Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI MASA DEPAN INDONESIA DALAM

MENGHADAPI GEOPOLITIK, GEOEKONOMI, DAN


TANTANGAN MENUJU INDONESIA MAJU DI ERA
MENDATANG

1. Geopolitik

Adanya perubahan dinamika geopolitik global yang cepat dan kompleks,


perubahan tersebut dapat mempengaruhi risiko dan ancaman yang dihadapi oleh
Indonesia dan membuat kajian yang dilakukan menjadi sulit atau susah dapat
diubah (Gunawan Santoso & Sari). Oleh karena itu, kajian tersebut harus terus
mengikuti perubahan dinamika global dan mempertimbangkan cara-cara untuk
mengatasi risiko dan ancaman tersebut. Kajian ketahanan nasional melalui
geopolitik dan geostrategi Indonesia pada abad 21 sangat penting untuk dilakukan
mengingat adanya perubahan dinamika internasional yang dapat mempengaruhi
situasi keamanan dan stabilitas di Indonesia (Gunawan Santoso). Di era
globalisasi saat ini, negara negara tidak lagi dapat beroperasi secara terpisah dari
negara lainnya. Oleh karena itu, studi ini dapat memberikan informasi yang
berguna bagi kebijakan negara dalam menghadapi tantangan yang kompleks.
Namun, penting untuk memperhatikan adanya gap atau kelemahan dalam studi
tersebut. Salah satu permasalahan adalah keterbatasan data dan informasi yang
dapat menghasilkan analisis yang kurang akurat dan bermasalah. Selain itu, kajian
tersebut harus mempertimbangkan banyak faktor yang berbeda seperti aspek
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan militer. Jika tidak, analisis yang dihasilkan
mungkin tdak menyediakan gambaran yang komprehensif dan dapat dikatakan
kurang valid. Oleh karena itu, dalam melakukan kajian ketahanan nasional
melalui geopolitik dan geostrategi Indonesia pada abad ke-21 , penting untuk
menjamin kualitas analisis yang baik dengan didasarkan pada sumber data yang
andal, analisis yang lengkap, dan penggunaan metodologi yang tepat. Dengan
demikian, hasil dari kajian tersebut dapat digunakan sebagus dasar kebijakan
negara untuk menghadapi tantangan dan mempertahankan keamanan nasional di
masa depan

Makna dari Kajian Ketahanan Nasional melalui Geopolitik dan


Geostrategi Indonesia Abad 21 adalah pentingnya memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi keamanan dan stabilitas nasional Indonesia di abad ke-21 (Murod
& Santoso). Hal ini membantu pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui
posisi geografis Indonesia serta persaingan dan kerjasama dengan negara-negara
tetangga. Dengan memahami faktor-faktor tersebut, maka dapat diambil tindakan
yang tepat untuk merungkatkan ketahanan nasional Indonesia. Misalnya, dengan
mengembangkan kekuatan militer yang memadai untuk menjaga kedaulatan
teritorial dan memperkuat kerjasama dengan negara-negara.

Refleksi dari Ketahanan Nasional melalu Geopolitik dan Geostrategi


Indonesia Abad 21 adalah pentingnya memahami kompleksitas tantangan
keamanan yang dihadapi Indonesia saat ini. Dalam era globalisasi dan persaingan
global. perspektif geopolitik dan geostrategi sangat penting untuk memahami
dinamika hubungan internasional dan kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh
Indonesia (Gunawan Santoso, Susilahati, Yusuf, Muhtadin, et al). Schagai negara
maritim yang terdiri dari banyak pulau dan wilayah yang harus dikelola, Indonesia
harus bisa mengatasi tantangan tantangan yang berkaitan dengan agama, etnis,
budaya, dan pertahanan terhudap ancaman bukan militer yang merugikan
keamanan nasional (Setyaningsih et al , 2020). Selain itu, Indonesia juga harus
memperkuat pertahanan militer dan penguatan kekuatan ekonominya di tingkat
nasional dan kawasan, Dalam konteks ini, kajan Ketahanan Nasional melalu
Geopolitik dan Geostrategi Indonesia Abad 21 menjadi penting untuk digalakkan
guna mendorong analisis dan diskusi yang lebih dalam mengenai tantangan
keamanan dan faktor faktor yang dapat membantu Indonesia untuk mengantisipasi
persaingan di kawasan dan global. Hal ini akan dapat menentukan strategi langkah
langkah yang tepat untuk meningkatkan ketahanan nasional Indonesia dan
mengatasi tantangan dalam bidang keamanan. Selain itu, dengan pemahaman
yang lebih dalam mengenai faktor geopolitik dan geostrategi, Indonesia akan
dapat memaksimalkan potensi yang ada dan mencapai tujuan nasionalnya dengan
lebih efektif. ketahanan nasional melalu geopolitik dan geostrategi Indonesia abad
21 menunjukkan bahwa Indonesia harus memiliki strategi yang tepat dalam
menghadapi tantangan global. Sebagai negara dengan potensi ekonomi dan politik
yang besar, Indonesia dapat memanfaatkan moment geopolitik untuk
meningkatkan posisinya di kancah internasional. Pada saat yang sama, Indonesia
harus mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai tantangan seperti
keamanan nasional. konflik regional, bencana alam dan perubahan iklim. Dalam
menghadapi tantangan ini, Indonesia harus mampu membangun kerjasama
regional dan internasional yang kuat untuk memperkuat posisi strategisnya.

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki posisi


geopolitik yang penting. Dalam menghadapi geopolitik di masa depan, Indonesia
perlu mempertimbangkan beberapa faktor:

1. Keamanan Maritim: Meningkatkan pengawasan perairan dan keamanan


maritim di sekitar Kepulauan Indonesia untuk melindungi sumber daya laut,
melawan illegal fishing, dan mencegah konflik maritim.

2. Hubungan Regional: Memperkuat hubungan dengan tetangga, seperti Australia,


Malaysia, Singapura, dan negara-negara ASEAN lainnya untuk
mempromosikan stabilitas dan kerja sama regional.

3. Diplomasi Ekonomi: Meningkatkan diplomasi ekonomi dan kerja sama dengan


negara-negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa untuk
mendorong investasi dan perdagangan yang saling menguntungkan.

4. Pertahanan Nasional: Meningkatkan kemampuan pertahanan nasional untuk


melindungi kedaulatan Indonesia dan menghadapi ancaman potensial

5. Kerja Sama Internasional: Berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional


seperti PBB dan G20 untuk mempromosikan perdamaian, keadilan, dan
perkembangan global.
6. Energi dan Lingkungan: Mengelola sumber daya energi dan lingkungan dengan
bijak, termasuk mengurangi emisi karbon dan mendukung energi terbarukan.

7. Sumber Daya Manusia: Meningkatkan pendidikan dan sumber daya manusia


untuk menghadapi tantangan global dalam berbagai sektor.

8. Kedaulatan Teknologi: Membangun kapasitas teknologi dan inovasi dalam


negeri untuk menjadi pemain penting dalam era digital dan teknologi.

Refleksi masa depan Indonesia haruslah mempertimbangkan


perkembangan dinamika geopolitik global dan regional. Kolaborasi yang kuat,
diplomasi yang cerdas, dan fokus pada kepentingan nasional akan menjadi kunci
untuk menghadapi tantangan di masa depan

2. Geoekonomi

Perencanaan ekonomi ekstrem pertama kali muncul dengan Lenin di


Rusia, yang membangun USSR dengan pemerintahan totaliter berdasarkan
Marxisme-Leninisme. Lenin bertujuan mengubah tatanan masyarakat dengan
menghapus feodalisme dan kelas borjuis melalui rencana pembangunan.
Pemerintah fasis Italia dan Jerman pada tahun 1920-1930 meniru pendekatan
serupa dalam menghadapi dampak Perang Dunia I.

Di negara-negara Barat, seperti AS, perencanaan ekonomi dimulai dengan


New Deal oleh Presiden Roosevelt pada 1930-an. Ini didasarkan pada analisis
Keynes yang mendukung intervensi pemerintah untuk mengatasi Depresi Besar
dan pengangguran melalui defisit financing dengan dukungan APBN dan Bank
Sentral AS.

Negara-negara seperti Uni Soviet, Italia, Jerman, dan AS berhasil


menerapkan perencanaan ekonomi yang mengilhami negara-negara baru di Asia
dan Afrika untuk mengadopsi "Rencana Pembangunan Lima Tahun" guna
mengatasi keterbelakangan yang diwarisi dari kolonialisme. Dimulai pada tahun
1950-an dan 1960-an, mereka mengembangkan strategi perencanaan yang
mencakup aspek teknis dan sosial seperti pendidikan, kesehatan, keluarga
berencana, dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui "institusi-building".

Di Tiongkok di bawah Mao Zedong, model perencanaan pembangunan


totalitarianisme dari Uni Soviet digunakan dalam gerakan "Loncatan Jauh ke
Muka." Negara-negara Asia dengan pendekatan non-Marxis, termasuk yang
mengikuti pemikiran Keynesian, mengadopsi Rencana Pembangunan Lima Tahun
yang bersifat sektoral atau regional. Meskipun ada perbedaan dalam pendekatan,
mereka semua bergantung pada perhitungan variabel ekonomi makro seperti PDB.

Proyeksi pembangunan mencakup berbagai bidang kehidupan masyarakat


seperti ekonomi, kependudukan, dan sosial. Proyeksi-proyeksi ini didasarkan pada
data masa lalu dan saat ini, serta menggunakan berbagai variabel kuantitatif.
Mereka juga mencakup asumsi-asumsi tentang perilaku variabel dan parameter di
masa depan. Tujuannya adalah untuk menghitung probabilitas keberhasilan
perencanaan pembangunan serta mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul
selama pelaksanaannya. Namun, seringkali risiko ini tidak diungkap secara
terbuka.

Perencanaan pembangunan ekonomi sejak dasawarsa 1950-an, pasca-


Perang Dunia II. Terdapat dua aspek penting. Pertama, terdapat dorongan kuat
untuk melakukan perubahan mendasar yang cepat dalam upaya mengatasi
masalah kemiskinan dan keterbelakangan yang disalahkan pada masa
pemerintahan kolonial. Kedua, ada usaha untuk menggambarkan visi atau masa
depan yang diinginkan. Ini mengindikasikan bahwa pemerintah negara-negara
baru menyadari ketidakpastian dan risiko yang terkait dengan perencanaan
mereka, dan oleh karena itu, setiap perencanaan dianggap sebagai lompatan ke
masa depan.

Hal ini menyatakan bahwa selama pelaksanaan perencanaan pembangunan


ekonomi, terungkap bahwa perkembangan nyata tidak mengikuti pola garis lurus
yang kontinu, seperti perubahan yang halus dan bertahap. Sebaliknya,
perkembangan tampaknya mengikuti pola Kurva-S, yang sering ditemui dalam
perkembangan yang bersifat biologis dan dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya. Ini menggambarkan bahwa perubahan ekonomi dan sosial seringkali
memiliki fase awal yang lambat, diikuti oleh percepatan perkembangan, dan
akhirnya, pematangan atau tahap perlambatan.

Dalam kegiatan pembangunan ekonomi, perpindahan dari perencanaan ke


tahap pembangunan berikutnya bisa memakan waktu sekitar 3 hingga 4 Repelita.
Selama proses ini, mungkin ada 2 atau 3 hambatan besar yang dapat mengganggu
kelangsungan pembangunan. Hambatan pertama adalah kurangnya modal untuk
mendukung investasi yang sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Hambatan
kedua mungkin timbul karena infrastruktur yang tidak memadai baik dari segi
jumlah maupun kualitasnya. Hambatan ketiga, yang seringkali paling sulit diatasi,
adalah keterbatasan kapasitas lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik.
Cara-cara mengatasi hambatan-hambatan ini telah banyak dibahas dalam teori
pembangunan ekonomi sejak dasawarsa 1950-an. Perlu diingat bahwa masalah
struktural ini tidak selalu dapat diselesaikan dalam satu periode Repelita.

Krisis yang perlu diantisipasi bisa muncul sebagai tanda bahwa cara-cara
lama tidak berfungsi lagi, dan paradigma yang lama harus diubah atau
ditinggalkan. Kesulitan dalam mendeteksi perluasan perubahan paradigma ini
sering disebabkan oleh ketidakmampuan mengenali interaksi antara berbagai
faktor baru. Sebagai contoh, krisis pangan global yang terjadi karena peningkatan
permintaan akan sumber energi mengarah pada pengembangan sumber energi
alternatif seperti CPO, jagung, gandum, dan beras. Di era abad ke-21 yang sangat
terkoneksi, keterbatasan pilihan para pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, semakin terasa. Dalam kondisi seperti itu, krisis yang pada awalnya
terbatas pada satu sektor kehidupan dapat berkembang menjadi krisis nasional
yang memaksa perubahan paradigma.

Contoh kejadian di atas membahas perencanaan yang bertujuan untuk


mengantisipasi krisis. Terdapat pernyataan bahwa proyeksi ekonomi dan
kependudukan yang dibuat sebelumnya tidak memadai, karena mereka tidak dapat
memprediksi kapan, bagaimana, dan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi
krisis. Pertanyaan strategis muncul tentang apakah diperlukan tindakan "break
with the past" untuk menghindari krisis, yang dapat memicu perjuangan dengan
pihak-pihak yang memiliki kepentingan lama. Dalam konteks ini, perencanaan
teknokratis di negara-negara baru mungkin kurang mempertimbangkan keadaan
politik dan konflik kepentingan yang dapat timbul dalam pelaksanaan rencana
pembangunan.

Refleksi masa depan Indonesia dalam menghadapi geoekonomi yaitu


dapat membantu kita memahami pilihan yang mungkin ada di masa depan dan
mengantisipasi kemungkinan krisis. Kita tidak bisa memprediksi dengan pasti apa
yang akan terjadi, tetapi dapat mengeksplorasi pilihan yang mungkin muncul.
Studi futurologi bertujuan untuk memberikan pandangan tentang berbagai
kemungkinan dan membantu pemimpin dan perencana dalam pembangunan untuk
menjaga keberlanjutan. Meskipun tidak dapat sepenuhnya menghindari kejutan di
masa depan, kejadian dimasa lampau ini masih bermanfaat untuk mengurangi
dampaknya.

3. Tantangan Menuju Indonesia Maju Di Era Mendatang

Berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam perjalanan menuju kemajuan


di era mendatang melibatkan beberapa aspek utama:

1. Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi: Tiga pilar utama yang harus diperkuat
untuk menciptakan masyarakat yang kuat dan produktif.

Ini melibatkan peningkatan akses pendidikan berkualitas, Tantangan yang


dihadapi pembangunan pendidikan adalah menyediakan pelayanan pendidikan
yang berkualitas untuk meningkatkan jumlah proporsi penduduk yang
menyelesaikan pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara, serta menurunkan
kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup tinggi antar kelompok masyarakat,
termasuk antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk
perkotaan dan perdesaan, antara penduduk di wilayah maju dan tertinggal, dan
antar jenis kelamin.

Mengatasi isu-isu kesehatan, sistem jaminan kesehatan nasional harus


dipastikan adil, merata, dan berkesinambungan membiayai kebutuhan
pembiayaan masyarakat. Untuk itu, kendali mutu dan biaya perlu dipastikan,

Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Di bidang ekonomi,


tantangan yang sudah dirasakan adalah adanya imbas krisis global yang
menurut para ahli ekonomi akan memunculkan pengangguran dan orang
miskin, serta makin melemahnya daya beli masyarakat. Karena pendidikan
dipandang sebagai kebutuhan primer maka penyediaan dana pendidikan
seharusnya dapat menutupi kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan
berkualitas. Jika ingin pendidikan berkualitas maka penyediaan dana
pendidikan yang diperlukan minimal 1,54 dari PDB (Produk Domestik Bruto).

2. Tantangan Lingkungan dan Perubahan Iklim: Upaya untuk mengelola sumber


daya alam dengan bijak dan mengurangi dampak perubahan iklim sangat
penting bagi masa depan berkelanjutan Indonesia. Tantangan lingkungan dan
perubahan iklim adalah isu penting dalam perjalanan Indonesia menuju
kemajuan. Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
Indonesia perlu mengatasi masalah seperti deforestasi, polusi udara, dan
kenaikan permukaan laut. Langkah-langkah penting termasuk perlindungan
hutan, investasi dalam energi terbarukan, dan pengurangan emisi karbon.
Dengan menghadapi tantangan ini, Indonesia dapat memajukan ekonomi
sambil menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak negatif
perubahan iklim.

3. Aspek Politik: Demokrasi yang sehat dan tata kelola yang baik mendukung
stabilitas dan kemajuan negara. Isu-isu seperti korupsi dan ketidaksetaraan
akses terhadap keadilan perlu ditangani secara serius. Tantangan korupsi dapat
merusak integritas pemerintahan. Cara menangani ini termasuk meningkatkan
transparansi, menerapkan undang-undang anti-korupsi, dan mempromosikan
akuntabilitas

4. Inovasi dan Teknologi: Kunci untuk bersaing di era global yang semakin
terhubung adalah inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Investasi dalam sumber daya manusia yang kompeten dan teknologi yang
relevan sangat diperlukan. Beberapa tantangan utamanya
termasuk:Keterbatasan Infrastruktur: Perlu pengembangan infrastruktur digital,
seperti jaringan internet yang cepat dan terjangkau, untuk mendukung
pertumbuhan teknologi.Kualitas Pendidikan: Pentingnya meningkatkan
kualitas pendidikan dalam hal STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan
Matematika) untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten di bidang
teknologi.Aksesibilitas dan Inklusivitas: Pentingnya memastikan bahwa
inovasi teknologi dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk
yang berada di daerah terpencil.Perlindungan Data dan Privasi: Menangani isu-
isu privasi dan keamanan data dalam era digital yang berkembang pesat.Kerja
Sama dan Investasi: Meningkatkan kerja sama dengan sektor swasta dan
menarik investasi untuk mendukung riset dan pengembangan.Regulasi yang
Mendukung Inovasi: Menciptakan regulasi yang mendukung perkembangan
teknologi dan inovasi tanpa mengorbankan keamanan dan etika.Inovasi
berkelanjutan: Fokus pada teknologi yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, termasuk energi terbarukan dan lingkungan.Keterampilan
Manusia dan Perubahan Budaya: Mendorong perubahan budaya yang
mendukung inovasi serta meningkatkan keterampilan teknologi
masyarakat.Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian dan
pengembangan teknologi untuk menciptakan solusi lokal yang berdaya saing
global.Kemitraan Internasional: Membangun kemitraan internasional untuk
bertukar pengetahuan dan teknologi dengan negara-negara lain.

5. Aspek Sosial: Kesetaraan gender dan kesejahteraan sosial adalah penting dalam
visi kemajuan Indonesia. Memastikan semua warga negara memiliki akses
yang sama terhadap peluang dan kesejahteraan adalah komitmen yang tak
terhindarkan. Pembangunan kesejahteraan sosial menekankan pada
keberfungsian sosial (social Junctioning) manusia dalam kehidupan sosial
masyarakat. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah tercapainya
kondisi kesejahteraan sosial yang adil dan merata serta berjalannya suatu
sistem kesejahteraan sosial yang mapan dan mekmbaga sebagai salah satu
piranti kehidupan masyarakat Indonesia dam upaya menjadi bangsa yang maju,
mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan standard
kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2019. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional.


Bandung:Imtima

Anasiru, Ronawaty. (2011). Kebijakan Publik Dalam Konstelasi Paradigma


Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jurnal Ilmu Pemerintahan 1 (1)

Santoso, Gunawan. Karim, Aim abdul. Maftuh, Bunyamin. (2023). Kajian


Ketahanan Nasional Melalui Geopolitik Dan Geostrategi Indonesia Abad 21.
Jurnal Pendidikan Transformatif 2 (1) 184-196

Jakti, Dorodjatun Kuntjoron. 2012. Menerawang Indonesia. Jakarta:Alvabet

Anda mungkin juga menyukai