Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Oleh :

I Putu Rangga Rasnadea Tama

1971121004

Pembimbing :

Dr. IGK Oka Nurjaya, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANIGIANYAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020
MANAJEMEN KASUS
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

IDENTITAS PASIEN
Nama : NKAV
Umur : 3 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Br. Melinggih, Payangan, Gianyar
Tanggal MRS : 16 November 2020
Tanggalpemeriksaan : 17 November 2020
Nomer RM : 688931

A. ANAMNESIS
I. Keluhan Utama
BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang
Heteroanamnesis (Ibu Pasien)
Pasien dating ke IGD RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari SMRS (14/11/2020). Pasien
dikatakan BAB cair sebanyak empat sampai lima kali dalam sehari.
Konsistensi feses cair, berwarna kuning, disertai dengan ampas tanpa
disertai darah dan lendir. Pada hari Sabtu malam (14/11/2020) awalnya
pasien dikatakan muntah-muntah lebih dari tiga kali dan disertai demam
380C. Setelah muntah pasien mengeluh sakit perut lalu BAB cair. Pasien
sempat dibawa kepuskesmas namun keluhan dirasakan tidak membaik.
Lalu pasien dibawa ke RS Payangan pada tanggal 14/11/2020. Pasien
diberikan obat parasetamol dan disarankan rawat jalan. Hingga obat habis
(16/11/2020) keluhan pasien dirasakan tidak membaik. Pasien juga tidak
bisa makan dan minum lalu pasien dibawa kembali ke RS Payangan. Hasil
pemeriksaan di RS Payangan didapatkan kondisi pasien lemas, mata dan
perut cekung serta disertai demam (39,80C). Pasien lalu dirujuk ke RSUD
Sanjiwani Gianyar. Keluhan saat ini seperti demam (-), mual (+), muntah
(-), nafsu makan dan minum menurun. Pasien dikatakan belum BAB sejak
pasien dirawat inap (16/11/2020). BAK dalam batas normal.
II. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
III. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Riwayat
penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, asma dan
penyakit jantung disangkal.
IV. Riwayat Sosial, Pribadi, dan Lingkungan
Pasien tinggal bersama orang tuanya. Sehari-hari pasien mengkonsumsi
makanan yang dimasak dirumah. Ibu pasien mengatakan selalu mencuci
bahan makanan sebelum diolah. Sebelum makan pasien selalu diajarkan
untuk mencuci tangan. Akan tetapi, pasien memiliki kebiasaan
memasukkan jari-jari tangannya kedalam mulut.
V. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar sesuai
jadwal nasional.
VI. Riwayat Nutrisi
 ASI : 0-6 bulan
 Susu formula : 7 bulan-2 tahun
 Bubur susu : 6 bulan-9 bulan
 Nasi tim : 9 bulan-12 bulan
 Makanan dewasa : 12 bulan-sekarang
VII. Riwayat Tumbuh Kembang (Personal Sosial)
Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 12 bulan
VIII. Status Antropometri
Berat badan aktual : 13 kg
Tinggi badan : 95 cm
Berat badan ideal : 15 kg
Status gizi berdasarkan WHO
BB/U : Z0 sampai Z-2
TB/U : Z0 sampai Z-2
Status Gizi menurut Waterlow : 86,7% (Gizi kurang)

B. PEMERIKSAAN FISIK (16/11/2020)


Status Present
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Nadi : 98x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
RR : 24x/menit
Suhu Aksila : 36,5°C
SpO2 : 99 % udara ruangan
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil (+/
+) isokor, edema palpebra (-/-), mata cowong (+/+),
produksi air mata (+/+)
THT
Telinga : Sekret (-/-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahanaktif (-), napas cupinghidung (-),
sianosis (-), deformitas (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Lidah : Sianosis (-), lidahkotor (-)
Bibir : Sianosis (-), mukosa bibir kering (+)
Leher : Pembesaran kelenjargetahbening (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Apeks jantung setinggi ICS MCL V Sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Gerakan dada simetris, vocal fremitus N/N
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat lebih dari 15 kali
Palpasi : Nyeri tekan (-) pada bagian hipogastrium, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa, ascites (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak terdapat edema pada keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik, turgor kulit kembali lebih dari
3 detik.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (16/11/2020)

Parameter Hasil Remark Satuan Nilai Rujukan


WBC 8.61 N 103/µL 4.00 – 10.00
HGB 11.7 N g/dL 11.0 - 16.0
LYM% 34.4 N % 20.0 - 40.0
NEU% 62.0 N % 50.0 - 70.0
HCT 33.6 L % 37.0 - 54.0
PLT 421 N 103/µL 150 - 450

Kimia Klinik (16/11/2020)


Parameter Hasil Remark Satuan Nilai Rujukan
Gula darah sewaktu 62 L mg/dL 70 - 200
Natrium 135 L mmol/L 136 - 145
Kalium 4.4 N mmol/L 3.5 - 5.1
Klorida 102 N mmol/L 97 - 111

D. DIAGNOSIS
Diare akut dehidrasi ringan sedang

E. PENATALAKSANAAN
 MRS
 IVFD RL ~ 15 tpm
 Cotrimoxazole syr 480 mg/ hari dalam 2 kali pemberian ~ 2 x cth 1
 Interzinc syr 20 mg/ hari ~ 1 x cth 1
 L-Bio ~ 1 sachet tiap 12 jam po
 Ondansentron IV 2 x 1 mg apabilamuntah

PERJALANAN PERAWATAN PASIEN


17 November 2020 pukul 06.00 WITA
S : Diare (-), nyeri perut (-), demam (-), pilek (-), batuk (-), makan/minum (+/
+), BAB /BAK (-/-), lemas (-), muntah (-)
O : Status Present
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Nadi : 98x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
RR : 24x/menit
Suhu Aksila : 36,5°C
SpO2 : 96 % udara ruangan

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil (+/
+) isokor, mata cowong (-/-),
THT
Telinga : Sekret (-/-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan aktif (-), napas cuping hidung (-),
sianosis (-), deformitas (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Bibir : Sianosis (-), mukosa bibir kering (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :Distensi (-), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak terdapat edema pada keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik, turgor kulit kembali cepat.
A : Diare akut dehidrasi ringan sedang (terehidrasi)
P : - IVFD RL 15 tpm
- Cotrimoxazole syr 2 x cth I po
- Inter zinc I x cth I po
- L-Bio 2 x 1 sachet po
- Inj. ondansentron 2 x 1 mg bila muntah

18 November 2020 pukul 06.00 WITA


S : Diare (-), nyeri perut (-), demam (-), pilek (-), batuk (-), makan/minum (+/
+), BAB /BAK (-/+), lemas (-), muntah (-)
O :Status Present
Keadaanumum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Nadi : 95 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
RR : 24 x/menit
Suhu Aksila : 36,5°C
SpO2 : 99 % udara ruangan
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil (+/
+) isokor, mata cowong (-/-),
THT
Telinga : Sekret (-/-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan aktif (-), napas cuping hidung (-),
sianosis (-), deformitas (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1
Bibir : Sianosis (-), mukosa bibir basah (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak terdapat edema pada keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik, turgor kulit kembali cepat.
A : Diare akut dehidrasi ringan sedang (terehidrasi)
P : - IVFD RL 15 tpm
- Cotrimoxazole syr 2 x cth I po
- Inter zinc I x cth I po
- L-Bio 2 x 1 sachet po
- Observasi s/d pukul 15.00 WITA bila diare ≤ 3x  BPL

PEMBAHASAN

I. DEFINISI
Diare menurut World Health Organization (WHO) merupakan kondisi yang
ditandai dengan pasase feses dengan konsistensi lebih encer dengan frekuensi
lebih dari dua kali dalam sehari1. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2013, diare didefinisikan sebagai gangguan buang air besar (BAB)
dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair dan
dapat disertai dengan adanya darah2.

II. EPIDEMIOLOGI
Diare pada anak balita diseluruh dunia diperkirakan sebanyak empat milyar
kasus terjadi setiap tahunnya. Angka mortalitas kematian anak akibat diare
lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa karena diare pada anak sering
menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi3. Menurut data WHO pada tahun 2013
menunjukkan bahwa diare menjadi pembunuh balita nomor dua setelah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan setiap 100.000 balita meninggal
karena diare di Indonesia4. Setiap anak mengalami serangan diare rata-rata
3.3 kali setiap tahun dengan 80% kematian terjadi pada anak yang berusia
kurang dari dua tahun1.

III. KLASIFIKASI
Berdasarkan lama waktunya, diare dapat diklasifikasikan menjadi diare akut
dan diare kronik. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,
sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung selama lebih dari 14
hari1,7. Penyakit diare pada anak sebagian besar adalah diare akut yang akan
sembuh dalam waktu 3-5 hari8.

IV. ETIOLOGI
Diare akut dapat disebabkan oleh karena infeksi ataupun noninfeksi.
Penyebab infeksi pada diare dapat berupa bakteri, virus, atau parasit,
sedangkan penyebab noninfeksi berupa alergi, malabsorpsi, defek anatomis,
neoplasma, keracunan makanan, dan efek samping obat1,6. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Bonkoungou dkk di Ouagadougou, Burkina Faso
yang melibatkan subjek anak usia dibawah lima tahun menunjukkan bahwa
penyebab utama diare adalah Rotavirus sebesar 30% kemudian diikuti E.Coli
sebesar 24%, Salmonella sp sebesar 9%, Shigella sp sebesar 6%, Adenovirus
sebesar 5%, dan Campylobacter sebesar 2%5.

V. GEJALA
Gejala diare dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala umum dan gejala spesifik.
Gejala umum pada diare antara lain adanya berak cair atau lembek, muntah,
demam, dan adanya gejala dehidrasi seperti kelopak mata cekung, apatis,
turgor kulit menurun, bahkan anak tampak gelisah, sedangkan gejala spesifik
tergantung dari penyebab diare. Diare yang disebabkan oleh vibrio cholera
akan memberikan gejala spesifik berupa diare hebat, warna tinja seperti
cucian beras, dan tinja berbau amis, sedangkan apabila disebabkan oleh
disenteriform gejala spesifik yang timbul dapat berupa tinja berlendir dan
berdarah1. Gejala muntah lebih sugestif pada penyakit diare yang disebabkan
karena infeksi virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri,
sedangkan demam, tenesmus, dan feses berdarah merupakan gejala yang
lebih menunjukkan adanya infeksi bakteri9. Diare yang disebabkan karena
infeksi virus juga biasanya tidak berlangsung lama, hanya berlangsung 3-4
hari dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Penderita akan sembuh kembali
setelah enterosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru sehingga
dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik10.

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis diare akut karena infeksi virus dapat ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diperlukan anamnesis yang
cermat meliputi lama diare, frekuensi diare, ada atau tidaknya darah dalam
tinja serta ada atau tidaknya muntah. Pemeriksaan fisik yang penting untuk
dilakukan adalah pemeriksaan abdomen untuk menilai kualitas bunyi usus,
ada atau tidaknya distensi, dan nyeri tekan. Hal ini penting dilakukan untuk
penentuan dari etiologi diare. Diare akut yang disebabkan oleh bakteri dapat
disingkirkan apabila tidak dijumpai darah dan lendir pada tinja. Pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan feses lengkap dan darah lengkap diperlukan
untuk mengetahui penyebab dari diare akut1,11.
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare pada prinsipnya bertujuan untuk menghentikan cairan
yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat seperti gula, air tajin, dan tepung beras1. Kementerian Kesehatan
telah menetapkan prinsip penatalaksanaan diare melalui lima langkah
tuntaskan diare (lintas diare) antara lain: rehidrasi menggunakan oralit
osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari, teruskan pemberian ASI
dan makanan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua11.
a. Berikan oralit. Pemberian oralit bertujuan untuk mencegah dehidrasi
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah. Apabila tidak tersedia dapat
diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur dan air matang.
Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderita diare untuk mengganti
cairan yang hilang.
Gambar 1. PenentuanDerajatDehidrasi pada PasienDiaremenurut WHO

Gambar 2. Rencana Terapi A untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi


Gambar 3. Rencana Terapi B untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

Gambar 4. Rencana Terapi C untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat


b. Berikan obat Zinc. Pemberian zinc selama diare dapat mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja dan menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada tiga bulan berikutnya.
Dosis pemberian zinc pada balita:
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
c. Pemberian ASI/Makanan. Pemberian makanan bertujuan untuk
memberikan gizi agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.
Anak yang berusia lebih dari enam bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan lebih sering.
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah suspek kolera. Obat-obat
anti diare tidak boleh diberikan pada anak yang diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah hanya diberikan bila muntah berat. Obat anti
protozoa digunakan apabila diare disebabkan oleh parasite (giardia,
amuba).
e. Pemberian Nasihat. Nasihat yang diberikan meliputi cara memberikan
cairan dan obat dirumah, kapan harus membawa kembali balita ke petugas
kesehatan bila : diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,
makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan tidak membaik
dalam tiga hari12.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sari, NK., Lukito A., Astria A. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Diare dengan Kejadian Diare pada Anak 1-4 Tahun di Wilayah Puskesmas
Pekan Bahorok. Ibnu Sina; 25(4): 1-11.
2. Riskesdas. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar.
3. Humrah, Safiyanthy I, Wong A, Mukarramah S. (2018). Gambaran
Pengetahuan Ibu Balita dalam Penanganan Awal Balita Diare di desa Bone
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa tahun 2017. Jurnal Bidan “Midwife
Journal”; 5(1): 1-7.
4. Fahrunnisa, Fibriana AI. (2017). Pendidikan Kesehatan dengan Media
Kalender “Pintare” (Pintar Atasi Diare). Journal of Health Education; 2(1):
47-55.
5. Bonkoungou IJ dkk. (2013). Bacterial and viral etiology of Childhood Diarrhea
in Ouagadougou, Burkina Faso. BMC Pediatrics; 13: 36.
6. Aman MCU, Manoppo J IC, Wilar R. ( 2015). Gambaran Gejala dan Tanda
Klinis Diare Akut pada Anak karena Blastocystis Hominis. Jurnal e-Clinic
(eCl); 3(1): 503-509
7. Departemen Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
8. Lolopayung M, Mukaddas A, Faustine I. (2014). Evaluasi Penggunaan
Kombinasi Zink dan Probiotik pada Penanganan Pasien Diare Anak di Instalasi
Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2013. Online Jurnal of Natural Science;
3(1): 55-64.
9. Wedayanti DPK. (2017). Gastroenteritis Akut. RSUP Sanglah
10. Adyanastri F. (2012). Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr
Kariadi Semarang.
11. Junita HM. (2014). Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration e.c
Viral Infection. J Agromed Unila; 1(1): 47-53.
12. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buletin data dan Kesehatan: Situasi Diare
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai