Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
ASTELIA SHAZARANI CAHYA 1911604004
DEA ANANDA PUTRI 1911604015
TRIANISA DENTA L.M 1911604016
ZAKIA PUTRI KALQIS 1911604052
Laporan ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Praktik Klinik Dasar
Oleh :
NAMA : ASTELIA SHAZARANI CAHYA : 1911604004
DEA ANANDA PUTRI : 1911604015
TRIANISA DENTA L.M : 1911604016
ZAKIA PUTRI KALQIS : 1911604052
Telah diperiksa dan disetujui tanggal
Mengertahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
( ) (
BAB I
PENDAHULUAN
Cidera
Kecelakaan,trauma,terjatuhh
fraktur
Pre operasi
Fraktur terbuka Fraktur tertutup
Operasi
• Pemberian aromaterapi
8. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Helmi (2012) adalah keluhan nyeri pada
bahu depan, adanya riwayat trauma pada bahu atau jatuh dengan posisi
tangan yang tidak optimal (outstretched hand).
a. Look yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan
pada dada untuk mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau
deformitas pada bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-
kadang fragmen yang tajam mengancam kulit
b. Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan
c. Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar dan
kebelakang thoraks.
9. Komplikasi
Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong dapat berupa:
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah
dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan
yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena
sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran
darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,
tachypnea, demam.
4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang
dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur
b. Komplikasi lanjut
1) Mal-union
Mal-union adalah suatu proses penyambungan tulang yang
terjadi tidak pada posisinya Mal-union akan selalu meninggalkan suatu
benjolan; pada anak, benjolan itu selalu hilang pada waktunya, dan
pada orang dewasa biasanya hilang. Seseorang yang sangat ingin
memperoleh hasil kosmetik yang baik dengan cepat dapat menjalani
terapi yang lebih drastis: fraktur biasanya direduksi dibawah anestesi
dan dipertahankan reduksinya dengan gips yang mengelilingi dada
(cuirass)
2) Non-union
Non-union adalah suatu proses dimana penyambungan tulang
terganggu. Non-union sering terjadi kecuali kalau ahli bedah cukup tak
bijaksana dalam melakukan operasi pada fraktur. Ini dapat diterapi
dengan fiksasi internal dan pencangkokan tulang yang aman
3) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut De Jong yaitu :
1) X-Ray
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen ( X-ray ). Untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang
yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya
superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar
indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai
dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada X-ray: Bayangan
jaringan lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi
periosteum atau biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada
tidaknya rare fraction. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2) Tomografi
Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur
saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
3) Myelografi
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat
trauma.
4) Arthrografi
Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
5) Computed Tomografi-Scanning
Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana
didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH)
d. Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
b) Secara sistemik
(1) Sistem integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
(2) Kepala
Biasanya diikuti atau tergantung pada gangguan kepala.
(3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau getah bening
(4) Muka
Biasanya wajah tampak pucat, dan meringis
(5) Mata
Biasanya konjungtiva anemis atau sklera tidak ikterik
(6) Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada masalah pada
pendengaran.
(7) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
(8) Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, pucat, sianosis
(9) Thoraks
-Inspeksi, Biasanya pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit pasien yang berhubungan
dengan paru.
-Palpasi, Biasanya pergerakan sama atau simetris, fermitus
terraba sama.
-Perkusi, Biasanya suara ketok sonor, tak ada redup atau suara
tambahan lainya.
-Auskultasi, Biasanya suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
(10) Jantung
-Inspeksi, Biasanya tidak tampak iktus kordis
-Palpasi, Biasanya iktus kordis tidak teraba
-Auskultasi, Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(11) Abdomen
-Inspeksi, Biasanya bentuk datar, simetris tidak ada hernia.
-Palpasi, Biasanya tugor baik, hepar tidak teraba
-Perkusi, Biasanya suara thympani
-Auskultasi, Biasanya bising usus normal ± 20 kali/menit
(12) Ekstremitas atas
Biasanya akral teraba dingin, CRT < 2 detik, turgou kulit baik,
pergerakan baik
(13) Ekstremitas bawah
Biasanya akral teraba dingin, CRT > 2 detik, turgor kulit jelek,
pergerakan tidak simteris, terdapat lesi dan edema.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) pemeriksaan radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang
yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari
karena adanya super posisi. Hal yang harus dibaca pada X-ray:
a) bayangan jarinagan lunak
b) tips tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
c) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos X-ray (plane X-ray) mungkin perlu teknik
khususnya seperti:
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Kalsium serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahapan
penyembuhan tulang.
b) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase
(LDH-5), aspartat Amino transferase (AST), Aldolase yang
meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Wahid, 2013).
3) Pemeriksaan lain-lain
a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur testsensitivitas:
Didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama
dengan pemeriksaan diatas tapi lebih di indikasikan bila terjdi
infeksi.
c) Rencana tindakan :
Nyeri akut :
1. Observasi keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya, dan
lamanya
2. Catat kemungkinan patofisiologis yang khas, misalnya adanya
infeksi,trauma servicalc.
3. Berikan tindakan kenyamanan, missal pedoman imajinasi,
viskalisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas hiburan,
kompres
Hambatan mobilitas fisik :
1. Observasi kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
pada kerusakan yang terjadi
2. Berikan alat bantu untuk latihan gerak
3. Bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan
aktivitas dan partisipasidalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hari/tanggal : Selasa,16 Maret 2021 Jam : 19.00
Tempat : RSUD Salatiga,Bangsal Flamboyan III kamar 301 F
Metode : Copping
Sumber data : Pasien kamar 301 F
Oleh : Astelia Sazahrani Cahya, Dea Ananda Putri, Trianisa Denta
Lintang Maharani dan Zakia Putri Kalqis,
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn.R
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Ngawon RT 15 RW 15,Sidomukti
No. RM : 20-21-455144
Diagnosa medis : Fraktur Klavikula Dekstra Pre Operasi
Tgl masuk RS : 16 Maret 2021
b. Keluarga/ Penanggungjawab
Nama : Ny.S
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ngawon RT 15 RW 15,Sidomukti
Hub.dg.pasien : Istri pasien
2. Anamnesa
a. Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri di bagian bahu kanan setelah jatuh
terpeleset dirumah 2 jam SMRS ,skala nyeri pasien 7,terasa tajam dan
terus menerus
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn R berusia 38 tahun datang ke RSUD Salatiga Bangsal Flamboyan
pada hari Selasa,16 Maret 2021,jam 19.00 PM.Pasien didiagnosa fraktur
klavikula dekstra akibat terpeleset di rumah 2 jam SMRS ,pasien
mengeluhkan nyeri dibagian bahu sebelah kanan
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami kejadian yang sama sebelumnya 3 bulan
yang lalu ataupun tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu.Pasien
memiliki riwayat jatuh sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit menular ataupun penyakit lainnya :-
3. Pola Kebiasaan Pasien
a. Pola Nutrisi
• Sebelum sakit : Pola Nutrisi pasien normal(pasien tidak
mengalami kekurangan berat badan tanpa disengaja ,asupan
makan pasien normal)
• Selama sakit : Pola Nutrisi pasien normal(pasien tidak
mengalami kekurangan berat badan tanpa disengaja ,asupan
makan pasien normal)
b. Pola Eliminasi
• Sebelum sakit : BAB normal (1 x dalam 1 hari) dan BAK
pasien normal (4-5x dalam 1 hari).
• Selama sakit : BAB normal (1 x dalam 1 hari) dan BAK
pasien normal (4-5x dalam 1 hari).
c. Pola aktivitas istirahat dan tidur
• Sebelum sakit : Tidur 8 jam sehari
• Selama sakit : Tidur 4-5 jam sehari,setiap malam terbangun
karena bagian bahu terasa sakit
d. Pola kebersihan diri
• Sebelum sakit :Pasien mandi 2 kali sehari
• Selama sakit : Pasien hanya dibersihkan dengan lap basah atau
tissue basah
e. Pola reproduksi seksual
• Sebelum sakit : Pola reproduksi seksual normal
• Selama sakit : Pola reproduksi seksual normal
4. Aspek Mental, Intelektual, Sosial, dan Spiritual
a. Konsep diri
• Identitas diri : Klien mengenali siapa dirinya
• Harga diri : Klien menghargai dirinya dan mempunyai harapan
terhadap dirinya untuk sembuh
• Gambaran diri: klien mengatakan stress selama di rumah sakit
karena tidak dapat beraktivitas
• Peran diri : klien sebagai kepala rumah tangga ingin segara
pulang dan segera beraktivitas agar dapat mencari nafkah
kembali
• Self ideal : klien berharap operasinya berjalan lanvar dan segera
sembuh agar bisa pulang kerumah
b. Intelektual
Pasien paham dan mengerti tentang penyakit yang diderita,perawatan
yang dijalani serta pengobatan setelah diberikan edukasi
c. Hubungan interpersonal
Sebelum sakit : klien tinggal berempat dengan anak dan istri
Selama sakit : klien didampingin istri di rumah sakit
d. Mekanisme koping : pasien melakukan video call dengan anak
anaknya agar tidak stress di rumah sakit
e. Aspek mental/emosional
Afek : terkadang klien merasa sedih karena
memikirkan anaknya dirumah
Mood : klien merasa stress di rumah sakit
Kontak mata : klien dapat berbicara tanpa memutus kontak mata
f. Aspek intelegnsi
Persepsi : klien percaya bahwa ia akan sembuh dan bisa
pulang ke rumah
Memori : klien dapat mengingat dan mengetahui tentang
penyakitnya
Kognisi : klien bisa menjawab pertanyaan dengan jelas
Pengambilan keputusan : klien mengambil keputusan sendiri dan
berdiskusi dengan istrinya
g. Aspek sosial : klien terbuka dengan istri tetapi tidak dengan
orang sekitar
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 135/76 mmHg
Frekuensi nadi : 95 x/menit Frekuensi nafas : 20 x/menit
Berat Badan : 70 Kg Tinggi Badan : 178 cm
IMT : 22,09 Kg/m2
b. Status Generalis
• Kepala :Simetris ,tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada
benjolan
• Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dapat
membuka mata secara spontan
• Hidung : Tidak ada sekret
• Mulut : Tidak ada gigi palsu,tidak ada sariawan,mukosa bibir
kering
• Telinga : Simetris,tidak ada serumen,fungsi pendengaran baik
• Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada
pembengkakan vena jugularis
• Thorak :
Pulmo
Inspeksi : Simetris,tidak ada retraksi dada,tidak ada penggunaan
otot pernafasan tambahan,tidak ada jejas
Palpasi : Ekspansi dada maksimal,tidak ada nyeri tekan,tidak
ada ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada pergeseran ictus cordis,tidak ada pelebaran
batas jantung
Perkusi : Batas kanan dan kiri jantung normal
Auskultasi : Suara jantung S1,S2 ,regular tidak ada suara tambah
• Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan/bengkak,tidak ada jejas
Auskultasi : Bising usus normal,peristaltic normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bagian abdomen
Perkusi : Normal
• Punggung : Terdapat jejas dan lebam
• Genetelia : Jenis kelamin laki laki,BAK normal
• Anus/rectum : BAB normal
• Ekstermitas : Terpasang infus RL20 tpm pada ekstermitas atas
dibagian kiri , terdapat fraktur di klavikula sebelah kanan,terdapat
kelemahan otot pada bagian klavikula sebelah kanan.Deformitas
klavikula dekstra.Terdapat jejas di bahu sebelah kanan
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil swab antigen : Negatif
b. Hasil Laboratorium: 16 Maret 2021
C. Diagnosa Keperawatan
4. Pre Operasi :
▪ Nyeri akut Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
refleks akibat: fraktur
2. Post Operasi :
▪ Nyeri akut Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
refleks akibat operasi
▪ Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan alat eksternal (gips)
D. Intervensi Keperawatan
O:
- Pasien terlihat
menahan nyeri
- TTV : TD =
135/76 mmhg, N =
95x/menit, RR =
20x/menit, SpO2 =
98%, Akral =
hangat
- Skala nyeri = 7
- Terdapat jejas di
bahu kanan
P : lanjutkan intervensi
P : Intervensi dilanjutkan
17 maret Nyeri akut 1. Mengkaji Tingkat 17 : 00 – 17 : 15 WIB
2021 Nyeri Pasien S : pasien mengatakan
dengan skala nyeri bahwa nyerinya sudah
2. Memberikan berkurang drastic
pereda nyeri
berupa aplikasi O :
dingin (kompres - Pasien terlihat
dingin, ice bag) rileks
- TTV : TD =
120/70 mmhg, N =
96x/menit, RR =
20x/menit, SpO2 =
95%, Akral =
hangat
- Skala nyeri : 2
P : Lanjutkan Intervensi
3. Mengajarkan 17 : 30 – 17 : 50 WIB
teknik
nonfarmakologi: S : pasien mengatakan
seperti pemberian bahwa ia lebih relaks
aromaterapi. setelah di berikan aroma
4. Berkolaborasi terapi
dengan dokter
untuk pemberian O :
obat pereda nyeri - TTV : TD =
yang optimal 120/80 Mmhg, N
dengan analgesik = 80x/menit, RR
= 20x/menit,
SpO2 = 98%,
Suhu = 36,5oC
- Skala nyeri dari 4
menjadi 2
A : Masalah nyeri akut
sudah tertasi
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dilanjutkan
18 : 45 – 19 : 00 WIB
3. Mengajarkan
latihan rentang S : pasien mengatakn
gerak pada bahwa ia sudah paham
ekstremitas yang dengan latihan gerak yang
sehat kepada di ajarkan
pasien dan
keluarga O:
4. Berkolaborasi - Pasien terlihat bias
dengan fisioterapis mengikuti edukasi
terkait latihan yang diberikan
A : masalah hambatan
imobilitas fisik sudah
teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN