SURABAYA
2021 Referat
i
R. Chandra Jaya Listiandoko, dr.
SURABAYA
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
iii
Mengetahui,
iv
DAFTAR ISI
halaman
Sampul Dalam ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
Daftar Gambar ........................................................................................ v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 3
2.1 Definisi Craniosynostosis .............................................. 3
2.2 Fronto-Orbital Advancement ........................................ 3
v
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Keloid telinga disebabkan oleh tindik telinga .................. 8
Gambar 2.2 Keloid dada ...................................................................... 8
Gambar 2.3 Parut hipertrofik pada laki-laki berusia 34 tahun, 8 bulan
setelah luka bakar dengan 60% total body surface area
pada ektremitas atas dan tangan ....................................... 9
Gambar 2.4 Kontraktur aksila .............................................................. 10
Gambar 2.5 Algoritma parut hipertrofik paska luka bakar .................. 21
Gambar 2.6 Penggunaana z-plasty pada kontraktur tangan ................. 22
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Craniosynostosis didefinisikan sebagai fusi prematur dari satu atau lebih sutura-sutura
kranial, sehingga mengakibatkan perubahan bentuk cranial vault (Tahiri, et al., 2017). Setiap
sutura kranial dapat mengalami ossifikasi secara prematur tetapi fusi paling sering terjadi di
sutura sagital (40-55%), diikuti oleh sutura koronal (20-25%), sutura metopik (5-15%), dan
mengakibatkan terjadinya deformitas. Bukan hanya deformitas saja, kasus yang tidak
mental, komplikasi okular, dan atrofi saraf optik (El-Tantawy, et al., 2018).
plagiocephaly anterior pada craniosynostosis koronal unilateral. Baru-baru ini, koreksi bedah
advancement yang bertujuan untuk memperbaiki bentuk tulang kranium dan memberikan
terlibat. Tujuan bedah fronto-orbital advancement ada tiga yakni untuk melepaskan sutura
yang mengalami sinostosis dan dekompresi calvarial vault, untuk membentuk kembali
calvarial vault dan memajukan tulang frontal, dan untuk memajukan supraorbital bar yang
mengalami retrusi. Dengan demikian meningkatkan perlindungan terhadap bola mata dan
1
peningkatan penampilan estetika (Mendonca, et al., 2015). Referrat ini dibuat untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Craniosynostosis
kranial (Chung, 2014). Sutura yang menyatu secara prematur tersebut menyebabkan
area lain (Sharma, et al., 2013). Setiap sutura kranial dapat mengalami ossifikasi
secara prematur tetapi fusi paling sering terjadi di sutura sagital (≈60%), diikuti oleh
sutura koronal (≈25%), sutura metopik (≈15%), dan sutura lambdoid (≈2%).
Identifikasi klinis biasanya dalam tahun pertama kehidupan (Kajdic, et al., 2018).
3
2.1.2 Anatomi Cranium
Cranium (istilah Latin untuk tengkorak) adalah aspek paling cephalad dari
tulang rangka. Cranium terdiri dari 22 tulang dan dibagi menjadi dua wilayah:
dan tulang-tulang ini bersatu melalui sutura kranial. Neurokranium terdiri dari tulang
oksipital, dua tulang temporal, dua tulang parietal, tulang sphenoid, ethmoid, dan
anatomi yang sangat spesifik dan mekanisme perkembangan embriologis yang spesifik.
Termasuk dua nasal conchae, dua tulang hidung, dua tulang maxila, dua tulang palatine,
dua tulang lakrimal, dua tulang zygomatic, tulang mandibula, dan tulang vomer
sendi fibrosa antara dua tulang. Sutura koronal melintas diantara tulang frontal dan
parietal. Istilah ini berasal dari kata Latin "corona" dan dari kata Yunani Kuno
mengacu pada lokasi anatomi di mana mahkota akan ditempatkan. Sutura coronal
adalah salah satu dari empat sutura utama cranium di samping sutura metopik (juga
dikenal sebagai sutura frontal), sutura sagital, dan sutura lambdoid. Sutura koronal
bertemu dengan sutura sagital. Titik ini disebut "bregma" dan menunjukkan posisi
persimpangan tulang frontal, tulang parietal, tulang temporal, dan tulang sphenoid
4
2.1.3 Etiologi Craniosynostosis
utama yang menyebabkan fusi abnormal ini bisa terjadi masih belum jelas. Namun
Antasida yang digunakan pada bayi dengan kolik abdomen juga telah menunjukkan
TWIST dan fibroblastic growth factor receptor (FGFR). Sindrom sindrom yang lebih
al., 2016).
proses pada sutura kranial. Berdasarkan banyaknya bukti, tampak bahwa signaling
pathways memediasi proses pada sutura kranial. Sejumlah model in vitro dan in vivo
sindromik dan nonsindromik pada manusia secara tidak langsung mendukung hipotesis
ini. Lebih dari 100 mutasi telah diidentifikasi dalam gen seperti TWIST, NELL-1,
5
2.2. Fronto-Orbital Advancement
Insisi koronal pertama kali dideskripsikan pada tahun 1907 oleh Hartley dan
fraktur traumatis calvarium. Sayatan ini kemudian dipopulerkan oleh laporan Tessier
tentang penatalaksaan bedah pada Sindrom Crouzon dan Sindrom Apert karena
minimal dan bekas luka yang tetap tersembunyi di dalam scalp (Staffenberg, et al.,
2019). Insisi koronal mengalami penyempurnaan lebih lanjut selama beberapa dekade
berikutnya, termasuk insisi zigzag untuk menyamarkan lebih lanjut scar yang
dihasilkan (Mendonca, et al., 2015). Lannelongue dan Lane pertama kali melakukan
kraniektomi linier atau kraniektomi strip untuk mengatasi sinostosis prematur pada
sutura pada pasien dengan microcephaly pada akhir abad ke-19. Prosedur ini sering
mengurangi angka reosifikasi yang tinggi. Bedah advancement pada tulang frontal
awalnya dideskripsikan oleh Tessier untuk koreksi disostosis kraniofasial pada orang
cranial vault remodeling dengan advancement canthal lateral atau mobilisasi anterior
6
unikoronal, dan sutura bikoronal. Standar penatalaksanaan bedah adalah fronto-
calvarial vault,
dan
frontal, variasi-variasi teknis tetap ada. Evolusi dan modifikasi dari teknik orisinal
telah dilaporkan dengan hasil yang sangat baik (Staffenberg, et al., 2019). Terlepas
dari modifikasi teknis, iregularitas yang tampak membutuhkan operasi revisi. Follow-
intrinsik, ekspansi bedah yang tidak adekuat, dan devaskularisasi segmen pada saat
pertumbuhan jangka panjang, dan aspek ini harus diingat saat contouring (Mendonca,
et al., 2015).
biasanya diperlukan pada sisi yang terkena. Bersamaan dengan reposisi orbital rim,
7
frontal ipsilateral dimajukan, tinggi orbital mungkin dikurangi, dan dahi kontralateral
menjadi masalah yang diperdebatkan dalam literatur karena tergantung pada banyak
faktor. Prosedur sederhana dan manuver minimal invasif dapat dilakukan pada usia 3
bulan, sedangkan koreksi bedah yang lebih kompleks biasanya ditunda hingga usia
memungkinkan, dapat membawa resiko anestesi dan risiko bedah untuk bayi. Usia
antara 6 dan 8 bulan, memiliki keuntungan meningkatkan proses healing osseous dan
negatif dari gangguan perkembangan otak karena gangguan aliran darah otak sebagai
kranium yang terbatas dan untuk memperbaiki bentuk tengkorak yang abnormal
karena perubahan pola pertumbuhan. Ada kasus-kasus tertentu dari synostosis dimana
tidak diperlukan intervensi bedah. Apakah penutupan sutura parsial dengan perubahan
merupakan topik yang bisa diperdebatkan. Adalah hal yang logis untuk berpikir
bahwa jika tidak ada gejala klinis atau dampak kognitif yang muncul, pasien dapat
8
Teamwork harus tersedia untuk semua pasien dengan craniosynostosis.
Operasi harus dilakukan bersama oleh ahli bedah saraf dan ahli bedah kraniofasial
untuk hasil yang lebih baik. Evaluasi pra-operasi yang menyeluruh harus dilakukan
oleh ahli anestesi pediatrik dan darah tersedia untuk transfusi darah. Komunikasi yang
erat dengan dokter anestesi sangat penting untuk keamanan prosedur. Open FOA
dilakukan dengan anestesi umum, dengan dua jalur intravena atau sebuah kateter vena
sentral, dengan jalur intra arteri, dan dengan kateter Foley. Monitoring
thermometer adalah hal yang wajib. Darah untuk transfusi disimpan dekat ruang
operasi. Kulit kepala dan wajah dibersihkan dengan betadine. Pasien diposisikan
supine di meja operasi. Draping dilakukan dibawah area nasal (Matushita, et al.,
2019). Insisi bikoronal dibuat dengan cara zig-zag untuk bekas luka yang lebih baik.
9
Diseksi dilakukan pada bidang subperiosteal untuk mempertahankan kapasitas
produksi tulang, dan bone wax digunakan untuk mendapatkan hemostasis. Diseksi
temporal hingga ke supraorbital rims. Otot-otot temporal dibiarkan melekat pada flap
lateral di atas sutura Zygomatico-Frontal (Z-F) dan tulang temporal (Mendonca, et al.,
2015). Kraniotomi bifrontal dilakukan oleh ahli bedah saraf dan kehati-hatian
dengan jarak 10 mm dari orbital rim di anterior dan di belakang sutura koronal.
diosteotomi dan diangkat. Frontal–orbital bar dilepas sebagai satu bagian (Matushita,
et al., 2019).
''Bandeau" adalah istilah dari Prancis yang menandakan bando untuk rambut
atau yang menutupi mata. Pembuatan bandeau adalah langkah penting untuk
dilakukan dengan kombinasi dari bender tulang Tessier dan bor gergaji. Kemudian
tulang ditahan di tempatnya oleh sistem plating yang dapat diserap (Staffenberg, et
al., 2019). Fronto–orbital bar dapat di reshaped dengan menipiskan area tulang yang
bar di reshaped, lalu difiksasi dalam posisi overcorrected dengan pelat yang dapat
diserap atau dengan teknik “tongue-in grove” yang difiksasi dengan jahitan
10
Bandeau fronto-orbital yang dikontur ulang diletakkan dalam posisi
frontal yang telah dibentuk kembali kemudian ditempatkan di atas bandeau yang telah
dimajukan dan diamankan secara rigid. Penutupan kulit yang hati-hati dilakukan
dalam dua lapis dengan menggunakan suction drain. Pemantauan pasca operasi
Intervensi bone graft sering digunakan di celah temporal yang tercipta dari
tengah dan di buka. Celah tulang dapat ditutup dengan bahan aloplastik seperti implan
akrilik atau dengan Osteomesh scaffold. Studi jangka panjang diperlukan untuk
BAB 3
PENUTUP
Craniosynostosis adalah kondisi patologis sebagai akibat dari fusi prematur dari sutura-
anterior dapat melibatkan kombinasi dari sutura metopic, unicoronal atau bicoronal. Fronto-
anterior.
11
Tujuan bedah fronto-orbital advancement ada tiga yakni untuk melepaskan sutura yang
mengalami sinostosis dan dekompresi calvarial vault, untuk membentuk kembali calvarial
vault dan memajukan tulang frontal, serta untuk memajukan supraorbital bar yang mengalami
retrusi. Untuk mencapai yang hasil lebih baik operasi harus dilakukan pada usia optimal dan
di pusat kesehatan yang lengkap. Kerja sama tim harus tersedia untuk semua pasien dengan
craniosynostosis. Evolusi dan modifikasi dari teknik orisinal telah dilaporkan dengan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B.W., Kortz, M.W., and Al Kharazi, K,A. (2021). ‘Anatomy, Head and Neck,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499834/
Chung, K. C. (ed.) (2014) Grabb and Smith Plastic Surgery. 7th edn. Philadelphia:
Wolters Kluwer.
El-Tantawy, Mohammed., et al., 2018. Frontoorbital Advancement and Forehead Remodeling
for Correction of Anterior Calvarial Craniosynostosis, Surgical Technique and Results
in Low Economic Facilities: Benha Experience. Medical Journal Of Cairo University,
pp. 1149-1158
12
Espel, J.Puente, et al., 2016. A multidisciplinary approach based on medical, social and
demographic factors in a developing country. Revista Médica del Hospital General de
México, pp 230-239.
Fearon, Jeffrey A., 2008. Beyond the Bandeau: 4 Variations on Fronto-Orbital Advancements.
The Journal Of Craniofacial Surgery, pp 1180-1182.
Russel, W.P., Russel M.R., (2020). ‘Anatomy, Head and Neck, Coronal Suture -
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526011/
Sharma, R.K., et al., 2013. Craniosynostosis. Indian Journal of Plastic Surgery, pp. 18–27.
Staffenberg, D.A., et al., 2019. Fronto-Orbital Advancement: Description of Surgical
Technique to Complement the Procedural Cognition Simulation in the Craniofacial
Interactive Virtual Assistant - Professional Edition. Journal Craniofacial Surgery, pp.
473-477
Tahiri, Youssef., et al., 2017. Evidence-Based Medicine: Nonsyndromic Craniosynostosis.
Journal Of The American Society Of Plastic Surgeon, pp. 177-191.
13