Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HDR


SITUASIONAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan IX

Disusun oleh :

RIMA NURSOLIHAT

KHG D19029

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IX

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

Tahun Ajaran 2020


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN

HDR SITUASIONAL

A. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah Situasional

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
a. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu
mengalami/beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan diri (Carpemito, 2007).
b. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Sundeen,
2007).
c. Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta
merasa gagal mencapai keinginan (Dalami dkk, 2009).
d. Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri
negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya
atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif dan bila tidak dapat diatasi
dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Suliswati, 2005).
e. Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami
trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan,
dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009).
2. Rentang Respon Konsep Diri
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah
adalah transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif.
Penjabarannya adalah sebagai berikut.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses.
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan diri.
d. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu
mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa anak-anak
kedalam kematangan kepribadian oada remaja yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa
asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan,
kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya
sendiri tidak nyata dan asing baginya.
3. Faktor Penyebab
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang memiliki tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal
diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran
budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh
individu.
3) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan elsternal,
yaitu sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau
posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya seperti
frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan
normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma
budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran
dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini
dapat dicetuskan oleh: kehilangan bagian tubuh:
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal, prosedur medis, dan
keperawatan.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda
dan bervariasi antara individu satu dengan lainnya, tetapi biasanya
dimanifestasikan sebagai berikut.
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan,
misalnya: malu karena alopesia setelah dilakukan tindakan
kemoterapi.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik,
mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak
tahu apa-apa, saya tidak mampu.
d. Gangguan hubungan sosial.
e. Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
f. Mencederai diri
g. Mudah marah, mudah tersinggung
h. Apatis, bosan, jenuh dan putus asa
i. Kegagalan menjalankan peran, proyeksi (menyalahkan orang
lain).

Berdasarkan pengertian, rentang respon, penyebab, dan tanda gejala


harga diri rendah di atas, maka dapat disimpulkan proses terjadinya
masalah klien mengalami harga diri rendah situasional biasanya
diakibatkan oleh koping sesorang yang tidak efektif dalam
menghadapai masalah gangguan citra tubuh atau gangguan identitas
personal. Bila, sebagai contoh, seseorang mengalami perubahan fisik
akibat kecelakaan yang menimpa dirinya sehingga salah satu anggota
geraknya harus dilakukan amputasi, maka dalam situasi tersebut
secara tiba-tiba klien merasa harga diri rendah. Bila masalah tersebut
tidak diatasi dengan baik oleh klien kemungkinan akan menyebabkan
seseorang merasa tidak berdaya dan timbul keputusasaan.
Proses terjadinya masalah tersebut secara ringkas dapat ditampilkan
dalam pohon diagnosis.
C. POHON DIAGNOSIS
Keputusasaan

Ketidakberdayaan

Harga Diri Rendah Situasional

Ketidakefektifan Gangguan Citra Gangguan


Koping Tubuh Identitas Personal
Keterangan
: Masalah utama
Tulisan miring : dampak (effek)
Tulisan tegak : penyebab (causa)

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
1. Harga diri rendah situasional
2. Keefektifan koping
3. Gangguan citra tubuh
4. Gangguan identitas personal
5. Ketidakberdayaan
6. Keputusasaan
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah
situasional sebagai berikut.
1. Data Sujektif:
Contoh:
“Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi.”
“Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah
kehilangan kaki saya.”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala
keluarga lagi.”
2. Data Objektif:
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Menarik diri dari kehidupan
c. Kritik terhadap diri sendiri
d. Destruktif terhap diri sendiri dan orang lain
e. Mudah tersinggung/ mudah marah
f. Produktivitas menurun
g. Penolakan terhadap diri sendiri
h. Keluhan fisik
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Harga diri rendah situasional
2. Ketidakefektifan koping
3. Gangguan citra tubuh
4. Gangguan identitas personal
5. Ketidakberdayaan
6. Keputusasaan
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Tindakan keperawatan Rasional
keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi intervensi
Harga Diri Rendah Tujuan jangka panjang : Selama 1x45 menit interaksi,
Situasional Harga diri klien klien menunjukkan tanda-tanda
meningkat dalam percaya kepada perawat:
menghadapi masalah berat Ekspresi wajah bersahabat,
yang bersifat tiba-tiba menunjukan rasa senang, ada
datang diri klien. kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam,
klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang
Tujuan jangka pendek: dihadapi
1. Klien dapat 1. Klien dapat mengidentifikasi 1. Identifikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan tingkat kemampuan
megidentifikasi kemampuan dan aspek positif positif yang masih dimiliki klien. Untuk klien seperti menilai realitas,
kemampuan dan aspek yang dimiliki : dapat membantu klien menggungkapkan kontrol diri atau integritas ego
positif yang dimiliki a. Kemampuan yang kemampuan dan aspek positf yang diperlukan sebagai dasar asuhan
dimiliki klien. dimiliki sperti: mendiskusikan bahwa keperawatannya.
b. Aspek positif keluarga. klien masih memiliki sejumlah
c. Aspek positif lingkungan kemampuan dan aspek positif seperti
yang dimiliki klien. kegiatan dirumah, ada keluarga dan
lingkungan terdekat klien

