Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

A
POST ORIF CLAVICULA PLATE SCREW DEXTRA
DI RUANG BETHESDA RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

DISUSUN OLEH:
1. ADITYA WIKATINING PUTRI (1440120201853)
2. AGUNG NUGROHO (1440120201854)
3. ARYO SULAKSONO (1440120201862)
4. BERLIANA RIZKA LAVITA (1440120201864)
5. EKA KRISTIANA (1440120201880)
6. ELOK MIFTAKHUL KHUSNA (1440120201882)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN


STIKES NGESTI WALUYO PARAKAN
2022

PEMBIMBING KLINIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas resume pada
pasien Fraktur Clavicula di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Tugas resume ini
disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat tugas praktik kami dan memberikan
pengetahuan kepada pembaca.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada :


1. Dr. Pudjianto. M.Kes selaku direktur utama Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
2. Ibu Sri Iswaningsih.Ns S.Kep selaku kepala ruang bethesda yang telah
menerima dan membimbing kami praktik di ruang bethesda.
3. Bapak Ns. Mesah Budianto.S.Kep selaku CI ruang Bethesda yang telah
membimbing kami dalam menyusun laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan.
4. Kakak-kakak senior yang telah membantu dan membimbing kami dalam
melakukan tindakan.
5. Kelompok praktik yang telah bekerja keras membuat tugas asuhan.

Kami menyadari bahwa laporan pendahuluan dan resume yang telah kami
susun ini masih belum sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang
kami miliki. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik sangat kami
harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan laporan pendahuluan dan
resume di waktu mendatang. Semoga laporan pendahuluan dan resume ini
bermanfaat bagi pembaca.

Kudus, 21 juni 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................4
B. TUJUAN......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI...............................................................................................5
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI...................................................................5
B. DEFINISI.....................................................................................................6
C. ETIOLOGI..................................................................................................6
D. TANDA GEJALA.......................................................................................6
E. KOMPLIKASI............................................................................................7
F. PATOFISIOLOGI......................................................................................7
G. PATHWAY..................................................................................................7
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..............................................................8
I. PENATALAKSAAN...................................................................................9
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN POST OPERASI ORIF...9
KONSEP DASAR KEPERAWATAN............................................................12
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.........................................................12
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN.............................................................16
C. RENCANA KEPERAWATAN................................................................16
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN....................................................20
BAB III..................................................................................................................21
ASUHAN KEPERAWATAN / TINJAUAN KHASUS.....................................21
BAB IV..................................................................................................................42
PENUTUP.............................................................................................................42
A. KESIMPULAN..........................................................................................42
B. SARAN.......................................................................................................42

2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada sebuah studi oleh Kihlstrom et al, dikatakan bahwa fraktur
Clavikula merupakan yang paling sering ditemukan dibandingkan jenis
fraktur lainnya.   Fraktur clavikula ini terjadi pada 68% pria dan 32% pada
wanita. Rata-rata usia pasien dengan fraktur clavikula adalah 48 tahun.
Mekanisme cedera yang paling sering ditemukan adalah terjatuh pada saat
mengendarai sepeda atau motor. Sisi yang paling sering terjadi fraktur
adalah sebelah kiri yakni sebesar 52% di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
Menurut buletin orthopedi Indonesia, fraktur clavikula
memberikan kontribusi sebesar 2,6-4% dari seluruh fraktur pada orang
dewasa. Angka kejadian terjadinya rasio non union sebesar 15-20%,
kehilangan kekuatan pada bahu sebesar 18-33%, dan adanya sekuele
setelah 6 bulan sebesar 42%.

B. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM :
Menerapkan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan
menggunakan proses keperawatan secara komperhensif dari
pengkajian, intervensi, implementasi sampai evaluasi Post Operasi
Fraktur Clavicula Orif Plate Screw Dextra diruang Betesda Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus.
b. TUJUAN KHUSUS :
1. Memenuhi laporan praktik di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. A
pada Post Orif Fraktur Clavicula Plate Screw Dextra
3. Mampu melakukan intervensi pada pasien Tn. A pada Post Post
Orif Fraktur Clavicula Plate Screw Dextra

4
4. Mampu melakukan Implementasi pada pasien Tn. A pada Post Post
Orif Fraktur Clavicula Plate Screw Dextra Dapat membuat evaluasi
pada pasien Tn. A pada Post Post Orif Fraktur Clavicula Plate
Screw Dextra

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sumber : https://www.alodokter.com/patah-tulang-selangka

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intraseluler. Tulang


berasal dari embrionik healin partilage yang mana melalui proses
estogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblat. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium
(Wahid, 2021).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat di klasifikan
dalam 5 kelompok berdasarkan bentuknya :
1. Tulang panjang (fremur, humrus) terdiri dari batang tebal panjang
yang disebut diafiss dan dua ujung yang disebut epifisi
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti drai cancelous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat

6
3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang dengan
lapisan luar adalah tulang concellous
4. Tulang yang tidak beraturan (frtebrata) sama seperti dengan tulang
pendek
5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak disekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon
dan jaringan fasial, misalnya patela atau lutut.

B. DEFINISI
Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula,
salah satu tulang pada sendi bah1u. Mekanisme cedera pada fraktur
clavikula yang paling sering adalah jatuh dengan tangan terentang, jatuh
bertumpu pada bahu, atau trauma langsung pada clavikula. Pasien dengan
fraktur clavikula dapat mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area
clavikula, disertai penurunan kemampuan menggerakan lengan di sisi
yang cedera (Jenifer, 2021).

C. ETIOLOGI
Menurut (Wahid, 2021) etiologi sebagi berikut :
1. Kekerasan langsung
Menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tenpat terjadidnya kekeran
3. Kekerasan akibat tarikan tulang otot patah tulang akibat tarikan tulang
otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya dan
penarikan

D. TANDA GEJALA

7
Tanda gejala menurut (Wahid, 2021) adalah sebagai berikut :
1. Deformitas
2. Bengkak atau dema
3. Ecimosis atau memar
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang atau hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien fraktur menurut (Wahid,
2021) adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Kompartemen syndrome
c. Fat emobilst syndrom
d. Infeksi
e. Afaskuler nekrosis
f. Syok
2. Komplikasi dalam waktu lama
a. Delayet union
b. Non union
c. Mal union

F. PATOFISIOLOGI
Tulang berisifat rapuh namun cukup mempunyai kekutan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal lebih besar daripada
yang di serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang byang

8
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktus, poriosterum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marow jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentylah hematoma dirungga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
insflamsi yang ditandai dengan fasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit
dan infiltrasi sel darah putih. Kejaidan inilah yang merupakan dasar dari
peroses penyembuhan tulang nantinya (Wahid, 2021).

G. PATHWAY

Sumber : (Wijaya & Putri, 2015)


Gambar 1.0 (Pathway Fraktur)

9
10
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Wahid, 2021) pemeriksaan diagnostik fraktur clavicula sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi atau luasnya fraktur atau
luasnya trauma, akan tulang, temogram, scen CI memperlihatkan
fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi keryusakan
jaringan lunak.
2. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat atau menurun
3. Peningkatan jummlah sop adalah respon stres normal setelah trauma.
4. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi multipel, atau cidera hati.

I. PENATALAKSAAN
Menurut (Wahid, 2021) penatalaksaan keperawatan fraktur clavicula
sebagai berikut :
1. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi karena
dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan perdarahan yang hebat
dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh
meresap dilakukan :
a. Pembersihan luka
b. Eksisi jaringan mati atau derbridemen
c. Heting situasi
d. Antibiotik
2. Seluruh fraktur
a. Pembidaian
Bidai merupakan alat yang digunakan untuk menyangga dan
menahan bagian tulang yang retak atau patah agar tidak
digerakkan, dengan tujuan untuk mencegah pergerakan atau

11
pergeseran dari ujung tulang yang retak atau patah dan memberi
istirahat pada anggota badan yang patah. Bidai dapat berupa kayu,
anyaman kawat, atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
(Saputra, 2013).
b. Rekonisis atau pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya.
c. Reduksi atau manipulasi atau reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga diartikan
Reduksi Fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarnya dan rotasfanatomis.
Reduksi tertutup traksi, atau reduksi terbuka dapat
dilakukan untuk mereduksi fraktur. Reduksi tertutup adalah pada
kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya salin
berhubungan) dengan memanipulasi dan traksi manual.
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi
dan imobilisasi beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi. Sinar x digunakan memantau reduksi fraktur dan
aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang sembuh akan terlihat
pembentukan kalus pada sinar x. Ketikan kalus telah kuat dapat
dipasang gips/bidai untuk melanjutkan imobilisasi.
Sedangkan pada fraktur tertentu memerlukan reduksi
terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat paku/batang
logam digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini
dapat diletakkan disisi tulang/langsung ke rongga sumsum tulang,
alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi
fragmen tulang.

12
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis
operasi dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika
fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan close
reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen
fraktur (John C. Adams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi
ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap
menyatu dan tidak mengalami pergerakan. Internal fiksasi ini
berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur
tulang panjang dengan tipe fraktur transvers.
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah
prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup
dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan
(Brunner & Suddart, 2003).
Oref adalah reduksi terbuka dengan fiksasi ekternal di mana
prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur,
sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal
kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka
dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan
yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ). Pin yang
telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian
dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman
bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
Reduksi terbuka dengan fiksasi luar atau open reduction
external fixation (OREF) merupakan prosedur pembedahan untuk
menyatukan dan menstabilkan fraktur dan jaringan lunak dengan
memasukkan pin melalui kulit kedalam tulang lalu ditahan dengan
external frame.

13
d. Retensi atau immobilisasi
Upaya yang dilakukan menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum.
e. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.

14
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan menurut (Smeltezer &
Bare, 2011 dalam Zuliani et al., 2021) ialah :
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliput: nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku, status
pernikahan, pekerjaan, pendidikan terakhir, No.RM, jam/tanggal
pengkajian, diagnostic medis, serta tanggal masuk RS.
b. Identitas penanggungjawab
Terdiri atas nama, umur, alamat, serta hubungan dengan pasien
yang diperlukan untuk memudahkan ketika menjadi
penanggungjawab pasien dalam keperawatan.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama saat dikaji
Keluhan yang biasa muncul dari klien, dintaranya; Kelemahan,
susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas.
Pengkajian nyeri :
P : Provokes palliative (penyebab)
Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada hal yang
menyebabkan kondisi memburuk/membaik; apa yang dilakukan
jika sakit/nyeri timbul; apakah nyeri ini sampai mengganggu
tidur.
Q : Quality (kualtas)
Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya
tajam, sakit, seperti diremas, menekan, membakar, nyeri berat,
kolik, kaku atau seperti ditusuk (biarkan pasien menjelaskan
kondisi ini dengan kata-katanya).
R : Radiates (penyebaran)

15
Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
S : Severety (keparahan)
Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0
berarti tidak sakit dan 10 yang paling sakit. Cara lain adalah
menggunakan skala FACES untuk pasien anak-anak lebih dari 3
tahun atau pasien dengan kesulitan bicara
T : Time (waktu)
Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau
tiba-tiba; apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau
kadang-kadang; apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti
ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang muncul
merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
b. Keluhan tambahan saat dikaji
Berisi keluhan yang menyertai keluhan utama, seperti : mual
dan muntah, nyeri.
c. Alasan masuk RS
Biasanya pasien fraktur clavicula mengalami nyeri yang parah
lalu dilakukan operasi.
d. Riwayat penyakit sekarang
Fraktur biasanya mengalami
e. Riwayat penyakit masalalu
Pada penderita fraktur mungkin sebelumnya mengalami
osteoporosis atau pengroposan tulang sehingga tulang tidak
kuat.
f. Riwayat keluarga
untuk mengetahui dengan siapa klien tinggal sehingga bisa
diketahui apakah ada penyakit menular atau penyakit keturunan.
3.Pengkajian pola fungsional
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Berisi tentang status kesehatan klien dan upaya klien dalam
mendapatkan status kesehatan yang optimal.

16
17
2. Pola metabolik-nutrisi
i. Nutrisi
a) Antropoetri, (berisi BB, TB, dan IMT).
b) Biochemical.
c) Clinical sign (penampilan klinis klien).
d) Diet (berhubungan dengan konsumsi klien setiap
hari).
ii. Cairan
Berisi mengenai intake cairan sehari-hari, pada
penderita fraktur clavicula.

18
MALLNUTRITION SCREENING TOOLS (MST)
No. Parameter Score Hasil
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak
direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir
tidak 0
Tidak yakin (tanda; baju menjadi longgar) 2
Ya, ada penurunan BB, sebanyak
a. 1-5 kg
b. 6-10 kg 1

c. 11-15 kg 2

d. >15 kg 3

e. Tidak tahu berapa penurunannya 4


2

2. Apakah asupan klien berkurang karena nafsu makan


turun/kesulitan menerima makan:
a. Ya
b. Tidak
1
0
Total

c. Pola eliminasi
Meliputi eliminasi urine dan eliminas feses yang Berisi
mengenai pola, frekuensi, konsentrasi, dll.
d. Pola aktivitas-latihan
Bagaimana aktivitas harian klien, mandiri atau bergantung.
e. Pola istirahat-tidur.
Bagaimana klien beristirah dan berapa lama klien tidur.

19
f. Pola persepsi-kognitif
Berisi mengenai gambaran tentang pancainera, yaitu
penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan pencium.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Mengenai cara klien memandang dirinya sendiri, harga diri.
h. Pola hubungan-peran
Bagaimana hubungan klien dengan anggota keluarga dan
orang sekitar, serta peran klien dalam kehidupan sehari-
hari.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Mengenai kesehatan reproduksi dan hubungan seksualitas.
j. Pola toleransi terhadap stress-koping
Bagaimana klien mengatasi stress jika terdapat suatu
masalah.
k. Pola keyakinan-nilai
Berisi mengenai keyakinan klien dan kewajiban
menjalankan ibadah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Berisi tentang kesadaran, kodisi pasien secara umum, TTV.
b. Pemeriksaan head to toe
Bagaimana kondisi klien secara keseluruhan dari kepala-
kaki.
5. Pemeriksaan penunjang
Berisi mengenai pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radioogi yang telah dilakukan oleh pasien, serta hasil dari
pemeriksaan tersebut.
6. Program terapi
Berisi mengenai terapi yang telah diberikan dan dijalankan
pasien selama pengobatan.

20
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut (PPNI, 2017)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis.abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan
Integritas Struktur Tulang. (D.0054).
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
(D.0142).
4. Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurang volume
cairan dibuktikan dengan perdarahan
6. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan
volume cairan dibuktikan dengan penyembuhan luka lambat

21
C. RENCANA KEPERAWATAN
Menurut (PPNI, 2018) dan (PPNI, 2019)
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional Paraf
hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan O: identifikasi -untuk mengetahuai
agen pencedera fisik keperawatan selama skla nyeri skala peningkatan
3 x 24 jam T: berikan teknik atau penurunan
diharapkan tingkat non skala nyeri
nyeri menurun farmakologisuntuk -untuk mengurangi
dengan kriteria mengurangi rasa skala nyeri
hasil : nyeri -memeberi
E: ajarkan teknik pengetahuan
non farmakologis tentang teknik non
K: kolaborasi farmakologi
pemberian -untuk memberikan
analgetik obat pereda nyari
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan
fisik berhubungan tindakan mobilisasi
dengan Kerusakan keperawatan selama O : monitor -untuk memonitor

Integritas Struktur 3 x 24 jan diharapkan kondisi umum kondisi umum

Tulang. mobilitas fisik selama melakukan mobilisasi

meningkat dengan mobilisasi -agar keluarga dapat

kriteria hasil : T: libatkan membantu

Pergerakan keluarga untuk mobilisasi pasien

ektremitas meningkat membantu pasien -untuk melatih

Kekuatan otot dalam mobilisasi

meningkat meningkatkan
pergerakan
E: anjurkan

22
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
K-
Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan
dibuktikan dengan tindakan infeksi
efek prosedur invasif keperawatan selama O: monitor tanda -mengetahui tanda

3 x 24 jan diharapkan dan gejala infeksi gejala infeksi jika

tingkat infeksi lokal dan sistemik terjadi

menurun dengan T: cuci tangan -agar tidak

kriteria hasil : sebelum dan menyebabkan ifeksi

 Kebersihan sesudah kontak - untuk memebri

tangan dengan pasien dan tahu tanda dan

meningkat lingkungan pasien gejala jika terjadi

E: jelaskan tanda
dan gejala infeksi
K: Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
Resiko hipovolemia Setelah dilakukan Pemantauan
ditandai dengan efek tindakan cairan
agen farmakologis keperawatan selama O: monitor -mengetahui

3 x 24 jan diharapkan frekuensi dan frekuensi nadi

status cairan kekuatan nadi -untuk mengatur

membaik dengan T: atur interfal waktu

kriteria hasil : waktu pementauan -untuk memberi


 Intake cairan sesuai dengan tahu prosedur

meningkat kondisi pasien pemeantauan

 Turgor kulit E: jelaskan tujuan


dan prosedur

23
meningkat pemantauan
 Kekuatan K:-
nadi
meningkat
Gangguan itegritas Setelah dilakukan Perawatan luka
kulit berhubungan tindakan O: monitor -untuk memonitor
dengan kekurang keperawatan selama karakteristik luka karakteristik luka
volume cairan 3 x 24 jan diharapkan T: pasang balutan pasien
dibuktikan dengan integritas kulit dan sesuai jenis luka -untuk
perdarahan jaringan meningkat E: jelaskan tanda menyesuaikan
dengan kriteria dan gejala infeksi balutan
hasil : K:kolaborasi -untuk memberi
 Perdarahan pemberian tahu tanda gejala
menurun antibiotik infeksi jika terjadi

 Jaringan -untuk memebrikan

parut terapi antibiotik

menurun kepada pasien

Perfusi periver tidak Setelah dilakukan Perawatan


efektif berhubungan tindakan sirkulasi
dengan kekurangan keperawatan selama O: periksa -untuk mengetahui

volume cairan 3 x 24 jan diharapkan sirkulasi perifer sirkulasi perifer

dibuktikan dengan perfusi perifer T: lakukan pasien

penyembuhan luka meningkat dengan pencegahan -mencegah

lambat kriteria hasil : infeksi terjadinya infeksi

 Denyut nadi E: anjurkan -agar mendapatkan

perifer melakukan perawatan kulit

meningkkat peraatan kulit yang benar kepada

 Penyembuhan yang tepat pasien

luka K:-
meningkat

24
25
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien
Implementasi merupakan tahap ke 4 dalam proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat membuat rencana asuhan keperawatan. Fase
implementasi mencangkup pelaksanaan dari rencana keperawatan.
Tujuan implementasi yaitu membantu pasien mencapai kesehatan
dan memenuhi kebutuhan pasien dalam promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, management penyakit, dan pemulihan kesehatan. Fokus utama
implementasi yaitu, untuk mengetahui respon pasien terhadap kesehatan
dan penyakit serta kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.
Evaluasi yaitu tindakan untuk melengkapi suatu proses
keperawatan yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh diagnosa,
intervensi, dan implementasi yang sudah berhasil dicapai. Untuk
mengadakan hubungan perawat dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap implementasi yang diberikan perawat, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan.
Evaluasi digunakan untuk memonitor dari tahap pengkajian,
analisa intervensi dan implementasi. Tujuan evaluasi yaitu untuk
mengetahui seberapa kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN / TINJAUAN KHASUS

HARI/TANGGAL : Senin, 20 juni 2022 pukul 22.00


PENGKAJI : 1. Elok Miftakhul Khusna
2. Berliana Rizka Lavita
RUANG : Bethesda / kamar No. 4

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Tn A
Usia : 51 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Kudus
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir : SD
No.RM : 54xxxx
Jam/ tanggal pengkajian : 20 juni 2022 Pukul : 22.00 WIB
Diagnosis medis : Fraktur Clavicula
Tanggal/jam masuk RS : 18 juni 2022 pukul : 14.00 WIB

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny S
Alamat : Kudus
Hubungan dengan pasien : Istri

27
II. RIWAYAT PENYAKIT
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri karena luka post operasi
P : nyeri karena luka operasi
Q : nyeri tajam
R : nyeri pada daerah bahu sebalah kanan
S : skala nyeri 6
T : Hilang Timbul

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien mengatakan merasa nyeri pada bahu sebelah kanan, karena
jatuh.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan merasakan nyeri pada bahu sebelah kanan
karena jatuh, pada tanggal 18 juni 2022 pukul 21.00 WIB pasien
memeriksakan diri ke IGD. Di IGD dilakukan anamnesa dan
dilakukan tindakan pemasangan infus RL 20 tetes permenit di tangan
sebelah kiri, di beri injeksi keterolac, setelah itu dibawa ke ruang
betesda lalu dilakukan perawatan sampai tanggal 20 juni 2022,
melakukan puasa makan dan minum selama 8 jam sebelum operasi.
Pada tanggal 20 juni 2022 pasien melakukan operasi pada jam 19.00
selesai jam 22.00 WIB. Lalu pasien melakukan perawatan post
operasi di ruang betesda, diruangan mengeluh nyeri dengan skala 6
dan sulit tidur dari tanggal 20 juni 2022.
Laporan operasi :
Diaknosa sebelum : Fraktur Clavicula Dextra
Diagnosa sesudah : Fraktur Clavicula Plate Screw Orif Dextra
Anastesi : General
Lama operasi : kurang lebih 3 jam

28
D. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien mengatakan punya riwayat penyakit Diabetes Melitus

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
menutrun seperti hipertensi, jantung, dan diabetes melitus, keluarga
pasien juga tidak ada yang menderita penyakit menular.

Keterangan :
: Laki – laki

: Pasien

: Pereampuan
: Hubungan

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


A. POLA MANAJEMEN KESEHATAN-PERSEPSI KESEHATAN
Pasien mengatakan jika sakit langsung di periksakan, pasien
mengatakan tidak melakukan diet apapun dan pasien tidak melakukan
olahraga.

29
B. POLA METABOLIK NUTRISI
1. Nutrisi
Sebelum sakit
a. Antropometri : BB : 62 Kg TB : 165 cm IMT :22,7 (normal)
b. Biochemical : tidak terkaji
c. Clinical sign : tidak terkaji
d. Diet : pasien mengatakan makan nasi, sayur, lauk pauk habis
satu porsi setiap makan
Selama sakit
a. Antropometri : BB : 62 Kg TB : 165 cm IMT :22,7 (normal)
b. Biochemical
Leukosit : 10.29 (3.6- 11.0)
Hemoglobin : 9.1 (13.2 – 17.3) L
Gula darah stik : 339 (75 - 110) H
Natrium : 124 (135 - 147)
Kalium : 7.38 (3.5 – 5.1) L
Kalsium : 3.8 (8.8 – 10.3) L
c. Clinical sign : Bibir lembab, konjungtiva merah muda
d. Diet : pasien mengatakan makan nasi, sayur, lauk pauk habis
satu porsi setiap makan
2. Cairan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan minum air putih dan teh hangat, air putih
kurang lebih hanya 5 gelas teh sekitar 2 gelas.
Saat sakit
Pasien mengatakan sedikit minum kurang lebih hanya 2 gelas air
putih dan 1 gelas teh dari RS.

30
MALNUTRITION SCREENING TOOLS (MST)
No Parameter Scrore Hasil
1. Apakah pasien mengalami berat badan
turun yang tidak direncanakan/ tidak
diinginkan selama 6 bulan terakhir ?
TIDAK 0 0

TIDAK YAKIN 2

YA, Ada perubahan berat badan


sebanyak :
1
a. 1-5 kg
2
b. 6-10 kg
3
c. 11-15 kg
4
d. Lebih dari 15
2
e. Tidak tau berapa penurunannya
2. Apakah asupan makanan pasien
berkurang karena penurunan nafsu
makan/ kesulitan menerima makan ?
YA 1
0 0
TIDAK
TOTAL 0

C. POLA ELIMINASI
1. Eliminasi feses
Sebelium sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan BAB pasien tidak
menggunakan obat pencahar.
Saat sakit
Pasien mengatakan bisa BAB selama di rumah sakit tidak ada
gangguan.

31
2. Eliminasi urine
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat BAK, tidak nyeri saat
BAK, BAK lancar.
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam BAK.

D. POLA AKTIVITAS-LATIHAN
Sebelum sakit
Pasien mengatakan beraktifitas dari jam 06.00, pasien tidak
menggunakan alat bantu untuk beraktifitas.
Saat sakit
Pasien mengatakan sedikit sulit beraktifitas karena nyeri luka operasi,
seperti saat bangun dari tidur pasien harus dibantu.

FORM INDEKS KATZ PENGKAJIAN TINGKAT


KETERGANTUNGAN SEHARI-HARI
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK)
berpindah, ke kamar kecil, mandi, dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali dari satu fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan 1
tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan
berpakaian dan satu tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil dan satu tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan dalam semua hal

32
Lain- Ketergantungan dalam setidaknya dua fungsi tetapi tidak
lain dapat diklasifikasian dalam C, D E dan F
Kesimpulan ketergantungan :
Sebelum sakit
Pasien mengatakan berada pada skor A
Saat sakit
Pasien mengatakan berada pada skor G

E. POLA ISTIRAHAT- TIDUR


1. Istirahat
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk
beristirahat.
Saat sakit
Pasien tirah baring/bedrest di tempat tidur

2. Tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur dari jam 23.00 WIB sampai jam 05.00
WIB, lama tidur sekitar 6 jam tidur nyenyak tidak ada gangguan,
pasien tidak pernah menggunakan obat penenang
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena pasien merasakan nyeri
sehingga saat tidur sering terbangun dan tidak nyenyak. Pasien
tidur kurang lebih 3 jam.

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


Sebelum sakit
Pasien mangatakan tidak ada gangguan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasa dan peraba.

33
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasa dan peraba saat sakit.

G. POLA KONSEP DIRI-PERSEPSI DIRI


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak memandang dirinya rendah karena sudah
menjadi anggota keluarga yang baik
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak memandang dirinya rendah pasien
mengatakan tetap semangat dan optimis dalam menjalani perawatan
demi kesehatannya

H. POLA HUBUNGAN PERAN


Sebelum sakit
Pasien mengatakan dekat dengan keluarga dan menurut klien orang
yang dapat dipercaya adalah anggota keluarga.
Saat sakit
Pasein mengatakan tetap dekat dengan keluarga dan dalam masyarakat.
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin dengan baik dan normal
seperti biasanya.

I. POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS


Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada reproduksi, pasien
mempunyai anak 4
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan

34
J. POLA TOLERANSI TERHADAP KOPING STRES
Sebelum sakit
Pasien mengatakan suasana hatinya senang dan tidak memikirkan hal
yang membuat dirinya stres
Saat sakit
Pasien mengatakan sedikit sedih dengan keadaan dirinya pasien
mengatakan ingin cepat sembuh dan pulih seperti sebelumnya.

K. POLA KEYAKINAN NILAI


Sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama islam dan pasien mengatakan sering
beribadah sholat 5 waktu.
Saat sakit
Pasien mengatakan terganggu saat beribadah namun pasien tetap bedoa
kepada Tuhan agar di beri kesembuhan.

35
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran : composmentis
2. GCS : E: 4 V: 5 M:6 total 15
3. Kondisi klien secara umum
Tanda tanda vital
TD : 125/78 mmHg
N :87 x/menit
S :36,7 ℃
SPO2 :98 %
RR : 20 x/menit
4. Keadaan kulit : warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan pada
kulit, kulit elastis.

B. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


1. Kepala : bentuk simetris tidak ada benjolan, kulit kepala bersih,
rambut tidak rontok, rambut beruban
a. Mata : mata bersih kanan – kiri tidak ada gangguan
penglihatan, konjungtiva merah muda tidak anemis ukuran
pupil 3
b. Telinga : simetris, tidak ada serumen tidak ada edema, tidak
ada nyeri pada telinga, pendengaran baik.
c. Hidung : simetris, tidak ada polip, bersih
d. Mulut : pasien mampu berbicara dengan jelas, bibir lembab,
tidak ada luka pada bibir, lidah bersih, gigi rapi, tidak
berlubang
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Dada : terdapat balutan luka bekas operasi fraktur clavikula pada
bahu depan sebelah kanan sekitar 15 cm

36
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak melebihi 1 cm
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5 mid klavicula
sinistra
Perkusi : suara jantung pekak
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
b. Paru- paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, pengembangan rongga
dada sama
Palpasi : eskspansi paru sama
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : suara pernafasan vasikuler
4. Abdomen
Inspeksi : perut bersih, tidak ada garis vena, simetris
Auskultasi : terdengar bising usus 5 x / menit
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tida pembesaran ginjal
Perkusi : bunyi tympani
5. Genital
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, bersih, tidak berbau
6. Ekstremitas
a. Atas
Tidak mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri
kekuatan otot 5.
Pada esktremitas kanan tangan pasien di beri Arm Sling,
kekuatan otot 3. Terdapat luka post operasi di bahu kanan
± 15 cm tidak ada tanda infeksi seperti panas, tidak ada
kemerahan,tidak ada pembengkakan.
Terpasang infus sebelah kiri dengan infus RL 500 CC 20
tpm.

37
b. Bawah
Tidak ada gangguan pada ekstremitas bawah kanan kiri
kekuatan otot 5, ektremitas bawah lengkap.

38
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 18 juli 2022 pukul
21.32 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Leukosit 10.29 H*10^3/ul 3.6 - 11.0
Eritrosit 3.2 L*10^3/ul 4.40 - 5.90
Hemoglobin 9.2 L* g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit 26.1 L* % 41 – 52
MCU 81.5 FL 80 – 100
MCH 28.5 Pg 80 – 100
MCHC 34.9 g/dl 32 – 36
Trombosit 223 10^3/ul 150 – 400
RDW 12.8 % 11.5 – 14.5
RDW-SD 44.4 FL 36.4 – 46.3
PDW 16.8 H*FL 10 – 18
MPU 9.3 FL 8.5 – 12.4
KIMIA DIABETES
Gula darah sewaktu 339 H* mg/dl 75 – 100
FAAL Ginjal 46
Ureum 46 H* mg/dl 19 – 44
Creatinin 1.16 H* mg/dl 0.9 – 1.3
Elektrolit
Natrium 124 L*mmol/L 135.0 – 147
Kalium 3.78 mmol/L 3.5 – 5.0
Clorida 90 mmol/L 95.0 – 150.0
Kalsium 3.8 mg/dl 4.0 -3.6

39
VI. PROGRAM TERAPI
Tgl/ Nama obat Dosis Rute Indikasi Kontra indikasi Efek samping TTD/
jam Nama
20 RL 500 ml infus Sebagai Pasien yang Nyeri dada, detak Elok
Juni pengganti mengalami jantung
2022 cairan ekstrasel pembengkakan abnormal,
15.00 yang hilang pada anggota penurunan
WIB atau mengatasi tubuh akibat tekanan darah,
dehidrasi adanya kesulitan
isotonik penumpukan bernapas, batuk,
cairan dalam bersin-bersin,
jaringan ruam, gatal-gatal
(edema)
15.00 NACL 100 ml infus Sebagai Hipersensitif Hipernatremia Berlin
WIB pengganti (kadar natrium
cairan tubuh darah yang
tinggi),
hiperkloremia
(kadar gula darah
dibawah
abnormal)
15.00 Ketorolac 30 mg IV Untuk Pada pasien Pusing, mual, Wika
WIB meredakan dengan sakit kepala,
nyeri sedang hipersensitivitas iritasi lambung,
hingga berat terdapat dan perforasi
ketorolac, atau perdarahan
riwayat pada saluran
perdarahan cerna
gastrointestinal,
dan perdarahan

40
serebrovaskula
aktif
20.00 Ranitidine 50 mg IV Untuk Bila terdapat Sakit kepala, Eka
WIB eradikasi riwayat porfiria sembelit, diare,
infeksi akut dan mual-muntah,
H.pylori, tukak hipersensitivitas sakit perut
lambung, dan terhadap
duodenal, ranitidine
dispepsia,
GERD,
esofagitis
erosif, kondisi
hipersekresi,
stress ulcer,
serta
profilaksis
aspirasi asam
lambung
sebelum
anestesi umum
20.00 Ceftriaxone 1 gr IV Untuk Pada pasien Bengkak, Agung
WIB mengatasi dengan riwayat kemerahan,
infeksi bakteri hipersensitivitas nyeri, sakit
gram negatif terhadap obat ini kepala, pusing,
maupun positif atau golongan mual-muntah,
sefalosporin diare, gatal pada
lainnya vagina/keputihan,
ruam kulit,
kantuk
20.00 Apidra 3 ml SC Pengobatan Tidak Hipoglikemia Aryo
solostar DM pada dianjurkan pada (kadar gula darah

41
WIB pasien dimana pasien dibawah atas
membutuhkan hipersensitif normal), reaksi
pengobatan atau mengalami lokal pada tempat
dengan insulin alergi terhadap injeksi dan reaksi
komponen obat hipersensitivitas
ini, misal kemerahan
hipoglikemia kulit,
pembengkakan,
dan pruritus
20.00 Mikasin 500 mg IV Untuk Hipersensitivitas Mual-muntah, Wika
WIB pengobatan terhadap sakit perut, tidak
infeksi yang amikacin atau nafsu makan,
parah oleh obat golongan nyeri/kemerahan
bakteri gram amino glikosida diarea bekas
negatif yang lainnya suntikan
peka seperti
pseudomonas
aeruginosa, E.
Coli, proteus
Sp,
providenceia
struarti,
klebsiela
enterobacter-
seratia sp, dan
asinobacter sp
15.00 Tramadol 100 mg IV Untuk Pada pasien Kejang, pusing, Eka
WIB meredakan rasa yang mengalami sakit kepala,
nyeri sedang reaksi mengantuk, dan
hingga berat hipersensitivitas lemah

42
43
VII. ANALISA DATA
DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
Ds : pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen pencedera fisik
P : nyeri karena post operasi (D.0077)
Q : rasa nyeri tajam
R : nyeri pada bahu kanan sampai dada
S : skala nyeri 6
T : Hilang Timbul
Do : pasien tampak meringis menahan sakit
TD : 125/78 mmHg
N :87 x/menit
S :36,7 derajat celcius
SPO2 :98 %
RR : 20 x/menit

Ds : pasien mengatakan memiliki riwayat Diabetes Mellitus Ketidakstabilan ketidakmampuan


Do : Pasien dilakukan cek Gula darah pada tanggal 18 juli kadar glukosa pemantauan glukosa
2022 dengan hasil 339 H dalam darah darah

Ds : pasien mengatan tidak bisa tidur, sering terbangun, Gangguan pola Kurang kontrol tidur
kurang lebih tidur 3 jam tidur
Do : mata pasien tampak sayu, kantung mata terlihat sedikit
hitam.
Ds : pasien mengatakan ada luka bekas operasinya di bahu Risiko infeksi Peningkatan paparan
Kanannya. organisme patogen
Do : Terdapat luka post operasi di bahu kanan ± 15 cm lingkungan ,penyakit
Tidak ada tanda infeksi seperti panas, tidak ada kronis ( riwayat
Kemerahan,tidak ada pembengkakan, Leukosit : 10.290 diabetes mellitus)

44
VIII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS.
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri,gelisah
2. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah d.d ketidakmampuan
pemantauan glukosa darah.
3. Gangguan pola tidur b.b kurang kontrol tidur d.d mengeluh sulit
tidur
4. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).

45
IX. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Tindakan Rasional TTD
Keperawatn Hasil
Neri akut b.d agen Setelah dilakukan Menejemen nyeri Berlin
pencedera fisik d.d tindakan keperawatan O : identifikasi skala -Mengetahaui ada
mengeluh nyeri selama 3 x 24 jan di nyeri peningkatan atau
harapkan tingkat nyeri T: berikan teknin non penurunan skala nyeri
menurun dengan farmakologis untuk -untuk meringankan
kriteria hasil : mengurangi rasa nyeri rasa nyeri
 Keluhan nyeri (teknik nafas dalam) -agar pasien dapat
menurun dari E : ajarkan teknik melakukan saat
skala 6 menjadi nonfarmakologis pasien merasakan
2 untuk mengurangi nyeri

 Meringis rasa nyeri -untuk mengurangi

menurun dari 1 K : kolaborasi rasa nyeri

ke 5 pemberian analgetik
 Kesulitan tidur ( ketorolac 30 mg
menurun dari 1 secara intravena)
ke 5
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen -Untuk mengetahui Aryo
kadar glukosa tindakan keperawatan hiperglikemia penyebab penyebab
dalam darah d.d selama 3 x 24 jam O : identifikasi dari hiperglikemia
ketidakmampuan diarapkan kemungkinan -untuk mempercepat
pemantauan krtidakstabilan kadar penyebab penyembuhan
glukosa darah glukosa dalam darah hiperglikemia -supaya mengetahui
meningkat dengan T : Konsultasi dengan perkembangan kadar
kriteria hasil : medis jika tanda dan glukosa dalam darah
 Kadar glukosa gejala hiperglikemia -untuk membantu
dalam darah tetap ada atau mengontrol kadar
membaik (dari memburuk gula darah
1 ke 5) E : Anjurkan monitor

46
kadar glukosa darah
secara mandiri
K : Kolaborasi
pemberian insulin
( apidra solosa 3 ml
secara SC)
Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur Wika
tidur b.b kurang tindakan keperawatan O : identifikasi faktor -untuk mengetahui
kontrol tidur d.d selama 3 x 24 jam pengganggu tidur faktor penyebab tidak
mengeluh sulit diharapkan pola tidur T : lakukan prosedur bisa tidur
tidur membaik dengan untuk meningkatkan -memberikan posisi
kriteria hasil : kenyamanan yang nyaman untuk
 Keluhan sulit E : jelaskan tidur
tidur dari pentingnya tidur -untuk membri
menurun dari 5 cukup selama skait pengetahuan tentang
ke 1 K:- pentingnya itrirahat

 Keluhan tidur

istirahat tidur
cukup menurun
dari 5 ke 1
Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi -untuk mengetahui Agung
ketidakadekuatan tindakan keperawatan O : Monitor tanda dan tanda dan gejala
pertahanan primer selama 3 x 24 jam gejala infeksi lokal infeksi
(kerusakan kulit, diharapkan tingkat dan sistemik -untuk mencegah
trauma jaringan infeksi menurun T : cuci tangan terjadinya infeksi
lunak, prosedur dengan kriteria hasil : sebelum dan sesudah -untuk mengetahui
invasif/traksi Kultur area luka kontak dengan pasien dari tanda dan gejala
tulang) membaik dan lingkungan pasien dari infeksi
E: jelaskan tanda dan
gejala infeksi

47
K: -

48
X. IMPLEMENTASI
Tgl/ Nomer Implementasi Evaluasi Respon Klien & TTD
Jam Diagnosis Tindakan
Keperawata
n
20 juni 1 1. mengidetntifikasi skala nyeri Ds : pasiem mengatakan nyeri Eka
2022 (D.0077) P : nyeri karena luka operasi
10.00 Q : rasa nyeri tajam
WIB R : nyeri pada bahu kanan
sampai dada
S : skala nyeri 6
T : nyeri terus menerus
Do : pasien tampak meringis
menahan sakit
TD : 125/78 mmHg
N :87 x/menit
S :36,7 ℃
SPO2 :98 %
RR : 20 x/menit
10.30 2. memberikan teknik Ds : pasien mengatakan nyeri Eka
WIB nonfarmakologis untuk mengurangi sedikit berkurang dan menjadi
rasa nyeri (memberikan teknik lebih tenang
nafas dalam) Do : pasien tampak lebih rileks
10.45 3. mengajarkan teknik Ds : pasien mengtakan paham Eka
WIB nonfarmakologis untuk mengurangi tentang teknik nafas dalam
rasa nyeri dengan yang diajarkan
Do : pasien tampak kooperatif
08.00 4. kolaborasi pemberian analgetik Ds : pasien mengatakan mau di Eka
WIB Ketorolac 30 mg secara intravena beri suntikan pereda rasa nyeri
Do : injeksi masuk
10.00 2 1. mengidentifikasi kemungkinan Ds : pasien mengatakan punya Aryo

49
penyebab hiperglikemia riwayat DM
WIB Do : GDS : 339
10.10 2. Konsultasi dengan medis jika Ds : pasien mengatakan tidak ada Aryo
WIB tanda dan gejala hiperglikemia tetap gejala hiperglikemia
ada atau memburuk Do : -
10.30 3. menganjurkan monitor kadar Ds : pasien mengatakan mau Aryo
WIB glukosa darah secara mandiri mengikuti anjuran yang
diberikan perawat
Do : pasien tampak kooperatif
08.00 4. Kolaborasi pemberian insulin Ds : pasien mengatakan setuju di Aryo
WIB Apidra solostra 3 ml secara berikan injeksi apidra
subcutan Do : injeksi masuk
08.00 3 1. mengidentifikasi faktor Ds : pasien mengatakan tidak Wika
WIB penggangu tidur bisa tidur karena nyeri
Do : mata pasien tampak sayu,
kantung mata terlihat sedikit
hitam
08.15 2. melakukan prosedur untuk Ds : pasien mengatakan lebih Wika
WIB meningkatkan kenyaman nyaman ketika tempat tidur lebih
(sedikit menaikan tempat tidur agar di naikan
bahu pasien lebih nyaman) Do : menaikan bagian atas
tempat tidur
08.20 3. menjelaskan pentingnya tidur Ds : pasien mengatakan paham Wika
WIB cukup selama sakit dengan yang dijelaskan oleh
perawat
Do : pasien tampak kooperatif
08.00 4 1. Memonitor tanda dan gejala Ds : pasien mengatakan ada luka Elok
WIB infeksi lokal dan sistemik bekas operasi di bahu sebelah
kanan
Do : ada luka bekas operasi di
bahu sepanajng kurang lebih 15

50
cm
07.55 2. mencuci tangan sebelum dan Ds : - Elok
WIB sesudah kontak dengan pasien dan Do : melakukan cuci tangan 6
lingkungan pasien langkah
09.30 3. Menjelaskan tanda dan gejala Ds: pasien mengatakan paham Elok
WIB infeksi dengan yang dijelaskan oleh
perawat
Do : pasien tampak kooperatif
21 juni 1 1. mengidentifikasi skala nyeri Ds : pasien mengatakan nyeri Berlin
2022 berkurang
08.00 P : nyeri karena luka operasi
WIB Q : rasa nyeri seperti di tusuk
R : nyeri pada bahu kanan
sampai dada
S : skala nyeri 3
T : nyeri saat bergerak
Do : pasien tampak lebih tenang
TD : 135/92 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,6 ℃
Spo2 :98%
RR : 20 x/menit
08.10 2. memberikan teknik Ds : pasien mengatakan nyeri Berlin
WIB nonfarmakologis untuk mengurangi berkurang dan pasien nyaman
rasa nyeri (memberikan teknik Do : pasien lebih tenang
nafas dalam)
07.30 4. kolaborasi pemberian analgetik Ds : pasien mengatakan mau di Berlin
WIB Ketorolac 30 mg secara intravena suntik
Do : injeksi masuk
07.30 2 1. mengidentifikasi kemungkinan Ds : - Wika

51
WIB penyebab hiperglikemia Do : GDS : 290 mg/Dl
07.45 2. Konsultasi dengan medis jika Ds : pasien mengatakan tidak ada Wika
WIB tanda dan gejala hiperglikemia tetap gejala hiperglikemia
ada atau memburuk Do : -
07.45 4. Kolaborasi pemberian insulin Ds : pasien mengatakan mau di Wika
WIB Apidra 3 ml secara subcutan suntik
Do : injeksi masuk
08.00 3 1. mengidentifikasi faktor Ds : pasien mengatakan sudah Eka
WIB pengganggu tidur bisa tidur tetapi belum begitu
nyenyak karena masih
merasakan nyeri
Do : pasien tampak lebih segar
08.15 2. melakukan prosedur untuk Ds : pasien mengatakn lebih Eka
WIB meningkatkan kenyaman nyaman ditur dengan posisis atas
(sedikit menaikan tempat tidur agar tempat tidur lebih di naikan
bahu pasien lebih nyaman) Do : menaikan bagian atas
tempat tidur pasien
09.00 4 1. Memonitor tanda dan gejala Ds : - Berlin
WIB infeksi lokal dan sistemik Do : dilakukan perawatan GB,
luka kering, tidak rembes tidak
ada tanda gejala infeksi pada
luka
08.55 2. mencuci tangan sebelum dan Ds : - Berlin
WIB sesudah kontak dengan pasien dan Do : melakukan cuci tangan 6
lingkungan pasien langkah
22 juni 1 1. mengidentifikasi skala nyeri Ds : pasien mengatakan sudah Elok
2022 tidak merasakan nyeri skala nyeri
08.00 0
WIB Do : pasien tampak tenang
07.30 3. Kolaborasi pemberian analgetik Ds : - Elok

52
WIB Do : pasien sudah up infus sudah
tidak mendapat terapi pereda
nyeri
08.00 2 1. mengidentifikasi kemungkinan Ds : - Aryo
WIB penyebab hiperglikemia Do : 210 mg/dL
08.15 2. Konsultasi dengan medis jika Ds : pasien mengatakan tidak ada Aryo
WIB tanda dan gejala hiperglikemia tetap gejala hiperglikemia
ada atau memburuk Do : -
08.00 3 1. mengidentifikasi faktor Ds: pasien mengatakan sudah Agung
WIB pengganggu tidur bisa tidur nyenyak
Do : pasien tampak lebih segar
tidak kurang tidur
08.15 2. melakukan prosedur untuk Ds : pasien mengatakan sudah agung
WIB meningkatkan kenyaman nyaman tidur seperti biasa
Do : pasien tampak lebih nyaman

08.00 4 1. Memonitor tanda dan gejala Ds : - Elok


WIB infeksi lokal dan sistemik Do : balutan tidak rembes setelah
di ganti balutan
07.55 2. mencuci tangan sebelum dan Ds : - Elok
WIB sesudah kontak dengan pasien dan Do : melakukan cuci tangan
lingkungan pasien

53
XI. EVALUASI
Tgl/ Nomor Diagnosis Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
Rabu, 1 S : pasien mengatakan sudah tidak nyeri Wika
22 Juni O : pasien tampak tenang
2022 A : masalah teratasi
23.00 P : hentikan intervensi
WIB
23.00 2 S:- Eka
WIB O : GDS : 210
A : masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
1. konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
23.00 3 S : pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak Elok
WIB O : pasien tampak lebih segar tidak kurang tidur, kantung mata
tidak hitam
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
23.00 4 S:- Berlin
WIB O : Tidak ada tanda gejala infeksi seperti kemerahan pada luka,
rasa panas pada area luka, nyeri pada luka, pembengkakan luka
operasi, balut luka bersih tidak rembes, luka operasi bagus
kering tidak rembes
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

54
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Patah tulang atau fraktur adalah kondisi ketika tulang patah
sehingga posisi atau bentuknya berubah. Patah tulang dapat terjadi jika
tulang menerima tekanan atau benturan yang kekuatannya lebih besar
daripada kekuatan tulang. Penanganan baik medis dan nonmedis pada
kasus patah tulang bila tidak ditangani dengan prosedur yang baik dan
tidak benar dapat menimbulkan komplikasi yang akan membuat kasus
patah tulang tersebut menjadi semakin sulit dan berbahaya bagi
keselamatan pasien. Penting untuk mengetahui langkah awal dalam
mendeteksi dan mengetahui gejala pada kasus fraktur. Dari kasus di atas
didapatkan masalah keperawatan yang muncul yaitu, Nyeri akut,
Ketidakstabilan kadar gula darah, gangguan pola tidur dan Risiko Infeksi.

B. SARAN
Adapun saran yang penulis berikan untuk Fraktur Clavikula Orif Plate
Screw Dextra sebagai berikut :
1. Saran bagi penulis
a. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada Fraktur
Clavicula bagi penulis, masayarakat dan mahasiswa lain.
b. Dapat menjadi bahan masukan / saran bagi mahasiswa yang
membutuhkan asuhan dasar keperawatan pada pasien dengan
Fraktur Clavicula.

2. Saran bagi rumah sakit


a. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
khususnya Fraktur Klavicula secara komprehensif,

55
meningkatkan kemampuan kesehatan dengan mutu
pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Jenifer. (2021). Fraktur Clavicula.


https://www.alomedika.com/penyakit/ortopedi/fraktur-klavikula
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI. (2019). Satandar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Wahid, A. (2021). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. CV. TRANS INFO MEDIA.
Wijaya, S. A., & Putri, M. Y. (2015). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Nuha
Medika.
Zuliani, Malini, E., Faridah, U., Sinaga, R. R., Upik, R., Malisa, N., Mandias, R.,
Frisca, S., Matongka, Y. H., & Suwarto, T. (2021). Gangguan pada Sistem
Perkemihan. Yayasan Kita Menulis.

56
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. PENGANTAR
Topik :Teknik Nafas Dalam pada pasien Fraktur Clavicula
Sub TopiK : Mengajari Teknik Nafas Dalam
Sasaran : Pasien dan keluarga
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Juni 2022
Jam : 10.00 – 10.30 WIB
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Betesda kamar No.4
Penyuluh : 1. Aditya Wikatining Putri
2. Eka Kristiana

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah melakukan penyuluhan selama 1x30 menit, diharapkan pasien
mampu mengetahui dan melakukan prosedur tentang teknik nafas dalam.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu:
1. Menjelaskan pengertian teknik nafas dalam dengan benar.
2. Mengetahui tujuan teknik nafas dalam dengan benar.
3. Menyebutkan prosedur melakukan teknik nafas dalam.
4. Mendemonstrasikan cara melakukan teknik nafas dalam.

D. MATERI
1. Pengertian tentang teknik nafas dalam.
2. Tujuan teknik nafas dalam.
3. Prosedur melakukan teknik nafas dalam.

57
E. MEDIA
Leafleat
F. METODE
1. Demonstrasi
2. Tanya jawab

G. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN
PESERTA
1. 5 menit Pembukaan: Menjawab salam
1. Memberi salam dan Mendengarkan dan
memperkenalkan diri memperhatikan
2. Menjelaskan maksud dan
tujuan penyuluhan
3. Menyebut materi/pokok
bahasan yang ingin
disampaikan
2. 15 menit Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
mengenai : memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian materi yang
nyeri disampaikan
2. Menjelaskan teknik nafas
dalam
3. Menjelaskan tujuan teknik
nafas dalam
4. Mendemonastrasikan
teknik nafas dalam
3. 5 menit Evaluasi: Merespon dan
1. Mempersilahkan pasien bertanya
dan keluarga jika ingin Merespon dan
bertanya menjelaskan

58
2. Memberi pertanyaan
kepada pasien dan
keluarga mengenai materi
yang dibahas
3. Mengevaluasi respon
pasien dan keluarga
terhadap kejelasan materi
yang dibawakan
4. 5 menit Penutup: Menyimak dan
1. Menyimpulkan bersama- menjawab salam
sama hasil dari kegiatan
penyuluhan
2. Menutup penyuluhan
dengan mengucapkan
salam

59
H. EVALUASI
1. Pertanyaan untuk peserta penyuluhan
a. Apa itu yang dimaksud teknik nafas dalam ?
b. Bagaimana cara melakukan teknik nafas dalam ?
c. Apa tujuan neknik nafas dalam ?
2. Evaluasi struktur
a. Pasien fraktur clavicula mengikuti penyuluhan dari awal hingga
akhir.
b. Penyuluhan dilakukan secara langsung dengan cara ceramah dan
mendemonstrasikan leaflet.
3. Evaluasi proses
a. Peserta penyuluhan terlihat antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta penyuluhan terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan
(diskusi)
4. Evaluasi sumatif
a. Peserta penyuluhan mampu memahami materi yang telah
dijelaskan dan mampu menerapkannya.

Penyusun
Kudus, 22 Juni 2022
I.

60
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Teknik relaksasi merupakam salah satu terapi nonfarmakologis yang dilakuka
untuk meredakan rasa nyari (Tamsuri, 2007).

B. TUJUAN TEKNIK NAFAS DALAM


Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik nafas
dalam adalah untuk mengurangi tingat stress baik itu stress fisik maupun
emosional sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan.

C. LANGKAH – LANGKAH TEKNIK NAFAS DALAM


Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan Perry, 2005)
1. Atur posisi pasien dengan posisi duduk tegak atau tidur terlentang
2. Letakkan satu tangan pasien diatas dada dan satu tangan di perut
3. Melakukan nafas perut menarik nafas melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup
4. Tahan nafas selama 3 hitungan
5. Hembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan melalui mulut, bibir
seperti meniup

D. MANFAAT TEKNIK NAFAS DALAM


Manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati,
dan berkurangnya rasa cemas. Smeltzer dan Bare (2002).

61
LEAFLET

62

Anda mungkin juga menyukai