Abstract. This study aims to describe the existence of traditional games in Tamalate Sub-
District of Makassar City, how the children's play life today and the reasons for the
community especially children to choose modern games rather than traditional games.
The data obtained in this study were analyzed using qualitative description analysis with
stages reducing data, displaying data, and drawing conclusions. Data collection
techniques used are observation, interviews, and documentation. The results showed that
1) The existence of traditional games in Tamalate Sub-district of Makassar City was
getting eroded, because traditional games as an escape when saturated, the lack of
parental supervision and modern games were more interesting. 2) Children's play life in
Tamalate Sub-district, Makassar City, which is modern play life with many Smartphones,
Children are starting to leave traditional games. 3) The reason people especially children
choose modern games, namely the existence of shame and prestige, environmental
factors, lack of playing ground for children.
17
Phinisi Integration Review. Vol 3(1) Februari 2020
permainan tradisional dan beralih kepermainan tidaklah sama dengan orang dewasa, anak
modern.Kehidupan bermain anak-anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang
kehilangan arah dikarenakan faktor teman dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh
bermain dan lahan yang sangat minim.Kondisi keterbatasan pengetahuan dan pengertian
ini membuat anak-anak lebih memainkan terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih
permainan modern.Serta kurangnya kesadaran mudah belajar dengan contoh-contoh yang
orang tua terhadap manfaat permainan diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat
tradisional yang lebih mengedepankan nilai-nilai memaksa. Sobur dalam (Bahtiar,
sosial. 2013)mengartikan anak sebagai orang yang
mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat
TINJAUAN PUSTAKA berbeda dengan orang dewasa dengan segala
keterbatasan.
A. Eksistensi (Santrock, 2007) mengemukakan bahwa
Eksistensi berasal dari bahasa periode perkembangan anak-anak berlangsung
latinexistere yang artinya muncul, ada, timbul, antara usia 6-11 tahun, merupakan masa kanak-
memiliki keberadaan actual. Existere disusun kanakan pertengahan dan akhir. Periode ini
dari ex yang artinya keluar dan sister yang merupakan masa sekolah dasar, dimana anak-
artinya tampil atau muncul.(Abidin, 2007: 33) anak aktif dalam bermain bersama teman-teman
terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi sebayanya.
yang dijelaskan menjadi empat pengertian, Haditono dalam Hasan (2008:36)
yakni pertama adalah apa yang ada, kedua berpendapat bahwa anak merupakan makhluk
eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang
ketiga eksistensi adalah segala sesuatu yang dan tempat bagi perkembangannya.Selain itu,
dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada anak merupakan bagian dari keluarga, dan
dan keempat eksistensi adalah kesempurnaan. keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk
Menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar tingkah laku yang penting untuk
eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang perkembangan yang cukup baik dalam
mengandung unsur bertahan. Sedangkan kehidupan bersama.Kasiram dalam Hasan
menurut (Abidin, 2007: 16)eksistensi adalah (2008:38) mengatakan anak adalah makhluk
eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, yang sedang dalam taraf perkembangan yang
suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri,
asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis
yang artinya bersifat kaku dan terheni, dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada
melainkan lentur atau kenyal dan mengalami tiap-tiap fase perkembangannya.
perkembangan atau sebaliknya kemunduran, Anak adalah makhluk sosial seperti juga
tergantung pada kemampuan dalam orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain
mengaktualisasikan potensi-potensi. untuk dapat membantu mengembangkan
Eksistensi bisa kita kenal juga dengan kemampuannya karena anak lahir dengan segala
satu kata yaitu keberadaan. Dimana.keberadaan kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak
yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan
atau tidak adanya kita. Eksistensi bukanlah suatu yang normal. Dalam proses perkembangan
hal yang sudah selesai, tapi suatu proses terus manusia, dijumpai beberapa tahapan atau fase
menerus melalui tiga tahap, yaitu dari tahap dalam perkembangan, antara fase yang satu
eksistensi estatis kemudian ke tahap etis dan dengan fase yang lain selalu berhubungan dan
selnajutnya melakukan lompatan ke tahap mempengaruhi serta memiliki ciri-ciri yang
eksistensi religius sebagai tujuan akhir. relative sama pada setiap anak. Disamping itu
juga perkembangan manusia tersebut tidak
B. Anak-anak terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya
Menurut John Locke dalam Hasan akan selalu berkaitan. Apabila pertumbuhan sel-
(2008:33) anak adalah pribadi yang masih bersih sel otak anak semakin bertambah, maka
dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang kemampuan intelektualnya juga akan
berasal dari lingkungan. Sedangkan menurut berkembang. Proses perkembangan tersebut
Agustinus dalam Hasan (2008:33), yang tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik,
dipandang sebagai peletak dasar permulaan melainkan juga pada perkembangan psikis.
