Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.S DENGAN FRAKTUR CLAVIKULA

DI BANGSAL ARAFAH PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. PANDU PRABUDI (1502118)


2. PUTRI NUR (1502119)
3. RISKY AGUSTINA (1502120)
4. YULI KISWANTI (1502130)

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaian makalah
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN FRAKTUR CLAVICULA DI
BANGSAL ARAFAH PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA” dengan tepat waktu.

Makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN


FRAKTUR CLAVICULA DI BANGSAL ARAFAH PKU MUHAMMDIYAH
YOGYAKARTA” ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas praktik klinik keperawatan
stase Keperawatan Medikal Bedah. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing
Klinik dan Pembimbing Akademik yang telah membimbing kami, terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini, dengan kerendahan hati
kami memohon maaf.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta, Desember 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4


A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 4
B. TUJUAN ..................................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN ........................................................................................................................... 6
B. KLASIFIKASI ............................................................................................................................ 6
C. ETIOLOGI .................................................................................................................................. 7
D. TANDA DAN GEJALA ............................................................................................................. 8
E. PATOFISIOLOGI....................................................................................................................... 8
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK............................................................................................... 9
G. PENATALAKSANAAN .......................................................................................................... 10
H. KOMPLIKASI .......................................................................................................................... 11
I. PATHWAY............................................................................................................................... 12
J. PROSES KEPERAWATAN..................................................................................................... 13
1. PENGKAJIAN ...................................................................................................................... 13
2. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................. 13
3. RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL ............................................................. 14
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian
depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula
adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang
tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh
darah dan saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga
jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal
ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut.
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang
terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti
seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung
maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi
disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher,
setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur
clavicula bias bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya
(Dokterbujang, 2012).
Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan tindakan
operatif, dengan pemasangan plat / orif. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa
masalah dalam penatalaksanaan perioperatif.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien fraktur clavicula dengan tepat dan akurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami faktor penyebab fraktur clavicula.
b. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat pada pasien
fraktur clavicula.
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan
diagnostik pada pasien fraktur clavicula.

4
d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur
clavicula.
e. Mahasiswa mampu melakukan analia data dengan merumuskan
diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan fraktur clavicula.
f. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan terhadap
pasien fraktur clavicula
g. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan terhadap pasien dengan fraktur clavicula.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur clavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal clavikula (Putra, 2013).
Jadi dari pengertian di atas dapat di simpulkan fraktur clavicula adalah cidera
yang terjadi pada tulang clavicula.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari
satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi tiga kelompok:

6
1. Kelompok 1
Patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian 75 -
80%).Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.Umumnya terjadi pada pasien yang
muda.
2. Kelompok 2
Patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.Tipe 2 B. Terjadi ganguan
ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua - duanya.
c. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
d. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
e. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3
Patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada kejadian ini biasanya
berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

C. ETIOLOGI
Etiologi Faktur Klavikula ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat
kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun
kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa
penyebab pada fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis
pubis selama proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor,
jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya
pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.

7
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan dan lain-lain.

D. TANDA DAN GEJALA


Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak
terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.
Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk
membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit
atau ketika ingin menggerakan.
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan
pada daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan.
Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan
menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi
selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan
gulat
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal
maka penumpukan di dalam tubuh.

8
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite, 2013).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam
darah.

2. CT scan
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena).
Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang
alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi
terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang,
atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.

9
3. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil
gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI,
gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu
berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada
anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik
fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik
mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang
penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku,
analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu
setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :


1. Obat-obatan
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di
kulit.

10
2. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula
patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke
leher untuk kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,
cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal union
(penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila
pasienmemakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut meliputi cedera pembuluh darah, pneumouthorax,
haemothorax. Komplikasi lambat dapat meliputi, mal union adalah proses
penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak
dengan bentuk aslinya atau abnormal. Sedangkan Non union adalah kegagalan
penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.

11
I. PATHWAY

Trauma Trauma tidak Kondisi


langsung langsung patologis

fraktur

Diskontinuitas Pergeseran
Nyeri akut
tulang fragmen
tulang

Perubahan jaringan
Kerusakan
sekitar
fragmen tulang

Pergseran Spasme otot Tekanan sumsum


fragmen tulang tukang tinggi dari
kapiler
Peningkatan
deformitas tekanan kapiler
Reaksi stress klien

Pelepasaan
Gangguan fungsi
histamin Melepaskan
katekolamin
Protein plasma
Hambatan hilang
mobilitas fisik Metabolism asam
Edema lemak

Bergabung
Penekanan dengan
pembuluh darah trombosit

Penurunan perfusi emboli


jaringan

Menyumbat
Gangguan perfusi jaringan pembuluh darah

12
J. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai
berikut :
a. Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan
jaringan nyeri)
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri)
atau hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia),
penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler
lambat, pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa
hepatoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri atau trauma)
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba

2. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan rentang pergerakan sendi

13
3. RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL
a. Diagnosa I : Nyeri Akut b.d agen cidera biologis.
1) NOC : Pain Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang atau hilang dengan kriteria
hasil:
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali skala nyeri, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri.
d) Menyetakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

2) Intervensi & Rasionalisasi


a) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
R : untuk mengetahui reaksi pasien dari rasa
ketidaknyamanan.
b) Kaji tingkat, frekuensi, nyeri, yang dialami pasien (P,
Q, R, S, T)
R : untuk mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami
pasien.
c) Ajarkan tentang teknik non farmakologi relaksasi nafas
dalam.
R : untuk mengurangi rasa nyeri pasien.
d) Kolaborasikan dengan tenaga medis lain tentang
pemberian obat analgesik.
R : untuk memberikan terapi tambahan pada pasien
yang berfungsi mengurangi rasa nyeri.

14
b. Diagnosa II : Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan rentang
pergerakan sendi
1) NOC : self care : ADLs
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah.
2) Intervensi dan Rasionalisasi
a) Monitoring TTV
R: untuk mengetahui keadaan umum pasien
b) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
R : untuk mengetahui tingkat kemampuan mobilisasi pasien
c) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
R : untuk melatih pemenuhan kebutuhan pasien secara
mandiri
d) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs pasien
R : untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
e) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
R : untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
f) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika di perlukan
R : untuk pemenuhan ambulasipasien
g) Kolaborasi dengan terapis tentang rencana ambulasi
R : untuk mempercepat penyembuhan klien.

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn. S DENGAN FRAKTUR CLAVICULA

Hari/Tanggal : Selasa , 28 November 2017

Jam : 08.00 WIB

Pengkaji : Kelompok

Ruang : AROFAH

1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. S
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 42 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Belum Kawin
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Alamat : Rewalu Etan RT02 RW02 Godean Sleman Yogyakarta
i. No. CM : 695XXX
j. Diagnostik Medis : Fraktur Close Clavicula Dextra Post Orif

PENANGGUNG JAWAB

a. Nama : Anton
b. Umur : 35 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Alamat : Rewalu Etan RT02 RW02 Godean Sleman Yogyakarta

16
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dibahu kanan
2) Kronologi Penyakit Saat ini
Pasien mengatakn kesetrum dirumah lalu pasien terpental, kemudian
keluarga pasien membawa pasien ke IGD Pku Muhammadiyah
Yogyakarta
3) Pengaruh Penyakit Terhadap Pasien
Pasien mengatakan dengan kondisinya yang sekarang pasien tidak
dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
4) Apa Yang Dharapkan Pasien dari Pelayanan Kesehatan
Pasien mengharapkan segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Penyakit Masa Anak-Anak
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit pada masa anak-anak
2) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan
atau obat-obatan
3) Pengalaman Sakit / Dirawat Sebelumnya
Pasien mengatakan pada tahun 2010 pernah dirawat di RS Gamping
dengan Usus Buntu
4) Pengobatan Terakhir
Pasien mengatakan pengobatan terakhirnya di RS Gamping

17
b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

X X X X

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Garis Keturunan

18
: Garis Perkawinan

P : Pasien

Pasien mengatakan tinggal dengan ibu dan adik laki-lakinya. Pasien anak kedua dari tiga
bersaudara. Ayah pasien meninggal. Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengannya

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1) RASA AMAN DAN NYAMAN
Pasien mengatakan nyeri di bahu sebelah kanan post orif
P : Pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R ; Dibahu sebelah kanan
S : Skala nyeri 6
T : Hilang Timbul
2) AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR
Aktifitas
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat melakukan
segala aktifitasnya secara mandiri
 Sesudah Sakit
Pasien mengatakan semenjak sakit dan dirawat dirumah sakit
pasien tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri dan sering
dibantu ibunya.
Istirahat dan Tidur
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat tidur dengan
nyenyak tidru malam 7-8 jam, dengan kualitas tidur baik dan nyenyak.
 Sesudah Sakit

19
Pasien mengatakan saat dirumah sakit sulit tidur sehari tidru 4-
5 jam dengan kualitas tidur kurang nyenyak dan sering terbangun
dimalam hari
Cairan
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mengkonsumsi air
putih, the dan kopi. Pasien mengkonsumsi air putih 7-8 gelas perhari.
Pasien tidak minum alcohol.
 Sesudah Sakit
Pasien mengatakan minum hanya sedikit 4-5 gelas perhari (air
putih)
Nutrisi
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x/hari dengan nasi,
lauk dan sayur
 Sesudah Sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidak menghabiskan makanan
yang diberikan dari rumah sakit. pasien hanya menghabiskan ½ porsi
dari diet yang diberikan.
Eliminasi
 Sebelum Sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dalam


BAB dan BAK. pasien BAB 1x/hari dengan knsistensi lembek,
berwarna kuning, tidak ada nyeri saat BAB. Pada saat BAK tidak ada
nyeri, BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih.

 Sesudah Sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit BAK sehari 4-5x/hari
dengan warna jernih. pasien selama sakit belum BAB.

20
Keluhan Oksigenasi dan Kardiovaskuler
 Sebelum Sakit

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pernafasan,


pasien tidak merokok dan tidak memiliki alergi terhadap debu.

 Selama Sakit
Pasien mengatakan tidak sesak nafas.

Kardiovaskuler

 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan tidak mudah lelah saat beraktifitas, tidak ada
rasa berdebar-debar.
 Selama Sakit
Pasien mengatakan saat beraktifitas mudah lelah dan pasien
merasa nyeri di bahu sebelah kanan.

Personal Hygiene
 Sebelum Sakit
Pasien mengatakan mandi 2x/hari, mengosok gigi 2x/hari,
keramas setiap mandi dan tidak memerlukan bantuan orang lain.
 Selama Sakit
Pasien mengatakan tidak mandi tetapi hanya sibin saat pagi dan
sore dibantu keluarganya.

Sex
Pasien mengatakan belum pernah melakukan hubungan suami istri atau
sex karena pasien belum menikah.

Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikologi
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan perasaannya tenang. jika
bersedih atau ada masalah pasien sering bercerita
dengan keluarganya.

21
Selama Sakit : Pasien mengatakan perasaanya cemas, pasien
memiliki keinginan untuk cepet sembuh dan
berfikir positif bahwa ia akan sembuh.
b. Hubungan Sosial
Sebelum Sakit :Pasien mengatakan sering mencurahkan perasaanya
dengan adik perempuan yang dipercayai klien
adalah ibunya.

Selama Sakit :Pasien mengatakan yang dipercayai klien adalah


keluarganya. karena keluarganya yang merawat
pasien saat sakit.
c. Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragama islam dan
menjalankan sholat 5 waktu dengan baik.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4 V5 M6
2) Kondisi klien secara umum : Baik
3) Tanda- Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 20 x/menit
4) Pertumbuhan Fisik : TB : 167 cm
BB: 60 kg
Postur tubuh : warna kulit sawo matang, muka
pucat,tidak ada oedema, tidak ada
kelainan kulit.

b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal


1) Kepala : Bentuk kepala mesochepal, penyebaran rambut
merata , warna hitam.

