Anda di halaman 1dari 11

Akuntansi di

Indonesia
Sejarah
01 Akuntansi di
Indonesia
01 Project introduction

Awal penerapan akuntansi modern di Indonesia baru dimulai pada masa kolonial
Belanda. Ketika datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16, Belanda kemudian
membentuk sebuah organisasi dagang bernama VOC. Pada sekitar tahun 1642,
akuntansi sudah mulai mengalami perkembangan di Indonesia. Setelah VOC
bangkrut pada akhir abad ke-18, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda
dan mulai muncul berbagai perusahaan Belanda di Indonesia. Di dalam
perusahaan ini diberlakukan pencatatan pembukuan yang menekankan pada
mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang demi kepentingan
Belanda. Perkembangan akuntansi yang signifikan baru terlihat setelah undang-
undang mengenai sistem tanam paksa dihapuskan pada 1870. Lalu, pada 1907,
dikirim anggota dari sebuah organisasi akuntan, Nederlands Insitute Van
Accountants (NIVA), bernama Van Schagen untuk menyusun serta mengontrol
pembukuan perusahaan. Sejak saat itu, penerapan akuntansi terus mengalami
perkembangan di Indonesia.
2. Kerangka Insitutional dan Legislatif
1. Commercial Code1847
Di Indonesia undang-undang ini dinamakan "Kitab Undang- Undang Hukum Dagang" yang isinya diambil
dari "Commercial Code- nya" Belanda (Wetboek van Koophandel 1847) dengan beberapa perubahan.
Undang-undang tersebut mengatur kegiatan bisnis dan memiliki aturan umum dimana catatan akuntansi
yang cukup harus dibuat sehingga posisi keuangan perusahaan dapat ditentukan. Namun demikian
undang-undang ini tidak mengatur secara spesifik pembukuan atau catatan yang bagaimana yang harus
dibuat dan disimpan2. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 Undang-Undang ini efektif
berlaku bulan Maret 1996 dan mengatur berbagai persyaratan penyusunan laporan keuangan. Di samping
itu, ada aturan yang menyebutkan bahwa direktur perusahaan harus dibuat dan disimpan
2. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 Undang-Undang ini efektif berlaku bulan Maret 1996
dan mengatur berbagai persyaratan penyusunan laporan keuangan. Di samping itu, ada aturan yang
menyebutkan bahwa direktur perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS) paling lambat 5 bulan setelah tanggal laporan keuangan. Selain itu, direktur
perusahaan dan komisaris wajib menandatangani laporan tersebut
3. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 tentang Laporan Keuangan Perusahaan. Peraturan pemerintah ini
merefleksikan perbaikan yang signifikan berkaitan dengan upaya menciptakan praktik bisnis yang transparan
4. 4. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
5. Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 (diubah denganUU No 19 tahun 1998)
3. PELAPORAN KEUANGAN DAN PENGUNGKAPAN
PERSYARATAN

Di Indonesia, pengungkapan (disclosure) diatur oleh berbagai lembaga. Lembaga yang berhubungan dengan
aspek pelaporan keuangan di Indonesia adalah (Diga dan Yunus 1997):
a) Bank Indonesia. Di luar otoritasnya sebagai pihak yanag mengatur kebijakan moneter negara, BI juga
mengatur persyaratan pelaporan keuangan untuk semua bank dan lembaga keuangan non bank yang
beroperasi di Indonesia
b) Departemen Keuangan Departmen ini mengawasi aktivitas Direktorat Jenderal Pajak dan Bapepam
c) Direktorat Jenderal Pajak Lembaga ini bertanggungjawab atas administrasi peraturan pajak dan membuat
pedoman pembukuan dan laporan keuangan yang diperlukan semua. wajib pajak berbentuk badan usaha
d) Bapepam Bapepaam bertindak sebagai regulator atas suratberharga semua perusahaan yang terdaftar di
pasar modalIndonesia. Bapepam juga mengatur berbagai ketentuanpelaporan keuangan perusahaan go
public.
4. KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN DAN TRANSPARANSI

Beberapa penelitian dapat digunakan sebagai rujukan untuk menilai kualitas pelaporan keuangan di Indonesia.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Craig dan Diga (1998). Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa luas pengungkapan di dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia untuk tahun yang
berakhir: 1994 hanya sebesar 55% dari total item disclosure yang terdapat dalam standar akuntansi
internasioanal. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan di Indonesia tergolong rendah.Pada
tahun 1999, Price WaterhouseCoopers (1999) melakukan survei terhadap investor institusi yang bertinggal di
Singapora terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada
pada ranking rendah di antara 12 negara Asia-Australia dalam hal standar disclosure dan transparansi,
akuntabilitas kepada pemegang saham, board process, auditing, dan kepatuhan (compliance).Studi berikutnya
dilakukan oleh Tearney (2001), yang mencoba membandingkan level pengungkapan antara Amerika dan
Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa level disclosure perusahaan Amerika adalah 97% sementara Indonesia
96%. Tearney (2001) menyimpulkan
5. PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI AKUNTANSI
Sampai dengan tahun 1950an, di Indonesia belum ada profesi akuntansi lulusan universitas lokal. Hampir semua
akuntan memiliki kualifikasi professional yang berasal dari Belanda. Munculnya Undang-Undang No. 34/1954
tentang Pemakaian Gelar Akuntan merupakan fondasi lahirnya akuntan yang berasal dari univesitas lokal. Pada
tahun 1957, kelompok pertama mahasiswa akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun demikian, kantor
akuntan publik milik orang Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Atas dasar kenyataan tersebut, akuntan
lulusan Universitas Indonesia bersama- sama dengan akuntan senior lulusan Belanda mendirikan Ikatan Akuntan
Indoneia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. Professor Soemardjo Tjitrosidojo-akademisi berpendidikan
Belanda adalah Ketua Umum IAI yang pertama (Yunus 1990). Tujuan didirikannya Empat puluh lima tahun
setelah pendirian, IAI berkembang menjadi organisasi profesi yang diakui keberadaanya di Indonesia. Lebih dari
65% anggotanya bertempat tinggal di Indonesia dan berprofesi sebagai akuntan publik, akuntan manajemen,
akuntan pendidik dan akuntan pemerintah.
Profesi akuntansi menjadi sorotan publik ketika terjadi krisis keuangan Asia pada tahun 1997 yang ditandai
dengan bangkrutnya berbagai perusahaan dan bank di Indonesia. Hal ini disebabkan perusahaan yang
mengalami kebangkrutan tersebut, banyak yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian (unqualified audit
opinions) dari akuntan publik. Pada bulan Juni 1998 Asian Development Bank (ADB) menyetujui Financial
Governance Reform Sector Development Program (FGRSDP) untuk mendukung usaha pemerintah
mempromosikan dan memperkuat proses pengelolaan perusahaan (governance) di sektor publik dan keuangan.
Kebijakan FGRSDP yang disetujui pemerintah adalah usaha untuk menyusun peraturan yang membuat: (1)
auditor bertanggung jawab atas kelalaian dalam melaksanakan audit, dan (2) direktur bertanggung jawab atas
informasi yang salah dalam laporan keuangan dan informasi publik lainnya. Tahun 2001, Departemen Keuangan
mengeluarkan Draft Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik (RUU AP) yang membahas
isu berkaitan dengan Undang-Undang Akuntan Publik yang baru
6. STRUKTUR ORGANISASI IAI
1. Kompartemen Akuntan Akademisi (IAI-KAA) Kompartemen ini bertugas memberikan saran tentang
perbaikan kurikulum pendidikan akuntansi. IAI-KAA juga berfungsi untuk menyiapkan ujian sertifikasi
akuntan publik.
2. Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM) IAI-KAM bertugas untuk menyiapkan dan
mengimplementasikan proposal tentang standar kompetensi akuntan manajemen. Kompartemen ini juga
bertugas untuk mengembangkan kualifikasi bagi akuntan manajemen.
3. Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) Kompartemen Akuntan Publik bertugas untuk mengatur perizinan
kantor akuntan publik, membuat standar profesi mereview pelanggaran disiplin dan memberikan sanksi
kepada akuntan publik.
4. Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP) Kompartemen ini bertugas mengeluarkan peraturan dalam
bentuk exposure draft akuntansi sektor publik dan persyaratan pelaporan keuangan
7. STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Selama tiga dekade, pelaporan keuangan di Indonesia telah berkembang secara substansial. Indonesia telah
melakukan berbagai perubahan dalam mengadopsi standar akuntansi keuangan dan sekarang ini mengadopsi
standar akuntansi internasional (international financial reporting standard-IFRS) yang dikeluarkan International
Accounting Standard Board (IASB).Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (PSAK) cenderung dikembangkan
dengan pendekatan principle-based standards bukannya US rule-based standards (ADB 2003). Dalam principle-
based standards, standar akuntansi memberikan pedoman yang sifatnya umum Sebaliknya, dalam rule-based
standards, berusaha untuk mengatur setiap situasi bisnis. Aturan (rules) menggantikan professional judgment
sehingga mementingkan bentuk hukum (legal form) dan mengabaikan substansi ekonominya (economic
substance). Yang menarik beberapa PSAK lebih maju dibandingkan IAS maupun US GAAP (ADB 2003). Misalnya
PSAK 53 tentang Akuntansi untuk Kompensasi Saham diberlakukan wajib (mandatory), sementara SFAS 123 di
Amerika bersifat optional atau pilihan (karena adanya tekanan lobi)
8. PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Proses penyusunan standar akuntansi yang baik harus memiliki lima tahapan (ADB 2003): (1) design-aspek
khusus akuntansi tertentu diidentifikasi dan diteliti dan exposure draft disiapkan; (2) approval- draft tersebut
direview dan jika layak akan disetuji sebagai standar; (3) education-penjelasan kepada penyusun dan pemakai
laporan keuangan tentang pengaruh dan implementasi standar yang baru; (4) implementation-ketentuan dalan
standar tersebut diaplikasikan dalam perusahaan; (5) enforcement-pengawasan dan pemberian sanksi bagi yang
tidak menerapkan.
Thanks
THANKS FOR
LISTENING

Anda mungkin juga menyukai