Anda di halaman 1dari 13

Body scapula membentuk komponen vertikal seperti bentuk huruf “Y”, sedangkan acromion dan

coracoid process membentuk tubuh bagian atasnya. Proyeksi ini berguna untuk mengevaluasi suspek
dislokasi pada shoulder joint. Teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint metode scapular “Y”
dilakukan dengan proyeksi PA oblik yaitu posisi tubuh pasien di rotasikan 450 – 600 terhadap Image
Receptor (IR) dengan Cetral Ray (CR) horisontal tegak lurus oleh IR. Pemeriksaan shoulder joint
yang sering dilakukan pada teknik radiografi scapular “Y” menggunakan rotasi tubuh 350 – 450
terhadap IR, sedangkan CR diatur horizontal tegak lurus terhadap IR. Pada rotasi tubuh antara 350 –
450 terhadap IR sudah dapat memperlihatkan bentuk scapula membentuk huruf “Y”

Teknik Radiografi Os Scapula

PEMERIKSAAN OS SCAPULA

Dalam anatomi manusia, tulang belikat (bahasa Inggris: scapula, shoulder blade, bahasa
Latin: omo) adalah tulang yang menghubungkan tulang lengan atas dan tulang selangka.
scapula membentuk bagian posterior dari gelang bahu. Berbentuk pipih dan seperti segitiga.
Secara anatomis, memiliki dua permukaan (fascia), 3 pinggir (margo), dan 3 sudut (angulus).

ANATOMY OF SCAPULA

Scapula dorsal view (left):


1. Angulus superior
2. Angulus inferior
3. Angulus lateralis
4. Margo superior
5. Margo medialis
6. Margo lateralis
7. Spina scapulae
8. Fossa supraspinata
9. Incisura scapulae
10. Proc. Coracoideus
11. Acromion
12. Angulus acromialis
13. Cavitas glenoidalis
14. Colum scapulae
15. Tuberculum infraglenoidale
16. Fossa infraspinata

Scapula lateral view (left):

1. 1.Facies posterior
2. Facies costalis
3. 3.. Acromion
4. Tuberculum supraglenoidale
5. Proc. Coracoideus
6. Cavitas glenoidalis
7. Tuberculum infraglenoidale
8. Margo lateralis
Scapula ventral view (left):

1. Angulus lateralis
2. Angulus inferior
3. Angulus superior
4. Cavitas glenoidalis
5. Facies articularis acromii
6. Acromion
7. Proc. Coracoideus
8. Incisura scapulae
9. Fossa subscapularis
10. Facies costais
11. Collum scapulae
12. Margo superior
13. Margo medialis
14. Margo lateralis

Teknik Pemeriksaan os Scapula


• AP Projection
Posisi pasien: Pasien Supine , kemudian di atur Oblique Antero Posterior 30˚ dengan tepi
dorsal bahu yang di foto dekat ke kaset
Posisi objek: Lengan atas dan lengan bawah dari tepi yang di foto lurus di samping tubuh dan
diatur supine terhadap meja pemeriksaan bahu yang tidak di foto di ganjal dengan sandbag ,
tubuh tetap dalam posisi oblique AP 30˚ sehingga memungkinkan scapula yang di foto
horizontal.Bahu yang di foto di atur di atas pertengahan kaset atur penyinaran.
CR : Tegak Lurus Film
CP : Caput Humerus
FFD : 90 cm
KV : 56 – 62 KV
MA : 50 – 200 mA
Sec. : 0,06 – 0,08 sec.
Pasangkan marker R / L pada kaset film
Dilakukan eksposi (pasien tidak boleh bergerak )

Kriteria gambar AP Oblique Projection


Tampak gambaran AP os Scapula dengan margo medialis , inferior angle dan margo lateralis.
Bawah overlap dengan rongga thorax

