PENDAHULUAN
WHO, 2019).
wanita dengan angka kematian dan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan
pada pria (Kawamoto, Davis, Duvernoy, & Claire, 2016). Menurut Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018, ada tiga provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2% dan Gorontalo
Sedangkan pada tahun 2018 jumlah penderita penyakit jantung sebanyak 37,2.
Uniknya, penderita penyakit jantung saat ini tidak identik lagi dialami oleh
orang dengan usia lanjut tetapi sudah banyak terjadi pada usia produktif
(Riskesdas, 2018).
1
Pectoris), STEMI (Infark miokard elevasi dengan segment ST) dan NSTEMI
NSTEMI dan UAP lebih tinggi dimana pasien-pasien yang mengalami ini
biasanya dengan berusia lanjut. Selain itu, mortalitas awal NSTEMI dan UAP
akut yang sering menjalar kelengan kiri, leher, rahang dan punggung. Kualitas
nyeri dada yang dirasakan jantung terasa sesak, berat, seperti diremas-remas,
atau sensasi cengukan dan terasa mual, muntah dan berkeringat. Sindrom
miokard (STEMI, 30%), non ST elevasi infark miokard (NSTEMI, 25%) atau
angina tidak stabil (38%). Terdapat 2 Nyeri dada tidak terkontrol yang
Kondisi ini dapat meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatnya oksigen
mengurangi nyeri dada pada pasien dengan sindrom koroner akut salah satunya
2
dengan menggunakan terapi panas (thermotherapy). Thermotherapy adalah
pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut
maupun nyeri kronis. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri, biasanya
darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan dapat meningkat selain
otot.
(pengaliran lewat media padat), konveksi (pengaliran lewat media cair atau
thermotherapy banyak jenisnya salah satu jenis yang digunakan adalah hot pack
(kantung panas) dimana kantung ini berisi silika gel yang direndam dengan air
panas yang diaplikasi selama 15- 20 menit. Hot pack diindikasi untuk
mendapatkan relaksasi tubuh secara umum serta dapat mengurangi siklus nyeri,
3
Penelitian yang dilakukan oleh Mujhana Kunnika tahunn 2017, tentang
rasa nyeri, membuat otot tubuh lebih rileks dan merupakan salah satu tindakan
1.2 Tujuan
Untuk Mengurangi Nyeri Dada Pada Pasien Dengan Sindrome Koroner Akut”..
1.3 Manfaat
1. Manfaat Praktis
2) Bagi Perawat
4
3) Bagi Rumah Sakit
2. Manfaat Teoritis
keperawatan.
5
BAB II
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Studi literatur di keluarkan apabila tidak sesuai dengan jenis penelitian dan
tidak tersedia dalam bentuk full text atau tidak dapat diakses.
Design yang digunakan adalah studi pustaka dari berbagai jurnal/artikel yang
sindrome koroner akut. Pemilihan topik dalam studi literature ini menggunakan
6
termoterapi, komparasi dalam studi literatur ini tidak ada kelompok
pembanding, hasil dari studi literature ini menunjukkan perubahan tingkat nyeri
akan digunakan. Kata kunci yang digunakan yaitu Nyeri dada, Akut koronari
PubMed, ProQuest, Science Direct, dan Google scholar dengan rentang waktu
didapatkan artikel pada Pubmed sebanyak 1588 jurnal, ProQuest sebanyak 100
dilakukan skrining judul, abstrak, fullteks dan tersedia dalam bahasa inggris
jurnal, ProQuest sebanyak 1 jurnal, Science Direct 2 jurnal, dan google scholar
jurnal yang sesuai kriteria. Sehingga diperoleh hasil skrining studi literature ini
7
Bagan hasil pencarian literature.
PubMed : (n=1588)
Proquest : (n=100)
Identifikasi Science Direct : (n=56)
Google Scholar : (n= 42)
PubMed : (n=2)
- Judul
Proquset: (n=1)
- Abstral
screening - Fulltext Science Direct : (n=2)
- Bahasa Indonesia / Google Scholar : (n=2)
Inggris
PubMed : (n= 0)
Literature Proquest : (n=1)
inklusi Science Direct : (n=2)
Google Scholar : (n=1)
Lampiran picot
8
1. Definisi
darah sehingga aliran darah koroner berkurang secara mendadak (Irman, dkk.
2020).
2. Etiologi
Aterosklerosis terjadi akibat inflamasi kronis pada pembuluh darah yang dipicu
kadar kolesterol dalam darah. Plak aterosklerosis dapat ruptur dan memicu
3. Faktor Risiko
antara lain:
d perokok
e obesitas
f diabetes mellitus
g Dislipidemia
h hipertensi
9
3. Manifestasi Klinis
1) Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan
tertahankan lagi.
4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat,
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
neuroreseptor.
8) Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri
epigastrik.
4. Komplikasi
10
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain (Setiawan, 2018) :
a. Aritmia
b. Kematian mendadak
c. Syok kardiogenik
e. Emboli Paru
h. Aneurisma Ventrikel
5. Patofisologi
Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak dan penipisan
tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh
trombus yang kayak trombosit. Trombus ini akan menyumbat lubang pembuluh
darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli
yang menyumbat pembuluh darah koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi
Miokard). Infark Miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi pembuluh darah
koroner. Sumbatan subtotal yang disertai vasokontriksi yang dinamis juga dapat
11
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung. Selain
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), serta distritmia
dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Pada
sebagian pasien, ACS terjadi karena sumbatan dinamis akibat spasme lokal
plak atau restenosis setelah intervensi koroner perkutan (IKP). Beberapa faktor
menjadi pencetus terjadinya ACS pada pasien yang telah mempunyai plak
6. Pemeriksaan Penunjang
jantung tiga (S3), ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu
12
Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak seimbang
Observasi
sebelumnya
Terapeutik
relaksasi
Edukasi
13
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Yang termasuk kedalam Sindroma koroner akut adalah angina tak stabil,
miokard infark akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark
1. Definisi
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan atau lebih dari 3
2. Klasifikasi Nyeri
a Nyeri Akut
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas system saraf simpatis yang akan
14
Secara verbal klien yang mengalami nyeri akan melaporkan adanya
menyeringai.
b Nyeri Kronik
Nyeri kronis yaitu, kerusaksn jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau bahkan lambat dan berintensitas ringan sampai berat dan
lebih dari 3 bulan (SDKI,2018). Pasien yang mengalami nyeri kronis sering
menjadi depresi, mungkin jadi sulit tidur, dan mungkin menggangap nyeri
nyeri kanker.
3. Penyebab Nyeri
1) Nyeri akut a.
15
c Agen pencedera fisik (misal terbakar, abses, prosedur operasi,
berat,)
2) Nyeri Kronik
g Tekanan emosional
1) Nyeri Akut
Secara Mayor
b Objektif :
a) Gelisah
b) Tampak meringis
c) Sulit tidur
16
d) Bersikap Protektif (missal posisi menghinndari nyeri, waspada)
Secara Minor
b Objektif :
e) Diaforesis
g) Menarik diri
2) Nyeri Kronik
Secara Mayor
a Subjektif :
a) Mengeluh Nyeri
b Objektif :
b) Gelisah
c) Tampak meringis
17
Secara Minor
a Subjektif :
a) Menglami berulalang
b) Takut cedera
b Objektif
a) Waspada
e) Fokus menyempit
f) Anoreksia
1) Nyeri akut :
b Kondisi pembedahan
c Glaukoma
d Cedera traumatis
e Infeksi
2) Nyeri kronis :
18
d Infeksi
e Tumor
6. Karakteristik Nyeri
(Quality dan Quantity = kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan), R (Region
7. Pengukuran Nyeri
1) Skala Deskritif
Garis yang terdiri dari 3-5 kata deskripsi yang tersusun dengan jarak yang
untuk mengukur tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Cara ini dapat
di lihat dari seseorang tidak merasa nyeri sampai rasa nyeri tidak dapat
tertahankan.
2) Skala numerik
dirubah menggunakan skala angka 0-10, yang artinya 0 tidak nyeri, 1-3
19
nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat, ≥ 10 nyeri tidak
1. Definisi
2. Tujuan
oksigen dan nutrisi pada jaringan. Menurut Asmadi (2008: 159) tujuan
20
tersebut (Novita Intan A., 2010: 31). Saat penghentian proses peradangan
melal
3. Jenis-jenis Thermotherapy
oleh Novita Intan Arovah (2010: 34-38). Beberapa diantaranya antara lain:
demikian krim tidak dapat menembus otot sehingga kurang efektif dalam
Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat
otot pada leher, tulang belakag, kaki, kekakuan otot/spasme otot, inflamasi
Kantung panas yang dipergunakan berisi silika gel yang dapat direndam air
tradisional China, selama lebih dari 2000 tahun lebih memilih menggunakan
21
d) Tanki Whirpool
e) Parafin Bath
terapi bagian ujung ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair yang
dalamnya.
f) Contrast Bath
suhu panas dan dingin. Biasanya contrast bath ini digunakan pada aplikasi
penampungan air hangat dengan suhu (41-43 oC) dan penampungan air
dingin (10 -18 oC). Terapi ini diindikasikan pada fase peralihan antara tahap
akut dan kronis dimana diperlukan peningkatan suhu secara minimal untuk
22
4. Indikasi
Novita Intan Arovah (2010: 33) mengungkapkan bahwa terapi panas atau
f nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis),
g gangguan sendi temporo mandibular, nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri
i fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur,
5. Kontraindikasi Thermotherapy
yang bengkak dan terjadi perdarahan, karena panas akan meningkatkan perdarahan
23
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
24
Author/Judul Tahun Metode/Alat ukur Hasil
Amin 2018 Design: Hasil penelitian
Moradkhani et Randomized into menunjukkan Tingkat
al. equal size grup keparahan nyeri pada
Sampel : pasien kelompok intervensi
Effect Of Local dengan riwayat sebelum perlakuan rata-
Thermotherapy ACS rata 3,22 ± 0,86: dan
On Chest Pain In Instrument : setelah intervensi
Patient With Numerical Rating berkurang menjadi 2,61
ACS Scale ± 0,7 artinya tindakan
Analisis : termoterapi lokal
intervensi berdampak. Tetapi
thermotherapy secara statistik, hasil ini
diberikan dengan tidak ada perubahan
suhu 50 oC setelah yang signifikan.
patient masuk
keunit jantung
diberikan di bagian
dada posterior
selama 20 menit
sekali sehari,
kemudian mengisi
data demografi
(diabetes,
hipertensi dan
hiperlipidemia)
dan diukur tingkat
nyerinya
Hala et al 2018 Design: quasi Hasil penelitiann
experimental menunjukkan bahwa,
Effect Of Local research design Lebih dari setengahnya
Heat Aplication Sampel : pasien adalah laki-laki (63,3-
On dengan Sindrome 66,7%) secara signifikan
Physiological koroner akut antara kelompok studi &
Status And Pain Instrument : yang kelompok kontrol
Intensity Among digunakan ada 3 setelah 24 jam dari
Patient With yaitu wawancara aplikasi panas lokal.
ACS menggunakan Tingkat nyeri dada
kuisioner, alat menurun pada kelompok
pengukuran studi daripada kelompok
parameter kontrol setelah 24 jam
fisiologis dari aplikasi panas lokal.
(pengukuran
tekanan darah,
denyut jantung dan
pernapasan dan
saturasi oksigen)
Analisis :
intervensi yang
diberikan berupa
terapi
thermotherapy
yang dipanaskan
hingga 50 oC yang
dibungkus
menggunakan kain
katun dan
25
diletakkan
dibagian depan
dada selama 20
menit setiap 12
3.2 Pembahasan
disritmia jantung. Kondisi ini meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan
Obat pereda nyeri seperti nitrat, dan analgesik opioid secara luas digunakan untuk
manajemen nyeri dada farmakologis (Fauci dkk. 2012). Namun, di samping efek
terapeutik, obat nyeri juga membawa efek samping yang berbeda. Selain itu,
histamin dari jaringan yang terluka (Galedkk. 2006). Selain itu, menurut teori kontrol
gerbang, panas mengurangi rasa sakit dengan merangsang reseptor nonpain di kulit
dan dengan demikian menutup jalur rasa sakit (Habananda 2004). Ada berbagai
metode untuk memberikan terapi panas termasuk, namun tidak terbatas pada, terapi
panas lokal, terapi sauna dan mandi. Miyata dan Tei (2010) melaporkan bahwa terapi
26
sauna meningkatkan status hemodinamik, vaskular dan fungsi sistem saraf otonom
dan kesehatan umum pada pasien dengan gagal jantung kongestif.. Namun,
mengingat ketidakstabilan hemodinamik pada pasien dengan ACS, terapi panas lokal
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hala et all (2018) Effect of Local
Heat Application on Physiological Status and Pain Intensity among Patient with
Acute Coronary Syndrome menunjukan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri
pada ACS. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kain katun dan
diletakan di bagian depan dada selama 20 menit setiap 12 jam selama 24 jam.
pembuluh darah dan dapat meringankan gejala nyeri dada pada pasien. Hal ini
darah menurun, pelebaran arteri dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
denyut nadi, sedangkan untuk respirasi rate akan mengalami penurunan karena nyeri
karena efek thermotherapy yang menurunkan resistensi vascular dan paru sehingga
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Muhammad Pour et all
(2014) menunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan
terapi panas local (thermotherapy) terjadi penurunan tekanan darah dengan cara
27
melebarkan arteri koroner, yang meningkatkan proses angiogenesis dan
meningkatkan perfusi miokad selain itu sebagai mediator inflamasi miokardium yang
terluka. Termoterapi ini akan merangsang sekresi endorphin yaitu senyawa seperti
morfin endogen yang membantu menghilangkan rasa sakit. Selain itu, termoterapi
dapat mengurangi nyeri dada selain itu merangsang reseptor rasa sakit dan
Clinical Trial menunjukan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri pada
dada posterior selama 20 menit sekali sehari yang dilakukan selama lima hari. pada
kelompok intervensi, dimana ketika diberikan termoterapi pada bagian dada akan
menyebabkan vasolidatasi pembuluh darah serta meringankan gejala nyeri dada pada
Keefektifan Kompres Hangat Untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Dengan
Angina Pektoris di IGD Rs. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta 2017
menunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
diberikan kompres hangat. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen
28
Maka penelitian menurut Hala et all (2018), Amin Moradkhani et all (2018),
terdapat pengaruh termoterapi pada nyeri dada pada pasien acute coronary syndrome.
memberikan kenyamanan pada pasien dengan terjadinya efek ini akan menyebabkan
nutrisi sehingga membuat otot tubuh menjadi lebih rileks (Ningsih & Yuniartika,
dikeluarkan dari tempat yang terkena, sehingga termoterapi ini dapat mencegah
terjadinya nyeri, memberikan kelegaan, dan mengurangi nyeri jantung. Selain itu,
stimulasi reseptor termal akan meningkatkan sekresi endorfin oleh sistem kontrol
nyeri desenden yang, pada pada dasarnya akan mengurangi rasa sakit. Di sisi lain, hal
itu menyebabkan duplikasi endotel dan peningkatan sekresi oksida nitrat, sehingga
29
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
koroner akut. Dimana terapi ini dilakukan pada daerah dada bagian depan dan
4.2 Saran
a. Teoritis
b. Praktis
2. Bagi Perawat
30
DAFTAR PUSTAKA
IGD RS Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita. (2016). Laporan Bulanan IGD
RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Jakarta.
Lewis S., Ducher L., Heitkemper M . HM. Coronary Artery Disease and Acute
Coronary Syndrome. Medical Surgical Nursing Assessment and
Management of Clinical Problems .10th Ed .St. Louis USA.702-33.; 2017
Moradkhani, A., Baraz, S., Haybar, H., Hemmatipour, A., & Hesam S. Effects of
Local Thermotherapy on Chest Pain in Patients with Acute Coronary
Syndrome : A Clinical Trial. 2018. doi:10.5812/jjcdc.69799.Research 13.
Sigit Nian Prasetyo. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta.
Graha Ilmu
Sri. (2012). Pengaruh Guided Imagery Relactation Terhadap nyeri angina pektoris
pada klien Sindroma Koroner Akut. Diakses tanggal 15 Desember 2016.
Sudoyo, Aru W. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Interna Publishing.
31