Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

sejalan dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, listrikpun berkembang menjadi kebutuhan
primer yang sangat dibutuhkan manusia untuk menunjang berbagai fasilitas kehidupan. Semua gerak
langkah kemajuan teknologi, selalu berhubungan dengan kebutuhan nergi listrik.

untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah PT. PLN (Persero)

saat ini menjalin hubungan kerjasama dengan PT Pos Indonesia. Kerjasama ini berupa Sistem Online
Payment Point (SOPP) APJ Sistem ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan dalam melakukan pembayaran rekening listrik setiap bulannya dengan cara menyediakan
kemudahan tempat pembayaran rekening listrik sehingga hal ini dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan (Customer Satisfaction)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan masalah pokok
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan payment point?


2. Meliputi apa saja payment point?
3. Bagaimana sisitem payment point online sebenarnya?
4. Seperti apa payment point bank ?
5. Bagaimna system payment point bank?

C. TUJUAN

Agar lebih memahami dana pembayaran rekening titipan ?

1. Mengetahuiapa saja yang meliputi akuntansi rekening titipan ?


2. Mengetahui Bagaiman sisitem payment point online
3. Untuk mengetahui payment point bank
4. Mengetahui system payment point bank
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Payment point merupakan pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk keuntungan pihak
tertentu biasanya giro milik suatu perusahaan yang pembayarannya dilakukan melalui bank. Payment
point adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayara-
pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil seperti pembayaran rekening listrik, telepon, dan
air, & pembayaran kartu prabayar. Payment point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai
rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban kepada individu atau
lembaga tertentu yang memberi amanat

B. Macam macam akuntansi rekening titipan

Saat penerimaan warkat rekening nasabah

Saat penerimaan setoran pembayaran rekening

Pemindahbukuan ke rekening perusahaan penitip rekening

1. Akuntansi Saat Menerima Warkat Rekening Titipan

Penerimaan warkat-warkat dari pemilik rekening lazimnya dilakukan sekaligus dalam periode
tertentu, bulanan atau enam bulanan, dan lainnya. Pada saat menerima warkat pembayaran titipan ini,
belum ada kewajiban atau hak yang timbul. Kewajiban baru akan timbul setelah adanya penerimaan
pembayaran dari nasabah. Dengan demikian, karena kewajiban yang akan timbul akan bergantung dari
ada tidaknya pembayaran dari nasabah, penerimaan warkat-warkat ini harus dicatat oleh bank dalam
suatu rekening kontijensi, yang dikenal dengan rekening administratif.

Selama rekening administratif masih outstanding, maka masih ada warkat pembayaran titipan
yang belum diterima pembayarannya oleh bank. Dengan perkataan lain, melalui pencatatan dalam
rekening administratif ini merupakan sarana kontrol bagi besarnya pembayaran yang telah diterima oleh
bank yang berasal dari pelunasan warkat tersebut.

Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini :

Besarnya Nilai Warkat Yang Diterima


Sisa Nilai Warkat Yang Dimiliki
Dicatat dalam Rek. Administratif
Pembayaran Yang Diterima
Rek. Efektif
Kontrol terhadap penerimaan pembayaran rekening titipan ini dapat dolakukan setiap hari, mingguan,
ataupun bulanan. Yang jelas untuk meningkatkan internal control dalam bank, sebaiknya dilakukan
secara harian.

Sebagai contoh apabila Bank Omega Jakarta menerima sebundel rekening tagihan listrik PLN
bernilai Rp 32.000.000,00 untuk tagihan pelanggan periode Agustus 201X, pada saat penerimaan bunde
rekening titipan ini, Bank Omega akan membukukan :

K : Rekening Administrasi Rupiah

Warkat Rekening PLN yang Diterima. Rp 32.000.000,00

1. Pembayaran Rekening Titipan

Penerimaan dari pembayaran titipan harus diadministrasikan dengan kontrol yang ketat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah uang atau pembayaran yang telah
diterima oleh bank.

Misalnya pada akhir hari, jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima mencapai jumlah
sebesar Rp 5.750.000,00 semuanya diterima tunai oleh Bank Omega-Jakarta. Oleh Bank Omega-Jakarta
akan dibukukan seluruh penerimaan uang dari pembayaran rekening tersebut dengan ayat jurnal
sebagai berikut :

D : Kas Rp 5.750.000,00

K : Giro Rekening PLN Rp 5.750.000,00

Untuk mencatat posisi warkat yang masih outstanding atau belum dibayar oleh para pelanggan,
harus dibukukan dengan jumlah nilai yang sama dengan diatas dan langsung mengurangi rekening
administratif yang masih outstanding.

D : Rekening Administrasi Rupiah

Warkat Rekening PLN yang Diterima Rp 5.750.000,00

Dengan dibukukannya ayat jurnal di atas, maka sisa warkat yang belum dibayar oleh pelanggan listrik
menjadi Rp 26.250.000,00 (selisih antara Rp 32.000.000,00 warkat yang telah diterima dari PLN dengan
jumlah pembayaran pelanggan Rp 5.750.000,0

Payment point dapat dibedakan menjadi payment poin konvensional/system online payment point
(SOPP) dengan payment point online bank (PPOB).
C. SISTEM ONLINE PAYMENT POINT ( SOPP)

Payment Point Konvensional adalah salah satu mekanisme pembayaran tagihan dengan cara
konvensional dimana proses pelimpahan dana ke rekening receipt PLN dilakukan dengan cara
melakukan penyetoran dana ke Bank secara cash. System pengelolaan data yang biasa dilakukan dalam
manajemen data saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan data secara Batch, yaitu system pengolahan data transaksi dengan cara
mengumpulkan terlebih dahulu transaksi yang terjadi, kemudian pada waktu yang telah ditentukan data
transaksi tersebut sekaligus diproses, biasanya sambil merevisi data file master.

2. Pengelolaan data secara online, yaitu pengelolaan cecara langsung saat data dimasukkan ke dalam
suatu system informasi. Pengelolaan data secara online ini dikembangkan untuk memperoleh informasi
yang selalu mutakhir.

Adanya perkembangan teknologi computer dan jaringan telekomunikasi, maka dibuatlah berbagai
macam aplikasi yang dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, salah satu
aplikasi tersebut adalah Sistem Online Payment Point (SOPP).

Aplikasi SOPP adalah aplikasi yang digunakan untuk melayani pembayaran pelunasan piutang
pelanggan. Proses pelunasan ini diawali dengan membaca Data Piutang Pelanggan (DPP) untuk
menentukan pelanggan dan jumlah tagihan yang akan dilunasi yang direalisasikan dengan membentuk
Data Pelunasan Harian (DPH).

Adapun fungsi fungsi dari penerapan aplikasi SOPP ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat informasi tagihan pelanggan.

2. Melayani pembayaran atau pelunasan piutang pelanggan, baik secara individu, kelompok, maupun
kolektif.

3. Memonitoring pelunasan piutang, denda, nota kredit harian dan kumulatif.

4. Memonitoring data piutang yang belum lunas.

5. Menampilkan dan mencetak laporan-laporan yang terkait dengan tagihan pelanggan dan pelunasan
piutang pelanggan.

Sistem ini juga sering disebut dengan System Online Payment Point (SOPP).
System ini secara online menghubungkan perangkat computer dengan host
computer yang ada di pusat atau perusahaan. Dewasa ini, prosedur
pembayaran dengan mendatangi loket-loket pembayaran tagihan listrik dan
tagihan lainnya yang telah bekerja sama dengan PLN dinilai tidak efisien lagi
karena semakin banyaknya jumblah pelanggan yang tersebar dimana-mana.
Konsep Payment Point Convensional di PLN memiliki beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya,
diantaranya :

1. PLN bekerjasama langsung dengan KUD sebagai tempat pembayaran tagihan rekening listrik,
sehingga timbul resiko atas cash in transit (misalnya dirampok, disalhgunakan, dan lain-lain).

2. Data dan dana yang ada sulit untuk direkonsiliasi karena dengan terbatasnya jumlah
pejabat/petugas yang bertanggung jawab.

3. Pelayanan PLN melalui KUD kurang menarik karena minimnya dana atau konpensasi yang diterima
KUD.

Adanya kelemahan-kelemahan dalam penerapan payment point konvensional, maka PLN menerapkan
payment point online bank (PPOB).

D. PAYMENT POINT ONLINE BANK(PPOB)

PPOB adalah Payment Point Online Bank, salah satu system mekanisme pembayaran tagihan yang lebih
aman, mudah dan murah. PPOB merupakan layanan pembayaran tagihan secara online real time
sehingga proses rekonsiliasi data dan dana bisa lebih cepat dan akurat.

PPOB diselenggarakan di perusahaan-perusahaan seperti PLN bekerjasama dengan perbankan.


Pelanggan dapat membayar di mana saja, kapan saja dan dengan cara apa saja melalui Delivery Channel
(ATM, Teller, Autodebet, Internet Banking dll). Berbeda dengan SOPP (Semi Online Payment Point), yang
melakukan penyetoran ke rekening receipt PLN dengan membawa uang cash langsung, SOPP ada delay
waktu dalam proses rekonsiliasi data dan dana.

PPOB tidak hanya lebih memudahkan layanan bagi pelanggan, namun juga memiliki multiflier effect
yang luar biasa bagi masyarakat luas, dengan membuka peluang usaha baru dan pemberdayaan
ekonomi kecil. Kedepan PPOB berlomba-lomba menjadi yang terlengkap fitur pelayanannya dan
termudah dalam pengoperasiannya

PPOB ini merupakan system yang digunakan oleh PLN dalam pelaksanaan penerimaan pembayaran,
dimana setiap loket pembayaran memiliki deposit pada bank. Dalam system PPOB proses penerimaan
tagihan listrik tidak dilakukan oleh petugas PLN namun langsung diterima oleh coolecting agent dan
secara otomatis ditransfer ke account receipt PLN. Dengan berjalannya system PPOB, maka beberapa
proses bisnis yang selama ini sudah berjalan dapat lebih disederhanakan.

Konsep strategi penerapan PPOB ini adalah sebagai berikut:

1. Kerja sama dengan bank dan pos, kemudian memanfaatkan network mereka.

2. Memanfaatkan kesediaan masyarakat untuk melakukan pembiayaan.

3. Menumbuhkan peluang usaha pada jasa layanan online.


Beberapa tujuan diterapkannya PPOB ini, antara lain:

1. Mengamankan arus kas pendapatan.

2. Menyederhanakan proses bisnis (efisiensi)

E. SYSTEM PAYMENT POINT ONLINE BANK

Berdasarkan gambar tersebut diatas (Gambar 2) maka dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Data piutang PLN (DPP PLN) dapat diakses oleh perusahaan yang bekerja sama dengan PLN sebagai
switching company atau perusahaan yang menyediakan jasa layanan online, perusahaan-perusahaan
tersebut diantaranya : Artajasa (AJ), Flash Mobile (FM), Sarana Sarana Yukti Bandana (SYB) .

2. Selain bekerja sama dengan switching company , PLN juga bekerja sama dengan beberapa Bank /
Pos dengan memanfaatkan network/jaringan yang telah mereka miliki, misalnya : ATM, EDC (Electric
Data Capture), kantor POS, Mobile Pos dan lain-lain.

Keuntungan PLN dengan menggunakan system PPOB adalah:

1. PLN akan semakin focus pada pengadaan dan perawatan listrik, tidak terganggu dengan maslah
aliran dana dari pelanggan ke PLN karena pengelolaannya langsung ditangani oleh bank.

2. PLN tidak terlalu melakukan Rekonsiliasi kesetiap loket karena langsung dilakukan oleh penyedia
jasa network/jaringan.

3. Maslah akibat ketidak cocokan data lebih mudah diselesaikan karena data tersebut mengacu
kepada satu database.

4. System pengelolaan data lebih lanjut maupun system monitoring, pengawasan dan pelaporan akan
lebih mudah dan lebih akurat.

5. Mutu pelayanan akan semakin baik, dimana pelanggan akan merasa lebih nyaman.

Keuntungan lain-lain dengan system PPOB adalah:

1. PPOB ikut serta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.

2. Penghematan biaya operasional PLN.

System Pengelolaan Dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat (P2APST) adalah suatu system
pembayaran tagihan listrik dan non tagihan listrik melalui Bank dan atau pihak selain Bank secara real
time online per transaksi dan pelimbahan dana dilakukan dari account Bank ke account PLN. Dengan
demikian, dana pendapatan PLN akan lebih mudah dikelola dan diawasi atau monitoring. Melalui system
ini maka semua transaksi keauang yang berlangsung di PLN akan dikelola dan dimonitoring langsung
oleh pihak PLN Pusat tanpa melibatkan PLN Unit Pelaksana. Berbeda dengan system PPOB, dimana
system PPOB itu sendiri menempatkan PLN Unit Pelaksana Induk sebagai pusat database, sedangkan
system P2APST telah menempatkan PLN Pusat sebagai pusat database. Secara sederhana konsep
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini.Peserta system P2APST ini adalah :

1. Pihak Bank atau pihak selain Bank yang berperan sebagai Collecting Agent (CA)

2. Switching Provider, berperan sebagai penyedia jaringan penghubung (network) dan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak PLN Pusat.

3. PLN Pusat, sebagai pengelola dana.

Keuntungan sistem P2APST bagi pelanggan

1. Memberi kemudahan membayar dimana saja, kapan saja.

2. Penetrasi payment point sampai ke pelosok

3. Efisiensi Biaya transportasi

Keuntungan sistem P2APST bagi PLN

1. Percepatan arus kas masuk ke PLN Pusat

2. Proyeksi Penerimaan Dana lebih akurat

3. Pemantauan realisasi arus kas masuk secara harian

4. Menuju sistem pelaporan secara tersistem dan terkomputerisasi

5. Penyeragaman pemahaman dan perilaku bisnis proses di seluruh unit PLN

6. Effisiensi Biaya Administrasi pelanggan (collection fee)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Payment point adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan
pembayara-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil seperti pembayaran rekening listrik,
telepon, dan air, & pembayaran kartu prabayar. Payment point disebut juga rekening titipan dan
diartikan sebagai rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban kepada
individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat

Akuntansi untuk rekening titipan meliputi :

Saat penerimaan warkat rekening nasabah

Saat penerimaan setoran pembayaran rekening

Pemindahbukuan ke rekening perusahaan penitip rekening

Payment Point Konvensional adalah salah satu mekanisme pembayaran tagihan dengan cara
konvensional dimana proses pelimpahan dana ke rekening receipt PLN dilakukan dengan cara
melakukan penyetoran dana ke Bank secara cash. System pengelolaan data yang biasa dilakukan
dalam manajemen data saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

Pengelolaan data secara Batch

Pengelolaan data secara online

Payment Point Online Bank(PPOB) merupakan layanan pembayaran tagihan secara online real time
sehingga proses rekonsiliasi data dan dana bisa lebih cepat dan akurat.

B. KRITIK DAN SARAN

Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut
andil dalam penulisan makalah ini.Semoga makalah bermanfaat. Dan tak lupa saya menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu
kami tunggu dan perhatikan.
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2015 - 2017
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2015 - 2017 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015
tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 mengenai gaji
pegawai negeri sipil, mengalami kenaikan 6 persen.

Pada tanggal 4 Juni 2015, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
mengenai gaji pegawai negeri sipil.

Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengalami kenaikan sebesar 6 persen di tahun 2015, dimana gaji
terendah PNS adalah Rp 1.488.500/bulan. Gaji pokok tersebut untuk PNS Golongan I a dengan masa
kerja 0 tahun. Sementara gaji pokok tertinggi PNS adalah Rp 5.620.300/bulan untuk PNS Golongan IV e
dengan masa kerja 32 tahun.

Berikut adalah rincian daftar gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) Indonesia tahun 2015 - 2017 :

Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Daftar diatas merupakan gaji pokok yang diterima oleh PNS tiap bulannya. Selain gaji pokok, PNS juga
berhak atas tunjangan seperti tunjangan fungsional, tunjangan jabatan bahkan tunjangan kinerja.
Tunjangan-tunjangan ini nilainya melebihi gaji pokok.

Catatan :

Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan golongan kepangkatan dan
eselonisasi dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil :

Daftar Golongan dan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Indonesia

Nama Pangkat Golongan Ruang Jenjang


Pendidikan

GOLONGAN IV
(Pembina)
Pembina Utama IV E

Pembina UtamaMadya IV D

Pembina Utama Muda IV C

Pembina Tingkat I IV B

Pembina IV A

GOLONGAN III (Penata)

Penata Tingkat I III D

Penata III C lulusan S3 atau


sederajat

Penata Muda Tingkat I III B lulusan S2


sederajad/S1
Kedokteran/S1
Apoteker
Penata Muda III A lulusan S1 atau
sederajat

GOLONGAN II
(Pengatur)

Pengatur Tingkat I II D

Pengatur II C lulusan D3 atau


sederajat

Pengatur Muda Tingkat I II B lulusan D1/D2


atau sederajat

Pengatur Muda II A lulusan SMA atau


sederajat

GOLONGAN I (Juru)

Juru Tingkat I I D

Juru I C

Juru Muda Tingkat I I B lulusan SMP atau


sederajat
Juru Muda I A lulusan SD atau
sederajat

Apa yang dimaksud dengan Juru, pengatur, penata dan pembina dalam golongan kepangkatan PNS?

1. JURU

Juru merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS golongan I/a hingga I/d. Apabila dilihat dari persyaratan
golongannya, maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal jenjang
sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat
diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan juru baru membutuhkan kemampuan
dasar dan belum menuntut suatu ketrampilan bidang ilmu tertentu. Dapat dikatakan bahwa juru
merupakan pelaksana pembantu (pemberi asistensi) dalam bagian kegiatan yang menjadi tanggung
jawab jenjang kepangkatan di atasnya (pengatur).

2. PENGATUR

Pengatur merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan II/a hingga II/d dengan sebutan secara
berjenjang: pengatur muda, pengatur muda tingkat I, pengatur, dan pengatur tingkat I. Jika dilihat dari
persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal
jenjang sekolah lanjutan atas hingga diploma III, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat
diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan pengatur sudah mulai menuntut suatu
ketrampilan dari bidang ilmu tertentu, namun sifatnya sangat teknis. dengan demikian pada tingkatan
ini, pengatur adalah orang yang melaksanakan langkah-langkah realisasi suatu kegiatan yang merupakan
operasionalisasi dari program instansinya.

3. PENATA

Penata merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan III/a hingga III/d dengan sebutan secara
berjenjang: penata muda, penata muda tingkat I, penata, dan penata tingkat I. Jika dilihat dari
persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal
jenjang S1 atau Diploma IV ke atas, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat diasumsikan
bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan penata sudah mulai menuntut suatu keahlian bidang
ilmu tertentu dengan lingkup pemahaman kaidah ilmu yang telah mendalam. dengan pemahamannya
yang komprehensif tentang sesuatu maka penata bukan lagi sekedar pelaksana, melainkan sudah
memiliki tanggung jawab menjamin mutu proses dan keluaran kerja tingkatan pengatur.

4. PEMBINA

Pembina merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan IV/a hingga IV/e dengan sebutan secara
berjenjang: pembina, pembina tingkat I, pembina utama muda, pembina utama madya dan pembina
utama. Sebagai jenjang tertinggi, kepangkatan ini tentunya diperoleh sesudah melalui suatu perjalanan
karier yang panjang sebagai PNS. Ini berarti pekerjaan pada kelompok kepangkatan pembina semestinya
bukan saja menuntut suatu keahlian bidang ilmu tertentu yang mendalam, namun juga menuntut suatu
kematangan dan kearifan kerja yang sudah diperoleh sepanjang masa kerjanya. dengan demikian,
pembina adalah model peran bagi jenjang-jenjang di bawahnya guna keperluan membina dan
mengembangkan kekuatan sumberdaya untuk jangkauan pandang ke depan.

Daftar Jabatan Struktural/Eselonisasi Pegawai Negeri Sipil Indonesia

Esel Golon Golon Jabatan instansi pusat Jabatan instansi Jabatan instansi
on gan gan daerah (provinsi) daerah
Pangk Pangk (kabupaten/kota)
at at
Tertin Teren
ggi dah

Ia IV/e IV/d Sekretaris


Jenderal Direktur
Jenderal Sekretaris
Sekretaris
Utama Kepala
Badan Inspektur
Jenderal Inspektur
Utama Direktur
Utama Auditor
Utama Wakil Jaksa
Agung Jaksa Agung
Muda Deputi Waki
l Sekretaris Kabinet

Ib IV/e IV/c Staf Ahli Sekretaris Daerah

IIa IV/d IV/c Kepala Biro Kepala Asisten Staf Ahli Sekretaris Daerah
Pusat Asisten Deputi Gubernur Sekreta
ris DPRD Kepala
Dinas Kepala
Badan Inspektur
Direktur RS Umum
Daerah Kelas A
IIb IV/c IV/b Kepala Asisten Staf Ahli
Biro Direktur RS Bupati/Walikota S
Umum Daerah ekretaris
Kelas B Wakil DPRD Kepala
Direktur RS Umum Dinas Kepala
Kelas A Direktur Badan Direktur RS
RS Khusus Kelas A Umum Daerah
Kelas A dan B

IIIa IV/b IV/a Kepala Kepala Kepala


Bagian Kepala Kantor Kepala Kantor Camat K
Bidang Kepala Bagian Sekretais epala Bagian
Subdirektorat pada Dinas/ Sekretaris pada
Badan/Inspektorat Dinas/
Kepala Badan/Inspektorat
Bidang Inspektur Inspektur
Pembantu Direktu Pembantu Direktu
r RS Umum Kelas r RS Umum Kelas
C Direktur RS C Direktur RS
Khusus Kela Khusus Kelas
B Wakil Direktur B Wakil Direktur
RS Umum Kelas RS Umum Kelas A
B Wakil Direktur dan B Wakil
RS Khusus Kelas Direktur RS Khusus
A Kepala UPT Kelas A
Dinas

IIIb IV/a Ill/d Kepala Bagian pada Kepala Bidang pada


RS Daerah Kepala Dinas dan
Bidang pada RS Badan Kepala
Daerah Bagian dan Kepala
Bidang pada RS
Umum
Daerah Direktur
RS Umum Daerah
Kelas D Sekretaris
Camat
IVa Ill/d Ill/c Kepala Kepala Lurah Kepala
Subbagian Kepala Subbagian Kepala Subbagian Kepala
Subbidang Kepala Subbidang Kepala Subbidang Kepala
Seksi Seksi Seksi Kepala UPT
Dinas dan Badan

IVb Ill/c Ill/b Sekretaris


Kelurahan Kepala
Seksi pada
Kelurahan Kepala
Subbagian pada
UPT Kepala
Subbagian pada
Sekretariat
Kecamatan Kepal
a TU Sekolah
Menengah
Kejuruan

Va Ill/b Ill/a Kepala Urusan Kepala TU Sekolah


Lanjutan Tingkat
Pertama Kepala
TU Sekolah
Menengah Umum

Apa yang dimaksud dengan Eselon I, II,III,IV dalam jabatan struktural PNS?

1.ESELON I

Eselon I merupakan hirarki jabatan struktural yang tertinggi, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IA dan Eselon
IB. Jenjang pangkat bagi Eselon I adalah terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/e. Ini berarti
secara kepangkatan, personelnya sudah berpangkat pembina yang makna kepangkatannya adalah
membina dan mengembangkan. Di tingkat provinsi, maka Eselon I dapat dianggap sebagai pucuk
pimpinan wilayah (Provinsi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab efektivitas provinsi yang
dipimpinnya. Hal itu dilakukan melalui keahliannya dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pokok yang
akan membawa provinsi mencapai sasaran-sasaran jangka pendek maupun jangka panjang.

2. ESELON II
Eselon II merupakan hirarki jabatan struktural lapis kedua, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IIA dan Eselon
IIB. Jenjang pangkat bagi Eselon II adalah terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti
secara kepangkatan, personelnya juga sudah berpangkat pembina yang makna kepangkatannya adalah
membina dan mengembangkan. Di tingkat provinsi, maka Eselon II dapat dianggap sebagai manajer
puncak satuan kerja (Intansi). Mereka berperan sebagai penanggungjawab efektivitas instansi yang
dipimpinnya melalui keahliannya dalam perancangan dan implementasi strategi guna merealisasikan
implementasi kebijakan-kebijakan pokok provinsi.

3. ESELON III

Eselon III merupakan hirarki jabatan struktural lapis ketiga, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IIIA dan Eselon
IIIB. Jenjang pangkat bagi Eselon III adalah terendah Golongan III/d dan tertinggi Golongan IV/d. Ini
berarti secara kepangkatan, personelnya juga berpangkat pembina atau penata yang sudah mumpuni
(Penata Tingkat I) sehingga tanggungjawabnya adalah membina dan mengembangkan. Di tingkat
provinsi, Eselon III dapat dianggap sebagai manajer madya satuan kerja (Intansi) yang berfungsi sebagai
penanggungjawab penyusunan dan realisasi program-program yang diturunkan dari strategi instansi
yang ditetapkan oleh Eselon II.

4. ESELON IV

Eselon IV merupakan hirarki jabatan struktural lapis keempat, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IVA dan
Eselon IVB. Jenjang pangkat bagi Eselon IV adalah terendah Golongan III/b dan tertinggi Golongan III/d.
Ini berarti secara kepangkatan, personelnya berpangkat penata yang sudah cukup berpengalaman.
makna kepangkatannya adalah menjamin mutu. Oleh karenanya di tingkat provinsi, Eselon IV dapat
dianggap sebagai manajer lini satuan kerja (Instansi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab kegiatan
yang dioperasionalisasikan dari program yang disusun di tingkatan Eselon III.
Peraturan Mengenai Bonus Tahunan
Bonus, bonus tahunan atau gaji ke-13 merupakan tambahan uang yang diberikan kepada pekerja selain
gaji. Biasanya bonus tahunan diberikan sesuai dengan prestasi dan kemampuan/keuntungan
perusahaan di akhir tahun. Bonus tahunan penting bagi perusahaan

Apa yang dimaksud dengan Bonus?


Bonus adalah sejumlah uang yang ditambahkan ke gaji karyawan, biasanya diperuntukkan bagi
karyawan sebagai hadiah untuk karena mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Apabila
pembayaran gaji pokok biasanya dilakukan setiap bulan, maka pembayaran bonus dilakukan secara
bervariasi, tergantung pada kriteria-kriteria seperti : omset tahunan perusahaan, atau jumlah pelanggan
yang diperoleh, atau nilai saham perusahaan saat ini. Dengan demikian pembayaran bonus dapat
bertindak sebagai insentif bagi para pekerja agar termotivasi untuk mencari keuntungan bagi
keberhasilan ekonomi perusahaan mereka.
Apa saja yang dapat dikategorikan sebagai bonus yang dapat diterima oleh pekerja?

Bonus dapat pula dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Bonus Retensi

Bonus Retensi adalah pembayaran insentif yang digunakan untuk mencegah karyawan meninggalkan
perusahaan. Biasanya karyawan diminta untuk menandatangani perjanjian yang menyatakan mereka
akan tetap bekerja untuk jangka waktu tertentu atau sampai selesainya suatu tugas atau proyek
tertentu agar memenuhi syarat untuk mendapatkan bonus.

b. Bonus Tahunan

Bonus Tahunan adalah sebuah pembayaran kompensasi variabel, biasanya dalam bentuk uang tunai,
yang diberikan kepada karyawan jika kinerja tahunan perusahaan melebihi target keuangan dan non-
keuangan yang ditentukan. Ukuran bonus umumnya dinyatakan sebagai persentase dari gaji pokok dan
mungkin memiliki minimum yang dijamin dan maksimum tertentu

c. Bonus Akhir Tahun

Bonus Akhir Tahun adalah adalah pembayaran yang terkadang diberikan kepada karyawan pada akhir
tahun ketika karyawan dan/atau perusahaan berkinerja sangat baik.

d. Tanteim

Tantiem adalah bagian keuntungan perusahaan yang dihadiahkan kepada karyawan, yang baru dapat
diberikan bila perusahaan memperoleh laba bersih sebagaimana ditentukan dalam Pasal 70 ayat (1) UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.
SE-16/PJ.44/1992 Tentang Pembagian Bonus, Gratifikasi, Jasa Produksi Dan Tantiem disebutkan bahwa,
Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada Direksi dan Komisaris oleh pemegang
saham yang didasarkan pada suatu prosentase/jumlah tertentu dari laba perusahaan setelah kena pajak.
Apa kata Undang-Undang mengenai pengaturan bonus tahunan?

Undang Undang No.13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan tidak mengatur mengenai pengaturan
bonus tahunan. Akan tetapi dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-
07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah, bonus
dikategorikan sebagai komponen non- upah. Komponen pendapatan non-upah, terdiri dari:

a. Fasilitas

Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal
yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan (antar
jemput pekerja atau lainnya); pemberian makan secara cuma-cuma; sarana ibadah; tempat penitipan
bayi; koperasi; kantin dan lain-lain.

b. Bonus

Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari
hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target
produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas; besarnya pembagian bonus diatur
berdasarkan kesepakatan.

c. Tunjangan Hari Raya (THR), Gratifikasi dan Pembagian keuntungan lainnya.

Apa bedanya bonus tahunan, tunjangan hari raya dan gaji ke-13?

Sesuai dengan yang tertera di pasal 2 Permenaker No.6/2016 tentang Tunjangan Hari Raya, pengusaha
diwajibkan untuk memberi THR Keagamaan kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus. Peraturan ini tidak membedakan status pekerja apakah telah
menjadi karyawan tetap, karyawan kontrak atau karyawan paruh waktu.

Sedangkan untuk bonus tahunan, tidak ada peraturan yang secara spesifik mengatur mengenai
pembagian bonus. Bonus tahunan memang bukanlah hal yang wajib untuk diberikan oleh pengusaha
kepada buruh atau pekerjanya. Ada atau tidak adanya bonus serta berapa besarnya bergantung pada
perjanjian antara pengusaha dan buruh, sehingga diperbolehkan apabila pengusaha tidak mau
memperjanjikan mengenai bonus tahunan tersebut. Bonus tahunan biasanya diberikan apabila
perusahaan mendapat laba/keuntungan atau memiliki nilai saldo positif di akhir tahun.

Untuk gaji ke-13, istilah gaji ke-13 biasanya diberikan bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS), arti dari gaji
ke-13 ini juga sama seperti bonus tahunan yang diberikan oleh para pekerja di sektor swasta. Biasanya
gaji ke-13 diberikan kepada PNS di akhir tahun.

Apakah Perusahaan yang tidak memberikan bonus tahunan dapat dituntut?


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian bonus memang tidak diatur dalam
peraturan ketenagakerjaan. Akan tetapi, bonus tersebut dapat dikategorikan sebagai hal-hal lain yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, sebagaimana
diatur dalam pasal 156 ayat 4 UU Ketenagakerjaan. Apalagi perusahaan telah menjanjikan bonus, maka
janji tersebut mengikat bagi perusahaan, sesuai dengan pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, jadi pekerja dapat menuntut pembayaran bonus tersebut.

Bagaimana pekerja dapat mengetahui atau menghitung besaran bonus yang dapat diterima?

Besar-kecil bonus tahunan umumnya tergantung prestasi karyawan atau tergantung prestasi
perusahaan. Hal tersebut juga sangat bergantung pada perusahaan masing-masing pekerja. Ada
perusahaan yang yang mencantumkan sistem pembagian bonus tahunan ini dalam AD/ART perusahaan,
yaitu: 8% dari keuntungan perusahaan setelah dikurangi laba ditahan, dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan. Ada juga perusahaan yang membagikan bonus secara
proposional.

Sumber

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990
tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan

Indra Munaswar, Sekjen FSPTSK

Darta Pakpahan, Decent Wage Coordinator KSBSI


DAFTAR PUSTAKA

https://googleweblight.com/?lite_url=https://gajimu.com/main/gaji/gaji-pejabat-negara-ri/gaji-
pns&ei=-WqXhSJU&lc=id-
ID&s=1&m=594&host=www.google.co.id&ts=1511358188&sig=ANTY_L2v9GoSj_M6R82tPyaJhapGtJfm-
A

https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/bonus-tahunan

https://nainah93.wordpress.com/2013/09/23/makalah-payment-point-2/

Anda mungkin juga menyukai