22
Mata : Mata bersih, sklera ikterik, konjungtiva
anemis, pupil isokor.

Telinga : Tidak ada kelaianan bentuk, ada serumen,


fungsi pendengaran baik.

Hidung : Tidak ada nyeri, tidak ada polip, fungsi


pembau baik.

Mulut :Keadaan mulut kering, gigi masih lengkap,


sedikit plak.

2) Leher :Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,


tidak ada nyeri telan.
3) Dada

Inspeksi : Gerakan dada simetris, kebersihan dada


bersih, pola nafas dangakal, pengembangan
dada simetris.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler.

Perkusi : Suara paru sonor.

Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

4) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, warna
sawo matang.
Auskultasi : Terdengar suara peristaltik usus 16x/menit.
Perkusi : Suara tympani.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
5) Genetalia, Anus, Rektum : Tidak ada kelainan genetalia, tidak ada
hemoroid, tidak terpasang kateter
6) Ekstremitas

Atas : Ekstremitas atas lengkap, terpasang infus RL


di tangan kiri, tangan kanan terpasang terdapat
balutan luka post operasi terpasang armsling

23
Bawah : Ekstremitas bawah lengkap, tidak ada parises,
jari-jari lengkap tidak ada oedema, berfungsi
dengan baik.

5 3

5 5

24
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN METODE


RUJUKAN
Hematologi
Darah Rutin
Lekosit 15.9 H 4 – 11 mm3 E Impedance
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1 % E Impedance
Eosinofil 1 1-3 % E Impedance
Neurotrofil 87 H 50 - 70 % E Impedance
Limfosit % 7L 20 - 40 % E Impedance
Monosit % 5 2-8 % E Impedance
Eritrosit % 5,37 4,5 - 5,8 Juta/mm3 E Impedance
Hemoglobin 14,9 12 – 18 g/dL Cyanmet HB
Hematrokrit 44 37 – 54 % Kalkulasi
MCV 81,2 82 – 98 Fl Kalkulasi
MCH 27,7 27 – 34 Pg Kalkulasi
MCHC 34,2 32 – 36 g/dL Kalkulasi
RDW 10,7 L 11 – 16 % Standart
Trombosit 303 150 – 400 Ribu/mm3 E Impedance
MPV 5,4 L 7 – 11 Fl Platelet Grap
PPT 13,1 11,0 – 15,0 Detik Optik
Kontrol PPT 14,4 Detik Optik
APTT 25,0 25,0 – 35,0 Detik Optik
Kontrol APTT 28,0 Detik Optik
Kimia Klinik
GDS Stick 1 117 70 – 140 mg/dl GDH NAD
SEROLOGI
HBSAg Rapid NEGATIF NEGATIF - Rapid

25
HASIL RADIOLOGI

Tanggal 28 November 2017

Kesan : Shoulder Ap-Cr

tampak fraktur Pars Acrominalis 1/3 Lateral Clavicula Dextra, Aposisi dan Alignemnet
kurang baik.

5. TERAPI YANG DIBERIKAN


Tanggal , 27 November 2017
a. RL 20tpm (Infus)
b. Inj. Ceftriaxone 2x1 amp IV
c. Inj. Antrain 3x1 IV

Tanggal, 28 November 2017

a. RL 20tpm (Infus)
b. Inj. Ceftriaxone 2x1 amp IV
c. Inj. Antrain 3x1 IV
Tanggal, 29 November 2017
a. RL 20tpm (Infus)
b. Inj. Ceftriaxone 2x1 amp IV
c. Inj. Antrain 3x1 IV

26
FORMAT PROSES KEPERAWATAN

1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS :Pasien mengatakan Agen Cidera Fisik Nyeri Akut
nyeri pada luka post operasi
hari pertama pada bahu
sebelah kanan, skala nyeri 6

P : Nyeri saat di gerakkan


Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Di bahu sebelah kanan
S: Skla nyeri 6
T: Hilang timbul

DO : Pasien tampak
menahan nyeri dan lemas
post orif.
TTV : TD : 130/80mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 20 x/menit
GCS: E4 V5 M6
Pasien tampak takut
menggerakan tangan
sebelah kanan .

DS : Pasien mengatakan Kerusakan Hambatan mobilitas fisik


takut untuk bergerak dan neuromuskuler dan
nyeri pada bahu sebelah musculoskeletal, nyeri
kanan. post operasi
DO : Pasien tampak bedrest.

27
Tampak balutan post
operasi.
Pasien tampak lemah
Pasien tampak
takut bergerak dalam
aktifitasnya.
Pasien di bantu
oleh keluarganya

2. PRIORITAS MASALAH
a. Nyeri akut b.d Agen cidera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b.d Kerusakan neuromuskuler dan
musculoskeletal, nyeri post operasi

3. INTERVENSI
DX TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
keperawatan selama 3x24 jam 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
diharapakan nyeri berkurang dengan komprehensif termasuk lokasi,
kriteria hasil : karakteristik durasi, kualitas dan factor
- Pasien mampu mengontrol presipitasi
nyeri, mampu menggunakan 3. Tingkatkan istirahat
teknik nonfarmakologi untuk 4. Ajarkan teknik nonfarmakologi tarik
mengurangi nyeri nafas dalam
- Mampu mengenali nyeri 5. kaji sumber nyeri dan tipe
- TTV dalam batas normal 6. kolaborasi dengan dokter untuk
- Kaji tingkat nyeri dengan pemberian obat analgetik
standar PQRST
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
keperawatan selama 3x24 jam 2. Latih pasien dalam pemenuhan ADLS
diharapkan pasien mampu secara mandiri sesuai kemampuan
meningkatkan mobilitas degan kriteria 3. Ajarkan pasien bagaiman merubah

28
hasil : posisi dan berikan bantuan jika di
- Kemampuan mobilitas pasien perlukan
meningkat 4. Meminimalkan nyeri dan mencegah
- Pasien menjadi tidak takut salah posisi.
untuk bergerak 5. Bantu dan dorong pasien untuk
- Mengerti tujuan dan melakukan aktivitas perawatan secara
peningkatan mobilitas bertahap.
- Pasien mampu beraktivitas
secara bertahap

4. IMPLEMENTASI
TANGGAL DX IMPLEMENTASI RESPON TTD
28/11/2017 1.2 Memonitor TTV DS : Pasien
09.30 mengatakan bersedia
di tensi
DO : Pasien
kooperatif
TTV : TD
:130/80mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 20 x/menit

09.30 1 Mengajarkan pasien DS : Pasien


relaksasi nafas dalam mengatakan bersedia
DO : Pasien terlihat
lebih nyaman dan
tenang.

10.15 2 Mengkaji aktifitas pasien DS : Pasien


mengatakan segala

29
aktifitasnya di bantu
keluarga.
DO : Pasien
terbaring di tempat
tidur.

11.00 1 Mengkaji nyeri pasien DS : Pasien


mengatakan nyeri
pada bahu kanan
P : Nyeri saat
digerakkan
Q : Seperti
tertusuk-tusuk
R : Di bahu kanan
S : Skla nyeri 6
T : Hilang timbul
DO : Pasien tampak
kesakitan saat
digerakkan.

08.00 1 Memberikan obat DS : Pasien


- Ceftriaxone (IV) mengaktakan
- Antrain (IV) bersedia untuk
diberikan injeksi
DO : telah masuk
melalui iv
ceftriaxone dan
antrain.

30
29/11/2017 DS : Pasien
09.30 mengatakan bersedia
ditensi
TD : 128/70 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36, 5 °C
RR : 20x/menit

09.15 1 Mengkaji keadaan nyeri DS : Pasien


pasien mengatakan nyeri di
bahu kanan.
P : Nyeri saat di
gerakkan
Q : Tertusuk-tusuk
R : Dibahu kanan
S : Skala 5
T : Hilang timbul
DO : Pasien tampak
sedikit rileks

10.00 1.2 Mendorong klien untuk DS : Pasien


meningkatkan aktifitas mengatakan bersedia
DO : Pasien mulai
menggerakkan
ekstremitas dan
duduk di bed.

08.00 1 Memberikan obat DS : Pasien


- Ceftriaxone (IV) bersedia diberikan
- Antrain (IV) injeksi
DO : telah masul

31
melalui iv
ceftriaxone dan
antrain.

13.00 2 Mengkaji aktifitas pasien DS : Pasien


mengatakan bahu
kanan belum bisa di
gerakkan, makan
minum mandi
berhias di bantu
keluarga.
D O : tangan kanan
terpasang arm sling,
ADL pasien dibantu
keluarga.
30/11/2017 1.2 Memonitor TTV DS : Pasien
16.00 mengatakan bersedia
untuk di tensi
DO :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36, 2 °C
RR : 20x/menit

16.30 1 Mengajarkan teknik DS : Pasien


relaksasi nafas dalam mengatakan bersedia
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
DO : Pasien tampak
lebih rileks

16.50 2 Mengajarkan pasien miring DS : Pasien


kanan dan kiri mengatakan bersedia

32
melakukan miring
kanan dan kiri
DO : Pasien
melakukan posisi
miring kanan dan
kiri

1 Memberikan obat DS : Pasien


18.00 - Antrain (IV) mengatakan bersedia
20.00 - Ceftriaxone (IV) diberikan injeksi
DO : Pasien
kooperatif

DS : Pasien
18.50 1 Mengkaji keadaan nyeri mengatakan nyeri
pasien berkurang
P : Nyeri bila di
gerakkan
Q : Cenut-cenut
R : Bahu kanan
S : Skala 4
T : Hilang timbul
DO : Pasien tampak
sedikit rileks.

33
5. EVALUASI

TANGGAL DX EVALUASI TTD


28/11/2017 1 S : Pasien mengatakan nyeri di bahu kanan
setelah operasi
P : Nyeri bila di gerakkan
Q : Tertusuk-tusuk
R : Dibahu kanan
S : Skala 6
T : Hilang timbul
O : Pasie tampak kesakitan
TTV : TD : TD :130/80mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, monitor ttv, mengkaji kedaan
nyeri pasien.

2 S : Pasien mengatakan segela aktifitasnya di


bantu keluarga
O : Pasien terbaring di tempat tidur
TD : 130/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,5 °C
RR: 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi mengajarkan posisi
miring kanan dan kiri, mengkaji aktifitas
pasien.

34
29/11/2017 1 S : Pasien mengatakan nyeri di bahu kanan
P : Nyeri bila digerakkan
Q: Tertusuk-tusuk
R: Dibahu kanan
S : Skala 5
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak rileks
TD : 128/70 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36, 5 °C
RR : 20x/menit

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, ajarka miring kanan
dan kiri
2
S : Pasien mengatakan sudah bia
menggerakkan tangan dan bahu sebelah
kanan
O : Pasien sudah tampak bias mengerakkan
tanagn dan bahu kanan
30/11/2017 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
P : Nyeri di gerakkan
Q : Cenut-cenut
R : Di bahu sebelah kanan
S : Skala 4
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
A : Masalah teratasi sebagian

35
P : Lanjutkan Intervensi ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

2 S : Pasien mengatakan bersedia melakukan


posisi miring kanan dan kiri
O : Pasien bersedia
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Yogyakarta, Desember 2017

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik Kelompok

( ) ( ) ( )

36
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jilid 2. Jakarta:
EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). United States of
America: Elsevier
Herdman¸ T Heather. 2015. Nanda InternasionalDiagnosa Keperawatan Definisi &
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America :
Elsevier
Putra, Yongke. 2013. Askep Fraktur Clavicula. http://yongke-
putra.blogspot.com/2013/09/askep-fraktur-clavicula.html. Diakses 20 Januari 2014.

Sylvia, A Price. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi 6.


Jakarta : EGC

37

Anda mungkin juga menyukai