PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sejalan dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, listrikpun berkembang menjadi kebutuhan
primer yang sangat dibutuhkan manusia untuk menunjang berbagai fasilitas kehidupan. Semua gerak
langkah kemajuan teknologi, selalu berhubungan dengan kebutuhan nergi listrik.
saat ini menjalin hubungan kerjasama dengan PT Pos Indonesia. Kerjasama ini berupa Sistem Online
Payment Point (SOPP) APJ Sistem ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan dalam melakukan pembayaran rekening listrik setiap bulannya dengan cara menyediakan
kemudahan tempat pembayaran rekening listrik sehingga hal ini dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan (Customer Satisfaction)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan masalah pokok
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Payment point merupakan pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk keuntungan pihak
tertentu biasanya giro milik suatu perusahaan yang pembayarannya dilakukan melalui bank. Payment
point adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayara-
pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil seperti pembayaran rekening listrik, telepon, dan
air, & pembayaran kartu prabayar. Payment point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai
rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban kepada individu atau
lembaga tertentu yang memberi amanat
Penerimaan warkat-warkat dari pemilik rekening lazimnya dilakukan sekaligus dalam periode
tertentu, bulanan atau enam bulanan, dan lainnya. Pada saat menerima warkat pembayaran titipan ini,
belum ada kewajiban atau hak yang timbul. Kewajiban baru akan timbul setelah adanya penerimaan
pembayaran dari nasabah. Dengan demikian, karena kewajiban yang akan timbul akan bergantung dari
ada tidaknya pembayaran dari nasabah, penerimaan warkat-warkat ini harus dicatat oleh bank dalam
suatu rekening kontijensi, yang dikenal dengan rekening administratif.
Selama rekening administratif masih outstanding, maka masih ada warkat pembayaran titipan
yang belum diterima pembayarannya oleh bank. Dengan perkataan lain, melalui pencatatan dalam
rekening administratif ini merupakan sarana kontrol bagi besarnya pembayaran yang telah diterima oleh
bank yang berasal dari pelunasan warkat tersebut.
Sebagai contoh apabila Bank Omega Jakarta menerima sebundel rekening tagihan listrik PLN
bernilai Rp 32.000.000,00 untuk tagihan pelanggan periode Agustus 201X, pada saat penerimaan bunde
rekening titipan ini, Bank Omega akan membukukan :
Penerimaan dari pembayaran titipan harus diadministrasikan dengan kontrol yang ketat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah uang atau pembayaran yang telah
diterima oleh bank.
Misalnya pada akhir hari, jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima mencapai jumlah
sebesar Rp 5.750.000,00 semuanya diterima tunai oleh Bank Omega-Jakarta. Oleh Bank Omega-Jakarta
akan dibukukan seluruh penerimaan uang dari pembayaran rekening tersebut dengan ayat jurnal
sebagai berikut :
D : Kas Rp 5.750.000,00
Untuk mencatat posisi warkat yang masih outstanding atau belum dibayar oleh para pelanggan,
harus dibukukan dengan jumlah nilai yang sama dengan diatas dan langsung mengurangi rekening
administratif yang masih outstanding.
Dengan dibukukannya ayat jurnal di atas, maka sisa warkat yang belum dibayar oleh pelanggan listrik
menjadi Rp 26.250.000,00 (selisih antara Rp 32.000.000,00 warkat yang telah diterima dari PLN dengan
jumlah pembayaran pelanggan Rp 5.750.000,0
Payment point dapat dibedakan menjadi payment poin konvensional/system online payment point
(SOPP) dengan payment point online bank (PPOB).
C. SISTEM ONLINE PAYMENT POINT ( SOPP)
Payment Point Konvensional adalah salah satu mekanisme pembayaran tagihan dengan cara
konvensional dimana proses pelimpahan dana ke rekening receipt PLN dilakukan dengan cara
melakukan penyetoran dana ke Bank secara cash. System pengelolaan data yang biasa dilakukan dalam
manajemen data saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan data secara Batch, yaitu system pengolahan data transaksi dengan cara
mengumpulkan terlebih dahulu transaksi yang terjadi, kemudian pada waktu yang telah ditentukan data
transaksi tersebut sekaligus diproses, biasanya sambil merevisi data file master.
2. Pengelolaan data secara online, yaitu pengelolaan cecara langsung saat data dimasukkan ke dalam
suatu system informasi. Pengelolaan data secara online ini dikembangkan untuk memperoleh informasi
yang selalu mutakhir.
Adanya perkembangan teknologi computer dan jaringan telekomunikasi, maka dibuatlah berbagai
macam aplikasi yang dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, salah satu
aplikasi tersebut adalah Sistem Online Payment Point (SOPP).
Aplikasi SOPP adalah aplikasi yang digunakan untuk melayani pembayaran pelunasan piutang
pelanggan. Proses pelunasan ini diawali dengan membaca Data Piutang Pelanggan (DPP) untuk
menentukan pelanggan dan jumlah tagihan yang akan dilunasi yang direalisasikan dengan membentuk
Data Pelunasan Harian (DPH).
Adapun fungsi fungsi dari penerapan aplikasi SOPP ini adalah sebagai berikut:
2. Melayani pembayaran atau pelunasan piutang pelanggan, baik secara individu, kelompok, maupun
kolektif.
5. Menampilkan dan mencetak laporan-laporan yang terkait dengan tagihan pelanggan dan pelunasan
piutang pelanggan.
Sistem ini juga sering disebut dengan System Online Payment Point (SOPP).
System ini secara online menghubungkan perangkat computer dengan host
computer yang ada di pusat atau perusahaan. Dewasa ini, prosedur
pembayaran dengan mendatangi loket-loket pembayaran tagihan listrik dan
tagihan lainnya yang telah bekerja sama dengan PLN dinilai tidak efisien lagi
karena semakin banyaknya jumblah pelanggan yang tersebar dimana-mana.
Konsep Payment Point Convensional di PLN memiliki beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya,
diantaranya :
1. PLN bekerjasama langsung dengan KUD sebagai tempat pembayaran tagihan rekening listrik,
sehingga timbul resiko atas cash in transit (misalnya dirampok, disalhgunakan, dan lain-lain).
2. Data dan dana yang ada sulit untuk direkonsiliasi karena dengan terbatasnya jumlah
pejabat/petugas yang bertanggung jawab.
3. Pelayanan PLN melalui KUD kurang menarik karena minimnya dana atau konpensasi yang diterima
KUD.
Adanya kelemahan-kelemahan dalam penerapan payment point konvensional, maka PLN menerapkan
payment point online bank (PPOB).
PPOB adalah Payment Point Online Bank, salah satu system mekanisme pembayaran tagihan yang lebih
aman, mudah dan murah. PPOB merupakan layanan pembayaran tagihan secara online real time
sehingga proses rekonsiliasi data dan dana bisa lebih cepat dan akurat.
PPOB tidak hanya lebih memudahkan layanan bagi pelanggan, namun juga memiliki multiflier effect
yang luar biasa bagi masyarakat luas, dengan membuka peluang usaha baru dan pemberdayaan
ekonomi kecil. Kedepan PPOB berlomba-lomba menjadi yang terlengkap fitur pelayanannya dan
termudah dalam pengoperasiannya
PPOB ini merupakan system yang digunakan oleh PLN dalam pelaksanaan penerimaan pembayaran,
dimana setiap loket pembayaran memiliki deposit pada bank. Dalam system PPOB proses penerimaan
tagihan listrik tidak dilakukan oleh petugas PLN namun langsung diterima oleh coolecting agent dan
secara otomatis ditransfer ke account receipt PLN. Dengan berjalannya system PPOB, maka beberapa
proses bisnis yang selama ini sudah berjalan dapat lebih disederhanakan.
1. Kerja sama dengan bank dan pos, kemudian memanfaatkan network mereka.
Berdasarkan gambar tersebut diatas (Gambar 2) maka dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Data piutang PLN (DPP PLN) dapat diakses oleh perusahaan yang bekerja sama dengan PLN sebagai
switching company atau perusahaan yang menyediakan jasa layanan online, perusahaan-perusahaan
tersebut diantaranya : Artajasa (AJ), Flash Mobile (FM), Sarana Sarana Yukti Bandana (SYB) .
2. Selain bekerja sama dengan switching company , PLN juga bekerja sama dengan beberapa Bank /
Pos dengan memanfaatkan network/jaringan yang telah mereka miliki, misalnya : ATM, EDC (Electric
Data Capture), kantor POS, Mobile Pos dan lain-lain.
1. PLN akan semakin focus pada pengadaan dan perawatan listrik, tidak terganggu dengan maslah
aliran dana dari pelanggan ke PLN karena pengelolaannya langsung ditangani oleh bank.
2. PLN tidak terlalu melakukan Rekonsiliasi kesetiap loket karena langsung dilakukan oleh penyedia
jasa network/jaringan.
3. Maslah akibat ketidak cocokan data lebih mudah diselesaikan karena data tersebut mengacu
kepada satu database.
4. System pengelolaan data lebih lanjut maupun system monitoring, pengawasan dan pelaporan akan
lebih mudah dan lebih akurat.
5. Mutu pelayanan akan semakin baik, dimana pelanggan akan merasa lebih nyaman.
System Pengelolaan Dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat (P2APST) adalah suatu system
pembayaran tagihan listrik dan non tagihan listrik melalui Bank dan atau pihak selain Bank secara real
time online per transaksi dan pelimbahan dana dilakukan dari account Bank ke account PLN. Dengan
demikian, dana pendapatan PLN akan lebih mudah dikelola dan diawasi atau monitoring. Melalui system
ini maka semua transaksi keauang yang berlangsung di PLN akan dikelola dan dimonitoring langsung
oleh pihak PLN Pusat tanpa melibatkan PLN Unit Pelaksana. Berbeda dengan system PPOB, dimana
system PPOB itu sendiri menempatkan PLN Unit Pelaksana Induk sebagai pusat database, sedangkan
system P2APST telah menempatkan PLN Pusat sebagai pusat database. Secara sederhana konsep
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini.Peserta system P2APST ini adalah :
1. Pihak Bank atau pihak selain Bank yang berperan sebagai Collecting Agent (CA)
2. Switching Provider, berperan sebagai penyedia jaringan penghubung (network) dan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak PLN Pusat.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Payment point adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani masyarakat yang akan melakukan
pembayara-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil seperti pembayaran rekening listrik,
telepon, dan air, & pembayaran kartu prabayar. Payment point disebut juga rekening titipan dan
diartikan sebagai rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan kewajiban kepada
individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat
Payment Point Konvensional adalah salah satu mekanisme pembayaran tagihan dengan cara
konvensional dimana proses pelimpahan dana ke rekening receipt PLN dilakukan dengan cara
melakukan penyetoran dana ke Bank secara cash. System pengelolaan data yang biasa dilakukan
dalam manajemen data saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Payment Point Online Bank(PPOB) merupakan layanan pembayaran tagihan secara online real time
sehingga proses rekonsiliasi data dan dana bisa lebih cepat dan akurat.
Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut
andil dalam penulisan makalah ini.Semoga makalah bermanfaat. Dan tak lupa saya menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu
kami tunggu dan perhatikan.
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2015 - 2017
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2015 - 2017 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015
tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 mengenai gaji
pegawai negeri sipil, mengalami kenaikan 6 persen.
Pada tanggal 4 Juni 2015, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977
mengenai gaji pegawai negeri sipil.
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengalami kenaikan sebesar 6 persen di tahun 2015, dimana gaji
terendah PNS adalah Rp 1.488.500/bulan. Gaji pokok tersebut untuk PNS Golongan I a dengan masa
kerja 0 tahun. Sementara gaji pokok tertinggi PNS adalah Rp 5.620.300/bulan untuk PNS Golongan IV e
dengan masa kerja 32 tahun.
Berikut adalah rincian daftar gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) Indonesia tahun 2015 - 2017 :
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
Daftar diatas merupakan gaji pokok yang diterima oleh PNS tiap bulannya. Selain gaji pokok, PNS juga
berhak atas tunjangan seperti tunjangan fungsional, tunjangan jabatan bahkan tunjangan kinerja.
Tunjangan-tunjangan ini nilainya melebihi gaji pokok.
Catatan :
Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan golongan kepangkatan dan
eselonisasi dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil :
GOLONGAN IV
(Pembina)
Pembina Utama IV E
Pembina UtamaMadya IV D
Pembina Tingkat I IV B
Pembina IV A
GOLONGAN II
(Pengatur)
Pengatur Tingkat I II D
GOLONGAN I (Juru)
Juru Tingkat I I D
Juru I C
Apa yang dimaksud dengan Juru, pengatur, penata dan pembina dalam golongan kepangkatan PNS?
1. JURU
Juru merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS golongan I/a hingga I/d. Apabila dilihat dari persyaratan
golongannya, maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal jenjang
sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat
diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan juru baru membutuhkan kemampuan
dasar dan belum menuntut suatu ketrampilan bidang ilmu tertentu. Dapat dikatakan bahwa juru
merupakan pelaksana pembantu (pemberi asistensi) dalam bagian kegiatan yang menjadi tanggung
jawab jenjang kepangkatan di atasnya (pengatur).
2. PENGATUR
Pengatur merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan II/a hingga II/d dengan sebutan secara
berjenjang: pengatur muda, pengatur muda tingkat I, pengatur, dan pengatur tingkat I. Jika dilihat dari
persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal
jenjang sekolah lanjutan atas hingga diploma III, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat
diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan pengatur sudah mulai menuntut suatu
ketrampilan dari bidang ilmu tertentu, namun sifatnya sangat teknis. dengan demikian pada tingkatan
ini, pengatur adalah orang yang melaksanakan langkah-langkah realisasi suatu kegiatan yang merupakan
operasionalisasi dari program instansinya.
3. PENATA
Penata merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan III/a hingga III/d dengan sebutan secara
berjenjang: penata muda, penata muda tingkat I, penata, dan penata tingkat I. Jika dilihat dari
persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal
jenjang S1 atau Diploma IV ke atas, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat diasumsikan
bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan penata sudah mulai menuntut suatu keahlian bidang
ilmu tertentu dengan lingkup pemahaman kaidah ilmu yang telah mendalam. dengan pemahamannya
yang komprehensif tentang sesuatu maka penata bukan lagi sekedar pelaksana, melainkan sudah
memiliki tanggung jawab menjamin mutu proses dan keluaran kerja tingkatan pengatur.
4. PEMBINA
Pembina merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan IV/a hingga IV/e dengan sebutan secara
berjenjang: pembina, pembina tingkat I, pembina utama muda, pembina utama madya dan pembina
utama. Sebagai jenjang tertinggi, kepangkatan ini tentunya diperoleh sesudah melalui suatu perjalanan
karier yang panjang sebagai PNS. Ini berarti pekerjaan pada kelompok kepangkatan pembina semestinya
bukan saja menuntut suatu keahlian bidang ilmu tertentu yang mendalam, namun juga menuntut suatu
kematangan dan kearifan kerja yang sudah diperoleh sepanjang masa kerjanya. dengan demikian,
pembina adalah model peran bagi jenjang-jenjang di bawahnya guna keperluan membina dan
mengembangkan kekuatan sumberdaya untuk jangkauan pandang ke depan.
Esel Golon Golon Jabatan instansi pusat Jabatan instansi Jabatan instansi
on gan gan daerah (provinsi) daerah
Pangk Pangk (kabupaten/kota)
at at
Tertin Teren
ggi dah
IIa IV/d IV/c Kepala Biro Kepala Asisten Staf Ahli Sekretaris Daerah
Pusat Asisten Deputi Gubernur Sekreta
ris DPRD Kepala
Dinas Kepala
Badan Inspektur
Direktur RS Umum
Daerah Kelas A
IIb IV/c IV/b Kepala Asisten Staf Ahli
Biro Direktur RS Bupati/Walikota S
Umum Daerah ekretaris
Kelas B Wakil DPRD Kepala
Direktur RS Umum Dinas Kepala
Kelas A Direktur Badan Direktur RS
RS Khusus Kelas A Umum Daerah
Kelas A dan B
Apa yang dimaksud dengan Eselon I, II,III,IV dalam jabatan struktural PNS?
1.ESELON I
Eselon I merupakan hirarki jabatan struktural yang tertinggi, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IA dan Eselon
IB. Jenjang pangkat bagi Eselon I adalah terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/e. Ini berarti
secara kepangkatan, personelnya sudah berpangkat pembina yang makna kepangkatannya adalah
membina dan mengembangkan. Di tingkat provinsi, maka Eselon I dapat dianggap sebagai pucuk
pimpinan wilayah (Provinsi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab efektivitas provinsi yang
dipimpinnya. Hal itu dilakukan melalui keahliannya dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pokok yang
akan membawa provinsi mencapai sasaran-sasaran jangka pendek maupun jangka panjang.
2. ESELON II
Eselon II merupakan hirarki jabatan struktural lapis kedua, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IIA dan Eselon
IIB. Jenjang pangkat bagi Eselon II adalah terendah Golongan IV/c dan tertinggi Golongan IV/d. Ini berarti
secara kepangkatan, personelnya juga sudah berpangkat pembina yang makna kepangkatannya adalah
membina dan mengembangkan. Di tingkat provinsi, maka Eselon II dapat dianggap sebagai manajer
puncak satuan kerja (Intansi). Mereka berperan sebagai penanggungjawab efektivitas instansi yang
dipimpinnya melalui keahliannya dalam perancangan dan implementasi strategi guna merealisasikan
implementasi kebijakan-kebijakan pokok provinsi.
3. ESELON III
Eselon III merupakan hirarki jabatan struktural lapis ketiga, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IIIA dan Eselon
IIIB. Jenjang pangkat bagi Eselon III adalah terendah Golongan III/d dan tertinggi Golongan IV/d. Ini
berarti secara kepangkatan, personelnya juga berpangkat pembina atau penata yang sudah mumpuni
(Penata Tingkat I) sehingga tanggungjawabnya adalah membina dan mengembangkan. Di tingkat
provinsi, Eselon III dapat dianggap sebagai manajer madya satuan kerja (Intansi) yang berfungsi sebagai
penanggungjawab penyusunan dan realisasi program-program yang diturunkan dari strategi instansi
yang ditetapkan oleh Eselon II.
4. ESELON IV
Eselon IV merupakan hirarki jabatan struktural lapis keempat, terdiri dari 2 jenjang: Eselon IVA dan
Eselon IVB. Jenjang pangkat bagi Eselon IV adalah terendah Golongan III/b dan tertinggi Golongan III/d.
Ini berarti secara kepangkatan, personelnya berpangkat penata yang sudah cukup berpengalaman.
makna kepangkatannya adalah menjamin mutu. Oleh karenanya di tingkat provinsi, Eselon IV dapat
dianggap sebagai manajer lini satuan kerja (Instansi) yang berfungsi sebagai penanggungjawab kegiatan
yang dioperasionalisasikan dari program yang disusun di tingkatan Eselon III.
Peraturan Mengenai Bonus Tahunan
Bonus, bonus tahunan atau gaji ke-13 merupakan tambahan uang yang diberikan kepada pekerja selain
gaji. Biasanya bonus tahunan diberikan sesuai dengan prestasi dan kemampuan/keuntungan
perusahaan di akhir tahun. Bonus tahunan penting bagi perusahaan
a. Bonus Retensi
Bonus Retensi adalah pembayaran insentif yang digunakan untuk mencegah karyawan meninggalkan
perusahaan. Biasanya karyawan diminta untuk menandatangani perjanjian yang menyatakan mereka
akan tetap bekerja untuk jangka waktu tertentu atau sampai selesainya suatu tugas atau proyek
tertentu agar memenuhi syarat untuk mendapatkan bonus.
b. Bonus Tahunan
Bonus Tahunan adalah sebuah pembayaran kompensasi variabel, biasanya dalam bentuk uang tunai,
yang diberikan kepada karyawan jika kinerja tahunan perusahaan melebihi target keuangan dan non-
keuangan yang ditentukan. Ukuran bonus umumnya dinyatakan sebagai persentase dari gaji pokok dan
mungkin memiliki minimum yang dijamin dan maksimum tertentu
Bonus Akhir Tahun adalah adalah pembayaran yang terkadang diberikan kepada karyawan pada akhir
tahun ketika karyawan dan/atau perusahaan berkinerja sangat baik.
d. Tanteim
Tantiem adalah bagian keuntungan perusahaan yang dihadiahkan kepada karyawan, yang baru dapat
diberikan bila perusahaan memperoleh laba bersih sebagaimana ditentukan dalam Pasal 70 ayat (1) UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.
SE-16/PJ.44/1992 Tentang Pembagian Bonus, Gratifikasi, Jasa Produksi Dan Tantiem disebutkan bahwa,
Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada Direksi dan Komisaris oleh pemegang
saham yang didasarkan pada suatu prosentase/jumlah tertentu dari laba perusahaan setelah kena pajak.
Apa kata Undang-Undang mengenai pengaturan bonus tahunan?
Undang Undang No.13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan tidak mengatur mengenai pengaturan
bonus tahunan. Akan tetapi dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-
07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah, bonus
dikategorikan sebagai komponen non- upah. Komponen pendapatan non-upah, terdiri dari:
a. Fasilitas
Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal
yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan (antar
jemput pekerja atau lainnya); pemberian makan secara cuma-cuma; sarana ibadah; tempat penitipan
bayi; koperasi; kantin dan lain-lain.
b. Bonus
Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari
hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target
produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas; besarnya pembagian bonus diatur
berdasarkan kesepakatan.
Apa bedanya bonus tahunan, tunjangan hari raya dan gaji ke-13?
Sesuai dengan yang tertera di pasal 2 Permenaker No.6/2016 tentang Tunjangan Hari Raya, pengusaha
diwajibkan untuk memberi THR Keagamaan kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus. Peraturan ini tidak membedakan status pekerja apakah telah
menjadi karyawan tetap, karyawan kontrak atau karyawan paruh waktu.
Sedangkan untuk bonus tahunan, tidak ada peraturan yang secara spesifik mengatur mengenai
pembagian bonus. Bonus tahunan memang bukanlah hal yang wajib untuk diberikan oleh pengusaha
kepada buruh atau pekerjanya. Ada atau tidak adanya bonus serta berapa besarnya bergantung pada
perjanjian antara pengusaha dan buruh, sehingga diperbolehkan apabila pengusaha tidak mau
memperjanjikan mengenai bonus tahunan tersebut. Bonus tahunan biasanya diberikan apabila
perusahaan mendapat laba/keuntungan atau memiliki nilai saldo positif di akhir tahun.
Untuk gaji ke-13, istilah gaji ke-13 biasanya diberikan bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS), arti dari gaji
ke-13 ini juga sama seperti bonus tahunan yang diberikan oleh para pekerja di sektor swasta. Biasanya
gaji ke-13 diberikan kepada PNS di akhir tahun.
Bagaimana pekerja dapat mengetahui atau menghitung besaran bonus yang dapat diterima?
Besar-kecil bonus tahunan umumnya tergantung prestasi karyawan atau tergantung prestasi
perusahaan. Hal tersebut juga sangat bergantung pada perusahaan masing-masing pekerja. Ada
perusahaan yang yang mencantumkan sistem pembagian bonus tahunan ini dalam AD/ART perusahaan,
yaitu: 8% dari keuntungan perusahaan setelah dikurangi laba ditahan, dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan. Ada juga perusahaan yang membagikan bonus secara
proposional.
Sumber
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990
tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan
https://googleweblight.com/?lite_url=https://gajimu.com/main/gaji/gaji-pejabat-negara-ri/gaji-
pns&ei=-WqXhSJU&lc=id-
ID&s=1&m=594&host=www.google.co.id&ts=1511358188&sig=ANTY_L2v9GoSj_M6R82tPyaJhapGtJfm-
A
https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/bonus-tahunan
https://nainah93.wordpress.com/2013/09/23/makalah-payment-point-2/