Anda di halaman 1dari 61

Asuhan Keperawatan Pasien

Meningitis
• Pemeriksaan Diagnostik
– Lumbal Punksi
– Hitung darah Lengkap
– Kultur Darah
– Tes Urine
– Rontgen
Kasus
• Ny. A 22 tahun, belum menikah tinggal dengan
kedua orang tua seorang pamain gitar. 2 hari
sebelum masuk RS ny.a MENGALAMI KESULITAN
BERMAIN GITAR mengeluh silau kalau ada sinar
matahari dan ketika menunduk sulit, mengeluh
nyeri kepala berkeringat. Pasien dibawa oleh orang
tua ke RS karena mengalami penurunan kesadaran
dan dirumah sakit dilakukan lumbal punksi dan
warna terlihat keruh, Protein dan SDP meningkat
serta Glukosa menurun
PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
yaitu munculnya peningkatan suhu tubuh diatas
nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, dan kulit terasa hangat.
• Suhu
• Penurunan Kesadaran
• Kaku Kuduk
• Hasil Lumbal Punksi
b. Keluhan utama
Anak yang dibawa ke rumah sakit biasanya
sudah mengalami peningkatan suhu tubuh
diikuti dengan penurunan kesadaran dan kejang.
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma
dengan nilai GCS yang berkisar antara 3 sampai dengan
9. Kondisi ini diikuti dengan peningkatan denyut jantung
yang terkesan lemah dengan frekuensi >100x/menit.
Frekuensi pernapasan juga meningkat >30x/menit
dengan irama yang terkadang dangkal terkadang dalam,
suara pernapasan mungkin terdengar ronkhi basah
karena penumpukan secret. Nadi anak teraba lemah
karena penurunan cairan tubuh dan volume cairan
darah akibat muntah yang dialami oleh anak.
• Pada pengkajian persarafan akan di jumpai
kaku kuduk dengan reflek kernig dan
brudzinsky positif.
• Resiko penurunan Perfusi serebral
• Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi
• Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
• Resiko cidera berhubungan dengan kejang
Resiko Ketidakefektifan Penurunan Perfusi
Serebral
Intervensi
• Manajemen Edema Serebral
• Monitor Tekanan Intrakranial
• Pencegahan Kejang
Manajemen Edema Serebral

• O
Monitor adanya kebingungan, perubaha pikir, pusing
Monitor ststus neurologi
Monitor TTV
Monitor karakteristik cairan serebrospinal
Monitor
TIK
Monitor status pernafasan
Monitor nilai lab: osmolalitas serum, urin, natriium, kalium
Monitor Tekanan Intrakranial

• Treatment
• Hindari Fleksi leher
• Hindari valsava manuver
• Berikan pelunak feses
• Head up
• Batasi cairan
• Hindari cairan Hipotonik
• Pertahankan suhu normal
• Edukasi
• Tindakan Pencegahan Kejang

• Kolaborasi
– Berikan diuretik
– barbiturat
Pencegahan Kejang
O: observasi
• Monitor obat
• Monitor kepatuhan pemberian obat
Treatment
Sediakan tempat tidur yang rendah
Membuat catatan mengenai pengobatan
Jaga penghalang tempat tidur
Edukasi
Instruksikan pasien tidak menyetir
Pertolongan pertama kejang
Kolaborasi
Monitor pengobatan antiepilepsi
• EPILEPSI
Pengertian
Pengertian
Adalah suatu gangguan serebral kronik dengan
berbagai macam etiologi, yang ditandai oleh
timbulnya serangan proksimal yang berkala
sebagai akibat lepasnya muatan listrik serebral
secara eksesif.
Insiden
• ►Prevalen 4 – 7 %
• ►Di Indonesia terdapat ± 900.000 – 1,8 juta
penderita epilepsi.
• ►Laki-laki lebih banyak dari perempuan
• ►Awita
 < 4 tahun< 4 tahun : 30 – 32, 9 %
 < 10 tahun< 10 tahun : 50 – 51,5 %:
 < 20 tahun< 20 tahun : 75 – 83,4 %:
 > 25 tahun> 25 tahun : 15 %: 15 %
Etiologi
1.1. Epilepsi Idiopatik (penyebab tidak diketahui, meliputi >50 % kasus)
2.2. Epilepsi Simptomatik (sangat bervariasi bergangtung pada usia awitan)
a. Usia 0 – 6 bulan
• Kelainan intra uterin
• ► Kelainan selama persalinan
• ► Kelainan kongnital
• l► Gangguan metabolik
• ► infeksi
b. Usia 6 bulan – 3 tahun:
► Kejang demam
► Cedera kepala
► Kecarunan dan gangguan metabolik
► Degenerasi serebral
Usia Remaja:
• Infeksi virus, bakteri, parasit
• Abses otak
Usia Muda:
• Cedera kepala
• Tumor otal
• Infeksi
Usia Lanjut
• Gangguan pembuluh darah otak
• Trauma
• Tumor
• Degenerasi serebral
Patofisiologi
Klasifikasi
• ► Bangkitan Partial (berasal dari daerah tertentu diotak)
Bangkitan Partial Sederhana
Ditandai dengan kesadaran yang tetap baik, dapat berupa vokal
motorik yang menjalar.vokal motorik yang menjalar.
– Gerakan klonik jari tangan, menjalar ke lengan bawah dan atas
atau menjalar ke seluruh tubuh .
– Gerakan versif dimana kepala dan leher menengok ke satu sisi.
– Gejala sensoris fokal menjalar atau sensorik khusus berupa Gejala
halusinasi sederhana (visual, auditorik, gustatorik)
– Kadang-kadang ada devisit neurologik fokal post iktal berupa
kelumpuhan ekstermitas (Todds Paralisis) yang hilang dalam
beberapa jam.
• Bangkitan Partial Kompleks:
• Didapati adanya gangguan kesadaran dan gejala
psikis/gangguan fungsi luhur,
– Disphasia
– Deja-vu (kenal dengan peristiwa yang belum dialaminya
– Jamais-vu (tidak kenal dengan peristiwa yang dialaminya)
– Dreamy State (keadaan seperti sedang Ilusi, halusinas
– Otomatisme (mengunyah, menelan, gerakan-gerakan
– Klien menjadi sering bingung, disorientasi selama
beberapa menit pasca bangkitan.
• ► Bangkitan Umum
•  Bangkitan umum sekunder:Bangkitan partial dapat berubah
menjadi bangkitan umum melalui beberapa tingkatan, hal ini
imenunjukkan adanya penyebaran dari lepasanmuatan penyebaran
dari lepasanmuatanlistrik ke berbagai bagian dari otak.
•  Bangkitan Umum Primer :
Bangkitan Umum Primer :
• 1.1. Bangkitan tonik-klonik (Grand mall):
• ► Serangan terjadi secara tiba-tiba.
• ► Klien jatuh sambil menjerit/berteriak.
• ► Pernafasan sejenak berhenti dan seluruh tubuh kaku,kemudian
bangkit gerakan tonik-klonik selama 1 – 2 menit.
• ►Kesadaran hilang pada saat klien jatuh.
• ►Urine keluar kartena kontraksi tonik involunter.
• ►Air liur berbusa karena kontraksi wajah, mulut, oropharynk.
• ►Setelah serangan, klien belum sadar untuk beberapa menit
sampai ½ jam.
• Klien mulai membuka mata, tampak letih sekali dan tertidur
• ►Pasca grand mall, klien nyeri kepala dan tidak ingat apa
yang terjadi.
• Sebelum serangan ditandai adanya suatu aura berupa pusing,
iritabilitas dan sakit kepala
• 2.2. Bangkitan Lena (Petit mall)
•  Ditandai kehilangan kesadaran sangat singkat (5 –
10detik). Saat kehilangan kesadaran, tonus otot skeletal
tidak hilang sehinga klien tidak terjatuh.
•  Kadang timbul gerakan otot wajah setempat (facial
twitcing)
•  Kedua mata menatap hampa ke depan atau keduamata
berputar ke atas sambil melepaskan benda yangsedang
dipegangnya atau berhenti bicara.
•  Setelah sadar klien lupa apa yang terjadi.
• 3.3. Bangkitan Mioklonik.
• Ditandai dengan kontraksi otot tubuh secara
cepat, sinkron dan bilateral atau kadang hanya
mengenai kelompok otot-otot tertentu.
.4. Bangkitan Atonik:
 Ditandai kehilangan tonus otot secara
mendadak pada kelompok otot :misalnya:
– ► Otot-otot leher : kepala seolah-olah jatuh.
– ► Seluruh otot tubuh : klien jatuh.
 Berlangsung singkat, kesadaran dapat hilang sesaat
atau tidak sama sekali.
5
► Pemeriksaan Diagnostik :
 EEG
 Photo polos
 CT Scan
 Pemeriksaan Lab.
Pengobatan
• ►Tujuan untuk penyembuhan atau bila tidak
untuk membatasi gejala dan mengurangi efek
samping gejala pengobatan, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup.
• ►Obat anti epoleptik mempunyai efektifitas
terbatas untuk berbagai bangkitan
berbeda.berbeda.

Anda mungkin juga menyukai