Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin tidak lebih dari suatu retakan, biasanya patahan tersebut lengkap dan

fragmen tulangnya bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh, disebut fraktur

tertutup sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur

terbuka

Fraktur clavicula, yaitu putusnya hubungan tulang clavicula yang

disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan berputar /

tertarik keluar, dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai

clavicula, trauma ini dapat menyebabkan fraktur clavicula

Pada kasus fraktur biasanya terjadi karena trauma mendadak yang

disebabkan oleh kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut

etiologinya fraktur dibedakan menjadi 3 yaitu fraktur yang disebabkan trauma

baik secara langsung amupun tidak langsung, fraktur yang disebabkan oleh

kelelahan tulang, dan fraktur yang disebabkan keadaan patologi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi :

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang

rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan

bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan

keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur

terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok,

memutar dan tarikan. Fraktur clavicula adalah kerusakan dari tulang clavicula

yang dapat terjadi pada tiga tempat :

• Pertengahan clavicula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.

• Sepertiga distal : Ujung dari clavicula yang menghubungkan clavicula

dengan bahu.

• Sepertiga medial : Ujung clavicula yang menghubungkan clavicula dengan

sternum.

2.2 Anatomi :

Pada potongan koronal, tulang clavicula merupakan tulang yang kecil dan

tipis, lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga

lateral. Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang clavicula semakin jelas

telihat. Tulang clavicula berbentuk seperti huruf S, pada ujung sisi medial

2
berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial,

tulang clavicula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang

datar, dihubungkan oleh bagian tengah clavicula yang berbentuk seperti tabung

dan tipis. Area transisi pertengahan tulang clavicula memiliki struktur

penghubung yang lemah, sehingga merupakan daerah yang paling sering terjadi

fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi

tulang clavicula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan jelas.

Gambar 1. Osteologi clavicula.

- Ligamen medial :

Bulbus-bulbus pada ujung medial clavicula menyokong sendi

sternoclavicular. Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung

sendi tersebut, yang sangat diperlukan secara anatomis apabila terjadi fraktur dan

pergeseran tulang.

- Ligamen kapsul :

3
Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu

ligamen kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari

kapsul. Ligamen-ligamen ini mungkin merupakan persendian sternoclavicular

yang paling kuat dan yang menghambat pergeseran superior dari sisi medial

clavicula, dan pergeseran inferior pada sisi ujung lateral clavicula. Kapsul

posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting dalam menahan

pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi

sternoclavicular.

Gambar 2. Ligamen Glenohumeral.

4
Gambar 3. Ligamen Sternoclaviular.

- Ligamen interclavicula :

Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial clavicula sampai sisi

superior sternum sampai kontralateral dari clavicula. Ligamen tersebut

merenggang pada saat bahu diangkat tetapi menghambat pergeseran yang

menurun dari ujung lateral clavicula.

- Ligamen costoclavicula :

Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari

bagian atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai

bagian inferior dari clavicula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian

medial clavicula yang menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan

studi tentang anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular menstabilkan medial

clavicula melawan rotasi keatas dan kebawah.

5
- Ligamen interclavicula :

Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial clavicula sampai sisi

superior sternum sampai kontralateral dari clavicula. Ligamen tersebut

merenggang pada saat bahu diangkat tetapi menghambat pergeseran yang

menurun dari ujung lateral clavicula.

- Ligamen costoclavicula :

Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari

bagian atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai

bagian inferior dari clavicula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian

medial clavicula yang menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan

studi tentang anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular menstabilkan medial

clavicula melawan rotasi keatas dan kebawah.

- Ligamen coracoclavicular :

Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat yang

berjalan dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian inferior dari

lateral clavicula. Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan tulang yang spesifik,

sedangkan ligamen conoid yang lebih medial berinsersi pada conoid tubercle.

Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi yang penting sebagai suspensi dari korset

bahu pada clavicula.

- Ligamen Acromioclavicular :

Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen

acromioclavicular. Pada bagian superior, dan pada bagian posterosuperior, ligamen

tersebut menahan pergeseran anteroposterior dari distal clavicula. Studi biomekanis

yang terbaru menyebutkan bahwa kapsul acromioclavicular menahan translasi

anterior-posterior.

6
- Anatomi otot :

Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di clavicula. Pada

bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari

fraktur clavicula yang paling penting, yaitu pada superomedial clavicula dengan origo

pada sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan clavicula, origo tersebut di

konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator medial clavicula.

Pada permukaan bawah pertengahan clavicula merupakan titik insersi dari otot

subclavius. Pada bagian lateral, anterior clavicula merupakan tempat dari origo

deltoid bagian anterior dengan clavicula bagian posterosuperior juag menjadi insersi

tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang berhubungan dengan

anatomi clavicula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi pada jaringan subcutan

pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis mayor

dan menyilang pada permukaan anterior superfisial clavicula sebelum berinsersi pada

mandibula, kulit, dan otot mulut.

- Anatomi Neurovaskular :

Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular

dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling

utama yaitu saraf supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut

berorigo sebagai trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus

tersebut dibagi menjadi anterior, pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi

permukaan superfisial dari bagian dalam clavicula sampai platysma. Jupiter dan Ring

merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf supraclavicular selama pendekatan

bedah pada pertengahan clavicula.

Tulang clavicula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang pelindung

pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik, permukaan superior

7
dari pertengahan clavicula membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi

dari segitiga tersebut yang penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia.

Gambar 4. Pleksus brachialis.

8
2.3. Mekanisme trauma :

A. Trauma tidak langsung :

Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allman menjelaskan bahwa

mekanisme trauma fraktur clavicula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh

dengan bahu sebagai tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung

merupakan penyebab utama fraktur clavicula. Stanley et al meneliti 122 pasien

yang terkena fraktur clavicula, 87% terjadi dengan bahu sebagai tumpuan, dan

hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan antara

lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama penyebab fraktur

clavicula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur clavicula, diperlukan

ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas

secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan dan bukan

kompresi yang menyebabkan fraktur clavicula.

9
Gambar 5. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur clavicula

adalah trauma pada superolateral bahu.

B. Trauma langsung :

Oleh karena jaringan subcutan clavicula yang tipis, membuat clavicula

rentan terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna.

Mekanisme tersebut dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma

tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari kekuatan otot atau posisi

lengan atas, semua regio clavicula mudah terkena. Aktivitas olahraga dapat

menyebabkan trauma langsung terhadap clavicula termasuk bersepeda maupun

bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa bersepeda

merupakan penyebab utama terjadinya fraktur clavicula baik pada laki-laki

maupun perempuan.

10
Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa 3103 kasus fraktur

ekstremitas atas atau dislokasi pada pemain ski salju dan ski. Fraktur clavicula

banyak terjadi pada pemain ski (32%) sedangkan pemain ski salju paling banyak

terkena fraktur pada pergelangan tangan (62% dari jumlah seluruhnya).

2.4. Klasifikasi :

Fraktur clavicula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk

lokasi fraktur, pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse)

dan kominutif.

Gambar 6 : Klasifikasi Fraktur Clavicula

A. Klasifikasi berdasarkan Allman:

- Grup I : Fraktur pada pertengahan clavicula dan tipe yg paling sering

terjadi (80%)

- Grup II : Fraktur pada sepertiga distal ( 15%)

11
- Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%)

Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak

membagi berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua

variabel tersebut sangat potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

B. Klasifikasi berdasarkan Neer:

Neer membagi klasifikasi fraktur clavicula menjadi 3 tipe:

- Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.

- Tipe II : Ligamen coracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi

ligamen trapezoid utuh sampai ke segmen distal.

- Tipe II A : Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal

- Tipe II B : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen

distal

- Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular

Subgrup tipe III yaitu:

- Tipe I : Pergeseran minimal

- Tipe II : Bergeser

- Tipe III : Intraarticular

- Tipe IV : Terpisah pada epifisis

- Tipe V : Komunitif.

C. Klasifikasi Robinson :

- Tipe I : Fraktur 1/5 medial clavicula dengan adanya atau tanpa pergeseran

12
- Tipe II : Fraktur 3/5 medial clavicula

- Tipe II A : Fraktur tanpa adanya pergeseran tulang

- Tipe II B : : Fraktur dengan adanya pergeseran tulang

- Tipe III : Fraktur 1/5 lateral clavicula

D. Klasifikasi menurut Craig :

- Grup I : Fraktur pertengahan clavicula.

- Grup II: Fraktur sepertiga distal clavicula.

* Tipe 1 : pergeseran minimal (antar ligamen).

* Tipe 2 : pergeseran sekunder garis fraktur medial sampai ligamen

coracoclavicular.

A : Ligamen conoid dan trapezoid tetap utuh.

B : Ligamen conoid robek, trapezoid tetap utuh.

* Tipe 3: Fraktur Intra artikular.

* Tipe 4: Ligamen-ligamen menempel pada periosteum dengan pergeseran

pada fragmen proximal.

* Tipe 5: Fraktur komunitif dengan ligamen-ligamen tetap menempel

dengan fragmen komunitif bagian inferior.

- Grup III Fraktur sepertiga proksimal.

* Tipe1: Pergeseran minimal.

* Tipe 2: Pergeseran yang signifikan (ligament-ligamen ruptur).

* Tipe 3: Fraktur intraartikular.

6
* Tipe 4: Separasi dari epifisis.

13
2.5 Gambaran Klinis :

Gambaran klinis pada fraktur clavicula biasanya penderita datang dengan

keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan

setiap gerakan lengan. Fraktur clavicula sangat mudah didiagnosa dengan

pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan

fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang

terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol

akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai

perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi

yang mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan

fraktur clavicula dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat

terjadi terutama pada arteri subklavia.

2.6 Pemeriksaan Radiologis :

Diagnosis fraktur clavicula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP.

Pada keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan

proyeksi AP untuk mendiagnosis fraktur clavicula. Untuk visualisasi yang lebih

baik, radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu.

14
Gambar 6 : Gambaran radiologis fraktur clavicula

A. Proyeksi AP. B. Proyeksi oblik

2.7 Penanganan :

Pada prinsipnya penangan patah tulang clavicula adalah untuk mencapai

penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan

sisa kelainan bentuk. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di

15
daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi

normal dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.

Fraktur 1/3 distal clavicula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament

coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan arm sling dan

pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya

ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan

reduksi terbuka dan fiksasi interna.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

Fraktur terbuka, terdapat cedera neurovaskuler, fraktur komunitif, tulang

memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih, rasa sakit karena gagal

penyambungan (nonunion), masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang

tidak semestinya (malunion).

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan yang dapat digunakan adalah obat kategori

analgesic, antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat

golongan NSAIDs. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan

gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.

Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan

1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap

2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen

tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat

proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai

minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda

16
klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang,

dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal.

Gambar 7. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada fraktur

clavicula.

2.8 Komplikasi ;

A) Komplikasi dini :

• Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena

trauma awa /tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.

• Pneumouthorax

• Haemothorax

• Cedera pleksus Brachialis 5

B) Komplikasi lanjut :

• Malunion: : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam

waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

17
Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar

merupakan masalah kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal.

Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm dapat

menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari fragmen tulang.

Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk memperbaiki

deformitas tersebut.

• Nonunion :

Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi

selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada

pertengahan clavicula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel.

Insidensi sekitar 0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena

immobilisasi yang tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser,

lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan adanya refaktrur.

18
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Pera Magayang
TTL/Umur : 28 Juni 1987 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Abepura
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Papua
Tanggal MRS : 16 Mei 2017
No. RM 423890

3.2 Data Dasar


- Primary Survey :
A : Clear, Adekuat
B : Simetris, Ikut gerak nafas, R: 19x/m, SpO2 : 98%
C : Akral hangat, TD : 100/60 mmHg, N : 58 x/m, CRT < 2 “
D : Kesadaran Compos Mentis, GCS : 15, Pupil isokor (3mm/3mm)
E : SB : 36,9 0C, Jejas pada bahu kiri (-), tampak benjolan di bahu kiri

- Secondary Survey :
A. Data Subtektif :
- Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Mei 2017
pukul 17.30 WIT di IGD RSUD Dok II Jayapura.
- Keluhan Utama :
Nyeri pada bahu kiri
- Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS Yahukimo. Pasien datang ke RSUD Dok II
Jayapura dengan keluhan nyeri pada bahu kiri dan tangan kiri sulit
digerakkan + 5 hari SMRS. Pasien mengaku ditabrak dari arah pada saat

19
pasien dibonceng menggunakan motor. Pada saat itu pasien terjatuh ke
arah kiri dan bahu kiri pasien terbentur aspal serta kepala pasien juga
terbentur aspal dan terseret + 5 meter, pingsan (+), pusing (-), mual (-),
muntah (-)
- Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat Asma (-), Riwayat Alergi
makanan dan obat-obatan (-/-)
- Riwayat Penyakit Keluarga:
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah sakit seperti pasien.

B. Data Obyektif :
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 Mei 2017 pukul 17.30 WIT
di IGD RSUD Dok II Jayapura.
- Status Generalis :
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 58 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
Suhu : 36,90C (axiller)
SpO2 : 98 %

K epala
- Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-), Secret (-)
- Hidung : Secret (-), Pembauan : tidak dilakukan pemeriksaan
- Telinga : Secret (-), Pendengaran : normal.
- Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : Simetris,ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus (dextra sama dengan
sinistra) Perkusi : Sonor

20
Auskultasi :Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi : Iktus kordis (-)
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I/II reguler murni

Abdomen
Inspeksi : Tampak supel, datar
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hati/limpa tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+)

Extremitas : Akral hangat, tremor (-)

Status Lokalis :
- Lokasi : Regio Clavicula Sinistra
Look : Jejas luka (-), edema (+), vulnus eksoriatum (+),
penonjolan (+),
F eel : Nyeri tekan regio clavicula sinistra (+), sensibilitas (+),
suhu rabaan hangat (+) , NVD ( Neurovaskuler
disturbance) (-) : arteri brachialis teraba (+)
ROM : gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakkan adduksi dan
abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu
terhambat, nyeri bila digerakan (+).

21
3.3 Pemeriksaan Penunjang :
➢ Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 Mei 2017

Pemeriksaan Hasil
Leukosit 10.3 x 103/uL

Trombosit 235 x 103/uL

Hemoglobin 9.5 g/dl


Darah CT 7’00”
Lengkap BT 4’00”
GDS 76 mg/dl

Klorida 112 mEq/L


Kalium 3,7 mEq/L
Natrium 142 mEq/L

22
➢ Foto Klinis dan Radiologi :
O Ro Thoraks (PA) tanggal 16 Mei 2017 :

Foto Klinis : 16 Mei 2017 Pada pemeriksaan radiologi posisi PA


ook : Jejas luka (-), edema (+), vulnus tampak fraktur 1/3 middle clavicula
eksoriatum (+), penonjolan (+), sinistra dengan kedudukan tulang tidak
eel : Nyeri tekan regio clavicula sinistra segaris.
(+), sensibilitas (+), suhu rabaan
hangat (+) , NVD (Neurovaskuler
disturbance) (-) : arteri brachialis
teraba (+)
OM : gerakan aktif dan pasif terhambat,
gerakkan adduksi dan abduksi
lengan kiri terhambat, gerakan
rotasi sendi bahu terhambat, nyeri
bila digerakan (+).

3.4 Diagnosa :
Close Fraktur 1/3 Middle Clavicula Sinistra

23
3.5 Diagnosis Banding :
Open Fraktur 1/3 Middle Clavicula Sinistra
3.6 Planning :
- Medikamentosa :
O IVFD : RL 500 cc/8jam

O Ketorolac 3x1 amp (IV) di IGD (22.45)-(06.45)

O Antrain 3x1 amp (IV) di Bangsal Orthopedi

Pria O Ranitidin 2x1 amp (IV) di Bangsal

Orthopedi Pria O KSR 3x1 tab di Bangsal

Orthopedi Pria

- Non-Medikamentosa :

O Pasang Arm Sling di IGD

O Tindakan Pembedahan ORIF plate and screw left clavicula

3.7 Follow Up :
Tanggal Catatan Tindakan
17/05/2017 S : Nyeri pada bahu kiri O Rencana ORIF elektrolit
O : KU: Tenang, Kes : CM, GCS: 15 O Konsul penyakit dalam
TTV: TD : 140/90 mmHg, N:90x/mnt,
O Cek Hbs Ag dan elektrolit
R : 20 x/mnt, SB : 36,4oC
O EKG
Status generalis:
O Cross match
K/L : Conjungtiva anemis -/-,
O RL 20 tpm
Sklera ikterik -/-, P>KGB (-)
Thorax : dalam batas normal O Antrain 2x1 amp (IV)
Abdomen : Dalam batas normal O Ranitidine 2x1 amp (IV)
Ekstremitas :Dalam batas normal O Pertahankan arm sling
Vegetatif : ma/mi (+/+), Bab/Bak (+/+)
Status lokalis: Regio Clavicula
Sinistra
Look : Jejas luka (+), edema (+),

24
F eel : Nyeri tekan regio clavicula
sinistra (+), sensibilitas (+), suhu
rabaan hangat (+)
Move : Gerakkan adduksi dan
abduksi lengan kiri terhambat, nyeri
bila digerakan (+)
A : Close Fraktur 1/3 Middle
Clavicula Sinistra

18/05/2017 S : Nyeri pada bahu kiri


O Rencana ORIF elektrolit
O : KU: Tenang Kes CM, GCS 15
O Konsul Anestesi
TTV: TD : 175/96 mmHg, N:66x/mnt,
R : 20 x/mnt, SB : 36,7oC O RL 20 tpm
Status generalis: O Antrain 2x1 amp (IV)
K/L : Conjungtiva anemis -/-, O Ranitidine 2x1 amp (IV)
Sklera ikterik -/-, P>KGB (-) O Pertahankan arm sling
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas :Dalam batas normal
Vegetatif : ma/mi (+/+), Bab/Bak (+/+)
Status lokalis: Regio Clavicula
Sinistra
Look : Jejas luka (+), edema (+),

F eel : Nyeri tekan regio clavicula


sinistra (+), sensibilitas (+), suhu
rabaan hangat (+)
Move : Gerakkan adduksi dan
abduksi lengan kiri terhambat, nyeri
bila digerakan (+)
A : Close Fraktur 1/3 Middle
Clavicula Sinistra

25
19/05/2017 S : Nyeri pada bahu kiri O Rencana ORIF elektrolit
O : KU: Tenang Kes CM, GCS 15 O RL 16 tpm
TTV: TD : 130/9o mmHg, N:76x/mnt,
O Antrain 3x1 amp (IV)
R : 21 x/mnt, SB : 36,5oC
O Ranitidine 2x1 amp (IV)
Status generalis:
O KSR 3x1 tab
K/L : Conjungtiva anemis -/-,
O Pertahankan arm sling
Sklera ikterik -/-, P>KGB (-)
Thorax : dalam batas normal O Makan pisang
Abdomen : Dalam batas normal O Menunggu jawaban konsul
Ekstremitas :Dalam batas normal anestesi
Vegetatif : ma/mi (+/+), Bab/Bak (+/+)
Status lokalis: Regio Clavicula
Sinistra
Look : Jejas luka (+), edema (+),

F eel : Nyeri tekan regio clavicula


sinistra (+), sensibilitas (+), suhu
rabaan hangat (+)
Move : Gerakkan adduksi dan
abduksi lengan kiri terhambat, nyeri
bila digerakan (+)
A : Close Fraktur 1/3 Middle
Clavicula Sinistra

3.8 Resume :
Pasien rujukan dari RS Yahukimo. Pasien datang ke RSUD Dok II
Jayapura dengan keluhan nyeri pada bahu kiri dan tangan kiri sulit
digerakkan + 5 hari SMRS. Pasien mengaku ditabrak dari arah pada
saat pasien dibonceng menggunakan motor. Pada saat itu pasien
terjatuh ke arah kiri dan bahu kiri pasien terbentur aspal serta kepala
pasien juga

26
terbentur aspal dan terseret + 5 meter, pingsan (+), pusing (-), mual (-),
muntah (-)
- Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat Asma (-), Riwayat Alergi
makanan dan obat-obatan (-/-)
- Riwayat Penyakit Keluarga:
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah sakit seperti pasien.

C. Data Obyektif :
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 Mei 2017 pukul 17.30 WIT
di IGD RSUD Dok II Jayapura. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 100/60 mmHg, nadi 58 x/menit, respirasi 19 x/menit, suhu 36,90C
(axiller), SpO2 98 %.
Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal dan pada
pemeriksaan status lokalis ditemukan : jejas luka (+), edema (+), nyeri
tekan regio clavicula sinistra (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat (+),
gerakkan adduksi dan abduksi lengan kiri terhambat, nyeri bila digerakan (+).
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan dan pada
pemeriksaan radiologi tampak fraktur 1/3 middle clavicula sinistra dengan
kedudukan tulang tidak segaris.
Penatalaksanaan pada pasien ini dengan tindakan pembedahan yaitu
ORIF plate and screw.

3.9 Prognosis :
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan :

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang

rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Fraktur clavicula adalah

kerusakan dari tulang clavicula yang dapat terjadi pada tiga tempat : pertengahan

clavicula, sepertiga distal, dan sepertiga medial.

Fraktur clavicula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk

lokasi fraktur, pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse)

dan kominutif.

Gambaran klinis pada fraktur clavicula biasanya penderita datang dengan

keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan

setiap gerakan lengan. Diagnosis fraktur clavicula biasanya terlihat dari radiografi

proyeksi AP.

Pada prinsipnya penangan patah tulang clavicula adalah untuk mencapai

penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan

sisa kelainan bentuk.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi Zairin N.2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang bedah

Ortopedi.Jakarta:Salemba Medika

2. Pearce ,C,Evelyn.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

3. Appley, G.A & Solomon, Louis, 2010; Ortopedi dam Fraktur Sistem apley;

ninth edition Terjemahan Widya medika. Jakarta

4. Kisner Carolyn and Lynn Colby, 2007; Therapeutic Exercise Foundations and

Tecniques; Five Edition, F A Davis Company, Philadelpia

5. Putz, R dan Pabst, R. 2007. Sobotta Atlas Anatomi Manusia , Jakarta.

6. De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ahli Bahasa : Tim Penerbit Ilmu

Kedokteran. Edisi 2, EGC : Jakarta

7. Rasjad, Chairudin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang

Lamumpatue.

8. Syamsudihijat R, Jong W, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC

9. Skinner, Hary B. 2012. Current Diagnosis and Treatment Ortopedics. USA :

The MoGraw-Hill Comparries.

29

Anda mungkin juga menyukai