Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Kliring

Kliring merupakan suatu istilah dalam dunia bank dan keuangan, menunjukkan suatu


aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga
selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan
dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna
melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring melibatkan manajemen dari paska
perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, guna memastikan bahwa transaksi
dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun penjual
menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Proses kliring adalah
termasuk pelaporan / pemantauan, marjin risiko, netting transaksi dagang menjadi posisi
tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan kegagalan.
PSAK 31 Akuntansi Perbankan (Accounting for Bank)
Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun
berdasarkan PSAK. Sebelumnya standar khusus akuntansi untuk industri perbankan ini
telah dikeluarkan oleh IAI sejak 5 Juni 1992 dalam Pernyataan Prinsip Akuntansi
Indonesia Akuntansi No. 7 tentang Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia
(SKAPI).
Kemudian seiring dengan proses harmonisasi
dengan lnternationalAccounting Standards dan dalam rangka pengembangan PAI
menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) maka SKAPI disesuaikan seperlunya
menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan
pada 7 September 1994.

B. Sistem Kliring

Berdasarkan sistem penyelenggarannya, kliring dapat menggunakan :


1. Sistem Manual, yaitu sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta.
2. Sistem Semi Otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan secara otomasi,
sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
3. Sistem Otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan Kliring Lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan oleh penyelenggara secara
otomasi.
4. Sistem Elektronik, yaitu penyelenggaraan Kliring Lokal secara elektronik yang
selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data
Keuangan Elektronik yang selanjutnya disetiap DKE disertai dengan penyampaian
warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

C. Peserta Kliring

Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara
untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :
1. Peserta Langsung

Adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara alngsung dengan
menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah kliring
yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung harus memenuhi
syarat sbb :
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung, adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar
negeri, ang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam
negeri yang telah memperoleh izin daru Bank Indonesia untuk beroperasi di
wilayah kliring yang berbeda dari kantor cabang induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu kantor
Bank Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kiriman secara
tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi
penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
2. Peserta Tidak Langsung

Adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring melalui dan
menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang merupakan
bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor cabang,
dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi
persyaratan sbb :
a. Kantor cabang yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indoensia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di
luar negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank
Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di
dalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia.
b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain
yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung di
wilayah kliring yang sama.
D. Warkat dan Dokumen Kliring

Warkat Adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk
untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat ini telah diatur dalam perundang-
undangan atau ketentuan lain yang berlaku yang lazim digunakan dalam transaksi
pembayaran. Warkat yang dapat diperhtungkan dalam kliring otomasi adalah;
1. Cek

Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang HukumDagang


(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata,dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.

2. Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia.

3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)

WBUT adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank
khusus untuk sarana transfer.

4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)                     


SBPT adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada
bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.

5. Nota Debet

Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat debet yang
dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank
yang menyampaikan warkat debet kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut.

6. Warkat Kredit

Warkat kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank ata nasabah bank yang menerima warkat tersebut.

Dokumen kliring merupakan dokumen yang berdungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring di tempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam
penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa daftar warkat kliring penyerahan
(pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti penyerahan (pengembalian) warkat baik pada
kliring penyerahan maupun kliring pengembalian. Daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian ini disediakan oleh masing-masing peserta. Proses perhitungan
tersebut terdiri dari :
1. Bukti Penyerahan Debet Kliring penyerahan (BPWD);
2. Bukti Penyerahan Kredit Kliring penyerahan (BPWK);
3. Kartu batch warkat debet;
4. Kartu batch warkat kredit;
5. Lembar substitusi.

Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan sistem manual
meliputi :
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan. Formulir ini disediakan oleh
penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi
neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan
digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/pengembalianatas dasar daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh peserta
untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan dan
neraca kliring pengembalian.
E. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual

Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahao yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan
wakil peserta walaupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan
dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.
1. Kliring Penyerahan

Meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan yang dilakukan
di tempat penyelenggara. Antara lain:
1. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan di
tempat penyelenggara, peserta harusmelakukan persiapan sbb:
a. Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan diklingkan apakah
warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah
memenuhi spesifikasi sesuaiketentuan yang berlaku.
b. Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah
dipilah berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet
dan warkat kredit.
c. Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal
warkat serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat
kliring penyerahan tersebut dibuat tersendiri untuk kelompok warkat
debet dan kelompok warkat kredit per bank penerima.
2. Kegiatan peserta di tempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan di tempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat:
1) Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penererahan sebagai
bukti penerimaan warkat.
3) Menyerahkan lembar ketiga daftar warkat kliring penyerahan
kepada penyelenggara.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat:
1) Menerima dari peserta lain:
a) Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan
b) Warkat.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring penyerahan yang diserahkan oleh peserta lain sebagai
bukti penerimaan warkat.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
penyerahan yang diterima dari peserta lain dengan warkat yang
diterima.
e. Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring
penyerahan ini diisi rincian warkat yang diserahkan maupun yang
diterima serta saldo debet/kredit kliring penyerahan bagi peserta yang
bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan oada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan
lembar pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
3. Kegiatan petugas penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasaran neraca
kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.
b. Apabila peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring
penyerahan yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas
nama wakil peserta. Kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring
penyerahan dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud
pada angka 2 huruf c, d, e, dan f yang belum dilaksanakan oleh
petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang
bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang
bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring
penyerahan dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat dan neraca kliring
penyerahan.
2. Kliring Pengembalian

Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan di tempat penyelenggara.
1. Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian
ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :
a. Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada
pertemuan kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan
untuk dibukukan. Dalam hal warkat debet :
1) Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG
tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2) Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan
mengenai nila nominal nota debet; maka warkat debet tersebut
wajib ditolak dalam pertemuan kliring pengembalian yang
merupakan satu kesatuan siklus kliring dengan kliring
penyerahan yang bersangkutan..
b. Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang
ditolak wajib disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan
penolakan warkat.
c. Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank
penerima.
d. Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal
serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk
masing-masing bank penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu
untuk memudahkan perhitungan, dapat pula dibuat telstruk per bank
penerima untuk masing-masing daftar warkat kliring pengembalian
apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu) lembar.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
pengembalian ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan penyelenggara.
b. Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :
1) Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP
untuk diteruskan oleh peserta penerima kepada nasabah
penyetor.
2) Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar
kedua daftar kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.
3) Menyerahkan kepada penyelenggara :
a) Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan
b) Lembar ketiga SKP.
c. Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.
1) Menerima dari peserta lain :
a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;
b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua
SKP untuk diteruskan oleh peserta kepada nasabah
penyetor.
2) Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat
kliring pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai
bukti penerimaan warkat debet tolakan.
d. Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring
pengembalian degan warkat debet tolakan yang diterima.
e. Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan
maupun yang diterima. Neraca kliring pengembalia ini diisi rincian
warkat debet tolakan yang diserahkan maupun yang diterima serta
saldo debet/kredit kliring pengembalian peserta yang bersangkutan.
f. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
neraca kliring pengembalian, kemudian menyerahkan lembar pertama
neraca kliring pengembalian kepada penyeleggara.
g. Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak rangkap 2 (dua)
berdasarkan neracakliring penyerahan dan neraca kliring
pengembalian.
h. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta pada
BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada
penyelenggara.
3. Kegiatan Petugas Penyelenggara
a. Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca
kliring pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta,
kemudian membubuhkan tanda tangan dan nama jelas petugas
penyelenggara pada neraca kliring pengembalian gabungan tersebut.
b. Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian)
gabungan yang disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun
oleh peserta.
c. Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas
penyelenggara pada BSK rangkap 2 (dua) setelah terdapat kecocokkan
antara neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan dengan
BSK.
d. Mendistribusikan BSK sebagai berikut :
1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan
didistribusikannya BSK maka kliring pengembalian dinyatakan
berakhir.
e. Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang
diserahkan oleh seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank
Indonesia.
f. Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal
kliring pengembalian yang ditetapkan, penyelenggara akan
melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c,
d, e, f, g, dan h atas nama wakil peserta yang bersangkutan. Dalam hal
kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring pengembalian
dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka
2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh petugas
penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan.
Seluruh warkat debet tolakan yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat akan diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta
yang bersangkutan hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai
kliring pengembalian dinyatakan berakhir maka penyelenggara akan
menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet tolakan dari
peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu
perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan
pada pertemuan kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan
kesepakatan peserta yang terkait. Namun, peserta yang bersangkutan
wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta lembar 1 dan 2
SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada
penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.
3. Penyelesaian Akhir

Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring
masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia yang telah
ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut :
1. Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor
Bank Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah
dilakukan test key arrangement.
2. Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan
hasil kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di
kantor Bank Indonesia tersebut.
3. Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil kliring
yang bersangkutan (same day settlement).
4. Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil
kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya
dilakukan antara penyelenggara dengan peserta.
5. Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks
dan telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
dan pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.

F. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh
penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang
ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraaan kliring penyerahan/pengembalian,
sebagai contoh :

a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 11.00.


b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini berarti
bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan
dapat dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta
pukul 13.30

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya :


Transaksi – transaksi dibawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta
kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati (Bank
CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.

1. Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah
menarik cek no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan cek no. 0111.000.5
sebesar Rp 20.000.000 untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah
Giro Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.
2. Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kempot
(nasabah Giro) untuk keuntungan Sdr, Dalimin Nasabah Giro Bank CUS
Semarang sebesar RP 15.000.000.
3. Astuti nasabah Bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan
kepada Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.
4. Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro
Sdr, Dwi Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS
Semarang melalui lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk
keuntungan Giro Sdr. Andika.

Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka
diminta:

1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring


2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.
Jawaban :

Pencatatan jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS) :

Transaks Kredit
i Keterangan Rekening Debit (Rp) (Rp)

Dr. RAR 45.000.00


a Kliring 1 Kliring 0  

         

Cr.   RAR
a Kliring 2 Kliring   45.000.000

         

    Dr. Giro 45.000.00  


BI 0

           Cr.
Giro
    Anggi   45.000.000

         

Dr. Giro 15.000.00


b Kliring 1 Rudi 0  

           Cr.
    Giro BI   15.000.000

         

Dr. RAR. 20.000.00


c Kliring 1 Kliring 0  

         

Cr. RAR.
c Kliring 2 Kliring   20.000.000

         

Dr. Giro 20.000.00


    BI 0  

           Cr.
Giro
    Abdullah   20.000.000
Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang :

Transaks Kredit
i Keterangan Rekening Debit (Rp) (Rp)

Dr. Giro 45.000.00


a Kliring 2 Kirana 0  

           Cr.
    Giro BI   45.000.000

         

Dr. Giro 30.000.00


d Kliring 2 Dwi 0  

           Cr.
    Giro BI   30.000.000
Pencatatan jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) :

Transaks Kredit
i Keterangan Rekening Debit (Rp) (Rp)

Dr. Giro 15.000.00


b Kliring 2 BI 0  

           Cr.
Giro
    Dalimin   15.000.000

         

Dr. Giro 20.000.00


c Kliring 2 Astuti 0  

           Cr.
    Giro BI   20.000.000

         

Dr. RAR. 20.000.00


d Kliring 1 Kliring 0  

         

Cr. RAR.
d Kliring 2 Kliring   20.000.000

         

Dr. Giro 30.000.00


    BI 0  

           Cr.
Giro
    Andika   30.000.000

Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal dimasing-masing bank peserta, maka dapat disusun
neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut :

Bank CIS

Neraca Kliring
Tg Keteranga Keteranga
l n Saldo (Rp) Tanggal n Saldo (Rp)

45.000.00
  WDK (a) 0   WKK (b) 15.000.000

20.000.00
  WDK (c) 0      

Menang
        Kliring 50.000.000

65.000.00
  Jumlah 0   Jumlah 65.000.000

BANK CAS

Neraca Kliring

Tg Tangga Keteranga
l Keterangan Saldo (Rp) l n Saldo (Rp)

        WDM (a) 45.000.000

  Kalah Kliring 75.000.000   WDM (d) 30.000.000

  Jumlah 75.000.000   Jumlah 75.000.000

BANK CUS

Neraca Kliring

Tg Keteranga Keteranga
l n Saldo (Rp) Tanggal n Saldo (Rp)

15.000.00
  WKM (b) 0   WDM (c) 20.000.000

30.000.00 Menang
  WDK (d) 0   Kliring 25.000.000

45.000.00
  Jumlah 0   Jumlah 45.000.000
BANK INDONESIA

Neraca Kliring

Kalah
Tg Klirin Tangga Menang
l g Saldo (Rp) l Kliring Saldo (Rp)

Bank Bank
  CAS 75.000.000   CIS 50.000.000

Bank
        CUS 25.000.000

Jumla
  h 75.000.000   Jumlah 75.000.000

G. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah

Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank Indonesia mengembangkan
sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal dari luar wilayah
kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah
penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta
diwilayah kliring dimana cek dan BG tersebut dikliringkan.

Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi maupun biaya, sebab :

a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan
(Same day settlement)
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya (tidak ada
biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.

Mekanisme kliring warkat luar wilayah dapat diilustrasikan pada gambar berikut.
WilayahKliringJakarta WilayahKliringSurabaya
BankA
NasabahBankB
NasabahBank Surabaya
AJakarta

Y X
BankB
Cek/BG BankB
Sby
1
Bank B(kantorpenerbit
Informasi cek/BG)
Validasioleh
kepastian XbayarkeY
Bank BJakarta
dana dgcek/BG
Cek/BGBank
BSby
Informasi
4 6
kepastiandana3
5

Keterangan:
Cek/BGBank BankBsudah mendaftarpeserta
BSby
kliringwarkatluarwilayah

Warkatdikliringkanmelalui Flowwarkat
kliringlokalJakarta
KliringJakarta Flowda
Keterangan :
1. XyanmerupakannasabahBankBdiSurabayamelakukantransaksidengan
YyangmerupakannasabahBankAdiJakarta.Dalam haliniXmelakukan
pembayarankepadaYdenganmemberikancek/BGBankBSurabaya.
2. Ykemudianmenyetorkancek/BGtersebutke rekeningnyadi BankAJakarta.
3. BankAyangadadiJakarta,tidakperlumelakukan inkaso,melainkandapat
langsung mengklringkancek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di
Jakarta.
4. KantorBankyangadadiJakartakemudianmelakukanvalidasicek/BGtersebut.
5. Jikavaliddandanamencukupi,makaBankBmelaluipenyelenggarakliring di
Jakartaakanmenginformasikanefektivitasdanaatascek/BGtersebut.
6. BankAkemudian menerima laporanmengenai efektivitasdanaatascek/BG
BankBdari Penyelenggarakliringdi Jakarta.
7. Atasinformasi,BankAkemudianakanmelakukanpengkreditan kerekening
nasabahY.
Denganmemperhatikanmekanismediatasterlihatbahwacek/BG yang diterbitkan oleh Bank
B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya,sebabBankBmerupakan
pesertakliringwarkatluarwilayahdan mempunyai kantordiwilayahkliring
Jakarta.DengandikliringkandiJakarta,maka cek/BGtersebutakandiprosessesuaidengan jadwal
Jakarta,sehinggaBankAyang mengkliringkan
dapatmemperolehkepastianefektivitasdanayanglebihcepatatas penagihan
Cek/BGtersebut,yaitupadahariyangsamaataupalinglambatkeesokan
harinyasejakwarkatdikliringkan.

Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatannya :


Pada 12 Juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000,
Sdr. X adalah nasabah Bank B Surabaya sehinnga melakukan pembayaran dengan menarik
cek bank tersebut sebesar Rp 100.000.000 dan diserahkan kepada Sdr. Y nasabah Bank A
Jakarta. Tanggal 14 Juni 2012 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan
cek tersebut yang telah diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek
tersebut dinyatakan efektif (dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank
yang terlibat transaksi kliring ini?
Jawab :
Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta

Keteranga
n Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. RAR 100.000.00


Kliring 1 14/6/2012 Kliring 0  

         

Cr. RAR
Kliring 2 14/6/2012 Kliring   100.000.000

         

Dr. Giro 100.000.00


    BI 0  

       Cr.
    Giro Y   100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

Keteranga
n Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. RAK
Cab. 100.000.00
Kliring 2 14/6/2012 Surabaya 0  

           Cr.
    Giro BI   100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya

Keteranga
n Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Dr. Giro 100.000.00


Transaksi 14/6/2012 X 0  

           Cr.
RAK
Antar Cab.
Cabang   Jakarta   100.000.000

Contoh tersebut memberikan pemhaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam
penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antar cabang bank sendiri. Pada kliring pertama antar
Bank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan Bank
Indonesia Jakarta, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka Bank B
Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta telah
membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai rekening
tagihan antar cabang kepada Bank B cabang Surabaya. Sedangkan untuk Rekening Administratif
Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.

PRINSIP – PRINSIP UMUM KLIRING WARKAT LUAR WILAYAH

Prinsip – prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut:

1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank


dapat dikliringkan di wilayah kliring manapun sepanjang :
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar
sebagai peserta kliring warkat luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat
kantor cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan :
a. Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak
bersifat wajib, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-
masing bank.
b. Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup
dilakukan oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor
bank yang bersangkutan.
c. Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator disetiap wilayah
kliring dimana bank tersebut menjadi peserta.
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG luar
kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga efektivitas
dana cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana
cek/BG tersebut dikliringkan.
5. Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.
Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah karena :

1. Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring
warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring manapun sepanjang di
wilayah kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit.
2. Nasabah tentu lebh memilih agar cek/BG luar kota diklringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebih cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.
Implikasi bagi bank secara umum sebagai berikut :

1. Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, untuk
memilah mana yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum.
2. Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah
kliring saat ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi
peserta kliring dimasing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
a. Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi

Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada dipeserta.


Namun, bank perlu melengkapi MICR code line, apabila cek/BG tersebut
berasal dari wilayah kliring lain yang belum otomasi/elektronik.

b. Bank Peserta Kliring SOKL

Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali


ada bank peserta kliring warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali
ada penambahan/pengurangan peserta langsung dari kantor bank peserta
kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan agar cek/BG luar
kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data
SOKL.

c. Bank Peserta Kliring Manual

Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi


peserta kliring lokal dengan sistem manual, mengingat semua kegiatan
masih dilakukan secara manual.

Peserta kliring warkat luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh Bank
Indonesia untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai peserta
kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor bank tersebut
dapat dikliringkan dimanapun sepanjang diwilayah kliring tersebut terdapat kantornya yang
menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah, terdapat beberapa
implikasi khusus sebagai berikut :

1. Sistem Verifikasi Cek/BG


Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat
luar wilayah adalah sistem dan prosedur untuk melakukan walidasi atas cek/BG
yang diterbitkan oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain. Dalam hal ini
yang perlu diperhatikan adalah apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman
dan efisien. Apabila bank menggunakan sistem validasi online maka bank perlu
menyiapkan contingency plan untuk mengatasi terjadinya gangguan pada sistem.

2. Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijaka intern bank


mengenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau
kembali prosedur operasional sehubungan dengan kewenangan pemberian
fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada diwilayah kliring lain.
3. Pencetakan Warkat
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring
warkat luar wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi
peserta dan nomor rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada
sistem otomasi/elektronik) atau pada saat merekam data ke dalam disket (pada
sistem SOKL).

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring perlu
diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada aplikasi
yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara kliring
di wilayah kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik.
Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar menjadi pesera kliring warkat
luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau penghentian peserta langsung yang
merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah.

Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan Bank
Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam hal ini
Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme ini,
sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada
kliring warkat luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun demikian
bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh manfaat dengan
potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkasi atas cek/BG luar kota yang
diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.

Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi seluruh
transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota tersebut diterbitkan
oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari bank tertarik yang menjadi peserta
kliring di wilayah kliring dimana cek/BG tersebut disetorkan. Namun demikian, penerapan
kliring warkat luar wiayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG
luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun perbankan
sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang jauh lebih cepat dengan biaya
yang relatif lebih murah.

H. Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi

Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan kliring
manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi)
dan didasarkan pada Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring
elektronik. Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer kliring
Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE
adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengolah
data keuangan elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya.
TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan
Elektroinik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi
kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi sebagai
sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap peserta
memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan sebagai alat
bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :

1. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD


digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
2. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
3. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat yang
diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan jumlah
nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel
warkat yang bersangkutan.
4. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai
saranan kontrol dalam proses kliring
5. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.
Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan simbol MICR
code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang dibutuhkan dalam rangka
sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi atau elektronik. MICR code line pada
warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band terdiri dari :

1. Nomor Warkat: 6(enam) digit;


2. Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
3. Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
4. Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
5. Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.
Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta
nomor urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank
dapat pula menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor urut
atau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau Bilyet Giro. Untuk
keperluan nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka. Pencantuman nomor
warkat yang kurang dari 6(enam) digit, harus diawali dengan angka “0” (nol).
Sedangkan unutk nomor warkat yang melebihi 6(enam) digit hanya dicantumkan
6(Enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat tersebut harus diisi
dengan simbol domestik.
2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat.
Untuk keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari :

1. 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank


2. 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
3. 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
3. Nomor Rekening

Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta


penerima paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor rekening yang
kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali dengan angka “0” (nol), sedangkan untuk
nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya dicantumkan 10 (sepuluh)
digit terakhir. Dalam hal nomor rekening menggunakan karakter spesial (non
numeric) maka pengisian MICR dilakukan dengan angka “0000000001” dan
khusus pada nota kredit diisi secara lengkap nama serta nomor rekening penerima
pada warkat dimaksud. Nomor rekening ini diakhiri dengan simbol domestik.

4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur
sebagai berikut :

1. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
2. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan
pengaturan sebagai berikut :
1) 00 sampai dengan 09 untuk cek;
2) 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 29 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan :

a) Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi


45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal paling
tinggi Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah)
b) Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai
nominal diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan
digunakan untuk transaksi-transaksi sebagaimana diatur
dalam surat edaran Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penggunaan nota debet dalam kliring.

6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan


sebagai berikut :

a) Sandi transaksi 50, untuk :

(1) Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah


yang pelaksanaannya mengacu pada surat edaran
Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal
kliring dan tanggal valuta penyelesaian akhir,
sistem penyelenggaraan kliring lokal serta jenis
dan batasan nominal warkat atau data keuangan
elektronik; dan
(2) Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang
Antar Bank (PUAB), Pasar Uang Antar Bank
Syariah (PUAS), transaksi valuta asing antar bank
dan atau transaksi Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU);

b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;


c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia
(SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted.
Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat, dengan
menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau reader-encorder
dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera


pada warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit
angka termasuk 2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
b. Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang
dari Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal
sebagaimana dimaksud diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada
bagian kiri dan kanannya.

JENIS BIAYA KLIRING

Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun secara elektronik
pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi beban peserta kliring yang
melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya
proses warkat kliring. Biaya-biaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro
BI yang dimiliki oleh peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otomasi, maupun semi
otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta
wajib mengumumkan besarnya biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya
biaya kliring yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://a-hilmi.blogspot.com/2012/09/akuntansi-kliring.html
Taswan. 2013. Akuntansi Perbankan Ed. 3, Yogyakarta: UPP STIM YKPN
TUGAS KELOMPOK

AKUNTANSI PERBANKAN
Akuntansi Kliring Manual dan Otomasi

KELOMPOK 5 :

INDRA ADHI NURRAHMAN C1C111076


M. RIZQI PERDANA PUTRA C1C111241
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

TAHUN 2015

Anda mungkin juga menyukai