• Lateral Projection
Posisi Pasien: Pasien ditempatkan atau duduk dalam posisi tegak, menghadapi perangkat grid
vertikal. Ketika seorang pasien tidak dapat ditempatkan pada posisi tegak, proyeksi lateral
skapula dapat diperoleh dengan menyesuaikan tingkat rotasi tubuh dan penempatan dari
lengan rawan posisi terlentang.
Posisi Obyek: Atur pasien dalam posisi miring. Dengan skapula terkena terpusat ke grid.
lengan ditempatkan sesuai dengan daerah skapula yang akan ditunjukkan.
1. Untuk penggambaran tubuh skapula, siku tertekuk dan tangan diletakkan dada anterior
atau posterior pada tingkat yang akan mencegah bayangan humerus dari tumpang tindih yang
skapula. Marjuzian 'menunjukkan bahwa lengan dapat disesuaikan di dada bagian atas
dengan memegang bahu yang berlawanan.
2. Untuk demonstrasi proses akromion dan coracoideus, meminta pasien untuk
memperpanjang lengan ke atas dan sisanya lengan di kepalanya.
3. Untuk demonstrasi bersama glenohumeral, untuk membuktikan atau menyangkal
dislokasi posterior. McLaughlin merekomendasikan bahwa lengan menggantung di samping
tubuh dan disesuaikan untuk memilikinya dilapiskan sayap skapula. Setelah penempatan
lengan untuk salah satu dari proyeksi di atas, pegang ketiak dan perbatasan vertebral skapula
jempol dan jari telunjuk tangan satu, dan hanya rotasi tubuh untuk menempatkan sayap
skapula tegak lurus ke pesawat dari film ini.
CR : Tegak Lurus dengan film
CP : Caput Humerus
FFD : 90 cm
KV : 56-62 kv
MA : 50 – 200 mA
Sec. : 0,06 – 0,08 sec.
Pasangkan marker R / L pada kaset film
Dilakukan eksposi (pasien tidak boleh bergerak )

Kriteria gambar Lateral Projection


Tampak os clavicula, Acromion, Caput humeri

Klinis :
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya atau
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh
Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan
perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.

Fraktur
Proses fraktur coracoid (basis) biasanya kominuta, pengungsi dan terlihat pada radiograf AP
bahu.
Cl = clavicula
C = coracoid process
Ac = arcomion
G = glenoid

Frakturapat terjadi pada badan, leher, processus akromion dan processus korakoid
Akibat trauma langsung, Gejala nyeri serta pembengkakan pada daerah yang terkena trauma

Pengobatan
Biasanya tidak ada pergeseran yang hebat, pengobatan umumnya hanya bersifat konservatif.

PATOLOGI – WINGING SCAPULA


winging scapula bisa disebabkan karena cedera saraf panjang dada, yang biasanya merupakan
hasil dari trauma tumpul pada leher dan atau area bahu.
virus juga bisa mempengaruhi saraf dada panjang menyebabkan winging skapula.
Jika faktor-faktor di atas tidak terjadi , penyebab utama kelemahan dalam serrat anterior
adalah ketika otot levator scapula kejang dan diperpendek. Masalah ini ada pada mereka yang
sering malas bergerak saat mereka bekerja di depan komputer terutama mereka yang
membawa stres di leher mereka.
Dalam winging scapula, sudut perbatasan dan inferior lateral akan menggeser dirinya dari
rongga dada. Hal ini dimungkinkan untuk memiliki keduanya kritis dan winging skapula,
yang berarti ada peningkatan jumlah disfungsi dalam korset bahu untuk memperbaiki.

Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi; tepi vertebra (medial)
yang panjang terletak parallel dengan kolumna vertebra; tepi superior yang pendek melandai
ke arah ujung bahu; dan tepi lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke
lengan.

a. Bagian spina pada scapula adalah bubungan tulang yang berawal dari tepi
vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu
b. Spina berakhir pada prosesus akromion, yang berartikulasi dengan klavikula;
bagian ini menggantung persendian bahu
c. Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi superior yang
berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding dada dan lengan.
d. Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang ditemukan
pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini mempertahankan letak
kepala humerus (tulang lengan).
Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang membentuk sebagian
gelang bahu. Tulang ini mempunyai dua permukaan yaitu anterior dan posterior,
dan tiga patas yang meliputi superior, lateral dan medial. Permukaan anteriornya
agak konkaf dan terletak pada dinding toraks posterior. Permukaan posterior
dibagi menjadi dua daerah oleh spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui
kulit, berjalan melintasi lebar scapula berujung di sebelah lateral sebagai
acromnion, bagian tulang yang terletak tepat di atas sendi bahu. Acromnion
berartikulasi dengan ujung lateral clavicula.
Processus coracoideus yang berujung kecil dan tajam mengarah ke depan dari
batas atas scapula, menonjol tepat di bawah clavicula. Cavitas glenoidale, pada
ujung atas batas luar scapula berartikulasi dengan caput humeri membentuk sendi
bahu.
Scapula dihubungkan dengan kepala, badan dan lengan oleh sejumlah otot.
Gerakan sendi bahu meluncur melalui permukaan posterior dinding dada.
Gambar 1 : tulang scapula ( Gibson 2002)

Ada 4 jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang yang
tidak beraturan (Ester 2008) :

1. Tulang panjang

Tulang panjang ( misalanya femur, humerus) bentuknya silindris dan berukuran


panjang, seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua
ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang kanselus. Bangian luar tulang
panjang dilapisi jaringan fiberosa kuat yang disebut dengan periosteum. Lapisan ini
kaya dengan pembuluh darah yang menembus tulang.

2. Tulang pendek

Tulang pendek ( misalnya falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang
panjang, tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal, sera berukuran
pendek dan kecil.

3. Tulang pipih

Tulang pipih (misalanya sternum, kepala, skapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi
sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak dibawahnya. Tulang
pipih terdiri atas dua lapisan tulang kompakta dan bagian tengahnya terdapat lapisan
spongiosa. Tulang ini dilapisi oleh periosteum yang dilewati oleh dia kelompok
pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang
spongiosa.
4. Tulang tidak beraturan

Tulang tidak beraturan ( misalnya, vetebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang
unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang
dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta.

Sel-sel penyusun tulang terdiri dari (Ester 2008) :

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar


fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke
dalam matriks tulang.

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.

3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyang yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam darah.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1).Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.


2).Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3).Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang(hematopoiesis).
5).Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
2.2.2 Definisi Fraktur Scapula

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Fraktur Scapula tidak lazim
karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada. (Chang, John &
Dough 2010)

Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan prosesus
korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta pembengkakan pada
daerah yang terkena trauma.
2.3.2 Klasifikasi Fraktur Scapula

Berdasarkan lokasi fraktur, fraktur scapula di bedakan menjadi 3 tipe (Gustilo 1993) :

Tipe 1 : fraktur yang melibatkan tulang scapula

Tipe 2 : fraktur yang melibatkan coracoid dan acromion

Tipe 3 : fraktur yang melibatkan sudut lateral superior, termasuk tulang genoid dan
leher

2.4.2 Etiologi Fraktur Scapula

Etiologi fraktur scapula adalah (Koval 2006) :

1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan terentang
Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:
a. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
1) Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh ).
2) Benturan tidak langsung (benda metal).
b. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan fraktur
yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula atau mentatarsal pada olahragawan,
militer maupun penari.
Contoh :
Seorang militer yang berlatih dengan menghentakkan kakinya secara rutin dan terus-
menerus.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti tumor maka dengan
energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal
belum dapat menimbulkan fraktur.
2.5.2 Patofisiologi Fraktur Scapula
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di
kulit (Smelter dan Bare,2002). Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan
gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
Tulang scapula terletak di sebelah posterior tulang kostal yang berbentuk pipih seperti
segitiga dan merupakan tempat melekatnya otot yang berfungsi untuk menggerakkan
lengan atas dan lengan bawah. Kondisi anatomis ini memberikan dampak terjadinya
fraktur tertutup lebih sering dibandingkan dengan terjadinya fraktur terbuka pada tulang
scapula. Bahkan menurut Gibson (2002) fraktur scapula tidak lazim karena terlindungi
oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
Cedera pada tubuh atau pada tulang skapula merupakan akibat dari pukulan langsung
dengan kekuatan yang signifikan, seperti dari kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh.
Fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena osteoporosis sehingga kekuatan tulang dapat
menurun.
Fraktur scapula paling sering disebabkan oleh pukulan langsung posterior. Merupakan
akibat dari jatuh dengan tangan keluar dan diregangkan atau jatuh pada aspek lateral
bahu. Kondisi tersebut mungkin juga dapat mengakibatkan patah glenoid atau leher.
Sedangkan jatuh yang terjadi di ujung bahu mungkin akan menyebabkan patah akromion
atau coracoid dan sering dikaitkan dengan cedera pada sendi acromioclavicular.
Kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh adalah penyebab paling umum dari fraktur
scapula (Gustilo, 1993).
Badan scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang biasanya juga
mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi pada sendi
sternoclavikularis. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada
bahu. Prosesus korakoideus dapat mengalami fraktur pada dasarnya atau mengalami
avulse pada ujungnya. Fraktur pada acromion adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur
pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.
2.6.2 Manifestasi Klinis Fraktur Scapula

Manifestasi yang terjadi pada fraktur scapula sebagai berikut (Gustilo 1993) :

1. Nyeri
2. Nyeri tekan pada scapula ( loksi yang terjadi kerusakan tulang)

3. pembengkakkan

4. Hilangnya fungsi tulang

Proyeksi pemeriksaan Scapula

Untuk proyeksi pemeriksaan Scapula ada 2 yaitu :

 AP
 Lateral
 Y view (Tangensial)

Untuk Proyeksi pemeriksaan yang sering dilakukan di rumah sakit hanya AP dan Lateral

Untuk Klinisnya biasanya Fraktur di Scapula.

Proyeksi pemeriksaan AP

 PP (Posisi Pasien) = Pasien berdiri (Erect) atau Tiduran (Supine)


 PO (Posisi Objek) = Tubuh dirotasikan 30 derajat ke arah yang sakit, sehingga
scapula sisi yang yang diperiksa paralel dengan film, pada posisi supine sisi yang
sehat diganjal dengan sandbag dan tangan diletakkan di atas scapula
 Ukuran kaset = 24x30 cm Vertikal
 CR = Horizontal atau vertikal tegak lurus.
 CP = Pada mid scapula menuju pertengahan kaset.
 FFD = 90 cm
 Marker = R/L orientasi AP

Kriteria gambaran : Scapula, Coracoid Process, Acromion, Glenoid cavity, Inferior angle
Clavicula, dan Lateral border.
Kriteria Evaluasi :

 Bagian lateral dari scapula harus bebas superposisi dari costae


 Scapula terlihat horizontal dan tidak obliq
 Detail dari scapula dapat dilihat pada bagian yang superposisi dengan paru-paru dan
costae
 Processus acromion harus masuk dalam foto.

Proyeksi pemeriksaan Lateral

 PP (Posisi pasien) = Pasien berdiri (Erect) membelakangi arah sinar


 PO (Posisi Objek) = Siku pada sisi yang diperiksa dalam keadaan fleksi, lengan
sedikit abduksi dan diletakkan dibelakang tubuh dan tubuh dirotasikan 60-70 derajat
sehingga sisi yang diperiksa dekat dengan film dan bidang scapula tegak lurus
terhadap kaset.
 Ukuran kaset = 24x30 cm Vertikal
 CR = Tegak lurus Horizontal
 CP = Pada pertengahan scapula menuj pertengahan kaset.
 FFD = 90 cm
 Marker = R/L Orientasi PA

Kriteria gambaran : Scapula, Coracoid Process, Acromion, Inferior angle.


Kriteria Evaluasi :

 Bagian vertebrae pada daerah axila terlihat superposisi


 Scapula terbebas dari superposisi dengan humerus.
 Proses Acromion dan angulus inferior harus masuk dalam radiograf.
 Bagian yang tebal dari lateral scapula harus terlihat dengan densitas yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai