Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 4

Irawati Yemi Tahanora


1 C30019020

Nuraini
2 C30019024

Hardiansya
3 C30019025

Selin Augista Liante


4 C30019028

Vivi Sumanti
5 C30019037
Akuntansi Sukuk d
an wa’ad
Pengertian Sukuk

Sukuk atau obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
sukuk yang mewajibkan emiten membayar pendapatan kepada pemegang
sukuk berupa bagi hasil/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo (Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No:
32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah).Kata Sukuk berasal dari
bahasa Arab "shukuk" yang merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" yang
memiliki arti yang sama dengan sertifikat atau note dan dalam peristilahan
ekonomi berarti legal instrument, deed, atau check (Sutedi, 2009:95)
Jenis-jenis Sukuk
Ditinjau dari segi jenis akadnya :

Menurut Sudarsono (2008:301), berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutons (AAOIFI), sukuk dibagi menjadi sembilan
jenis, yaitu:

Sukuk Ijarah.
Sukuk Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah adalah sukuk
yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah. Sukuk Ijarah terdiri dari; sukuk kepemilikan aset
berwujud yang disewakan, sukuk kepemilikan manfaat dan sukuk kepemilikan jasa.

Sukuk Mudharabah.
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut akan
dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul
akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
Sukuk Salam.
Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan
dana untuk modal dalam akad salam, sehingga barang yang akan disediakan
melalui akad salam menjadi milik pemegang sukuk.

Sukuk Musyarakah.
Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada,
atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
pihak.
Sukuk Istishna’.
Sukuk Istishna’ adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akadistishna’ dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka
pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan
spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
Sukuk Murabaha.
Sukuk Murabaha adalah sukuk yg diterbitkan berdasarkan prinsip jual-beli, penerbit sertifikat sukuk adalah
penjual komoditi, sedangkan investornya adalah pembeli komoditi tersebut.
Sukuk Wakalah.
Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola
berdasarkan akad wakalah, dengan menunjuk agen (wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama
pemegang sukuk.
Sukuk Muzara’ah.
Sukuk Muzara’ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan
pertanian berdasarkan akad muzara’ah, sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.
Sukuk Musaqah.
Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk
untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan
tanaman tersebut berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas bagian dari
hasil panen sesuai kesepakatan.
syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima
dan diminati oleh pasar baik domestik maupun internasional
yaitu:

Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan


syariah, antara lain proses penerbitannya, penggunaan dana
hasil penerbitannya, maupun yang terkait dengan underlying
asset.

Likuiditas yaitu sukuk harus dapat dipindahtangankan dari


satu pihak ke pihak lain (transferable) dan juga dapat
diperjual belikan (tradable).

Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrument


keuangan lainnya.

Transparasi, berupa kejelasan dan kemudahan akses


informasi bagi investor.

Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku


dalam penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional.

Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang


memadai, termasuk dukungan pasar keuangan yang efisien .
AKUNTANSI WA’AD

Wa’d adalah janji dari seseorang atau satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan
sesuatu yang tidak melanggar syariah dimasa yang akan datang. Dalam fatwa DSN MUI No.
85, Janji (wa’d) dalam transaksi syariah bersifat mengikat, artinya janji wajib ditunaikan dan
boleh dipaksa oleh pihak yang diberi janji atau oleh pihak yang berwenang. Namun,
keterangan tersebut bertolak belakang dengan fatwa DSN MUI No. 27 yang menyatakan
bahwa wa’d bersifat tidak mengikat dengan berpedoman pada pendapat para ulama ahli fikih.
Menurut fatwa DSN MUI No. 85 wa’d harus tertulis dalam akta perjanjian dan yang
diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan syariah. Dengan adanya fatwa DSN MUI No. 85
menjadikan dasar bagi semua fatwa DSN lain yang menggunakan wa’d seperti fatwa DSN
MUI No. 94 tentang repo surat berharga syariah (SBS) dan fatwa DSN MUI No. 96 tentang
transaksi lindung nilai syariah atas nilai tukar.
Syariah Atas Transaksi Repo SBS
FATWA TENTANG REPO SURAT BERHARGA SYARIAH (SBS) BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

Pertama :Ketentuan UmumDalam fatwa ini yang dimaksud dengan:Transaksi Repo


SBS adalah transaksi penjualan surat berharga syariah oleh suatu Lembaga Keuangan
Syariah kepada Lembaga Keuangan Syariah lain atau kepada lembaga konvensional
dan sebaliknya dengan janji pembelian kembali oleh penjual pada masa yang akan
datang;Surat berharga syariah adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, baik oleh Pemerintah maupun korporasi, sebagai bukti penyertaan atas
kepemilikan (‫ ) حصـة‬aset surat berharga syariah, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing;Jual/beli secara outrightadalah jual beli sesungguhnya (al-bai' al-haqiqi)
atas surat berharga;Wa'd (janji) adalah pernyataan kehendak untuk membeli SBS yang
dijualnya pada masa yang akan datang; dan pernyataan kehendak untuk menjual SBS
yang dibelinya pada masa yang akan datang.

Kedua :Ketentuan HukumTransaksi Repo Surat Berharga Syariah (SBS) berdasarkan


Prinsip Syariah dibolehkan dengan mengikuti ketentuan dalam fatwa ini.
Ketiga :Ketentuan Transaksi RepoTransaksi Repo SBS dilakukan dengan akad al-bai'
ma'aal-wa'd bi al-syira`;Akad Jual beli atas SBS harus dilakukan dengan akad jual beli
yang sesungguhnya (al-bai’ al-haqiqi) yang antara lain ditandai dengan berpindahnya
kepemilikan SBS yang diperjualbelikan berikut segala hak dan akibat hukum lain yang
melekat padanya;Penjual SBS berjanji untuk membeli kembali SBS tersebut pada masa
yang akan datang; dan Pembeli juga berjanji untuk menjual kembali SBS tersebut pada
masa yang akan datang (saling berjanji/muwa'adah);Jual-beli SBS yang dilakukan
lembaga keuangan harus menggunakan/mengacu pada harga pasar atau harga yang
disepakati;Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Lembaga Keuangan Konvensional
(LKK) boleh menjadi penjual dan/atau pembeli repo SBS;Lembaga Keuangan
Konvensional (LKK) yang melakukan jual-beli SBS harus tunduk dan patuh pada
ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini;Dalam hal janji tidak dipenuhi, maka pihak yang
mengingkari janji dapat dikenakan sanksi.

Keempat :Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga
penyelesaian sengketa berdasarkan syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Kelima :Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
lindung nilai syariah atas nilai tukar

A. Berkembangnya keuangan syariah di Indonesia tidak hanya pada perbankan syariah dan lembaga non
perbankan, bahkan prodak transaksinya-pun bervariatif. Saat ini sudah merambah pada jual beli mata
uang atau biasa dikenal dengan valas secara konvensional dan sharf menurut ekonomi Islam. Dalam jaul
beli valas masih menggunakan transaksi spot, forward, swap, dan option yang setatus hukumnya
diharamkan berdasarkan fatwa DSN MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-
Sharf)kecuali transaksi spot diperbolehkan. Karena transaksi forward masih dibutuhkan maka diperlukan
adanya prodak ekonomi syariah dengan sistem yang serupa dengan konsep forward. Oleh karena itu
lahirlah Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Majelis Ulama Indonesia MUI No: 96/DSN-MUI/IV/2015
Tentang Transaksi Lindung Nilai Syariah (Al-Tahawwuth Al-Islami/Islamic Hedging) Atas Nilai Tukar, fatwa
ini menjelaskan tetang perlindungan atas nilai mata uang berdasarkan akad yang telah disepakati.
Sehingga nilai tukar mata uang tetap sesuai dengan akad/kesepakatan pada saat disepakati bersama
sehingga terhindar dari unsur spekulasi atau gharar. Dalam pembahasan ini yang digunakan dalam
penelitiannya yaitu dengan penelitian normatif, atau dapat disebut library research. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan yuridis normatif analitis, sehingga penelitian ini tidak perlu dukungan data
dalam bentuk angka. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yakni upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tujuan dari
lindung nilai syariah atas nilai tukar

B. Berkembangnya keuangan syariah di Indonesia tidak hanya pada perbankan syariah dan lembaga non
perbankan, bahkan prodak transaksinya-pun bervariatif. Saat ini sudah merambah pada jual beli mata uang
atau biasa dikenal dengan valas secara konvensional dan sharf menurut ekonomi Islam. Dalam jaul beli
valas masih menggunakan transaksi spot, forward, swap, dan option yang setatus hukumnya diharamkan
berdasarkan fatwa DSN MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)kecuali
transaksi spot diperbolehkan. Karena transaksi forward masih dibutuhkan maka diperlukan adanya prodak
ekonomi syariah dengan sistem yang serupa dengan konsep forward. Oleh karena itu lahirlah Fatwa Dewan
Syariah Nasional DSN Majelis Ulama Indonesia MUI No: 96/DSN-MUI/IV/2015 Tentang Transaksi Lindung
Nilai Syariah (Al-Tahawwuth Al-Islami/Islamic Hedging) Atas Nilai Tukar, fatwa ini menjelaskan tetang
perlindungan atas nilai mata uang berdasarkan akad yang telah disepakati. Sehingga nilai tukar mata uang
tetap sesuai dengan akad/kesepakatan pada saat disepakati bersama sehingga terhindar dari unsur
spekulasi atau gharar. Dalam pembahasan ini yang digunakan dalam penelitiannya yaitu dengan penelitian
normatif, atau dapat disebut library research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis
normatif analitis, sehingga penelitian ini tidak perlu dukungan data dalam bentuk angka. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yakni upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tujuan dari peneliltian ini yaitu analisis terhadap transaksi
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai