Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL (RLPP)


BEBAN KERJA, PERILAKU KONSUMSI KOPI TERHADAP TINGKAT
KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SENTUL

DISUSUN OLEH

FELICIA SILMIA ANGGUNI 1805025085

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak diderita oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2019).
Secara umum, hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg. Hipertensi yang terjadi secara persisten dapat menjadi masalah
kesehatan. Tekanan darah yang meningkat dapat membuat sistem sirkulasi
dan organ yang mendapatkan suplai darah akan menjadi tegang (Manuntung,
2018). Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian pada usia muda di dunia (Kemenkes RI, 2019).
Pada tahun 2019 diketahui prevalensi hipertensi secara global sebesar
32% (Ezzati, 2021). Sedangkan WHO mengestimasikan hipertensi diderita
oleh 22% dari total penduduk di dunia dan akan terus meningkat. Pada tahun
2025 diperkirakan penderita hipertensi akan mencapai 1,5 miliar orang
(Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,11%. Provinsi dengan
prevalensi hipertensi tertinggi yaitu Kalimantan Selatan sebesar 44,13%.
Provinsi Jawa Barat sendiri menduduki posisi 2 tertinggi di Indonesia yaitu
sebesar 39,60% (Kemenkes, 2019).
Hipertensi dapat disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat diubah
dan dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain genetik,
umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu merokok,
diet rendah serat, dislipidemia, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas
fisik, stress, berat, ataupun konsumsi alkohol yang dapat menyebabkan
kelebihan berat badan (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa subjek yang menderita hipertensi sebagian besar juga
mengalami overweight dan hipertensi lebih sering terjadi pada responden
yang obesitas (Hasanah et al., 2016). Salah satu Indeks antropometri yang
dapat digunakan untuk mendeteksi obesitas adalah pengukuran Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul (RLPP). Berdasarkan penelitian Estia & Muwakidah
(2017) menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara rasio lingkar
pinggang panggul terhadap tekanan darah. Hasil penelitian juga menunjukkan
nilai OR = 2,4 yang berarti responden yang memiliki RLPP diatas ambang
batas berisiko 2,4 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan tekanan
darah (Mukiwanti & Muwakidah, 2017). Keterkaitan hipertensi dan obesitas
berhubungan dengan adanya ekspansi volume plasma dan kenaikan curah
jantung, hiperinsulinemia, resistensi insulin, peningkatan sistem saraf
simpatis, retensi natrium, dan disregulasi salt regulating hormone (Hasanah
et al., 2016).
Selain obesitas, tingkat stres juga merupakan faktor penyebab
hipertensi yang dapat diubah. Menurut Krisanda (2017) hampir semua orang
di dalam kehidupan mengalami stres yang berhubungan dengan pekerjaan
mereka. Pada zaman ini banyak individu lebih mengutamakan pekerjaan
untuk mencapai kesuksesan. Kesibukan dan kerja keras dalam mencapai
tujuan-tujuan hidup mengakibatkan timbulnya rasa stres dan tekanan yang
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Sinubu et al,. (2015) menunjukkan
terdapat hubungan siginifikan antara hipertensi dengan beban kerja dan nilai
OR = 18,7 yang berarti responden yang memiliki beban kerja berat berisiko
18,7 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan
reponden yang memiliki beban kerja ringan. Beban kerja merupakan sumber
stres bagi seorang karyawan. Kondisi stres diketahui dapat meningkatkan
aktivitas saraf simpatis yang akan meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Hal tersebut berarti semakin berat kondisi stres seseorang maka
akan semakin tinggi pula tekanan darahnya (Islami, 2015 & Nurazizah et al.,
2020) .
Selain faktor-faktor diatas, perilaku konsumsi kopi juga merupakan
faktor penyebab hipertensi. Budaya minum kopi saat ini memunculkan tren
baru diberbagai kalangan masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan
munculnya berbagai brand, cafe, maupun coffee shop di kota-kota besar dan
menjadikan kebiasaan ngopi menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian
masyarakat (Kurniawan & Ridlo, 2017). Berdasarkan penelitian Rahmawati
& Daniyati (2016) menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara
konsumsi kopi dengan tingkat hipertensi dengan nilali r = 0.809 yang berarti
terdapat korelasi sangat kuat. Senyawa kafein yang terdapat dalam kopi dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme biologis kafein
yang mengikat adenosin. Hal tersebut menyebabkan aktifasi sistem saraf
simptik dan berdampak pada vasokonstriksi tekanan darah serta
meningkatkan total resistensi perifer yang kemudian menjadi penyebab
tekanan darah naik (Rahmawati & Daniyati, 2016).
Berdasarkan data hipertensi yang diperoleh dari Puskesmas Sentul
tahun 2020 terdapat 194 penderita. Sementara itu, pada tahun 2021 terdapat
197 penderita. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan dari tahun 2020 ke
tahun 2021. Berdasarkan pemaparan sebelumya peneliti berkeinginan untuk
melihat hubungan rasio lingkar pinggal panggul (RLPP), beban kerja,
perilaku konsumsi kopi dengan tingkat kejadian hipertensi pada penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Hipertensi saat ini merupakan masalah kesehatan utama tidak hanya di
Indonesia akan tetapi juga di Dunia. Hipertensi yang terjadi secara persisten
dapat menjadi masalah kesehatan seperti penyakit jantung, gagal ginjal,
diabetes dan stroke. Hipertensi juga merupakan penyebab utama kematian
pada usia muda di dunia. WHO mengestimasi 22% dari total penduduk di
dunia mengalami hipertensi dan akan terus meningkat. Di Indonesia,
prevalensi hipertensi mencapai 34,11% dan Provinsi Jawa Barat menempati
posisi ke-2 dengan prevalensi tertinggi di Indonesia sebesar 39,60%.
Tingginya prevalensi tersebut menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi
masalah kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), beban kerja, dan
perilaku konsumsi kopi terhadap hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Sentul.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan rasio lingkar pinggal
panggul (RLPP), beban kerja, perilaku konsumsi kopi dengan tingkat
kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sentul
b. Mengidentifikasi RLPP penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sentul
c. Mengidentifikasi beban kerja penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sentul
d. Menggambarkan perilaku konsumsi kopi penderita hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sentul
e. Menganalisis hubungan antara RLPP dengan kejadian hipertensi pada
penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul
f. Menganalisis hubungan antara beban kerja dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul
g. Menganalisis hubungan perilaku konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentul
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
referensi untuk para pembaca yang ingin mengetahui gambaran terbaru
mengenai hubungan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), beban kerja,
dan perilaku konsumsi kopi terhadap kejadian hipertensi pada penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul.
2. Institusi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
kepada pihak puskesmas terakait gambaran terbaru tentang hubungan rasio
lingkar pinggang panggul (RLPP), beban kerja, dan perilaku konsumsi
kopi terhadap kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Sentul.
3. Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan
sebagai acuan untuk masyarakat umum dalam hal meningkatkan wawasan
mengenai faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada penderita
hipertensi, khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pada ranah gizi masyarakat. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi
cross-sectional. Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya prevalensi
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), beban
kerja, dan perilaku konsumsi kopi terhadap tingkat kejadian hipertensi pada
penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul. Penelitian ini akan
berlangsung selama 3 bulan (Maret-Mei 2022) di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentul. Sampel pada penelitian ini merupakan responden berusia >18 tahun
yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul. Pengambilan data pada
variabel dependen dilakukan dengan pengukuran tekanan darah sistolik dan
diastolik menggunakan alat tensimeter digital. Pengambilan data variabel
independen RLPP dilakukan dengan pengukuran antropometri lingkar
pinggang dan lingkar panggul sedangkan variabel beban kerja dan perilaku
konsumsi kopi dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner
penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan software SPSS. Kemudian
data akan di analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-
square
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Hipertensi
1. Defenisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
>140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal,
jantung dan otak (Kemenkes, 2018). Berdasarkan hasil survei penduduk
pada tahun 2021, populasi wanita di wilayah kecamatan Babakan Madang
sebanyak 55.302 penduduk (BPS, 2021).
2. Patogenesis Hipertensi
Dalam teori JNC VII menyatakan bahwa, mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
kapiler (Krisnanda, 2017).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Krisnanda, 2017).
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi,
faktor genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan
tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya
atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh
terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui
sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat
yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem
pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian
yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung
dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh
yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang
menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf
simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta
obesitas dan faktor endotel. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit
hipertensi antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan
oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan
oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air
kecil terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa
berputar (Krisnanda, 2017). Berikut gambaran beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah:
Gambar 2. 1 Faktor-faktor Penyebab Hipertensi
Sumber : (Krisnanda, 2017)
3. Etiologi Hipertensi
Menurut JNC VII etiologi dari hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada
hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula
hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang
mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya (Krisnanda, 2017).
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain–lain
(Krisnanda, 2017).
5. Penegakan Diagnosis Hipertensi
Dalam memastikan hipertensi, seseorang hendaknya melakukan
pengukuran tekanan darah. Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir
di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan
yang kembali ke jantung (pembuluh balik). Tekanan darah dapat dikatakan
normal tergantung dari usia dan kegiatan sehari-hari seseorang. Apabila
usia semakin bertambah maka tekanan darah cenderung tinggi. Selain itu,
keadaan pikiran seperti stres, takut, dan cemas juga dapat meningkatkan
tekanan darah (Safitri, 2020).
Menurut WHO, batas normal tekanan darah sistolik dan diastolik
adalah 120 – 140 dan 80 – 90 mmHg. Sistolik adalah tekanan darah pada
saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi atau saat jantung
mengkerut. Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang
dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis. Seseorang
dikatakan mengidap hipertensi apabila tekanan darah darahnya melebihi
140/90 mmHg. Lebih lanjutnya, berikut ini klasifikasi tekanan darah pada
orang dewasa (Safitri, 2020).
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pra Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Sumber : Kemenkes RI (2019)

6. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya
tekanan darah tinggi akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan
faktor lingkungan. Faktor–faktor penyebab hipertensi jenis ini antara
lain lingkungan, kelainan metabolisme intra seluler dan faktor–faktor
yang meningkatkan risikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol,
merokok dan kelainan darah (Polisitemia) (Safitri, 2020).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Faktor-faktor penyebab
hipertensi jenis ini yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung,
diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan
kehamilan. Garam dapur akan memperburuk kondisi hipertensi, tetapi
bukan faktor penyebabnya (Safitri, 2020).
7. Faktor Risiko Hipertensi
a. Faktor Risiko yang Dapat Diubah
i. Status Gizi
Indikator status gizi yang sering digunakan yaitu Indeks
Masa Tubuh (IMT). IMT merupakan indeks dari berat badan
terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasika
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Secara
sederhana IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m 2)
(Kemenkes RI, 2018). Klasifikasi IMT menurut WHO dan
Nasional dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT(Kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Berat badan berlebih (overweight) 23,0 – 24,9
Obesitas tingkat I 25,0 – 29,9
Obesitas tingkat II ≥ 30
Sumber : Kemenkes RI (2018).

Tabel 2. Klasifikasi IMT Nasional


klasifikasi IMT (Kg/m2)
Berat < 17,0
Kurus
Ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Berat >27,0
Sumber : Kemenkes RI (2018).

Indeks antropometri lain yang dapat digunakan untuk


mendeteksi obesitas salah satunya adalah pengukuran Rasio
Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP). Indeks antropometri
merupakan pengukuran yang mudah, cepat, murah, non-invasif,
dan cukup akurat dalam memprediksi lemak viseral tubuh yang
berkorelasi erat dengan sindrom metabolik. Obesitas sentral juga
dapat diukur dengan mengetahui lingkar pinggang, yaitu >102 cm
untuk laki-laki dan > 88 cm untuk perempuan. Rasio lingkar
pinggang-panggul menjadi prediktor kuat dalam peningkatan
lemak viseral tubuh. Peningkatan ini dipengaruhi oleh jenis
kelamin dan usia manusia (Harahap & Mochtar, 2016).
Dalam penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah (p=
0,028) dan terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar
pinggang panggul dengan tekanan darah (p= 0,034) yang berarti
lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul merupakan
faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah (Ermina,
2018). Sejalan dengan penelitian Eka (2010) diperoleh hasil yang
didapatkan pada penelitian ini untuk uji hubungan antara rasio
lingkar pinggang-panggul dengan tekanan darah menunjukkan
bahwa ada hubungan antara rasio lingkar pinggang-panggul
dengan tekanan darah (r=0,37, p=0,01 untuk sistolik dan r=0,293,
p=0,043 untuk diastolik). Koefisien korelasi menunjukkan angka
positif yang berarti terdapat hubungan searah antara rasio lingkar
pinggangpinggul dengan tekanan darah yaitu semakin tinggi rasio
lingkar pinggang-panggul semakin tinggi pula tekanan darah (Eka,
2010).
Menurut Eka (2010) menyatakan bahwa tingginya tekanan
darah pada subjek yang mengalami obesitas android dapat
disebabkan karena lemak yang tertimbun di rongga perut diuraikan
menjadi asam lemak dan gliserol yang kemudian kedua-duanya
masuk ke dalam sirkulasi darah. Asam lemak yang masuk ke
dalam sirkulasi darah merupakan tambahan asupan lemak yang
dapat mempengaruhi kadar lemak darah, yaitu trigliserida,
kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan
kolesterol high density lipoprotein (HDL). Perubahan kadar lemak
dalam darah ini dapat menyebabkan penyakit dislipidemia.
Dislipidemia merupakan faktor risiko untuk mengidap hipertensi,
serangan jantung dan stroke. Kolesterol LDL merupakan kolesterol
jahat yang mengangkut kolesterol dari hati keseluruh organ. Kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL darah yang tinggi berpotensi
untuk membentuk plak-plak pada dinding pembuluh darah
sehingga saluran darah menyempit yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat (Eka, 2010).
ii. Stress Pekerjaan
Menurut Krisanda (2017), Hampir semua orang di dalam
kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam
waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab
meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang
(Krisnanda, 2017).
Dalam penelitian Maulidina (2019) diperoleh hubungan
pekerjaan dengan kejadian hipertensi menunjukkan yang tidak
bekerja (67,2%) lebih banyak mengalami hipertensi daripada
responden yang bekerja (36,7%). Hasil Uji Chi-Square
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dengan kejadian hipertensi (p value = 0,001). Hasil perhitungan
Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan responden yang tidak bekerja
berpeluang 1,830 kali mengalami hipertensi daripada responden
yang bekerja (95% CI 1,307 – 2,562) (Maulidina et al., 2019).
iii. Konsumsi Kopi
Kafein di dalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu
produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di
dalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah,
pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam waktu 5-30
menit dan bertahan hingga 12 jam. Efeknya akan berlanjut dalam
darah selama sekitar 12 jam. Konsumsi satu atau dua cangkir kopi
dalam sehari dapat membuat seseorang merasa lebih terjaga dan
waspada untuk sementara (Indriyani dalam (Bistara & Kartini,
2018). Rata-rata konsumsi kopi sehari > 450 cc diketahui berisiko
meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Meskipun hasil
penelitian antara konsumsi kopi dan peningkatan tekanan darah
belum menunjukkan hasil konsisten, namun hasil konsisten
ditunjukkan bahwa tekanan darah pada individu yang tidak
mengkonsumsi kopi lebih rendah dibandingkan kelompok yang
meminum kop (Winata et al, 2010).
Dalam penelitian Melizza (2021) diperoleh bahwa nilai
signifikansi (p value)= 0,010 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan frekuensi konsumsi kopi dengan tekanan darah pada
pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dau Kabupaten
Malang. Dilihat dari nilai corelation coefficient (r) berada dalam
rentang interval koefisien 0,40-0,599 yakni 0,424 maka hubungan
antara variabel tersebut cukup kuat. Hasil dari koefisien korelasi
dari penelitian ini menunjukkan hasil yang positif artinya semakin
bertambah frekuensi kopi akan semakin menambah peningkatan
tekanan darah oleh pasien hipertensi. (Melizza et al., 2021).
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Mullo (2018)
yang menyatakan tidak terdapat hubungan signifikan antara
konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Efek samping kafein
menyebabkan perubahan tekanan darah sangat kecil dan singkat,
dan kafein tidak menyebabkan gangguan pembuluh darah yang
bisa memicu tekanan darah tinggi. Berdasarkan hasil wawancara,
sebagian besar masyarakat yang sering minum kopi untuk terhindar
dari rasa ngantuk, sakit kepala dan sudah menjadi kebiasaan.
Namun, beberapa masyarakat yang telah berhenti mengkonsumsi
kopi, karena cara pandang responden terhadap minum kopi, bahwa
minum kopi dianggap tidak baik untuk usia lanjut dan juga bagi
kesehatan. Minum kopi dapat menyebabkan kontraksi jantung yang
lebih kuat, dengan menghasilkan lebih banyak kontraksi yang kuat,
sehingga dapat membuat tekanan darah tidak stabil (Mullo et al.,
2018).
iv. Kebiasaan Merokok
Dalam penelitian Kartika (2020) terkait hubungan faktor
risiko merokok dengan hipertensi, diperoleh nilai p = 0,027 artinya
merokok memiliki peluang 2,273 kali terhadap terjadinya
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh
Tahun 2020. Hasil analisis di atas menunjukkan nilai OR yaitu
2.273 artinya merokok memiliki peluang 2 kali terhadap terjadinya
hipertensi (Kartika et al., 2021). Nikotin dalam tembakau
merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah
hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di
dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Dengan
mengisap sebatang rokok akan memberi pengaruh besar terhadap
naiknya tekanan darah. Hal ini dikarenakan asap rokok
mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh
(Sartika et al., 2017).
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Maulidina
(2019) diperoleh hubungan merokok dengan kejadian hipertensi
menunjukkan yang merokok (50,7%) lebih banyak mengalami
hipertensi dibandingkan responden yang tidak merokok (50%).
Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara merokok dengan kejadian hipertensi (p-value =
1,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan
responden yang merokok berpeluang 1,014 kali mengalami
hipertensi daripada responden yang tidak merokok (95% CI 0,732 –
1,404) (Maulidina et al., 2019).
v. Aktivitas Fisik
Dalam penelitian Maulidina (2019) diketahui hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi menunjukkan yang
memiliki aktivitas fisik ringan (53,5%) lebih banyak mengalami
hipertensi daripada responden dengan aktivitas fisik sedang
(37,9%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p
value =0,197). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR)
menunjukkan responden dengan aktivitas ringan 1,411 kali
mengalami hipertensi daripada responden dengan aktivitas fisik
sedang (95% CI 0,859 – 2,317). Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan dengan kejadian
hipertensi. Selain itu, seseorang yang tidak bekerja memiliki risiko
menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan seseorang yang
bekerja disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik (Maulidina,
2019) (Maulidina, 2019).
vi. Asupan Natrium
Berdasarkan hasil penelitian Eka (2010) menyatakan bahwa
Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya
cairan dari sel, dimana air akan bergerak ke arah larutan elektrolit
yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan
peningkatan volume 15 plasma darah dan akan meningkatkan curah
jantung, sehingga tekanan darah meningkat (Eka, 2010).
b. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah
i. Genetik/Riwayat Keluarga
Dalam penelitian Maulidina (2019) diperoleh hubungan
riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi menunjukkan yang
terdapat adanya riwayat keluarga (58%) lebih banyak mengalami
hipertensi dibandingkan responden dengan tidak adanya riwayat
keluarga (38,2%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian
hipertensi (p-value = 0,033). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
(PR) menunjukkan responden dengan adanya riwayat keluarga
berpeluang 1,518 kali mengalami hipertensi daripada responden
dengan tidak adanya riwayat keluarga (95% CI 1,038 – 2,221)
(Maulidina, 2019).
ii. Usia
Dalam penelitian Maulidina (2019) terkait hubungan usia
dengan kejadian hipertensi, diperoleh hasil uji Chi-Square
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian hipertensi (pvalue = 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi
Rasio (PR) menunjukkan responden usia ≥ 40 tahun berpeluang
9,245 kali mengalami hipertensi dibandingkan responden usia < 40
tahun (95% CI 3,085 – 27,708). Peneliti menyatakan bahwa, pada
penelitian ini usia berhubungan dengan kejadian hipertensi,
dikarenakan responden lebih banyak yang berusia ≥ 40 tahun. Usia
≥ 40 tahun meningkatkan terjadinya hipertensi dikarenakan adanya
perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi elastisitas
pembuluh darah berkurang dan penurunan daya tahan tubuh,
semakin bertambahnya usia karena proses penuaan yang
menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit (Maulidina,
2019).
iii. Jenis Kelamin
Dalam penelitian Maulidian (2019) terkait jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi, diperoleh Hasil Uji Chi-Square
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,454). (Maulidina,
2019). Sejalan dengan penelitian Melizza (2021) yang menyatakan
bahwa Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi resiko peningkatan
tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas responden
adalah perempuan dengan usia diatas 50, dimana pada usia tersebut
telah memasuki fase menopause. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh faktor
hormonal. Sebelum memasuki fase menopause, perempuan
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Melizza,
2021).
8. Pengendalian atau Diet Hipertensi
Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara
garis besar ada empat macam diet, yaitu diet rendah garam, diet rendah
kolesterol dan diet lemak terbatas, diet tinggi serat, serta diet rendah kalori
bagi yang kegemukan. Selain itu, Untuk menjaga dan mengatasi hipertensi
dengan diet, penderita harus mengontrol dan mengatur pola makan
seharihari yang baik dan seimbang. Karena penyebab hipertensi pada
setiap orang berbeda maka tata cara diet ini juga harus dikonsultasikan
dengan dokter atau ahli gizi. Untuk membantu mengurangi tekanan darah
tinggi dengan pola diet makanan baik dan seimbang. Secara garis besar
ada empat macam diet (Safitri, 2020).
a. Diet Rendah Garam
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan
retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting
diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan
harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein,
mineral, maupun vitamin yang seimbang. Hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan diet rendah garam diantaranya :
 Jangan menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan
atau dimakan langsung.
 Hindari bahan makanan awetan yang diolah menggunakan garam
dapur, misalnya kecap, margarin, mentega, keju, terasi, petis,
biscuit, ikan asin, sosis, corned beef, dan peanut butter.
 Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan
tambahan atau penyedap rasa seperti sosis atau tauco.
 Hindari penggunaan penyedap rasa atau menambah kelezatan
masakan.
 Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang
mengandung sidoum.
 Batasi konsumsi bahan makanan hewani maupun nabati yang
kandungan natriumnya tinggi.
 Batasi minuman yang bersoda seperti softdrink.
b. Diet Rendah Kolesterol dan Lemak
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah
dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini
antara lain sebagai berikut:
 Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega
terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng
dengan minyak.
 Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jerowan lainnya
serta seafood (udang, kepiting, kerang, dll), minyak kelapa dan
santan.
 Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream.
 Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu.
 Lebih sering mengonsumsi tempe, tahu dan jenis kacang-
kacangan lainnya. Konsumsi ini sebaiknya direbus atau
dikukus jangan digoreng.
 Batasi penggunaan gula dan makanan yang manismanis,
seperti sirup, dodol, kue, biscuit dan lain-lain.
 Lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buahbuahan, kecuali
durian dan nangka.
c. Diet Tinggi Serat
Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari
mengonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut:
 Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,
jambu bol, kedondong, anggur, markisa, papaya, jeruk,
manga, apel, semangka, dan pisang.
 Golongan sayuran, seperti daun bawang, kecipir muda,
jamur, bawang putih, daun dan kulir melinjo, buah kelor,
daun kacang Panjang, kacang Panjang, daun katuk, daun
singkong, daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat,
kangkong, toge, buncis, pare, kol, wortel, bayam dan sawi.
 Golongan protein nabati, seperti kacang tanah, kacang
hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian
(havemout, berasmerah, jagung, dll).
 Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet Rendah Kalori jika BB Berlebih
Orang yang berat badannya lebih atau overweight akan berisiko
tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas 40
tahun. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan
asupan kalori. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur
diet ini antara lain sebagai berikut:
 Asupan kalori dikurangi sekitar 25%
 Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan
zat gizi.
 Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang.
B. Kerangka Teori
Berikut kerangka yang disesuaikan dengan teori–teori dalam tinjauan pustaka:

Faktor yang tidak dapat diubah


1
Genetik Riwayat keluarga
2
Usia Elastisitas pembuluh darah ↓

Jenis kelamin 3

Faktor yang dapat diubah

Berat badan berlebih 4 Ekspansi volume plasma HIPERTENSI

Beban Kerja
2
Stres Aktivitas saraf simpatis ↑
5
Konsumsi Kopi Aktivitas Tekanan
6 Resistensi perifer jantung ↑ darah ↑
Merokok

Aktivitas fisik 7
8
Asupan natrium

Sumber :
1
Maulidina (2019), Islami (2015), Melizza (2021), Hasanah et al., (2016), 5Kurniawaty & Insan (2016), 6Umbas et
2 3 4

al., (2019), 7Harahap et al. (2017), 8Aristi et al., (2020).


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini disusun atas dasar kerangka teori sebelumnya.
variabel independepen yaitu rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), beban
kerja, perilaku konsumsi kopi, sedangkan untuk variabel dependen yaitu
kejadian hipertensi pada penderita hipertensi.

RLPP

Beban kerja HIPERTENSI

Konsumsi kopi
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Skala
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Dependen
Hipertensi Hasil pengukuran tekanan 1. Tensimeter 1. Jelaskan kepada 1. Pra Hipertensi : Jika Ordinal
darah sistolik dan diastolik 2. Kertas responden mengenai tekanan darah > 120
yang dilakukan sebanyak 2 3. Pulpen tujuan dan prosedur – 139 mmHg dan
kali dengan jeda minimal 5 pengukuran tekanan tekanan darah
menit dalam keadaan tenang. darah. diastolik > 80 – 89
Kemudian hasilnya 2. Pastikan responden mmHg
dikategorikan berdasarkan dalam kondisi tenang. 2. Hipertensi Stage 1 :
pengkategorian hipertensi 3. Pasangkan bladder Jika tekanan darah
menurut Kemenkes (2018). hingga melingkari sistolik 140 – 159
bagian tengah lengan mmHg dan tekanan
atas dengan rapi, tidak darah diastolik 90 –
terlalu ketat, dan terlalu 99 mmHg
longgar. 3. Hipertensi Stage 2 :
4. Posisikan lengan hingga Jika tekanan darah
membentuk sedikit dukut sistolik ≥ 160 mmHg
pada siku. dan tekanan darah
5. Tekan tombol pada diastolik ≥ 100 mmHg
tensimeter dan tunggu 4. Nornal : Jika tekanan
hingga selesai. darah <120 mmHg
6. Lakukan pemeriksaan dan tekanan darah
ke-2 dengan jeda diastolik <80 mmHg
minimal 5 menit.
7. Catat hasil pengukuran
pada kertas yang sudah
disediakan.
8. Jika terdapat selisih >10
mmHg, maka ulangi
pengukuran.

(Kemenkes, 2018).
Variabel Independen
Lingkar Ukuran antropometri Metlin/pita ukur 1. Jelaskan kepada 1. Berisiko : jika wanita Rasio
pinggang responden bagian pinggang responden tujuan dan ≥ 80 cm, laki-laki ≥
sejajar dengan pusar yang prosedur pengukuran 90 cm.
digunakan sebagai indikator lingkar pinggang.
untuk mengetahui rasio 2. Minta responden untuk 2. Tidak berisiko : jika
lingkar pinggang panggul menaikan pakaian. wanita < 80 cm, laki-
(RLPP). Pengukuran 3. Raba dan tentukan batas laki < 90 cm
menggunakan metlin dalam bawah iga terakhir
posisi berdri tegak. dengan puncak tulang
panggul.
4. Tentukan pertengahan
antara batas bawah iga
terakhir dengan puncak
tulang panggul kemudian
tandai.
5. Lingkarkan pita ukur
secara horizontal melalui
bagian yang ditandai.
Pita ukur harus pas, tidak
longgar, dan tida Gereistianda (2016)
menekuk.
6. Baca dan catat hasil
ukuran lingkar pinggang
Lingkar Ukuran antropometri 1. Metlin atau pita 1. Jelaskan kepada 1. Berisiko : jika Rasio
panggul responden bagian panggul ukur responden tujuan dan wanita ≥ 80 cm,
paling menonjol digunakan 2. Pulpen prosedur pengukuran laki-laki ≥ 90 cm
sebagai indikator untuk lingkar panggul.
mengetahui rasio lingkar 2. Minta responden untuk 2. Tidak berisiko :
pinggang panggul (RLPP). menaikan pakaian. jika wanita < 80
Pengukuran menggunakan 3. Tentukan titik dari cm, laki-laki <
metlin dalam posisi berdri panggul yang paling 90 cm
tegak. menonjol.
4. Lingkarkan pita ukur
secara horizontal melalui
bagian yang ditandai.
Pita ukur harus pas, tidak
longgar, dan tidak
menekuk.
5. Baca dan catat hasil
ukuran lingkar panggul Gereistianda (2016)
Rasio lingkar Rasio ukuran lingkar 1. Kalkulator 1. Lakukan perhitungan 1. Berisiko : jika wanita Ordinal
pinggang pinggang dan lingkar 2. Kertas rasio lingkar pinggang ≥0,80 cm, laki-laki
panggul panggul. Nilai rasio antara 3. Pulpen panggul (RLPP) dengan ≥0,95 cm.
(RLPP) ukuran lingkar pinggang membagi besar lingkar
dibandingkan dengan lingkar pinggang dan lingkar 2. Tidak berisiko : jika
panggul dalam hasil desimal. panggul. wanita < 0.85 cm,
2. Kemudian hasil laki-laki < 0,95 cm
perhitungan
dikategorikan
berdasarkan cut off
Kemenkes RI (2017).
3. Catat hasil tersebut
dikertas yang sudah
disediakan.
(Par’i, et al., 2017) (Par’i et al., 2017)
Beban kerja Tingkat beban kerja Form Kuesioner Wawancara 1. Ringan : skor 1 – Ordinal
responden berdasarkan beban 2,9
waktu, beban mental dan 2. Sedang : skor 3 –
beban psikologi melalui 3,9
pernyataan yang diberikan. 3. Berat : ≥ skor 4

(Sinubu et al., 2015)


Perilaku Kebiasaan mengkonsumsi Form Kuesioner Wawancara 1. Tidak berisiko: 0 Ordinal
konsumsi kopi oleh responden dalam -3×/ hari (150-
kopi waktu sehari. 450 cc)
2. Beresiko :
>3×/hari (>450
cc)

(Warni et al., 2020)


C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dengan
kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentul
2. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian hipertensi pada
penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul
3. Terdapat hubungan antara perilaku konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
variabel dependen dan independen pada satu satuan waktu tertentu. Metode
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah hipertensi, sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah rasio lingkar pinggang panggul, beban
kerja, dan perilaku konsumsi kopi.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua pasien penderita
hipertensi yang terdata di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul dalam kurun
waktu 3 bulan (Maret-Mei 2022) dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
 Responden yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain saat melakukan pemeriksaan ke puskesmas ataupun
pelayanan kesehatan lainnya dalam kurun waktu minimal 2 tahun
terakhir.
 Responden yang memiliki asupan natrium harian normal.
b. Kriteria Eksklusi
 Responden dengan riwayat komplikasi selain yang bukan penyakit
pembuluh darah dan jantung
 Responden yang mengonsumsi obat pengendali tekanan darah.
2. Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik probabiliti
sampling yaitu teknik simple random sampling, dengan setiap responden
dalam populasi memiliki kesempatan sama. Jumlah sampel dihitung
dengan menggunakan uji hipotesis dua beda proporsi dua arah dengan
tingkat kepercayaan 90% (α5% ; Zα = 1.96) berdasarkan Rumus
Lemeshow. Perhitungan ini dilakukan menggunakan apliaksi software
Simple SIZE. Rumus yang digunakan yaitu :

n={Z 1−∝/ 2 √ 2 P ( 1−P ) + Z 1−β √ P1 ( 1−P1 )+ P 2 (1−P2) }


2

¿¿

Keterangan:
n = Jumlah sampel
Z1-α/2 = Nilai baku distribusi normal dengan menggunakan CI
95%
Z1-β = Kekuatan uji 90% = 1,28.
P1 = perkiraan proporsi pada populasi 1
P2 = perkiraan proporsi pada populasi 2
P = (P1+P2)/2
Variabel P1 P2 n n×2
RLPP 0,08 0,22 46 92
Beban Kerja 0,043 0,29 46 92
Perilaku Konsumsi Kopi 0,042 0,31 41 82
Sumber: (Harahap & Mochtar, 2016), (Maulidina et al., 2019), (Mullo
et al., 2018)
Berdasarkan hasil perhitungan besar sempel pada Tabel 4.1
menggunakan perangkat lunak Simple SIZE diperoleh jumlah minimal sampel
terbesar terdapat pada variabel rasio lingkar pinggang panggul dan variabel
beban kerja pada penelitian sebelumnya, Sehingga jumlah minimal sampel
pada penelitian ini sebanyak 46 responden. Dikarenakan menggunakan Uji
Beda Dua Proporsi Dua Arah, maka besar sampel dikalikan 2 dan diperoleh
besar sampel minimum adalah 92 responden. Penambahan sebesar 10%
dilakukan untuk mengantisipasi jika terdapat responden yang drop out
sehingga total sampel yang digunakan sebesar 102 responden.
C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2022 di Wilayah Kerja
Puskesmas Sentul. Pengambilan data terkait karakteristik responden,
pengukuran antropometri (rasio lingkar pinggang panggul), pemeriksaan
tekanan darah dan wawancara beban kerja serta perilaku konsumsi kopi akan
dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan.
D. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran tekanan
darah secara langsung dan melakukan wawancara terkait karakteristik
responden, beban kerja, dan perilaku konsumsi kopi, serta melakukan
pengukuran antropometri (rasio lingkar pinggang panggul). Data primer
dalam penelitian ini meliputi:
a. Data wawancara karakteristik responden
b. Data pemeriksaan tekanan darah
c. Data pengukuran antropometri (rasio lingkar pinggang panggul)
d. Data wawancara beban kerja responden
e. Data wawancara perilaku konsumsi kopi

2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data dan informasi
yang diperoleh dari bagian administrasi puskesmas meliputi:
a. Data jumlah penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul.
b. Data profil Puskesmas Sentul.
E. Intrumen Pengambilan Data
1. Masker
2. Form Naskah Penjelasan
3. Form Informed Consent
4. Alat Tensimeter
5. Alat Waist ruler
6. Form Kuesioner beban kerja
7. Form Kuesioner perilaku konsumsi kopi
8. Alat tulis
F. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh 3
orang teman dari jurusan S1 Ilmu Gizi yang sudah lulus mata kuliah
penilaian status gizi sebagai enumerator. Dimana sudah disamakan
persepsinya terkait pemeriksaan tekanan darah, pengukuran antropometri
untuk melihat rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), serta wawancara
kuesioner terkait beban kerja dan perilaku konsumsi kopi pada penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul
G. Teknik Pelaksanaan
1. Persiapan administrasi perizinan dalam melaksanakan penelitian dari
bagian sekretariat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UHAMKA ke
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sentul.
2. Mempersiapkan kelengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk
keperluan penelitian seperti alat tensimeter, waist ruler, form
kuesioner, serta alat tulis, dll.
3. Sehari sebelum turun lapangan, Peneliti yang dibantu oleh 3
enumerator akan mendata ulang populasi pasien penderita hipertensi
yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul. Setelah populasi
terdata lalu peneliti menentukan siapa saja yang akan dijadikan
responden yang sudah dibagi berdasarkan posbindu.
4. Di hari pertama pengambilan data, peneliti yang dibantu oleh 3
enumerator, akan memberi penjelasan pada calon responden terkait
maksud dan tujuan dari penelitian, dimana bertujuan untuk
membangun komunikasi yang baik kepada responden agar tidak terjadi
kesalah pahaman saat berlangsungnya pengambilan data nantinya,
serta dapat menerima persetujuan sebagai responden dengan
menandatangani informed consent.
5. Di hari yang sama saat setelah memberikan penjelasan kepada calon
responden dan telah menyetujui dijadikan sebagai responden, Peneliti
dan 3 enumerator akan melakukan pengambilan data terkait
karaktaristik responden, beban kerja responden, perilaku konsumsi
kopi responden menggunakan form kuesioner, pengukuran
antropometri (rasio lingkar pinggang panggul) menggunakan alat waist
ruler, dan pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat tensi darah.
H. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Proses ini dilakukan untuk mengecek apakah hasil pengukuran dan
jawaban dari tiap pertanyaan ataupun pemeriksaan sudah sesuai,
lengkap dan jelas
2. Coding
Proses coding dilakukan untuk memberikan kode pada tiap-tiap
variabel yang diukur dengan tujuan untuk mempermudah dalam
melakukan analisis data. Selain itu, koding ini digunakan sebagai tahap
agar dapat melihat skor dari tiap pengukuran sehingga variabelnya
dapat dikategorikan. Berikut kode yang digunakan pada penelitian ini:
a. Informasi Lapangan
 Nama Pewawancara/Pengentri
 Tanggal wawancara
b. Karakteristik
Nama responden, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan, status merokok. Hasil wawancara diinput kedalam
aplikasi perangkat lunak, dengan cara:
A.1 Merupakan pertanyaan untuk nama responden
A.2 Merupakan pertanyaan untuk jenis kelamin
A.3 Merupakan pertanyaan untuk usia responden
A.4 Merupakan pertanyaan untuk pendidikan responden
A.5 Merupakan pertanyaan untuk perkerjaan responden
A.6 Merupakan pertanyaan untuk status merokok responden
c. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri yang dilakukan menggunakan pita meter
dalam mengukur lingkar pinggang dan pinggul dan dihitung
berdasarkan rasionya, kemudian hasil pengkategorian akan diinput
kedalam software komputer berdasarkan pengkategorian hipertensi
yang sudah ditentukan.
d. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan yang dilakukan di tangan yang tidak sedang dalam
kondisi aktif. Catat hasil pemeriksaan, kemudian hasil pemeriksaan
akan diinput kedalam software komputer berdasarkan
pengkategorian hipertensi yang sudah ditentukan.
e. Beban Kerja
Wawancara menggunakan form kuesioner yang telah ditetapkan,
yang kemudian hasil wawancara dilakukan skoring dan akan
diinput kedalam software computer berdasarkan pengkategorian
beban kerja.
f. Perilaku Konsumsi Kopi
Wawancara menggunakan form kuesioner yang telah ditentukan,
kemudian hasil dikategorikan dan diinput kedalam software
computer berdasarkan pengkategorian beban kerja.
6. Penyajian Data
Bila seluruh data telah terkumpul, tahapan berikutnya adalah
menyajikan data dalam bentuk yang disesuaikan tergantung dari jenis
data dan skala pengukurannya. Dalam penelitian ini penyajian data
akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Penggunaan narasi
dalam penyajian data ini adalah sebagai pendukung untuk penyajian
data dalam tabel. Sedangkan dalam bentuk tabel akan disajikan dengan
angka yang tersusun singkat dalam baris-baris dan kolom-kolom
sehingga memberikan gambaran sebagai perbandingan.
7. Analisis Data
Data akan dianalisis menggunakan Uji Statistik Chi-Square.
1. Analisis Data Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran
karakteristik, rasio lingkar pinggang panggul, beban kerja, perilaku
konsumsi kopi, dan hipertensi.
2. Analisis Data Bivariat
Untuk melihat hubungan masing–masing variabel yang diteliti
dilakukan dengan uji statistik. Pada penelitian ini, uji statistik
menggunakan chi square (x²) yaitu untuk menilai atau
membandingkan besarnya perbedaan antara frekuensi yang diamati
dan frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan. Syarat
uji chi square yaitu:
a. Variabel Independen dan Dependen
1. Variabel Independen : resio lingkar pinggang panggul
(RLPP), beban kerja, dan perilaku konsumsi kopi.
2. Variabel Dependen : Tekanan darah.
b. Tidak ada harapan <1 (E<1)
c. Nilai harapan <5 maksimal 20%
d. Bila persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka akan
menggunakan uji fisher exat, dalam menggabungkan kategori
perlu dilakukan agar diperoleh nilai harapan yang berharga
besar. Rumus chi- square (x²) yaitu:

X² = Ʃ
Keterangan :
X² : Statistik Chi-Square
O : Frekuensi observasi
E : Frekuensi yang diharapkan

Dalam Uji Statistik Chi Square, dilihat dari nilai p nya. Dimana yang
digunakan sebagai tingkat kemaknaan a = 0,05 yaitu bila diperoleh nilai p
kurang dari sama dengan 0,05 artinya terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen akan tetapi bila diperoleh nilai p lebih
dari 0,05 maknanya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Bistara, D. N., & Kartini, Y. (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi


dengan Tekanan Darah pada Dewasa Muda. 3(1).

Eka, P. S. (2010). Asupan Natrium dari Western Fast Food dengan Tekanan
Darah pada Remaja. 1–23.

Ermina, L. (2018). Hubungan Antara Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar


Pinggang Panggul dengan Tekanan Darah pada Anggota Tni Kodim 0735
Surakarta Tahun 2017.

Harahap, M., & Mochtar, Y. (2016). Gambaran Rasio Lingkar Pinggang Pinggul,
Riwayat Penyakit dan Usia pada Pegawai Polres Pekanbaru. Cahiers
D’anesthesiologie, 44(4), 361–363.

Kartika, M., Subakir, & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko yang


Berhubungan dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. 5(1), 1–9.

Kemenkes, I. (2018). Mencegah dan Mengontrol Hipertensi.

Kemenkes Ri. (2019). Buku Pedoman Penyakit Tidak Menular. Kementerian


Kesehatan Ri, 101.
Http://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Uploads/Vhcrbkvobjrzudn3ucs4euj0dvbndz09/2
019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_Ptm.Pdf

Krisnanda, M. Y. (2017). Laporan Penelitian Hipertensi. Laporan Penelitian


Hipertensi, 1102005092, 18.
Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_1_Dir/3f252a705ddbef
7abf69a6a9ec69b2fd.Pdf

Maulidina, F., Harmani, N., & Suraya, I. (2019). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jati
Luhur Bekasi Tahun 2018. 4(July), 149–155.

Melizza, N., Kurnia, A. D., Masruroh, N. L., Bekti, Y., Ruhyanudin, F., Mashfufa,
E. W., & Kusumawati, F. (2021). Prevalensi Konsumsi Kopi dan
Hubungannya dengan Tekanan Darah. 8(1), 10–15.

Mukiwanti, E., & Muwakidah. (2017). Hubungan Rasio Lingkar Pinggang


Pinggul dan Indeks Massa Tubuh Terhadap Tekanan Darah pada Middle
Age ( 45-59 Tahun ). September, 679–686.

Mullo, O. E., Langi, F. L. F. G., & Asrifuddin, A. (2018). Hubungan antara


Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. 7(5).

Safitri, S. (2020). Buku Saku Praktek Belajar Lapangan dari Rumah (Pbl-Dr)
Kelompok 13.

Sartika, Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Pada Penduduk Palembang


Risk Factors and The Incidence of Hipertension in Palembang.
8(November), 180–191.

Sinubu, R. B., Rondonuwo, R., & Onibala, F. (2015). Hubungan Beban Kerja
dengan Kejadian Hipertensi pada Tenaga Pengajar di SMA N 1 Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan. 3, 1–8.

Warni, H., Sari, N. N., & Agata, A. (2020). Perilaku Konsumsi Kopi dengan
Resiko Terjadinya Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 1(1), 2016–
2021.

Ezzzati, M. (2021). Worldwide Trends in Hypertension Prevalence and Progress


in Treatment and Control from 1990 – 2019 : a Pooled Analysis of 1201
Population-Representative Studies with 104 Million Participants. The
Lancet, 398, pp. 957--979.

Winata, W., et al. (2010). Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Kopi dan
Tekanan Darah pada Pasien Berumur 20 Tahun atau Lebih. Ebbers Payrus,
16(2), 93--104.

Kemenkes RI. (2018). Epidemi Obesitas. Publikasi Fact Sheets Obesitas.


LAMPIRAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Informed Consent

Assalamu’alaikum Wr. Wb,


Selamat pagi/siang/sore, Saya Felicia Silmia Angguni adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), Beban Kerja, dan
Perilaku Konsumsi Kopi terhadap Tingkat Kejadian Hipertensi pada
Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sentul”.
Dalam penelitian ini saya akan melakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter, pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul, serta
wawancara kepada ibu/bapak/saudara/i terkait karakteristik (meliputi nama, usia,
jenis kelamin, pekerjaan), beban kerja, dan perilaku konsumsi kopi. Proses
wawancara tersebut akan memakan waktu sekitar 20 – 40 menit. Infomasi yang
ibu/bapak/saudara/i berikan akan sangat berguna untuk kelangsungan penelitian
saya.
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui untuk kepentingan penelitian. Selain itu,
kontribusi ibu/bapak/saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada
paksaan. Ibu/bapak/saudara/i juga berhak mendapatkan souvenir sebagai ucapan
terimakasih. Jika terdapat hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini,
ibu dapat menghubungi sdri. Felicia Silmia Angguni (0816-517-190)
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)


Setelah saya mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal
yang berkaitan dengan penelitian “Korelasi Rasio Lingkar Pinggang Panggul
(RLPP), Beban Kerja, dan Perilaku Konsumsi Kopi terhadap Tingkat
Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentul” yang dilaksanakan oleh peneliti dari Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, maka saya:
Nama :
Alamat :
No. Handphone :
Menyatakan SETUJU / TIDAK SETUJU (*coret salah satu) untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.

…., ...................... 2022

(…………………………)
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :
Kode Pertanyaan Jawaban Pilihan Jawaban
Nama_resp Nama responden
Jns_klmn_res Jenis kelamin 1. Laki-laki
p responden 2. Perempuan
Usia_resp Usia responden
Tgl_lhr_resp Tanggal lahir
responden
Notelp_resp No. Telpon atau
WhatsApp
Pkrjn_resp Apa pekerjaan anda 1. Tidak bekerja
saat ini? 2. Karyawan
swasta
3. Karyawan
BUMN
4. PNS
5. TNI/Polri
6. Wiraswasta
Almt_resp Alamat domisili saat
ini
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

PENGUKURAN TEKANAN DARAH DAN RLPP

Nama responden :
Tanggal pengukuran :
Nama pengukur :

Kode
A.01 Nama Pengukur
A.02 Tanggal Pengukuran
Pengukuran Tekanan Darah
Td_1 Pengukuran 1 mmHg
Td_2 Pengukuran 2 mmHg
Pengukuran Lingkar Pinggang
Lp_1 Pengukuran 1 Cm
Lp_2 Pengukuran 2 Cm
Pengukuran Lingkar Panggul
Lpl_1 Pengukuran 1 Cm
Lpl_2 Pengukuran 2 Cm
Rasio Lingkar Pinggang Panggul
RLPP Cm
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

KUESIONER BEBAN KERJA

Nama responden :
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :

Petunjuk Pengisian :
1. Jawablah setiap pertanyaan sesuai pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i dengan
sejujurnya dan perlu diketahui bahwa dalam pertanyaan ini tidak ada jawaban
benar atau salah.
2. Pilih jawaban dengan memberi checklist pada kondisi yang sesuai menurut
Bapak/Ibu/Saudara/i.
Sangat Setuju (SS) : Bobot 5 poin
Setuju (S) : Bobot 4 poin
Kurang Setuju (KS) : Bobot 3 poin
Tidak Setuju (TS) : Bobot 2 poin
Sangat Tidak Setuju (STS) : Bobot 1 poin

Jawaban Responden
No
Beban Kerja SS S KS TS STS
.
5 4 3 2 1
1 Target yang harus saya capai
dalam pekerjaan saya terlalu
tinggi.
2 Saya memiliki pekerjaan
dengan tingkat kesulitan yang
tinggi.
3 Saya mengerjakan banyak
pekerjaan setiap harinya yang
harus segera selesaikan.
4 Pekerjaan saya terkadang
sifatnya mendadak dengan
jangka waktu yang singkat.
5 Pekerjaan saya sering
mengharuskan saya memiliki
target kerja baik di dalam
maupun di luar.

Sumber : Dian Asriani (2018)


PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

KUESIONER PERILAKU KONSUMSI KOPI

Nama responden :
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :

No. Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban


1 Dalam satu minggu, berapa kali anda 1. 1-3x/minggu
mengonsumsi kopi? 2. >3x/minggu
2 Dalam sehari, berapa sering kopi yang 1. 1-2 kali
anda minum? 2. >2 kali
3 Berapa banyak kopi yang anda 1. 1-2 gelas/hari (150 –
konsumsi dalam satu kali meminum 300 cc)
kopi 2. >3 gelas/hari (450
cc)
3 Jenis minuma kopi yang paling sering 1. Kopi instan kemasan
dikonsumsi 2. Kopi seduh
3. Minuman kopi
(contoh : janji jiwa,
kopi kenangan)

No. Pertanyaan Ya Tidak Jawaban


4 Saya meminum kopi ketika bangun
dipagi hari
5 Saya meminum kopi pada waktu snack
pagi
6 Saya meminum kopi setelah makan
siang
7 Saya meminum kopi pada waktu snack
sore
8 Saya makan malam dengan minum
kopi.
9 Saya minum kopi pada malam hari
setelah makan malam.
10 Saya minum kopi saat hendak tidur.
11 Saya minum kopi ketika berada di
kafe.
12 Saya minum kopi ketika mengujungi
teman-teman dan keluarga
13 Saya minum kopi ketika saya merasa
tertekan.

Sumber : Putri Auliani Fikriana (2020)

Anda mungkin juga menyukai