RETINOBLASTOMA
EFA FAUZIAH S. NANG
N111 22 017
Dokter Pembimbing
dr. Haryanty Kartini Huntoyungo, M.Biomed, Sp.A
01
Pendahuluan
RETINOBLASTOMA
“Knudson
Two Hit
Hypothesis”
Klasifikasi
● Gejala dan tanda cukup khas pada RB diantaranya mata seperti mata kucing
(leukoria), bitnik putih pada mata, perubahan warna pada iris, mata juling
(strabismus), terasa tahanan saat bola mata digerakkan, dan nyeri pada
mata.
Mata Merah Strabismus
Leukokoria Buftalmos
Hifema
Anamnesis Makanan
Asi : 0-4 bulan
Sufor : 4 bulan-sekarang
MPASi : 4-12 bulan
Makanan : 1 bulan-sekarang
Riwayat Imunisasi
Lengkap sesuai usia.
Pemeriksaan Fisik
SISTEM PERNAPASAN
● Inspeksi : Simetris Bilateral (+/+), retraksi (-)
● Palpasi : Vokal Fremitus Ka = Ki
● Perkusi : Sonor (+/+)
● Auskultasi : Vesikular (+/+), Rh(-/-), Wh (-/-)
SISTEM KARDIOVASKULAR
● Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat di SIC V pada linea midclavicularis kiri
● Palpasi : Ictus cordi teraba di SIC V pada linea midclavicularis kiri
● Perkusi : Batas jantung normal
● Auskultasi : BJ I/II, murni reguler, murmur (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
● Inspeksi : Perut nampak datar
● Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
● Perkusi : Timpani (+)
● Palpasi : Nyeri tekan (-)
PUNGGUNG
● Vertebrae : dbn
GENITALIA
● Tidak ada kelainan deformita (dbn)
EKSTREMITAS
● Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
● Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
(+) terakhir selama 30 menit. Kejang dialami satu badan, terjadi penurunan
kesadaran (+). Sebelum kejang pasien mengeluhkan sakit kepala (+), demam (-),
mual (-), muntah (-). Pasien belum BAB dalam 4 hari terakhir dan BAK dalam
batas normal.
RESUME
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan adanya leukokoria (refleks pupil berwarna
putih) pada mata sebelah kiri pasien. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
abdomen tampak datar, massa (-) perkusi tympani (+) pada seluruh regio abdomen, nyeri
tekan (-). Pada pemeriksaan fisik sistem pernapasan sianosis (-), apnea (-), retraksi (-),
pergerakan dinding dada simetris bilateral, auskultasi vesikuler (+/+) wheezing (-/-), ronkhi
(-/-). Bunyi jantung SI dan SII terdengar reguler, murmur (-). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC 12,6 ribu/uL, RBC 5,42 juta/uL, HGB 15 g/dl, HCT 44,3%,
PLT 207 ribu/uL.
DIAGNOSIS
● Kejang + Retinoblastoma
TERAPI
● O2 Nasal
● IVFD RL 10 tpm
● Inj. Fenitoin 70 mg dalam NaCl 0,9% 100 ml / 12 jam
● Inj. Phenobarbital dosis maintenance 2x5 mg
● Inj. Ketorolac ½ amp drips
● Inj. Fentanyl 5-15 mEq
● PCT 300 mg/8 jam
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan Umum : Lemah
● Kesadaran : E3V2M4 (Somnolen)
● Berat Badan : 20 kg
● Tinggi Badan : 131 cm
● Status Gizi : Gizi Kurang TTV
● HR : 159 x/menit
● Suhu : 36,2 C
● RR : 23 x/menit
● SpO2. : 100% (dengan nasal canul 4 lpm)
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan kejang selama 30 menit, kejang
dialami satu badan, dan terjadi penurunan kesadaran. Sebelum kejang pasien
mengeluhkan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan adanya
leukokoria (refleks pupil berwarna putih) pada mata sebelah kiri pasien. Pasien
sebelumnya pernah berobat di Makassar dengan diagnosis Retinoblastoma dan
sudah menjalani kemoterapi sebanyak 4 kali.
DISKUSI KASUS
Retinoblastoma merupakan tumor ganas pada mata yang sering terjadi pada
anak-anak. Retinoblastoma berasal dari sel-sel progenitor retina yang belum
matang akibat adanya mutasi gen RB1 pada kromosom 13q14. Gambaran klinis
yang paling sering timbul yaitu terdapat adanya leukokoria (pupil berwarna putih)
seperti yang dialami pada mata sebelah kiri pasien.Kejang yang dialami pasien
diduga akibat adanya penyebaran sel-sel kanker ke intrakranial yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial sehingga dapat memicu kejang pada pasien.
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini terapi yang diberikan kepada pasien yaitu IVFD RL 10 tpm,
Ketorolac, Phenobarbital, Fenitoin, Fentanyl, dan Paracetamol.
• Ringer Laktat merupakan cairan infus kristaloid sebagai sumber elektrolit dan
air.
• Ketorolac merupakan jenis OAINS yang berperan dalam meredakan nyeri
• Phenobarbital merupakan obat golongan barbiturat yang bekerj pada reseptor
GABA dengan meningkatkan inhibisi sinaptik (anti konvulsan)
• Fenitoin merupakan antikonvulsan yang bekerja dengan meningkatkan eflux
atau mengurangi masuknya ion natrium yang melintasi sel saraf pada bagian
korteks motor yang merupakan pusat kendali terjadinya kejang pada otak.
• Fentanyl merupakan obat antinyeri golongan opioid yang bekerja dengan cara
mengikat reseptor opioid dalam otak sehingga dapa mengontrol rasa nyeri.
Biasanya diberikan untuk meredakan nyeri hebat misalnya akibat kanker atau
operasi.
• Paracetamol merupakan agen analgesik antipiretik yang mekanisme kerjanya
menghambat sekresi prostalandin yang merupakan agen penyebab nyeri dan
demam
Kesimpulan
● Retinoblastoma merupakan tumor ganas pada mata yang paling sering dialami pada usia
anak-anak.
● Pasien pada kasus ini didiagnosis Kejang + Retinoblastoma
● Pasien memiliki manifestasi klinis yang menunjang diagnosis yakni terdapat adanya
kejang dengan durasi selama 30 menit. Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan adanya
leukokoria (+/-).
● Prinsip dasar tatalaksana kejang yaitu dengan pemberian antikonvulsan seperti
diazepam rektal, fenobarbital, fenitoin, midazolam, propofol dan pentobarbital
Thank You