psikologi anak, mengatakan bahwa anak
19
Phinisi Integration Review. Vol 3(1) Februari 2020
Selain itu, anak memiliki fantasi yang akan bergerak dengan bebas hanya untuk
tinggi dan daya konsentrasi yang pendek.Anak memuaskan rasa ingin tahunya, dilakukan
senang dengan hal-hal yang bersifat imajinasi, tanpa aturan dan tujuan yang jelas.
sehingga rata-rata anak memiliki daya fantasi b. Competency Play (3 – 6 tahun)
yang tinggi.Namun, anak sulit untuk Pada tahap ini, anak melakukan aktivitas
berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka dengan cara meniru orang lain yang
waktu yang lama. Anak dapat dengan cepat dilihatnya. Tahap ini juga anak sudah mulai
mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, mampu untuk mencapai tingkat
kecuali kegiatan tersebut bervariasi, keterampilan tertentu, misalnya cara
menimbulkan rasa senang dan tidak memegang pensil.
membosankan. Sebagian besar potensi anak c. Achievement Play (7 – 10 tahun)
untuk tumbuh dan berkembang membutuhkan Pada tahap ini identik dengan
stimulasi dari lingkungannya. permainan.Anak mulai melakukan kegiatan
bermain yang sifatnya kompetitif.Hal ini
Tahap Perkembangan Bermain dikarenakan anak mulai ingin menunjukan
Dunia bermain merupakan dunia yang kemampuan yang dimilikinya.
penuh dengan spontanitas dan menyenangkan
bagi anak.Anak, permainan, dan aktivitas Permainan
bermain merupakan satu kesatuan yang tidak (Tedjasaputra, 2001)menyebutkan
dapat dipisahkan.Masa kanak-kanak adalah bahwa melalui permainan, anak dapat memetik
masa bermain.Anak dapat mendapatkan berbagai manfaat bagi perkembangan aspek
berbagai manfaat bagi perkembangan aspek fisik-monotorik, kecerdasan dan sosial
fisik-motorik, kecerdasan dan sosial emosional. Kepribadian positif akan timbul
emosional.Bermain adalah aktivitas yang apabila dalam diri anak muncul rasa senang
menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang untuk memaknai setiap kegiatan bermain yang
sudah melekat dalam diri setiap anak. mereka alami.
Hurlock (1978:324) mengemukakan
bahwa anak usia 2-3 tahun menganggap dan 1. Permainan Tradisional
membayangkan barang mainannya mempunyai Menurut (Kurniati, 2016: 1)Permainan
sifat hidup, seperti dapat bergerak, berbicara, tradisional sebagai satu di antara unsur
dan merasakan. Namun, anak pada usia 5-6 kebudayaan bangsa banyak tersebar di berbagai
tahun mulai mengalami penyusutan minat penjuru nusantara, namun dewasa ini
terhadap barang mainan yang sifatnya keberadaannya sudah berangsur-angsur
menyendiri. Anak pada usia ini lebih mengalami kepunahan, terutama bagi mereka
menginginkan teman untuk bermain bersama- yang saat ini tinggal di perkotaan, bahkan
sama. Jenis permainan yang anak mainkan pun beberapa diantaranya sudah tak dapat dikenali
mulai beragam, dari sifatnya yang hanya sekadar lagi oleh masyarakat dimana permainan tersebut
hiburan, olahraga sampai dengan bentuk berada. Beberapa jenis permainan tradisional
permainan yang mendidik. ada pula yang masih dapat bertahan, itupun
Bertambahnya jumlah hubungan sosial, desebabkan karena para pelaku permainan
kualitas permainan anak pun menjadi lebih tradisional tersebut berada jauh dari jangkauan
sosial. Anak yang telah memasuki usia sekolah, permainan moderen yang lebih mengutamakan
lebih tertarik dengan pola permainan yang alat-alat canggi. Permainan tradisional sebagai
sifatnya sosial. Hurlock (1978) mengemukakan salah satu bentuk dari kegiatan bermain diyakini
bahwa pada masa kanak-kanak, anak memasuki dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
tahap permainan berkawan.Tahap ini merupakan fisik dan mental anak, namun apa sebernarnya
tahap perkembangan sosial, yaitu anak bermain yang dimaksud dengan permainan tradisional
bersama teman sebayanya dalam aktivitas yang akan dijelaskan pada paparan berikutnya.
serupa atau identik, seperti permainan.Hartati (Bishop, dkk :2001)mendefinisikan
(Priyanto, 2005:47) mengemukakan tiga tahapan permainan tradisional sebagai permainan yang
bermain, yaitu: telah diturunkan dari satu generasi ke generasi
a. Exploration Play (0 – 2 tahun) berikutnya dengan permainan tersebut
Pada tahap ini, rasa keingintahuan anak mengandung nilai baik, positif, bernilai,dan
mulai tumbuh untuk menjelajahi dirinya diinginkan. Ada konsensus bahwa permainan
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Anak tradisional merujuk pada aktivitas-aktivitas
20
Mur, Asdana. Pergeseran Permainan Tradisional
Banyak manfaat-manfaat lain yang mengejar antara satu tim dengan tim yang
dapat kita ambil dari permainan tradisional lain.
misalkan sosialisasi mereka (anak) dengan orang b. Satu lawan semua semua lawan satu, yaitu
lain akan semakin baik; dalam permainan permainan lingkar berantai, misalnya: satu
berkelompok mereka juga harus menentukan pemain yang berdiri ditengah mencoba
strategi, berkomunikasi dan bekerja sama untuk menangkap teman-teman yang
dengan anggota tim (misalkan dalam permainan mengelilinginya ketika mereka bergerak.
engklek, congklak, lompat tali, c. Semua lawan semua, permainan ini terdiri
encrak/entrengan, bola bekel dan lain-lain. dari beberapa tim yang masing-masing tim
Manfaat-manfaat ini akan memperngaruhi ada yang berpartner dan ada yang berlawan.
perkembangan anak ke depannya. d. Permainan yang ambivalen, semua
permainan bisa menjadi teman atau menjadi
Klasifikasi Permainan Tradisional lawan dengan kriteria yang tidak
jelas(Iswinarti. 2017:9-10).
Klasifikasi permainan tradisional yang
lebih lengkap dikemukakan oleh (Marzoan, Faktor Penyebab Hilangnya Permainan
2017)yang membagi permainan tradisional Tradisional
menjadi 4 kategori yang didalam kategori Ada tiga faktor yang menyebabkan
tersebut masih bisa dibedakan menjadi beberapa hilangnya permainan tradisional di kalangan
jenis permainan lagi. Kalsifikasinya adalah masyarakat sebagai berikut.
sebagai berikut: a. Sarana dan tempat bermain tidak ada,
1. Permainan psikomotor, yaitu permainan seperti di kota besar, lahan permainan anak
yang memerlukan gerakan untuk telah beralih fungsi menjadi pusat belanjaan,
memainkannya namun tidak menunjukkan perumahan dan gedung perkantoran.
adanya komunikasi dalam gerakan tersebut b. Permainan tradisional tergeser oleh
diantaranya misalnya : yoyo, lompat-lompat, permainan modern. Permainan modern tidak
engklek, layang-layang. membutuhkan lahan yang luas, tidak
2. Permainan kerjasama, yaitu permainan yang terkendala waktu yang dapat dimainkan di
membutuhkan kerjasama antara permainan tiap waktu, baik pagi, siang, sore, ataupun
satu dengan permainan lainnya. Misalnya: malam hari.
permainan lingkaran, lompat tali, menari c. Terputusnya pewarisan budaya yang
bersama, ataupun permainan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Tidak
membutuhkan nyanyian bersama saling adanya catatan, data, dan sosialisasi sebagai
bersahutan. produk budaya kepada generasi selanjutnya.
3. Permaian yang mempunyai lawan:Satu Budaya instan yang sudah merasuk ke
lawan semua, salah seorang pemain harus generasi saat ini juga memberikan
menangkap pemain yang lain. Satu lawan sumbangan hilangnya permainan tradisional.
satu, yaitu terjadi perlawanan satu lawan
satu. Ini bisa dibedakan menjadi:Perlawan METODE
yang simetris, misalnya: bergulat, bertempur
dengan tongkat, saling menendang bola, Penelitian ini menggunakan pendekatan
saling melempar dan menangkap deskriptif kualitatif, karena bertujuan untuk
shuttlecock dengan raket kecil.Perlawanan memperoleh gambaran secara mendalam tentang
yang tidak simetris, misalnya: ponco. Semua Keberadaan Permainan Tradisional di Kota
lawan semua, yaitu perlawan antara semua Makassar.Berdasarkan masalah yang dikaji
pemain. Misalnya: berebut bola, balap dalam penelitian ini maka jenis penelitian yang
karung. digunakan adalah penelitian kualitatif.Penelitian
4. Permainan kerjasama-perlawanan kualitatif dapat didesain untuk memberikan
a. Tim lawan tim, yaitu perlawanan antara dua sumbangannya terhadap teori, praktis,
tim. Ada 2 kemungkinan, yaitu: Perlawanan kebijakan, masalah social dan tindakan. Bungin
yang simetris, misalnya: bentengan, kasti, (2007) mengatakan bahwa, dalam penelitian
gobag sodor. Perlawanan yang tidak kualitatif, fokus dan lokus masalah cenderung
simetris: misalnya menggiring bendera atau melihat realitas yang tidak kentara sebagai
menggelinding roda antara tim, salang fenomenas sosial yang akan diungkapkan
22
Mur, Asdana. Pergeseran Permainan Tradisional
permainan kelereng, sembunyi-sembunyi asing- dijangkau. “masih sering ja saya kak pergi main
asing dan layang-layang. PS sama teman-temanku, ka biasa kalau kurang
Permainan tersebut populer di jamannya mi teman-temanku pergi main layang-layang
karena masih banyak anak-anak yang sama kelereng itu mami bisa ku maini. Susah ma
memainkannya dan bahan yang digunakan juga kak pergi main layang-layang sama
sangat mudah untuk didapatkan serta lahan kelereng ka tidak adami tempat untuk main-
permainan yang masih memadai. Berbeda main. Dari ku ji kelas 2 SD memang ma sering
dengan kondisi hari ini dimana permainan ka na ajak teman ku pergi main kak. Pertama na
tersebut sudah sangat jarang ditemui terutama di nda terlalu ku tau ji. Tapi lama-lama semakin
kecamatan Tamalate kelurahan Mangasa, seru i ku maini”. (Wawancara, 26 Maret 2019)
Kelurahan Mannuruki dan Kelurahan Pa’baeng- Berdasarkan apa yang di utarakan oleh
baeng. Seperti apa yang diungkapkan oleh ibu Putra bahwa permainan tradisional saat ini
Herlina yang berusia 37 tahunbahwa saat ini semakin kurang diminati. Bukan cuman
permainan tradisional seperti kelereng, kehadiran smartphone dan warnet yang
sembunyi-sembunyi asing-asing dan layang- mempengaruhi keberadaan permainan
layang sudah sangat jarang dia temui. “dulu tradisional. Tetapi masih maraknya tempat
waktu ku SD mungkin umurku sekitar 10 tahun rental PS juga memberikan andil yang besar
hampir ka hari-hari main lompat karet, terhadap kehidupan bermain anak-anak dan
sembunyi-sembunyi sama main kelereng. sedikit demi sedikit menggeser keberadaan
Meskipun saya cewe tapi tetap tonja pergi main permainan tradisional. Ketersediaan lahan yang
kelereng sama teman ku yang laki-laki. Karena luas juga memberikan keterbatasan kepada
dulu seru mentong i di rasa kalau kumpul- anak-anak untuk memainkan permainan
kumpul mki baru pergi ki main sama-sama. tradisional seperti kelereng, sembunyi-sembunyi
Beda mi sekarang sama anak-anak yang baru a asing-asing dan layang-layang. Ini secara tidak
lahir kebanyakan di hape na mami main. Tidak lansung membuat anak-anak terkunkung dengan
pernah ma lagi anak-anak main lompat karet dunia bermainnya sehingga anak-anak beralih
sama kelereng di depan rumah. Itupun kalau ada kepermainan modern yang tidak terlalu banyak
mungkin sebagaian mami. (Wawancara, 26 membutuhkan ruang dan tempat yang luas.
Maret 2019) Anak-anak seolah dimanjakan oleh beberapa
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan permainan modern sehingga lupa dengan
oleh ibu Herlina bahwa kehadiran permainan permainan tradisional. Permainan tradisional
tradisional saat ini sudah langka. Dahulu ketika bagaikan sesuatu yang langka dan jarang
berumur 10 tahun ibu Herlina sangat senang ditemui dikehidupan bermain anak-anak.
dengan permainan lompat karet, sembunyi- Permainan tradisional hanyalah pelarian dikala
sembunyi dan kelereng. Permainan tradisional anak-anak jenuh bermain permainan modern.