2. Klien dapat menilai 2. Selama 1x45 menit interaksi, 2. Membantu klien menilai kemampuan 2. Keterbukaan dan pengertian
kemampuan yang klien dapat menilai yang dapat digunakan, seperti: tentang kemampuan yang dimiliki
dapat digunakan. sedikitnya tiga kemampuan mendiskusikan kemampuan yang masih adalah prasyarat untuk berubah.
yang dapat digunakan. dapat digunakan saat ini, bantu klien Pengertian tentang kemampuan
menyebutkan dan memberi penguatan yang dimiliki diri memotivasi
terhadap kemampuan diri yang untuk tetap mempertahankan
diungkapkan klien, perlihatkan respon dirinya sendiri.
yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif.

3. Klien dapat 3. Selama 1x45 menit interaksi, 3. Membantu klien dalam memilih/ 3. Klien adalah individu yang
menetapkan/ memilih klien dapat menetapkan menetapkan kegiatan sesuai bertanggung jawab terhadap
kegiatan yang sesuai kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, seperti: mendiskusikan dirinya sendiri. Klien perlu
dengan kemampuan kemampuan. dengan klien beberapa aktivitas yang bertindak realitas dalam
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kehidupannya. Contoh peran yang
kegiatan yang akan klien lakukan sehari- dilihat klien akan memotivasi klien
hari, bantu klien menetapkan aktivitas untuk melaksanakan kegiatan.
mana yang dapat klien lakukan secara
mandiri, memerlukan bantuan minimal
dari keluarga, dan yang dibantu total.
4. Klien dapat melatih 4. Selama 1x45 menit interaksi, 4. Melatih kegiatan klien yang sudah 4. Memberi kesempatan kepada klien
kegiatan yang sudah klien dapat melatih kegiatan dipilih sesuai dengan kemampuan, mandiri dapat meningkatkan
dipilih sesuai yang sudah dipilih sesuai seperti: mendiskusian dengan klien motivasi dan harga diri klien.
kemampuan. kemampuan. untuk menetapkan urutan kegiatan yang Reinforcement positif dapat
akan dilakukan dan klien memperagakan meningkatkan harga diri klien.
beberapa kegiatan yang akan dilakukan.

5. Klien dapat 5. Selama 1x45 menit interaksi, 5. Membantu klien agar dapat 5. Memberikan kesempatan kepada
merencanakan klien dapat merencanakan merencanakan kegiatan sesuai klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang sudah kegiatan yang sudah dilatih. kemampuannya dan memberi kegiatan yang biasa dilakukan.
dilatih kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatih.
G. Intervensi Generalis Pada Pasien
a. Tujuan
1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara
harga diri dan pemecahan masalah yang efektif
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan
harga diri
3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan
balik yang efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan
kesehatan fisik

b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah,
tanda dan gejala dan akibat
2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif
3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui
kegiatan positif

SP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan
positif:
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar
proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian ansietas
3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah
d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi
diri yang positif yang terdahulu
4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang dimiliki
5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan
pemecahan masalah yang efektif
6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan
lingkungan
7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
8) Latih kemampuan positif yang lain
9)Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna
untuk menumbuhkan harga diri positif

SP 2 Pasien : Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan


melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2

1) Pertahankan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang harga diri rendah dan kemampuan melakukan
kegiatan positif
2) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah
3) Latih kemampuan positif ke 2
4) Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk
meningkatkan harga diri
5) Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan
positif berguna untuk menumbuhkan harga diri

H. Intervensi Generalis Pada Keluarga


a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah harga diri rendah pada anggota


keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami harga
diri rendah
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
harga diri rendah
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan harga diri rendah
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1. Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien
dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah
3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harag diri rendah:
menumbuhkan harga diri positif melalui melakukan kegiatan
positif
c) Sertakan keluarga saat melatih latihan kemampuan positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara


merawat dan follow up

a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,


menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif
ke 2
d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan
kondisi pasien yang perlu dirujuk (kondisi pengabaian diri dan
perawatan dirinya) dan cara merujuk pasien
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta : Trans Info Media.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai