POTENSI EKONOMI DIHADAPKAN PADA POSISI GEOSTRATEGIS, GEOPOLITIK,
DAN GEOEKONOMI BANGSA INDONESIA
Dewasa ini dunia mengalami proses perubahan global yang cukup
mencengangkan, salah satunya ditandai oleh adanya pergeseran tahap awal dari hegemoni politik negara-negara Barat terhadap munculnya dominasi ekonomi baru negara-negara Timur. Pada satu sisi, terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika dan beberapa negara Barat di Eropa seperti Inggris dan Prancis. Di sisi lain, terjadi kebangkitan ekonomi di negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura. Kebangkitan ekonomi beberapa negara di Asia Timur itu, tidak lepas dari strategi mereka dalam menyiasati globalisasi. Pertama, memanfaatkan momentum krisis yang melanda negara-negara Barat. Kedua, memantapkan nasionalisme di dalam negerinya dengan melakukan proteksi terhadap potensi geostrategi, geopolitik dan geoekonomi dari berbagai bentuk intervensi asing. Melalui tiga strategi penyiasatan itu, beberapa negara di Asia Timur dapat mengambil keuntungan dari luar untuk memperkuat basis ekonomi dan politik domestik dalam negerinya. Dalam konteks demikian, Jepang dan Cina merupakan contoh yang menarik. Salah satu alasannya adalah kedua negara itu telah teruji sebagai negara yang tahan krisis sepanjang sejarah, sehingga tidak menjadi mudah tergantung kepada negara- negara yang telah maju. Masalahnya adalah; Pertama, mengapa Indonesia tidak bisa memanfaatkan momentum untuk bangkit seperti Jepang dan Cina, padahal Indonesia memiliki banyak kelebihan dibanding kedua negara itu. Kedua mengapa posisi strategis, politik dan ekonomi bangsa Indonesia masih lemah di mata internasional, padahal bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Secara geografis, geopolitik dan geoekonomi bangsa Indonesia merupakan negara yang sangat strategis, berada di garis khatulistiwa, berdekatan dengan Singapura sebagai pintu perlintasan dunia. Luas wilayah Indonesia memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena sama dengan setengah dari luas wilayah Asia Tenggara, termasuk wilayah maritim, hutan tropis, serta hasil tambangdan minyak bumi yang besar disamping memiliki penduduk yang banyak. Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai penjuru ASEAN. Secara teoritis pula, jika potensi itu berkembang melalui berbagai skema kerjasama, mestinya Indonesia lebih dulu maju dibanding Jepang dan Cina.Pada kenyataannya, Jepang yang semula dibayangkan akan lenyap akibat bom Nagasaki dan Heroshima, ternyata lebih maju dibanding Indonesia. Sama-sama pernah mengalami bencana Tsunami, pemulihan ekonomi di Jepang jauh lebih cepat dibandingkan penanganan Tsunami di Aceh. Restorasi Meiji, modal sosial yang tinggi, dan budaya malu yang kuat untuk tidak melakukan korupsi, telah membuat Jepang menjadi negara yang besar. Selain itu, Indonesia juga belum selincah Cina dalam memainkan siasat ekonomi global untuk memperkuat politik dalam negerinya. Dengan memainkan pasar sosial, perdagangan Cina melebihi dari watak liberal negara-negara kapitalis, meski politiknya tetap komunis di bawah model birokrasi negara yang tertua dan terbesar di dunia. Kelincahan Cina telah memposisikan dirinya sebagai titik pertemuan dua kutub sekaligus yaitu kepentingan politik dan ekonomi dunia Dalam banyak literatur terdapat banyak konsep tentang geostrategi, geopolitik dan geoekonomi, namun pengertian dari ketiganya pada dasarnya dapat dipahami sebagai suatu studi yang mengkaji makna strategis, politis dan ekonomis suatu wilayah geografi yang mencakup lokasi, luas dan sumberdaya alam wilayah tersebut. Di dalam kajian ini, terdapat unsur-unsur yang berhubungan secara timbal balik antara kondisi geografis, politik dan strategi serta ekonomi dan unsur-unsur kebijakan yang merujuk kepada politik internasional. Dalam konteks ini, maka para ahli geopolitik membagi dunia dalam dua model. Pertama, negara determinis yaitu negara yang berada diantara dua negara raksasa sehingga secara langsung maupun tidak langsung negara itu dipengaruhi oleh kebijakan politik dan ekonomi luar negeri negara raksasa tersebut. Kedua, negara posibilitis yaitu negara yang tidak terpengaruh oleh (tidak terkena dampak) kebijakan negara-negara raksasa karena letak geografis negara itu tidak berdekatan dengan negara raksasa. Mengacu kepada pengertian di atas, maka secara geografis Indonesia sebenarnya termasuk negara posibilitis karena tidak berdekatan dengan letak geografis negara- negara raksasa, akan tetapi secara politis dan ekonomi Indonesia dapat digolongkan dalam negara diterminis karena dipengaruhi oleh (terkena dampak) kebijakan politik dan ekonomi luar negeri negara raksasa, termasuk dalam hal ini menyangkut ruang dan pengaruh pembentukan frontier (batas imajiner) dari kekuatan ekonomi, politik dan militer. Dalam kondisi demikian, maka dibutuhkan adanya figur pemimpin yang inovatif dalam menyiasati peluang pasar dunia, tetapi figur tersebut juga harus memiliki karakter kepemimpinan yang kuat dalam memproteksi politik dalam negerinya.Dengan demikian, supaya negara makmur dan rakyat sejahtera maka dibutuhkan pemimpin yang memiliki dua kreteria sekaligus, yaitu sosok yang kuat (strong man) dan tegas (personifikasi dari militer). Sementara untuk menjamin kemajuan ekonomi, dibutuhkan sosok yang kaya (personifikasi dari pengusaha). Dengan demikian, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berkarakter, memiliki jiwa nasionalisme, tetapi juga memiliki jaringan ekonomi secara memadai sehingga Indonesia masa depan dapat berdiri tegak, mandiri dan berwibawa. Demikian halnya pada level gerakan, juga dibutuhkan adanya model gerakan yang mengutamakan inovasi. Gerakan yang inovatif ini merupakan model gerakan yang mampu mengakomidasi perkembangan strategis, politik dan ekonomi yang terjadi, tetapi dengan cara menjaga jarak yang sama. Strategi ini, efektif dilakukan oleh Jepang dan Cina. Dengan demikian, independensi gerakanakan terjamin sekaligus tidak dalam posisi yang tergantung kepada siapa pun. Kemandirian sikap dalam pergerakan diperlukan sebagai strategi untuk meneguhkan jati diri sebuah bangsa yang merdeka, terbuka, dan mampu berdikari.
Pendekatan sederhana terhadap krisis ekonomi di Yunani: Sebuah perjalanan untuk menemukan krisis ekonomi Yunani yang dimulai pada tahun 2008 dan menggemparkan dunia. Penyebab dan implikasinya