Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MODEL PERAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL”

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Ahmad khusoiri
2. Frienty mawaddah
3. Hamdani
4. Suriani
5. Yulmi ristika putri
6. yayan mira lestari

Dosen pembimbing:
Ns. Zahlimar,

YAYASAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan

tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah manajemen dengan judul “MODEL

PERAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL” .

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya bantuan bahkan dari

semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan

pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk

itu, kepada dosen, saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di masa

yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Muara Bungo, 2016

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)

Mclaughin,Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan


keperawatan, tetapi model yang umum digunakan dirumah sakit adalah: Asuhan
Keperawatan total,Keperawatan tim , Keperawatan Primer.Tetapi setiap unit keperawatan
mempunyai riwayat dalam menseleksi model dalam pengelolahan asuhan keperawatan
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan ,sarana, prasarana, dan policy rumah sakit. Karena
setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6
unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis
dan Huston, 1998:143);

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsure penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektitas dalam
kelancaran pelaksanaanya.Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diperikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik, adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan knerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasaan
perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya..
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model.Model Asuhan Keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.

JENIS MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jam jenis intervisi (misalnya, merawat luka) keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
2. keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok fasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.

Kelebihannya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensial
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
a. ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b. pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab tim:
a. memberikan asuhan keperawatan pada fasien dibawah tanggung jawabnya.
b. kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
a. membuat perencanaan
b. membuat penugasan,supervise dan evaluasi.
c. mengenal/mengetahui kondisi fasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien.
d. mengembangkan kemampuan anggota.
e. mennyelanggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
a. Perencanaan
1) Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masin-masing.
2) Mengikuti serah terima pasien di shiff sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, dan persiapan
pulank bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter.
7) Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan
8) Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Rumah Sakit.

b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan .
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain.
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan .
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat, kepada ketua
tim.
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.

c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4) Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien.
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi:
mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksanaan mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2) Melalui supervise:
a. pengawasan langsung melalui inpeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki kelemahan kelemahan yang
ada pada saat itu.
b. pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim.
c. evaluasi
d. mengevaluasikan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan cara
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
e. audit keperawatan.
3. keperawatan primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari fasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Kelebihan:
a. bersifat kontinuitas dan komfrehensif.
b. perawat primer mandapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan konfrehensif.
Kelemahannya:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan criteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Konsep dasar metode primer :
a. ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b. ada otonomi.
c. ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer :
a. menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b. membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain.
d. mengevaluasikan keberhasilan yang dicapai.
e. menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
f. membuat jadwal perjanjian klinik.
g. mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :
a. sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
b. menyusun jadwal dinas dan memberikan penugasan asisten.
c. evaluasi kerja.
d. merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf.
4. manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care.
Kelebihannya:
a. perawat lebih memahami kasus per kasus.
b. sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
a. belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
b. perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
5. modifikasi: tim primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MPKP ini
didasarkan pada beberapa alasan:
a. keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau
setara.
b. keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai TIM.
c. melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS,
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Untuk ruang MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat
primer dengan kualifikasi S1 keperawatan/DIV keperawatan, disamping
seorang kepala ruang juga S1/ DIV kep. Perawat Asosciet 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat asociet terdiri dari lulusan D3 kep 3 orang
dan SPK 18 orang.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes (1995). Instrument akreditasi rumah sakit.jakarta: depkes


Grant, A.B dan Massey, VH (1999). Nursing leadership, Management and
research. Pennsylvania: springhouse coparation.
Marquis, BL and Huston, CJ (1998). Management decision making for
nurses. 124 cases studies.3ed. Philadelphia: JB Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai