lokalisasi :
diafisal,
metafisial,
intra-artikuler,
fraktur dengan dislokasi yaitu sendi menjadi terkilir, dan
salah satu tulang sendi mengalami fraktur.
2. Menurut Konfigurasi :
Fraktur Transfersal yaitu fraktur sepanjang garis tengah
tulang.
Fraktur Oblik yaitu fraktur yang diagonal ke sumbu panjang
tulang.
FrakturSpiral yaitu fraktur di mana setidaknya satu bagian
tulang telah dipelintir
Fraktur Z, F. Segmental,
Fraktur Komunitif (lebih dari deaf ragmen) yaitu tulang
hancur berkeping-keping.
Fraktur Baji biasa pada vetebra karena trauma,
Fraktur Avules yaitu otot atau ligament menarik tulang,
mematahkannya.
Fraktur Depresi yaitu keadaan dimana kondisi tulang tabula
eksterna dari tulang yang mengalami fraktur berada dibawah
anatomi normal dari tulang tabula interna yang dikelilingi
oleh tulang intak
Fraktur Epifisis yaitu fraktur melalui epifisis.
3. Menurut Ekstensi :
F. Total,
F.tidak total,
F. Buckie atau torus yaitu tulang mengalami deformasi tetapi
tidak retak. Lebih sering terjadi pada anak-anak. Itu
menyakitkan tetapi stabil.
F. Garis rambut yaitu fraktur sebagian tulang. Kadang-
kadang jenis fraktur ini lebih sulit dideteksi dengan sinar-
X rutin.
F. Green stick yaitu tulang sebagian patah di satu sisi, tetapi
tidak pecah sepenuhnya karena sisa tulang dapat
membengkok. Ini lebih sering terjadi pada anak-anak, yang
tulangnya lebih lembut dan lebih elastis.
2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
Manifestasi Klinis
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur
impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis
fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien.
Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.
I . Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Pola Kebiasan
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a) Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
1. Pola-pola fungsi menurut Gordon :
a) Pola aktivitas dan latihan
Aktifitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat adanya luka
operasi sehingga perlu dibantu baik perawat maupun klien.
b) Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan pola tidur dan istirahat px megnalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri luka post op.
Keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan
tidur klien.
Klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain.
j) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap.
Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat
inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien..
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
1. Pemeriksaan fisik
a) Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada
sistem integumen seperti warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi
rembesan darah pada luka post op ada / tidak.
Pada pasien fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan
dengan bebas dan terdapat adanya jahitan apa tidak.
Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol
seperti bentuk data ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan
cuping hidung.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jeringan saraf, dan
pembuluh darah). Penyebab nya adalah trauma atau tenaga fisik, fraktur
fatologis, faktor stress, dan osteoforosis. Klasifikasi fraktur ada 4 yaitu
fraktur terbuka, fraktur tertutup, fraktur clomplete dan fraktur incomplete.
Tanda-tanda dan gejala yang khas pada fraktur femur adalah tidak
dapat menggunakan anggota gerak, nyeri pembengkakan, terdapat
trauma, gangguan pada anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
atau datang dengan gejala-gejala lain. Pemeriksaan diagnostik yang utama
adalah radiologi poto polos pada bagian fraktur.
Saran
A. Bagi mahasiswa
Diharapkan mngerti tentang konsep yang ada pada teori. Dan dapat
menerapkannya dilapangan.
B. Bagi perawat
Memaksimalkan peralatan dalam proses tindakan keperawatan pada
pasien dan menyediakan pemeriksaan disesuaikan dengan jumlah pasien.
C. Bagi keluarga pasien
Daftar Pustaka