Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia 0-18 tahun,

termasuk yang masih dalam kandungan dan belum menikah,sedangkan

anak usia pra sekolah adalah sekelompok individu yang berada pada

rentang usia antara 6-12 tahun, yang berada dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan United nations Children's Fund (UNICEF).

Gangguan pernapasan merupakan penyebab tersering anak sakit

dirawat di rumah sakit. Gangguan kronik, seperti rinitis alergi atau asma,

dapat memengaruhi kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau berulang yang

sering terjadi dapat mengganggu kesejahteraan beberapa anak. Baik di

negara maju maupun di negara berkembang, asma menjadi salah satu

masalah kesehatan utama (Kyle & Carman, 2019).

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang

anak-anak hingga orang dewasa,tetapi penyakit ini lebih banyak pada

anak-anak.Sedangkan asma bronkial adalah kondisi medis yang

menyebabkan jalan napas paru-paru membengkak dan menyempit.Karena

pembengkakan ini,jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan

sehingga sulit untuk bernapas,yang menyebabkan batuk,napas pendek,dan

mengi ( Wikananda,2020 )
Menurut Global initiative for asthma (GINA) Tahun 2019,Asma

adalah penyakit yang heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya

gangguan pernapasan seperti sesak, mengi,nafas terengah-engah, dada

terasa berat,tertekan,dan batuk,yang bervariasi waktu dan

intensitasnya,diikitu dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang

bervariasi ( Kementerian Kesehatan RI,2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018

menunjukkan kejadian asma rata-rata didunia sebanyak 100-150 juta jiwa

jumlah prevelensi asma diseluruh dunia diperkirakan 7,2% diman 10%

terjadi pada anak-anak. Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018

menemukan bahwa penyakit asma di Indonesia menempati urutan tertinggi

untuk kategori penyakit tidak menular sebesar 2,4%.Prevelensi asma lebih

tinggi perempuan (58,8%) dibandingkan laki-laki (56,1%) Usia anak <1

tahun yang terkena asma sekitar 66,8% dan anak usia 5-14 tahun sebesar

53,9% (Riskesdes, 2018).

Prevalensi di Sumatera Barat termasuk kedalam peringkat 16 besar

provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma anak yang melebihi

angka penyakit asma di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 3,6% dan terjadi

penurunan pada tahun 2016 menjadi 2,7% berdasarkan diagnosis penyakit

asma melalui wawancara asma pada anak. Riskesdas tahun 2018

mendapatkan angka prevalensi penyakit asma pada anak di Indonesia

adalah 4,5%. Sementara itu,angka kejadian asma di Sumatera Barat

sebesar 2,7%. Dinas Kesehatan Kota Padang melaporkan, asma bronkial


termasuk ke dalam 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di Kota

Padang tahun 2018 yaitu sebanyak 3% dan Jumlah kunjungan penderita

asma pada anak di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang

sebanyak 12.456 kali di tahun 2018.

Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar untuk

ekshalasi karena ada edema jalan napas. Kondisi seperti ini menyebabkan

hiperinflasi pada alveoli dan terjadi perubahan pertukaran gas. Jalan napas

menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi

oksigennya, sehingga terjadi penurunan PaO2 (hipoksia). Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa masalah terhadap bersihan jalan napas adalah

masalah utama yang menjadi prioritas pada Asma Bronkial. Masalah lain

yang lazim muncul pada Asma diantaranya adalah ketidakefektifan pola

napas, gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan, dan ansietas (Nurarif dan Kusuma, 2018).

Pengobatan farmakologis pada pasien asma dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas biasanya dengan oksigenisasi dan

melibatkan pengobatan beta 2 adrenergik, sedangkan pengobatan

nonfarmakologis biasanya dengan menghindari faktor penyebab dan

menciptakan lingkungan yang sehat. Selain itu dalam mengurangi gejala

asma dan memperbaiki kualitas hidup, tindakan yang dilakukan

diantaranya adalah latih batuk efektif, posisi semifowler, dan konsumsi air

hangat. (Hardina et al, 2019).Asma bronkial harus diobati karena bisa

menyebabkan kematian.Pengobatannya bisa berupa


tablet,sirup,inhaler,atau nebulizer,tergantung pada usia anak dan tingkat

keparahannya. Pada umumnya,pengobatan dengan inhaler reaksinya lebih

cepat dan efek sampingnya lebih sedikit (Herdina el at,2019).

Peran perawat harus mampu melakukan upaya Promotif dengan

memberikan pendidikan kesehatan kepeda klien, keluarga dan masyarakat

mengenai penyakit Asma dan bagaimana cara penanggulangannya, upaya

Preventif untuk mencegah terjadinya Asma dengan mengubah kebiasaan

sehari- hari dengan menjaga kebersihan lingkungan, menerapkan pola

hidup sehat dan pemenuhan nutrisi sesuai dengan usia, upaya Kuratif

dengan memberikan terapi obat sesuai indikasi pada bayi dan anak untuk

mengurangi gejala berulang, upaya Rehabilitatif yaitu dengan cara

menganjurkan orang tua untuk tetap kontrol kerumah sakit secara teratur,

dalam hal ini peran perawat juga sebagai pemberi asuhan keperawatan

secara holistik meliputi tindakan mendampingi serta membantu klien

dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu kesehatan diri melalui proses

keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah

pada kasus ini adalah “Bagaimana Melakukan Asuhan

Keperawatan Pada Anak asma bronkial? “


C. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

penyakit asma bronkial pada Anak menggunakan pendekatan

proses keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standar

profesi keperawatan pada Anak asma bronkial.

1. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada

Anak dengan asma bronkial.

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada

Anak dengan asma bronkial.

c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada

Anak dengan asma bronkial.

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan

pada Anak dengan asma bronkial.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada

Anak dengan asma bronkial.

f. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi keperawatan pada

Anak dengan asma bronkial.

D. Manfaat penulisan

a. Bagi penulis

Sebagai wadah bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan

yang diperoleh dipendidikan, menambah wawasan dan

pengalaman dari asuhan keperawatan khususnya pada Anak


dengan asma bronkial.

b. Bagi Akademik/STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat berguna dan dapat

memperoleh informasi tentang pelaksanaan studi kasus untuk

bahan masukan bagi mahasiswa/mahasiswi yang

melaksanakan pendidikan di STIKes MERCUBAKTIJAYA

Padang dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan asma bronkial.

c. Bagi Klien dan Keluarga Klien

Klien dan keluarga dapat lebih memahami tentang Asma

Bronkial dan dapat melakukan penanganan yang cepat, tepat,

dan optimal pada anak yang mengalami masalah terhadap

bersihan jalan napas saat klien dan keluarga jauh dari fasilitas

pelayanan kesehatan. Selain itu, klien memperoleh

penanganan optimal dari perawat selama dilakukannya asuhan

keperawatan di Rumah Sakit.

d. Bagi Pembaca

Bagi pembaca Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumber

referensi untuk melakukan tindakan dan asuhan keperawatan

secara umum untuk anak dengan asma bronkial.

Anda mungkin juga menyukai