Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK

DENGAN DIARE

OLEH

I GUSTI AYU MADE MEIULANDARI

17091110047

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADVAITA MEDIKA TABANAN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK

DENGAN DIARE

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis)
atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).

2. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika
Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada
ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama sampai dengan ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar
200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.
WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode
diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah
kasus diaredidapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di
Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,
berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk
penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

3. Klasifikasi Diare
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1) Lama waktu diare
a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan
menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)
diare akut di definisikan sebagai passase tinja yang cair dan lembek dengan
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2) Mekanisme Fatofisiologi
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f. Gangguan permeabilitas usus.
g. Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik.
h. Infeksi dinding usus.
3) Penyakit Infektif atau Non-Infektif.
4) Penyakit Organik atau Fungsional.

4. Etiologi Diare
1) Factor infeksi : bakteri (shigella, shalmonella, vibrio cholera), virus (enterovirus),
parasit (cacing), kandida (candida albicans).
2) Factor parenteral : infeksi bagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
3) Factor malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein.
4) Factor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kurang matang.
5) Factor psikologis : rasa takut, cemas.
6) Obat-obatan : antibiotik
7) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada
anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan- 2 tahun
(Suharyono,2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah
sakit karena diare berat pada anak- anak kecil merupakan infeksi nasokomial yang
signifikan oleh mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter
merupakan bakteri pathogen yang paling sering di isolasi. Mikroorganisme Giardia
lamblia dan Cryptosporodium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan
diare infeksius akut (Wong,2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru
yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang dewasa dibandingkan
anak- anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare
disebarluaskan lewat jalur fekal oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau
ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong, 2009).

5. Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus (Suraatmaja, 2007).
Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian
mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam lambung,
mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada
mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh
yang mengakibatkan terjadinya diare (Suraatmaja, 2007).

6. Patofisiologi
Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan
air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida, dan glukosa (Ulscen,
2000).
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri
dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang
disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan
tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir
dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda
dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti.
Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas
dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah
malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam
lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti
gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare
sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri
atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel
disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma
usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif
mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan
mukosa usus.

7. Faktor Resiko
Faktor risiko yang menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor prilaku
masyarakat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi.
Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta sarana air bersih yang
kurang. Faktor prilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan sesudah buang air
besar serta tidak membuang tinja dengan benar. Tidak memberi ASI secara penuh 4-
6 bulan pertama kehidupan bayi mempunyai risiko untuk menderita diare lebih besar,
ini akibat kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang diare
(Adisasmito, 2007).
Diare merupakan penyebab utama malnutrisi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoro, 2006). Semakin buruk keadaan gizi
anak, semakin sering dan semakin berat diare yang dideritanya (Suharyono,2008).
Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare yaitu kematian dan malnutrisi. Diare dapat
menyebabkan malnutrisi dan membuat lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan
kehilangan nutrisi, anak- anak dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu
tidak memberi makan pada anak ketika mengalami diare (WHO, 2005).

8. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.
2) Suhu tubuh tinggi/demam.
3) Feses encer, berlendir atau berdarah.
4) Warna feses kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
5) Anus lecet.
6) Muntah sesudah dan sebelum diare.
7) Anoreksia
8) Gangguan giizi akibat intake makanan kurang.
9) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,turgor kuliat
berkurang,, mata dan ubunubun besar dan cekung, membrane mukosa kering.
10) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer.
11) Keram abdominal.
12) Lemah.
13) Pucat.
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus,
berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi
ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik
kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan
kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan
timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa
nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal
ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi
kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi
paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien
yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
9. Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci
tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran
manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga
dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan,
atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada
kecurigaan tentangkeamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari
danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika
berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih
(air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau
hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan
sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang
dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan
dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel
terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi
efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera
terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral
yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin
parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya
diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip
dengan dua vaksin lainnya

10. Penatalaksanaan Diare


Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal atau
fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai pertimbangan
profesional dalam setiap tahan sebelum membuat suatu keputusan (Dewi Sekar,
2009). Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah:
1) Mencegah dehidrasi.
2) Mengobati dehidrasi.
3) Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah
diare.
4) Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
11. Pathway

Factor infeksi F. malbsorbsi F. Makanan F. Psikologi


KH, lemak,
protein.

Masuk & ber Meningkatkan Toksin dapat Cemas


kembang dlm tek. Osmotik diserap
usus

Hipereksresi air Pergeseran air Hiperperistaltik


& elektrolit (isi dan elektrolit
rongga usus) ke rongga usus.

DIARE

Frek. BAB Distensi abdomen


meningkat

Kehilangan Kehilangan cairan Gangguan Mual, muntah


nutrisi berlebih & elekt berlebih integritas kulit.

Perubahan Gangguan Asidosis


nutrisi kurang keseimbangan metabolisme
dari kebutuhan. cairan & elekt

Resio Sesak Nafsu makan


hipovolemi syok menurun

Gangguan BB menurun
oksigen

Gangguan
tumbang
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Nama mahasiswa : I Gusti Ayu Made Meiulandari
NIM : 17091110047
Ruang : Kaswari
Tanggal pengkajian : 26 April 2019
Tanggal praktek : 26 April - 02 Mei 2019
Paraf :

I. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis :
Nama klien :
Nama panggilan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Bahasa yang dimengerti :
Orang tua/wali :
Nama Ayah/Ibu/Wali :
Pekerjaan Ayah/Ibu/Wali :
Pendidikan :
Alamat Ayah/Ibu/Wali :
II. KELUHAN UTAMA
BAB lebih dari 3 kali sehari.
III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5 hari (diaare
akut) lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Prenatal
a) Mulai melakukan perawatan selama hamil.
b) Keluhan ibu selama hamil emesis, demam.
c) Riwayat terkena sinar X.
d) Kenaikan BB selama hamil.
e) Imunisasi.
f) Golongan darah ibu dan ayah.
B. Perinatal dan postnatal
a) Tempat melahirkan.
b) Lama dan jenis persalinan.
c) Cara untuk memudahkan persalinan.
d) Kondisi bayi saat lahir.
C. Penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang pernah diderita seperti: DHF, Thypoid, Apendixcitis.
D. Hospitalisasi/tindakan operasi
Pernah masuk rmah sakit sebelumnya atau tidak, pernah mendapatkan
tindakan operasi atau tidak, seperti apendixcitis.
E. Injuri/kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan atau tidak .
F. Alergi
Riawayat alergi makanan, susu, obat-obatan, debu, dingin dan panas.
G. Imunisasi dan tes laboratorium
Imunisasi yang pernah didapatkan:
a) Imunisasi BCG untuk mencegah TB diberikan pada bayi usia kurang dari
2 bulan.
b) Imunisasi Hepatitis B umtuk mencegah Hepatitis diberikan sebanyak 3x,
pada neonates diberikan 12 jam setelah bayi lahir.
c) Imunisasi Polio untuk mencegah Poliomielitis diberikan sebanyak 4x.
d) Imunisasi DPT untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus diberikan
sebanyak 4x.
H. Pengobatan
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi oleh pasien.
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
A. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1-3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata
2kg), PB 6-10cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan lingkar kepala: 12cm ditahun pertama dan 2cm di tahun kedua
dan seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah: tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14-16 buah.
4) Erupsi gigi: geraham pertama menyusul gigi taring.
B. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmun Preud:
1) Fase anal: pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunjukkan keakuannya, cinta diri sendiri/egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan
interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
a) Autonomy vs shame and doundt
b) Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya
untuk mandiri (tidak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk
makan, berpakaian toileting, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yang terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
c) Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri: umur 2-3 tahun:
1. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun.
2. Hitungan (GK).
3. Meniru membuat garis lurus (GH).
4. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK).
5. Melepas pakaian sendiri (BM).
VI. RIWAYAT SOSIAL
A. Yang mengasuh
B. Hubungan dengan anggota keluarga
C. Hubungan dengan teman sebaya
D. Pembawaan secara umum
VII. RIWAYAT KELUARGA
A. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pendapatan dan pemilihan
makanan pada keluarga, makanan yag kurang bersih dapat menyebabkan
terinfeksi kuman salmonella thypi.
B. Lingkungan rumah
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
C. Penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien,
D. Genogram
VIII. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (Gunaka format
DDST)
A. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
B. Adaptif motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan
yang melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan
koordinasi yang cermat. Seperti: keterampilan menggambar.
C. Bahasa
Kemampuan untuk member respon terhadap suara, mengikuti perintah,
berbicara spontan.
D. Motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa
“Milestone” pokok yang harus diketahu dalam mengikuti taraf perkembangan
secara awal.

IX. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI


A. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Yang perlu dikaji adalah pengetahuan mengenai kesehatannya, anak-anak
belum mengerti mengenai pemeliharaan kesehatan sehingga perlu perhatian
dari orang tua.
B. Nutrisi
Pada anak makan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Kekurangan gizi
pada anak sangat rentan. Cara pengolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasaan cuci tangan.
C. Cairan
Pasien dengan Diare biasanya kekurangan cairan, biasanya anak akan
mengalami dehidrasi jika intake dan outpute cairan tidak terkontrol.
D. Aktivitas
Pasien dengan diare biasanya tidak terlalu bisa beraktivitas karena kondisinya
yang lemas. Tetapi tidak akan menutup kemungkinan anak akan aktif.
E. Tidur dan istirahat
Selama sakit pasien biasanya agak rewel dan tidak dapat tidur dan istirahat
dengan baik dan tenang karena perutnya mulas dan juga merasa sakit.
F. Eliminasi
Pasien tidak mengalami masalah pada BAK, tetapi pasien mengalami masalah
pada BAB karena pasien mengalami diare.
G. Pola hubungan
Anak-anak yang sedang dihospitalisasi biasanya sering menangis dan tidak
nyaman sehingga sulit berhubungan dengan orang lain.
H. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan
Anak-anak yang dihospitalisasi biasanya mengamuk dan menangis atau acuh
tak acuh pada lingkungan sekitar dan memerlukan system dukungan yang baik
agar anak lebih tenang.
I. Kognitif dan persepsi
Anak-anak biasanya belum mengetahui penyakit yang dideritanya, tidak ada
gangguan pada penglihatan, pendengaran dan penciuman.
J. Konsep diri
Konsep diri berisi mengenai citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan
peran, biasanya anak akan mengalami cemas dan tidak nyaman.
K. Seksual dan menstruasi
Kaji apakah ada efek penyakit pada seksualitas anak.
L. Nilai
Biasanya anak-anak belum mengetahui kepercayaan yang dianutnya dan
mengikuti kepercayaan orang tuanya.
X. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
lemah, gelisah, rewel, lesu, pucat, mual, perut tidak enak.
B. Kulit
Warna kulit pucat, turgor kulit menurun >2dt, suhu meningkat >37,5°C, akral
hangat, akral dingin (waspada syok) capillary refill time memanjang > detik,
kemerahan pada daerah perianal.
C. Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak usia 1 tahun
lebih.
D. Mata
Cekung, kring, sangat cekung.
E. Telinga
Kaji adanya serumen, keluhan , apakah pendengaran berfungsi dengan baik.
F. Hidung
Dispnea, pernafasan cepat > 40x/menit karena asidosis metabolic (kontraksi
otot pernafasan.
G. Mulut
Mukosa mulut kering, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bisa minum.
H. Leher
Kaji adanya pemesaran limfe, adanya nyeri tekan dan massa.
I. Dada
Kaji bentuk dada, pola nafas apakah ada masa pada dada.
J. Payudara
Kaji kesimetrisan dada, apakah ada benjolan atau tidak.
K. Paru-paru
Kaji apakah ada ketidakseimbangan pada ekspansi paru, apakah ada benjolan
dan nyeri tekan.
L. Jantung
Inspeksi dan palpasi iktus kosrdis, perkusi batas-batas jantung 4,7, 10 cm kea
rah kiri dari garis mid sterna, dan auskultasi S1/S2 tunggal regular.
M. Abdomen
Kaji bentuk dada, apakah ada kelainan pada umbilicus, apakah terdengar suara
peristaltic, apakah terdengar suara timpani, apakah ada benjolan, masa,
penumpukan cairan dan nyeri tekan.
N. Genetalia
Biasanya tidak terdapat gangguan pada organ genetalia.
O. Anus dan rectum
biasanya lecet di area anus karena diare yang berkepanjangan.
P. Musculoskeletal
Kaji apakah ada kelainan, nyeri tekan.
Q. Neurologi
Kaji reflek moro, reflek grasping, reflek rooting, reflek suching, reflek bainski,
reflek tonik neek, reflek stepping, reflek gallant, reflek glabellar.
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
A. Laboratorium :
a) Feses kultur: bakteri, virus, parasit, candida.
b) Serum elektrolit: hiponatremi, hipernatremi, hipokalemi.
c) AGD: asidosis metabolic (Ph menurun, PO₂ meningkat, PCO₂ meningkat,
HCO₃ menurun).
d) Faal ginjal: UC meningkat (GGA).
B. Radiologi: mungkin ditemukan bronchopnemoni.
XII. INFORMASI LAIN (mencangkup rangkuman kesehatan klien dari Gizi,
fisioterapis, terapi medis lain, dll)
XIII. ANALISA DATA
TGL DATA FOKUS INTERPRETASI MASALAH
/JA MASALAH
M
DO : Faktor penyebab Volume cairan
Ibu An. – mengatakan An. – kurang dari
Masuk ke saluran
1x dan BAB 7x, BAB cair cerna kebutuhan .
dan ampas berwarna
Dinding usus
kuning. terangsang dengan
DS: adanya iritasi.
1. Mata cekung.
Peristaltic usus
2. Turgor kulit menurun. meningkat.
3. BAB cair, warna
kuning. Gangguan absorbs.

4. Mukosa bibir kering.


Volume rongga
5. Bising usu 10x/menit. usus meningkat.
6. Tampak kehausan.
Respon: BAB
Lebih dari 3x.

Diare

Cairan dan
elektrolit terbuang
melalui feses.

Volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh.
DO: Infeksi bateri, virus Hipertermi
dan parasit
Ibu An.- mengatakan An. –
demam. Reaksi inflamasi
DS:
Aktivasi
1. Teraba panas. mikroorganisme
dan makrofag.
2. TTV
Nadi : 112x/menit. Merangsang
hipotalamus.
Fp : 34x/menit.
Suhu : 38°C Pelepasan mediator
kimia:
3. Leukosit : 11,6
prostaglandin

Set point
hipotalamus

Suhu tubuh

Demam

Hipertermi

DO: Factor penyebab Resiko gangguan


Ibu An.- mengatakan An. – integritas kulit
Masuk kesaluran
BAB 7x, BAB cair ada cerna perianal.
ampas berwarna kuning.
Dinding usus
DS:
terangsang dengan
Frekuensi BAB 7x/hari. adanya iritasi

Peristaltik usus

Gangguan absorbsi

Volume rongga
usus meningkat

Respon: BAB
Lebih dari 3x

Diare

Iritasi kulit pada


daerah perianal

Resiko gangguan
integritas kulit pada
perianal

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


No Tanggal muncul Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD
teratasi
1 Kekurangan volume
cairan berhubungan
-- --
dengan kehilangan
cairan aktif akibat diare.
2 Hipertermi
berhubungan dengan
-- --
proses infeksi.

3 Resiko gangguan
-- --
integritas kulit: perianal
berhubungan dengan
frekuensi BAB (diare).

XV. RENCANA KEPERAWATAN


RENCANA TINDAKAN
N Hari Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional Nama
o /tgl Keperawata Kriteria Hasil /TTD
n
1 Kekurangan Setelah 1. Kaji adanya 1. Menentukan
volume dilakukan tanda-tanda intervensi
tindakan dehidrasi. selanjutnya.
cairan
keperawatan 2. Ukur TTV 2. Kekurangan cairan
berhubunga selama…x… setiap 8 jam. akan
n dngan jam , mempengaruhi
kebutuhan TTV pasien.
kehilangan
cairan adekuat 3. Observasi 3. Mengetahui
cairan aktif Dengan intake dan keseimbangan
akibat diare. kriteria hasil output cairan cairan.
1. Tanda vital setiap 8 jam.
dalam batas 4. Anjurkan 4. Mengurangi cairan
normal (N: keluarga untuk yang hilag dan
120-60x/mnt, memberi pasien mengganti cairan
S: 36- banyak minum. yang hilang.
37,5°C, RR: 5. Jelaskan pada
<40x/mnt) keluarga tanda- 5. Meningkatkan
2. Turgor kulit tanda pengetahuan orang
elastic, kekurangan tua.
mebran cairan.
mukosa bibir 6. Berikan terapi 6. Mengganti cairan
lembab, mata rehidrasi cairan. yang hilang.
tidak cekung,
UUB tidak
cekung.

2 Hipertermi NOC NIC


berhubunga thermoregulasi Perawatan Demam
1. Ukur TTV 1. Suhu 38,9-41,1°C
n dengan menunjukkan
Setelah setiap 8 jam.
proses dilakukan proses penyakit
infeksius akut.
peradangan tindakan
keperawatan 2. Anjurkan
atau infeksi.
selama …x… keluarga untuk 2. Mempercepat
diharapkan memberikan proses penguapan
suhu menjadi minum yang melalui urine dan
normal, banyak pada keringat, selain itu
dengan kriteria pasien dimaksudkan
hasil: untuk mengganti
1. Suhu tubuh cairan tubuh yang
dalam 3. Berikan hilang.
rentang kompres hangat 3. Memberikan efek
normal pada pasien vasodilatasi
(36,5- 4. Ajarkan pembuluh darah.
37,5°C) keluarga cara 4. Meningkatkan
2. Nadi dalam kompres yang tingkat
rentang baik dan benar. pengetahuan
normal (60- 5. Anjurkan keluarga.
120x/mnt) keluarga untuk 5. Untuk mengurangi
3. RR dalam memberikan panas pada pasien.
rentang kompres setiap
normal (30- pasien panas.
60x/mnt) 6. Anjurkan
4. Akral hangat keluarga untuk 6. Untuk
5. Tidak tidak memakai memudahkan
menggingil. selimut yang dalam proses
tebal. penguapan.
7. Berikan terapi
cairan intravena 7. Untuk mengganti
8. Laksanakan cairan yang hilang.
hasil kolaborasi 8. Obat-obatan
obat-obatan sebagai preparat
sesuai dengan yang
hasil kolaborasi diformulasikan
(obat anti untuk penurunan
piretik). panas.
3 Resiko Setelah 1. Kaji keadaan 1. Untuk mengetahui
gangguan dilakukan kulit daerah kondisi dan tingkat
tindakan perianal. keparahan kulit.
integritas
keperawatan 2. Anjurkan 2. Mencegah
kulit: selama …x… keluarga untuk timbulnya
perianal jam, integritas menjaga penyakit kulit.
kulit perianal kebersihan kulit
berhubunga
baik, dengan anak kususnya
n dengan kriteria hasil: daerah perianal.
frekuensi 1. Elastisitas 3. Anjurkan 3. Untuk mencgah
kulit baik. keluarga untuk untuk mengurangi
BAB
2. Tidak segera iritasi pada kulit.
(diare). terjadi mengganti
iritasi. popok jika
BAB dan BAK.
4. Berikan salep 4. Membentu
sesuai indikasi memperbaiki sel
dan hasil yang rusak.
kolaborasu jika
terjadu iritasi
pada kulit.

XVI. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
XVII. EVALUASI
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauh mana tujuan tersebut
tercapai. Bila belum tercapai maka akan dilakukan pengkajian ulang, kemudian
disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalu
dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi
dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, ME, et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaa dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3.Jakarta:EGC
Wong, Donna L. 003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai