Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

STATUS EPILEPTICUS

By: Counselors:
Fithra Bagaskara Handoko (17214020) Dr. Nanda Hudawarachma, Sp.A
Latar Belakang
• Tingginya angka kejadian status epileptikus ini baik di negara maju maupun di negara
berkembang menjadi masalah tersendiri dalam hal kedaruratan medis yang dapat
mengancam nyawa dan menyebabkan kematian dalam 30 hari kedepan setelah
serangan

• Anak-anak dengan status epileptikus memiliki tingkat


morbiditas dengan sekuele neurologis yang tinggi yaitu
sebesar 33%.14-15 Sekuele neurologis yang sering terjadi
berupa epilepsi, ensefalopati, dan defisit neurologis fokal. 3
Sekuele kognitif juga ditemukan pada pasien status
epileptikus, sebesar 48% anak-anak mengalami retardasi
mental dan 33% mengalami penurunan IQ.

Sinthamurniwaty, 2006. Faktor- Faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang).Program Studi
EpidemiologiPascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro. hal:22-2
Identitas Pasien

• Nomor Rekam Medis : 056XXX


• Nama Pasien : P.J.A
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tanggal Lahir : 27-07-2007
• Agama : Islam
• Berat Badan : 30 kg
• Tinggi Badan : 140 cm
Anamnesis
Alloanamnesa
Keluhan Utama

Penurunan kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran selama 3 hari.
Pasien sebelumnya merupakan pasien rawatan RSIA Cempaka Az-zahra yang dirujuk ke RS
Meuraxa. Sehari SMRS pasien mengalami kejang. Kejang kelonjotan terjadi + selama 5 menit,
bentuk kejangnya tonik klonik, dengan posisi mata mendelik ke atas. Setelah sadar pasien
mengeluhkan mual (+), muntah (+), dan sakit kepala (+).
Anamnesis
Alloanamnesa
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penggunaan Obat
• Post operasi tumor jinak mandibula
• Typhus Tidak ada penggunaan obat

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Imunisasi
Keluarga tidak ada mengalami hal serupa
Berdasarkan pengkuan orang tua Imunisasi

Riwayat Kelahiran pasien tidak lengkap

Pervaginam, dengan BBL 2800 gr


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : GCS E1V2M4 (Somnolen)

Tanda Vital

 Tekanan Darah : 125/87 mmHg


 Frekuensi Nadi : 143x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36 °C
 SpO2 : 97 %
 Status gizi : Gizi Buruk (severely Thinness)
 Antropometri : Z-Score = (15,3-19,9) = 12,7 = -5,2 SD
(19,9-17,5) 2,4
Status Internus
konjungtiva pucat (-), iketrus (-/-),
Mata Leher Pembesaran KGB (-), Trakea
reflex pupil (+/+) isokor, mata
Medial. Kaku kuduk (+)
cekung (-)

bentuk normal (+/+), inflamasi


Telinga
(-/-), discharge (-/-) Retraksi dinding dada (-/-),
Paru
Vesicular (+/+) Wheezig (-/-)
Ronkhi (-/-)

bentuk normal, discharge


Hidung Bj 1 > Bj 2, ictus cordis
(-/-), deviasi septum (-) Jantung
tak tampak

Soepel, Peristaltik meningkat


mukosa bibir kering (-), Abdomen
Mulut,
atropi papil lidah (-), tonsil Nyeri tekan suprapubik (+),
(T1/T1), faring hiperemis (-) distensi (-), tugor normal
Tenggorokan
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal  
Hematologi        
Hemoglobin (Hb) 14,3 g/dl 12,0 – 15,2 H
Eritrosit 5.01 106/uL 3.7 – 4.9 H
Hematokrit 37,6 36.0 – 47.0 H
MCV 75.0 fL 78 – 96  
MCH 28.5 pg 25.0 – 35.0  
MCHC 38.0 g/dL 31.0 – 37.0  
Leukosit 8,1 103/uL 4,5 – 13.5  
Hitung Jenis        
Eosinofil 0.1 0–3  
Basofil 0.1 0–1  
Neutrofil 83,7 40.0 – 70.0 H
Limfosit 13,1 25.0 – 45.0 L
Monosit 2,6 3.0 – 6.0  
Trombosit 338 103/uL 154 – 442 L
Kimia Klinik        
Glukosa ad Random 167 Mg/dL 70 – 160  

Albumin 4.1 g/dL 3.8 – 5.1  


Ureum 14 Mg/dL 10 -50  
Creatinin 0.4 Mg/dL 0.5 – 0.9 L
Elektrolit        
Natrium 123 Mmol/L 135 - 146 LL
Kalium 3,7   3,6 – 5,1  
Clorida 84   95 - 108 L
CT- Scan non contras.
  Tak tampak lesi hipo/hiperdens di brain parenkim
 

Kesan: Saat ini Ct-scan kepla dalam


batas normal tidak tampak kelainan
Diagnosis Kerja
Penurunan Keasadaran e.c Status Epilepticus
Follow up Hari 1

Tgl S A P
Kejang (+), demam Penurunan  Inj. Piracetam300 mg/8j
(+), nyeri perut (+), keasadaran e.c  Inj. OMZ 25 mg/12 j
pilek (+), nafsu Status  Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 j
makan (), BAB (-), Epileptikus +  Inj. Ondansentron 5g/8 j
BAK (+). Meningoencep  Loading Dexa 15 mg 3 mg/8 j
16/12/21
O/ halitis +  Loading Fenitoin 500 mg  75 mg/12 j
 
KU: Buruk Hiponatremia  Drip. PCT 300 mg/8 j
HR: 108 x/i berat.  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
RR: 26 x/i  Rehidrasi RL 1000 ml dlm 2 j, lnjut 2000 ml
T : 36,3 C dlm 3j, lanjut RL 1500 ml dlm 3 j.
SpO2: 99 %  inf. 2:1 25 gtt/i.
R. Patologis;  
 Kaku kuduk (+)
 Babinsky (+)
Follow up Hari 2

Tgl S/ S A Th/ P
Penurunan
Kejang (+), demam  Inj. Piracetam300 mg/8j
17/12/21 keasadaran e.c
(-), nyeri perut (+),  Inj. OMZ 25 mg/12 j
Status Epileptikus +
pilek (-), nafsu makan  Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 j
Meningoencephalitis
(), BAB (-), BAK (+)  Inj. Ondansentron 5g/8 j
+ Hiponatremia
Meracau (+).  Loading Dexa 15 mg 3 mg/8 j
berat.
O/  Loading Fenitoin 500 mg  75 mg/12 j
KU: Buruk  Drip. PCT 300 mg/8 j
HR: 94 x/i  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
RR: 25 x/i  Rehidrasi RL 1000 ml dlm 2 j, lnjut
T : 36,9 C 2000 ml dlm 3j, lanjut RL 1500 ml dlm
SpO2: 96 % 3j.
   inf. 2:1 25 gtt/i.
R. Patologis;  Susu Pediasure 3x100 ml
 Kaku kuduk (+)  Raber SPKJ.
Follow up Hari 3

Tgl S/ S A Th/ P
Kejang (-), demam Penurunan  Inj. Piracetam300 mg/8j
18/12/21 (-), nyeri perut (+), keasadaran e.c  Inj. OMZ 25 mg/12 j
pilek (-), nafsu makan Status  Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 j
(), BAB (- 3 hari), Epileptikus +  Inj. Ondansentron 5g/8 j
BAK (+) Meracau (+). Meningoencep  Inj. Phenytoin 100g/12 j IV
O/ halitis +  Loading Dexa 15 mg 3 mg/8 j
KU: Buruk Hiponatremia  Loading Fenitoin 500 mg  75 mg/12 j
HR: 94x/i berat.  Drip. PCT 300 mg/8 j
RR: 22 x/i  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
T : 36,6 C  Rehidrasi RL 1000 ml dlm 2 j, lnjut 2000 ml
SpO2: 96 % dlm 3j, lanjut RL 1500 ml dlm 3j.
   inf. 2:1 25 gtt/i.
R. Patologis;  Susu Pediasure 3x100 ml
 Kaku kuduk (+)  Raber SPKJ.
 
P/ USG Abdomen jika kondisi transportable
Follow up Hari 4

Tgl S/ S A Th/ P

19/12/21 Kejang (-), demam Meningoenceph  Inf. 2:1 25 gtt/i


(-), nyeri seluruh alitis +  Inj. Piracetam300 mg/8j
lapang perut (+), Hiponatremia  Inj. OMZ 25 mg/12 j
pilek (-), nafsu makan berat +  Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 j
(), BAB (+), BAK (+) Gangguan  Inj. Ondansentron 5g/8 j
Meracau (+), pasien prilaku &  Inj. Phenytoin 100g/12 j IV
tampak lemah. mental + Acut  Loading Dexa 15 mg 3 mg/8 j
O/ Abdomen  Loading Fenitoin 500 mg  75 mg/12 j
KU: Lemah  Drip. PCT 300 mg/8 j
HR: 110x/i  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
RR: 26 x/i  Susu Pediasure 3x100 ml
T : 36,5 C  Sucralfat syr 3x10 cc
SpO2: 94 %  Inj. Ketorolac 5 mg/6 j
   Inj. Dexamethason 5 mg/8j
R. Patologis;  Diet bubur
 Kaku kuduk (+)  Raber SPKJ.
 
P/ Cek DR, Elektrolit.
Follow up Hari 5

Tgl S/ S A P

20/12/21 Kejang (-), demam (-), Meningoencephalitis Th/


nyeri seluruh lapang + Hiponatremia berat  Inf. Kaen 20 gtt/i
perut (+), pilek + Gangguan prilaku  Inj. OMZ 25 mg/12 j
(-),BAB (+), BAK (+), & mental + Acut  Inj. Piracetam 300 g/8j IV
Sulit tidur (+), pasien Abdomen  Inj. Ondansentron 5g/8 j
tampak lemah.  Inj. Phenytoin 100g/12 j IV
O/  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
KU: Sedang  Sucralfat syr 3x10 cc
HR: 110x/i  Inj. Ketorolac 5 mg/6 j
RR: 26 x/i  Inj. Dexamethason 5 mg/8j
T : 36 C  Inj. Cefotaxim 1 gr/6j
SpO2: 94 %  Lacto B 2x2 Sach.
   
P/ USG Abdomen
Follow up Hari 6

Tgl S A P

21/12/21 S/ Meningoencephalitis Th/


Kejang (-), demam (-), + Hiponatremia berat  Inf. Kaen 2:! 20 gtt/i
nyeri seluruh lapang + Gangguan prilaku &  Inj. OMZ 25 mg/12 j
perut (+), pilek (-),BAB mental + Acut  Inj. Piracetam 300 g/8j IV
(+), BAK (+), Sulit tidur Abdomen +  Inj. Ondansentron 5g/8 j
(-), mual (+) Apendicytis perforasi  Inj. Phenytoin 85 g/12 j IV
Muntah (-). parsial.  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
O/  Sucralfat syr 3x10 cc
KU: Sedang  Inj. Ketorolac 5 mg/6 j
HR: 95x/i  Inj. Dexamethason 5 mg/8j
RR: 20 x/i  Inj. Cefotaxim 1 gr/6j
T : 35,9 C  Lacto B 2x2 Sach.
SpO2: 94 %  Paracetamol 500 mg (KP)
   
 Raber Bedah
Follow up Hari 7

Tgl S/ S A P

22/12/21 Kejang (-), demam Meningoencephalitis Th/


(-), nyeri seluruh + Hiponatremia berat  Inf. Kaen 2:! 20 gtt/i
lapang perut (+), pilek + Gangguan prilaku  Inj. OMZ 25 mg/12 j
(-),BAB (+), BAK (+), & mental + Acut  Inj. Piracetam 300 g/8j IV
Sulit tidur (-), mual (+) Abdomen +  Inj. Ondansentron 5g/8 j
Muntah (+ jam 7 pagi). Apendicytis perforasi  Inj. Phenytoin 85 g/12 j IV
Nyeri kepala (+). parsial  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
O/  Sucralfat syr 3x10 cc
KU: Sedang  Inj. Ketorolac 5 mg/6 j
HR: 74x/i  Inj. Dexamethason 5 mg/8j
RR: 23 x/i  Inj. Cefotaxim 1 gr/6j
T : 35,7 C  Lacto B 2x2 Sach.
SpO2: 95 %  Paracetamol 500 mg (KP)
Skala Nyeri: 5-6 (nyeri  
sedang).  Raber Bedah
 
Follow up Hari 7

Tgl S/ S A P

23/12/21 Kejang (-), demam (-), Meningoencephalitis + Th/


nyeri seluruh lapang Hiponatremia berat +  Inj. Piracetam300 mg/8j
perut (+), pilek (-),BAB Gangguan prilaku &  Inj. OMZ 25 mg/12 j
(+), BAK (+), Sulit tidur mental + Acut  Inj. Ondansentron 5 mg/8 j
(+), pasien tampak Abdomen +  Inj. Phenytoin 100g/12 j IV
lemah. Apendicytis perforasi  Drip. PCT 500 mg/8 j
O/ parsial  Drip. Metronidazole 500 mg/8 j
KU: Sedang  Inj. Dexamethason 5 mg/8j
HR: 110x/i  Inj. Cefotaxim 1 gr/6j
RR: 26 x/i  Inj. Ketorolac 5 mg/6 j
T : 36 C  Sucralfat Syr 3x10 cc
SpO2: 94 %  Resperidon 1 mg 2x1Tab
   Trihexifenidil 1 mg 2x1 Tab
 Risperidone 0,5 mg
 
Tinjauan
Pustaka
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Belum terdapat keseragaman mengenai definisi status epileptikus (SE)


karena International League Againts Epilepsy.

• (ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung


terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa
disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.

• Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama


kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli
membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit atau
lebih.
EPIDEMIOLOGI

• 60.000 -160.000KAsus dari status epilepticus tonik-klonik


umum yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya
.
• Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per
100.000 anak. Status epileptikus lebih sering terjadi pada
anak usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun dengan
estimasi insidens 1 per 1000 bayi
ETIOLOGI

kasus. Gangguan serebrovaskuler Etiologi Persentase


merupakan penyebab SE tersering di Epilepsi simtomatik 33%
Negara maju, sedangkan dinegara
berkembang penyebab tersering karena Kejang demam lama 32%
infeksi susunan saraf pusat. Kejang simtomatik 26%

Demam 22%

Status Tidak diketahui penyebab 15%


Epilepticus Infeksi susunan saraf pusat 13%

Kelainan metabolik akut 6%

idiopatik simptomatis

MANGUNATMADJA, Irawan. Status epileptikus konvulsivus pada anak: Rekomendasi tatalaksana UKK
Neurologi IDAI. Prosiding Simposium LXXIII Masalah Kesehatan Neonatus sampai Remaja, 2017
KLASIFIKASI

Bangkitan yang berdurasi >5 menit, atau bangkitan yang berulang >2x
tanpa pulihnya kesadaran diantara bangkitan
SE
Konvulsif

Kondisi saat aktivitas bangkitan EEG memanjang


dan memberikan gejala klinis
SE non motoric termasuk perubahan perilaku
Non- Konvulsif
KLASIFIKASI

Serangan parsial (fokal) • Serangan parsial sederhana (dengan gejala


motorik, sensorik, otonom, atau psikis)
• Serangan parsial kompleks
• Serangan parsial dengan generalisasi sekunder
Serangan umum • Absens (petit mal)
• Tonik-klonik (Grand mal)
• Tonik
• Atonik
• Mioklonik
Serangan Epilepsi tak
teklasifikasikan

1981
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Tipe Manifestasi
NCSE General
Kesadaran menurun (biasanya ringan),
Absence tipikal Status Epileptikus disorientasi,mata terbelalak,kedipan ritmis
pada pasien dengan epilepsi general primer
Absence atipikal Status Epileptikus Seperti orang bingung dengan derajat yang
meningkat pada pasien dengan epileptic
encephalopaty
Absence late onset Status Epileptikus Kesadaran menurun, disorientasi sampai
stupor,mata terbelalak,kedipan ritmis pada
tua tanpa riwayat epilepsi
SGCSE Koma atau obtundation, dapat berupa
gerakan tubuh yang menyentak tetapi samar
atau adanya pergerakan mata seperti
nistagmus
MANIFESTASI KLINIS

Tipe Manifestasi

NCSE Partial

Simple Partial Status Fenomena sensoris atau otonom yang


Epileptikus persisten dimana terjadi pada 1 area dari
tubuh dan tidak ada penurunan kesadaran

Complex Partial Status Kesadaran menurun dengan gejala klinis


Epileptikus bingung, perilaku aneh, automatisme
DIAGNOSIS

Untuk mempermudah anamnesis,


berikut kesimpulan yang perlu dintanyakan kepada pasien maupun saksi:
 Family history
 Past history
 Systemic history
 Alcoholic history
 Drug hostory
 Focal neurological symptoms and signs

Pemeriksaan neurologi meliputi status mental, “gait“ , koordinasi, saraf kranialis, fungsi motorik dan
sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi seperti hemiparese ,distonia, disfasia,
gangguan lapangan pandang, papiledema mungkin dapat menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi
struktur di area otak yang terbatas. Dilatasi pupil mungkin terjadi pada waktu serangan kejang terjadi
”Dysmorphism“ dan gangguan belajar mungkin ada kelainan kromosom dan gambaran progresif seperti
demensia, mioklonus yang makin memberat dapat diperkirakan adanya kelainan neurodegeneratif.
DIAGNOSIS

Indikasi penggunaan cEEG pada SE adalah kejang klinis


yang masih berlangsung atau SE yang tidak pulih dalam
10 menit, koma, postcardiac arrest, dugaan nonconvulsive
SE pada pasien dengan perubahan kesadaran. Durasi
cEEG seharusnya paling sedikit dalam 48 jam

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan


pencitraan pilihan untuk mendeteksi kelainan yang
mendasari Pencitraan dilakukan untuk menentukan
etiologi, memperkirakan prognosis, dan merencanakan
tata laksana klinis yang sesuai.
DIAGNOSIS BANDING

• Intoksikasi akut
.
• Hipoksia otak katastropik awal

• Ensefalopati asal toksik dan metabolik


c
• Stroke iskemik

• Kejang non-epilepsi

• trauma 
TATALAKSANA
Diazepam perrektal 0-10
Hospital/IGD 5 mg supp BB <12 kg menit
10 mg supp >12 kg

Prehospital
10 menit
Diazepam 0,2-0,5 mg/kg (IV)
(kec. 2 mg/menit, max 10 mg)
Atau
Midazolam 0,2 mg?/kg IM, buccal, max 10
mg

Bila kejang
berhenti
Pertimbangkan 20 menit
rumatan
fenitoin
5-10/kg
Dibagi 2 dosis
Kejang berlanjut
5-10 menit

Fenitoin 20 mg/kg IV (diencerkan


Fenobarbital 20 mg/kg IV
dlm 50 ml NaCl 0,95% selama 20
Dgn kec. 10-20 x/menit
menit (2mg/kg/menit. Max 1000 30 menit
Dosis max 1000 mg
mg)

Catatan:
Catatan: Dapat
Dapat Kejang berlanjut Kejang berlanjut ditambahkan
ditambahkan 5-10 menit 5-10 menit Fenobarbital 5-10
Fenitoin 5-10 mg/kg
mg/kg
Fenitoin 20 mg/kg IV (diencerkan
Fenobarbital 20 mg/kg IV dlm 50 ml NaCl 0,95% selama 20
Dgn kec. 10-20 x/menit menit (2mg/kg/menit. Max 1000
Dosis max 1000 mg mg)

Kejang berlanjut

> 60 menit
ICU Refrakter SE
Pentobarbital
Midazolam Propofol Bolus 5-15 mg/kg
Bolus 100- 200 mcg/kg Bolus 1-3 mg/kg. Lanjutkan dgn Dilanjutkan infus continue 0,5-
IV max 10 mg infus kontinu 2-10 mg/kg/jam 5 mg/kg/jam
KOMPLIKASI

Primer Skunder

menyebabkan kerusakan pada neuron Penggunaan obat Antikonvulsan:


dan memicu reaksi inflamasi, calcium • Depresi napas serta hipotensi
related injury, jejas sitotoksik, • Pada sebagian anak, asam valproat
perubahan reseptor glutamat dan dapat memicu ensefalopati hepatik
GABA, serta perubahan lingkungan dan hiperamonia
sel neuron lainnya.
PROGNOSIS

 Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis 37%


menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas
intelektual. Sekitar 3-56%.

 pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang


yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2
tahun pertama.

 Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati


progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi. 20,21
You
h a nk
T

Anda mungkin juga menyukai