membuat hubungan emosional sesama anak-
anak semakin meningkat di karenakan B. Kehidupan Bermain Anak-Anak Pada
permainan ini dilakukan secara lansung dan Masyarakat Di Kecamatan Tamalate
bersama-sama tanpa harus ada media yang Kota Makassar
modern untuk memainkannya. Permainan Bermain merupakan kebahagiaan bagi
tradisional seperti hilang ditelan zaman. anak-anak karena dengan bermain mereka bisa
Modernisasi salah satu faktor yang mengekspresikan berbagai perasaanya serta
menyebabkan permainan tradisional kian belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan
memudar. Hadirnya smartphone memberikan lingkungan yang ada di sekitar rumah
dampak yang cukup besar bagi anak-anak. mereka.Berbagai macam jenis permainan yang
Anak-anak mulai meninggalkan permainan berkembang seiring berjalannya waktu.Mulai
tradisional seperti kelereng, sembunyi-sembunyi dari permainan moderen sampai sengan
asing-asing dan layang-layang dan beralih ke permainan tradisional.Tentu saja semua itu
permainan modern. memerlukan pengawasan dari orang tua agar
Senada dengan yang diungkapkan oleh permainan yang dimainkan anak-anak tidak
Putra yang berumur 8 tahun bahwa dia lebih membahayakan bagi perkembangan anak
memilih dan menyukai jenis permainan modern tersebut. Orang tua juga berperan serta untuk
seperti main playstationdikarenakan seru bisa terlibat dalam permaianan, mendampingi dan
bermain bersama teman-teman juga karena mendukukng kegiatan bermain yang dilakukan
biayanya yang cukup murah dan mudah anak dan merangsang anak untuk
24
Mur, Asdana. Pergeseran Permainan Tradisional
George, R. (2004). Sosiologi llmu Pengetahuan Nur, H. 2013. Membangun Karakter Anak
Berparadigma Ganda. Translation: Melalui Permainan Anak Tradisional.
Alimandan, Jakarta: PT Radjgrafindo Jurnal Pendidikan 1
Persada.
Priyanto, A. 2014. Pengembangan Kreativitas
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas
Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bermain. Jurnal Ilmiah Guru "COPE",
Bumi Aksara (2), 41-47)
Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak. Papayungan, M.M. 1992. Metode Penelitian
Jakarta, Erlangga Ilmu Sosial (Teori dan Praktek). Ujung
Pandang, Pusat Kependudukan
Iswinarti, I., & Cahyasari, A. (2017). Universitas Negeri Makassar
Meningkatkan konsentrasi anak
attention deficit hyperactivity disorder Saputra, S.Y. 2017. Permainan Tradisional vs
melalui permainan tradisional Permainan Modern Dalam Penanaman
engklek.Prosiding Temu Ilmiah Nilai Karakter di SekolahDasar. ELSE
Nasional X Ikatan Psikologi (Elementary School Education Journal).
Perkembangan Indonesia, 1. 1. E-ISSN: 2597-4122
Khasanah, I., Prasetyo, A., & Rakhmawati, E. Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 1 edisi 11.
(2011). Permainan tradisional sebagai Jakarta: Erlangga.
media stimulasi aspek perkembangan
Sudono, A. (2000). Sumber belajar dan alat
anak usia dini. PAUDIA: JURNAL
permainan untuk pendidikan anak usia
PENELITIAN DALAM BIDANG
dini. Grasindo
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, 1(1).
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kurniati, E. (2016). Permainan Tradisional dan
Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta
Perannya Dalam Mengembangkan
Keterampilan Sosial Anak. Kencana. Tedi, W. (2015). Perubahan Jenis Permainan
Tradisional Menjadi Permainan Modern
Maryanti. 2014. Pelaksanaan Permainan
pada Anak-Anak di Desa Ijuk
Tradisional Dalam Mendukung
Kecamatan Belitang Hulu Kabupaten
Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Sekadau. Jurnal Sl Sosiologi, 3(4).
Usia Dini Di Kelompok Bermain (KB)
Alam Uswatun Khasanah, Kronggohan, Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, Mainan
Gamping, Sleman. Skripsi, Universitas dan Permainan. Grasindo.
Negeri Yogyakarta
Wulansari, B.Y. (2017). Pelestarian Seni
Marzoan, H. (2017). Permainan Tradisional Budaya Dan Permainan Tradisional
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler untuk Melalui Tema Kearifan Lokal Dalam
Meningkatkan Kompetensi Sosial Siswa. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.
Journal An-nafs: Vol, 2(1). Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah
dan Sekolah Awal, 2(1), 1-11.e-ISSN
Moleong, Lexi J. 2000. Metode Kajian
2524-004X.
Kualitatif. Jakarta, Remaja Rosdakarya
29