Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNIK DAN PENDEKATAN MANAJEMEN AUDIT

Dosen Pengampuh: Yustiana Djaelani SE.,M.Si

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Akuntansi Perpajakan Dan Manajemen Pajak

Disusun Oleh:

Ilma R. Daraim/02272011066

Kelas: 8 Akuntansi Perpajakan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSUTAS KHAIRUN

TERNATE

20223
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil Alamin saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
Pengauditan manajemen yang berjudul “Teknik Dan Pendekatan Manajemen Audit”dengan
baik dan lancar.

Shalawat serta salam saya hanturkan kepada  junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan yang baik sehingga akal dan
pikiran penyusun mampu menyelesaikan Makalah Agama ini, semoga kita termasuk umatnya
yang kelak mendapatkan syafa’at  dalam menuntut ilmu.

Dalam penyusunan Makalah ini, Saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan serta cara penulisan Makalah ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat saya harapkan.

Makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga bermanfaat
bagi saya khususnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................1


1.2 Rumusam Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan……………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3

2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia ............3 


2.2 Fungsi,Prinsip & Sifat Akuntansi Perpajakan .................................3
1. Fungsi Akuntansi Perpajakan……………………………….3
2. Prinsip Akuntansi Perpajakan...…………………………….5
3. Sifat Akuntansi Perpajakan…………………………………6
2.3 Istialah-Istilah Dalam Akuntansi Perpajakaan……………………...7
2.4 Hubungan Antar Akuntansi Komersial & Akuntansi Pajak .............8
2.5 Hubungan Istimewa & Penilaian Kewajaran Dalam Transaksi ........12
2.6 Penilaian Kewajaran Dalam Transaksi…….………………………..15

BAB III PENUTUP ......................................................................................19

3.1 Kesimpulan .......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akuntansi bukan hanya kegiatan pencatatan transaksi bisnis perusahaan saja. Pengertian
akuntansi lebih luas dari sekedar pencatatan. Akuntasi juga meliputi kegiatan menganalisa
dan meninterpretasi akitivitas ekonomi suatu perusahaan untuk kemudian dikomunikasikan
kepada pengguna laporan akuntansi sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan secara tepat secara singkat, tujuan utama akuntansi ialah menyajikan
informasi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Secara sederhana akuntansi pajak dapat didifinisikan sebagai sistem akuntansi yang
mengkalkulasi, manangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan
sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi “transaksi” perusahaan. Akuntansi pajak
adalah akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan dan mengacu pada peraturan
dan perundang-undangan perpajakan beserta aturan pelaksanaannya.

Teori akuntansi pajak ialah suatu penalaran logis dalam bentuk seperangkat azaz atau
prinsip yang diakui dalam ketentuan peraturan perpajakan yang merupakan: Kerangka acuan
umum untuk menilai praktek-praktek akuntansi, Pedoman bagi pengambangan praktek-
praktek dan prosedur baru , Dapat dipergunakan untuk menjelaskan praktek-praktek yang
sekarang, sedang berjalan tetapi tujuan utamanya ialah mengadakan suatu kerangka acuan
untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi yang sehat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia ?


2. Bagaimana fungsi, prinsip, dan sifat dasar akuntansi pajak ?
3. Apa saja istilah-istilah dalam akuntansi pajak?
4. Bagaimana hubungan antar akuntansi komersial dan akuntansi pajak ?
5. Bagaimana hubungan istimewa dan penilaian kewajaran dalam transaksi?
6. Bagaimana penilaian kewajaran dalam transaksi ?

1
1.3 TUJUAN

Diharpkan mampu untuk mengetahui, menjelaskan, mengklasifikasi, mengidentifikasi


dan memahami :

1. Sejarah perkembangan perpajakan di indonesia


2. Mengetahui dan memahami fungsi, prinsip, dan sifat dasar akuntansi pajak
3. Mengetahui dan memahami istilah-istilah dalam akuntansi pajak
4. Mengetahui dan memahami hubungan antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak
5. Memahami hubungan istimewa dan penilaian kewajaran dalam transaksi
6. Memahami penilaian kewajaran karyawan dalam transaksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN PERPAJAKAN DI INDONESIA.

Pajak sudah ada sejak lama, termasuk di Indonesia. Pajak di Indonesia sudah ada sejak
zaman kerajaan, namun dengan sistem pungutan yang berbeda. Pajak, pada zaman kerajaan
hingga hingga penjajahan pungutan bersifat memaksa. Pada zaman kerajaan pungutannya
adalah upeti kepada raja sebagai persembahan yang dianggap sebagai wakil tuhan. Ada
timbal balik dengan rakyat yang membayar pungutan. Rakyat mendapat jaminan dan
ketertiban dari raja, bahkan pada zaman itu beberapa kerajaan juga melakukan sistem
pembebasan pajak, terutama pada tanah perdikan. Memasuki era kolonial Hindia Belanda,
pajak mulai dikenakan di Indonesia.

Pajak yang diterapkan itu, seperti pajak rumah, pajak usaha, sewa tanah maupun pajak
kepada pedagang. Adanya sistem itu membuat masyarakat merasa berat dan terbebani.
Apalagi tidak ada kejelasan dan banyak penyelewengan oleh pemerintah kolonial waktu itu.
Pada masa kemerdekaan, pajak dimasukan ke dalam UUD 1945 Pasal 23 pada sidang
BPUPKI. Pasal itu berbunyi segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-
undang. Meski sudah dituangkan dalam UU, tapi pemerintah belum dapat mengeluarkan UU
khusus yang mengatur tentang pajak. Karena terjadi Agresi Militer Belanda dan membuat
pemerintahan Indonesia harus memindahkan ibu kota Jakarta ke Yogyakarta. Karena roda
pemerintahan dan pembiayaan pengeluaran negara harus tetap dijalankan, pemerintah
mengadopsi beberapa aturan tentang pajak peninggalan pemerintahan kolonial. Seperti
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 dan membentuk beberapa suborganisasi untuk
melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak, Jawatan Bea dan Cukai serta
Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter.

2.2 FUNGSI, PRINSIP DAN SIFAT DASAR AKUNTANSI PAJAK


1. Fungsi Akuntansi Pajak
Secara teknis, selain berfungsi untuk mengetahui besaran pajak yang harus
dibayar wajib pajak, cabang akuntansi ini juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah
penting seperti di bawah ini :

3
a. Fungsi Perencanaan Strategis
Fungsi pertama dari akuntansi perpajakan adalah membuat perencanaan
strategis dalam urusan perpajakan di masa yang akan datang. Karena pajak
menjadi beban rutin yang wajib Anda keluarkan, maka Anda membutuhkan
perencanaan matang untuk alokasi pajak. Maka dari itu, data perpajakan
sebelumnya bisa menjadi rujukan untuk perbaikan bisnis usaha atau
keuangan pribadi dimasa yang akan datang. Dengan ilmu akuntansi pajak ini,
Anda bisa menentukan strategi terbaik untuk perpajakan di periode
berikutnya.
b. Fungsi Analisis Data
Dengan bekal ilmu akuntansi perpajakan, Anda akan lebih mudah dalam
menganalisa data. Dari analisis tersebut Anda akan mendapatkan hasil dari
biaya pajak yang harus Anda keluarkan. Proses analisa ini menjadi faktor
penting, selain itu dengan menganalisa sendiri setidaknya Anda akan
terhindar dari kecurangan yang bisa dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Dengan begitu Anda tidak mudah terkena
penyalahgunaan dana pajak dan urusan perpajakan akan lebih mudah
c. Fungsi Publikasi
Maksud publikasi disini adalah memberikan laporan keuangan pada pihak
yang bersinggungan langsung dengan Anda. Semisal untuk sebuah bisnis
startup, laporan perpajakan harus nada sertakan dalam laporan beban yang
Anda berikan pada investor. Laporan yang detail dan jelas akan menunjukkan
tingkat profesionalitas dari perusahaan yang Anda bangun.
d. Fungsi Pembanding
Dari arsip atau dokumentasi data perpajakan sebelumnya, Anda bisa
membandingkannya untuk mengetahui perkembangan bisnis Anda. Arsip
data pajak juga dapat mudah dilakukan melalui fitur dari aplikasi pajak
online. Fungsi ini bergantung pada fungsi-fungsi sebelumnya. Karena
perhitungan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapat hasil perbandingan
yang real. Namun dari perbandingan ini Anda juga bisa menentukan strategi
bisnis apa yang harus Anda lakukan untuk menutup celah yang terjadi pada
periode sebelumnya.

4
Jadi bisa disimpulkan antara fungsi satu dan yang lainnya sangat berkesinambungan atau
saling terhubung.

2. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak


Dalam Djoko Muljono (2010), prinsip akuntansi pajak diantaranya yaitu :
a. Kesatuan
akuntansi Dimana pembukuan harus memisahkan harta, kewajiban, modal,
penghasilan, biaya, penjualandan pembelian Wajib Pajak.
b. Kesinambungan
Adapun, data-data yang berkaitan dengan pembukuan Wajib Pajak harus
disimpan di Indonesia,sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 10 tahun.
c. Harga pertukaran yang objektif
Direktur Jenderal Pajak memiliki wewenang untuk menentukan kembali
besarnya penghasilandan pengurangan, serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung besarnyaPenghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak yang memiliki hubungan istimewa dengan Wajib Pajaklainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman.
d. Konsistensi Pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau azas konsisten, dalam artian
apabila Wajib Pajak telahmemilih salah satu metode pembukuan, harus
diikuti setiap tahunnya secara konsisten. Segalabentuk perubahan dalam
prinsip maupun metode perhitungan pembukuan harus
mendapatpersetujuan dari Direktur Jenderal Pajak agar dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu tentangada atau tidaknya objek pajak yang
timbul akibat perubahan tersebut.
e. Konservatif Akuntansi pajak
Cenderung menggunakan prinsip realisasi, walaupun terdapat juga pengakuan
terhadap prinsipkonservatif, seperti pada perhitungan rugi selisih kurs Wajib
Pajak dapat memilih:
● Kurs tetap-rugi selisih kurs diakui kalau sudah direalisasi
● Kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun-
rugi kurs diakuisetiap akhir tahun, walaupun belum direalisasi

Prinsip realisasi dalam akuntansi pajak tampak pada ketentuan berikut :

5
a. Wajib Pajak tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan/penyisihan
(Pasal 9 ayat 1 UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan), kecuali untuk: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank,
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha dengan hak opsi,
cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk
pertambangan.
b. persedian dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan, tidak diperbolehkan berdasarkan harga pokok
dan harga pasar mana yang lebih rendah.

3. Sifat Akuntansi pajak


Setelah Anda mengetahui tentang pengertian akuntansi dan klasifikasinya,
yang tidak kalah penting Anda juga harus mengetahui tentang sifat akuntansi.
Banyak dari para wajib pajak individu maupun perusahaan yang tidak memenuhi
kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan Undang-Undang Pajak yang
berlaku, karena mereka tidak mengetahui sifat-sifat dari akuntansi perpajakan.
Berikut pembahasan mengenai sifat-sifat akuntansi perpajakan yang harus Anda
ketahui :

a. Pajak memiliki sifat wajib atau dipaksakan kepada semua wajib pajak. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab utama pajak di Indonesia masih belum
bisa maksimal, yaitu banyak dari wajib pajak individu maupun perusahaan
yang menghindari pajak agar pendapatan yang di peroleh tidak berkurang.
b. Pajak yang telah dibayarkan kepada pemerintah manfaatnya sebenarnya aka
kembali ke masyarakat. Pajak yang didapatkan akan digunakan untuk
membangun negara dengan pembangunan infrastruktur, subsidi, bantuan
sosial, pembukaan lapangan kerja, dan sebagainya.
c. Kewajiban semua wajib pajak adalah membayar piutang pajak sebelum jatuh
tempo kepada kantor-kantor pajak setempat. Sedangkan untuk wajib pajak
memiliki hak untuk dilayani oleh petugas pajak dengan sebaik-baiknya,
karena sudah menjadi warga negara yang taat terhadap pajak.
d. Fungsi dari penggunaan hasil pajak tidak hanya digunakan pada aspek
ekonomi saja, tetapi pada aspek sosial dan budaya pada suatu negara.

6
2.3 ISTILAH-ISTILAH DALAM AKUNTANSI PAJAK

Terdapat beberapa istilah dalam akuntansi perpajakan yang wajib Anda ketahui,
apalagi jika Anda adalah seseorang yang berkutat di dunia perpajakan. Nah, berikut ini
istilah-istilah dalam akuntansi perpajakan di Indonesia:

1. Penghasilan Kena Pajak


Penghasilan kena pajak merupakan penghasilan wajib pajak yang menjadi dasar
dalam menghitung pajak penghasilan.

2. Laba Fiskal (Taxable Profit) atau Rugi Pajak (Tax Loss)


Laba fiskal atau rugi pajak merupakan penghasilan wajib pajak selama 1 periode
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar
penghitungan pajak penghasilan. Cara menghitungnya yakni laba akuntansi atau laba
komersial dikurangi/ditambah dengan koreksi fiskal. Satu periode dalam perpajakan
meliputi Satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

3. Pajak Penghasilan (PPh)


PPh merupakan pajak negara yang dikenakan terhadap setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang gunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan baik wajib pajak pribadi
maupun badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama 1
tahun pajak.

4. Pajak Penghasilan (PPh) Final


PPh Final merupakan pajak yang dikenakan tarif dan dasar pengenaan pajak
tertentu atas penghasilan yang wajib pajak terima dalam satu tahun berjalan.
Pemotongan atau pemungutan PPh Final yang dipotong pihak lain maupun disetor
sendiri bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang. Akan tetapi
merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, jadi wajib pajak
dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban perpajakannya.

5. Laba

7
Laba dalam istilah akuntansi perpajakan adalah keuntungan atau rugi bersih
selama satu periode sebelum dikurangi dengan beban pajak. 

6. Beban Pajak (Tax Expense) atau Penghasilan Pajak (Tax Income)


Beban pajak atau penghasilan pajak merupakan jumlah agregat pajak kini
(current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam
penghitungan laba atau rugi pada satu periode akuntansi.

7. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability)


Kewajiban pajak tangguhan merupakan jumlah pajak penghasilan terutang
(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak (tax temporary differences). Perbedaan temporer tersebut muncul sebagai
konsekuensi logis dari adanya perbedaan standar atau ketentuan yang berkaitan
dengan pengakuan (kriteria dan periode) dan pengukuran atau penilaian dari elemen-
elemen laporan keuangan yang berlaku berdasarkan disiplin akuntansi perpajakan. 

8. Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) 


Aset pajak tangguhan merupakan jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan (deductible temporary differences) dan sisa kerugian yang belum
dikompensasikan.

9. Pajak Kini (Current Tax)


Pajak kini merupakan jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak.
Jumlah pajak tersebut harus dihitung oleh wajib pajak itu sendiri berdasarkan
penghasilan kena pajak yang dikalikan dengan tarif pajak. Selain itu, pajaknya juga
harus disetor dan laporkan sendiri dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Nah, penghasilan kena
pajak atau laba fiskal didapat dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum
pajak berdasarkan laporan keuangan komersial atau laporan akuntansi.

2.4 HUBUNGAN ANTAR AKUNTANSI KOMERSIAL DAN AKUNTANSI PAJAK.

8
Akuntansi komersial bisa juga kita sebut sebagai akuntansi keuangan, dimana
laporan akuntansi tersebut dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan keputusan yang
akan diambil oleh perusahaan untuk ke depannya. Informasi yang disediakan oleh suatu
proses akuntansi diperlukan oleh setiap satuan usaha untuk mengetahui posisi dan hasil
usahanya. Jadi tujuan akuntansi komersial antara lain untuk menyediakan laporan keuangan
kepada manajemen dan pihak-pihak eksternal yang memerlukamya. Akuntansi pajak
merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang menekankan pada penyusunan surat
pemberitahuan pajak (SPT) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi
atau kegiatan perusahaan. Dengan kata lain akuntansi pajak dapat didefinisikan sebagai
berikut :

1. Akuntansi pajak secara khusus menyajikan laporan keuangan dan informasi lain
kepada administrasi pajak. Penyajian itu sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan
(tax compliance). Walaupun secara teknis proses penyajian laporan tidak diatur
secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian atas suatu fakta
sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan.

2. Ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif yang mengikat semua


anggota masyarakat (termasuk profesi akuntan). Dengan demikian, apabila kurang
sesuai antara ketentuan perpajakan dan praktek akuntansi atau standar akuntansi
yang berlaku umum, maka Undang-undang Perpajakan mempunyai prioritas untuk
dipatuhi di atas praktek dan kelaziman akuntansi.

3. Secara umum, akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan standar yang
berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun, untuk
kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, apabila terjadi perbedaan
antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan pajak, maka untuk keperluan
perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak, Undang-Undang dan ketentuan
perpajakan memiliki prioritas untuk dipatuhi.

Berikut perbedaan dan persamaan yang terdapat pada akuntansi komersial dan
akuntansi pajak :

9
1. Persamaan. Persamaan akuntansi komersial dengan akuntansi perpajakan dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain:
a. Karakteristik Kualitatif
Persamaan yang pertama yakni karakteristik kualitatif laporang keuangan
berkaitan. Karakteristik kualitatif akuntansi pajak dan komersial antara lain:
Relevan (memiliki umpan balik, memiliki manfaat yang prediktif tepat
waktu, dan lengkap), andal (disajikan dengan jujur, dapat diverifikasi, dan
netral), dapat dibandingkan (informasi dapat dibandingkan antar entitas atau
antar periode), dapat dipahami (informasi dapat dimengerti oleh seluruh
pengguna laporan keuangan).
b. Sistem Akrual
Pada akuntansi umum maupun akuntansi perpajakan, standar akuntansi yang
digunakan adalah sistem akrual. Pada akuntansi perpajakan diperbolehkan
menggunakan sistem campuran yakni kas dan akrual, tetapi harus
memperhatikan ketentuan yang berlaku seperti pada pasal 28 UU KUP.
c. Neraca
Bagian dari laporan keuangan neraca baik pada akuntansi umum maupun
akuntansi perpajakan sama yang terdiri dari aset, utang, dan modal.
d. Konsep Kesatuan Usaha
Kedua jenis akuntansi tersebut menganut prinsip kesatuan usaha yang
sama yang masuk ke dalam konsep dasar akuntansi yakni adanya
pemisahan antara aset dari pemilik dan perusahaan.

2. Perbedaan
Setelah mengetahui persamaan dari akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan, ternyata terdapat perbedaan antara keduanya, antara lain:
a. Pengguna Laporan Keuangan
Dari segi pengguna laporan keuangan, pengguna laporan keuangan pada
akuntansi komersial adalah pemegang saham, kreditur, karyawan,
manajemen, pemerintah, masyarakat, dan lainnya. Sedangkan, pengguna
laporan keuangan pada akuntansi perpajakan adalah fiskus.
b. Pedoman Penyusun dan Penyajiannya
Pedomana penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada akuntansi
umum yaitu menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

10
(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Sementara,
pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada akuntansi
perpajakan yakni perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. Sifat Informasi
Informasi pada laporan keuangan akuntansi umum bersifat terbuka atau
umum dan dapat digunakan oleh siapaun. Sedangkan, pada akuntansi
perpajakan, laporan keuangannya bersifat tertutup atau rahasia hanya
diketahui oleh manajemen dan fiskus.
d. Dasar Pencatatan
Pada akuntansi komersial, transaksi keuangan dicatat dengan menggunakan
asas substance over form yang mana pencatatan maupun pelaporannya
mengutamakan substansi ekonomi dibandingkan dengan hakikat formal dan
hukum.
Lain halnya dengan akuntansi perpajakan dimana transaksi
keuangannya dicatat maupun dilaporkan, jika sudah memenuhi ketentuan
perpajakan yakni dengan mengutamakan hakikat formal atau hukum
dibandingkan substansi ekonominya.
e. Batas Waktu Penyampaian
Perbedaan lainnya mengenai batas waktu penyampaian. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas (PT)
menyatakan bahwa waktu penyampaian laporan keuangan yakni enam
bulan setelah tahun buku berakhir.
Beda halnya dengan akuntansi perpajakan, berdasarkan Undang-
Undang Ketentuan Umum Perpajakan menyatakan bahwa laporan
keuangan fiskal diserahkan paling lambat empat bulan setelah akhir tahun
pajak serta dapat diperpanjang paling lambat dua bulan dengan ketentuan
berlaku.

Akun-akun dalam Akuntansi Pajak:

1. Neraca
a. Aset
- Pajak dibayar dimuka. Disajikan sebagai Prepaid expense dalam aset
lancar. Terdiri dari:
• PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25

11
• PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan
• PPN Masukan
- Aset Pajak Tangguhan (Deffered Tax Asset) Aset pajak tangguhan
disajikan dalam kelompok aset lain-lain.
b. Kewajiban
- Utang Pajak (Tax Payable)
Utang pajak terdiri atas :
• PPh 21, PPh23, PPh26, PPh 29
• PPN Keluaran
- (Deffered Tax Liability)
Dalam neraca, kewajiban pajak tangguhan disajikan diantara utang
jangka pendek dan utang jangka panjang.
2. Rugi laba
a. Beban PPh (Income Tax Expense)
b. Penghasilan Pajak Tangguhan (Deffered tax income)
c. Beban pajak tangguhan (deffered tax expense)
d. PBB, PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan Bea Meterai dicatat
sebagai beban operasional (operational expense)

2.5 HUBUNGAN ISTIMEWA DAN PENILAIAN KEWAJARAN DALAM


TRANSAKSI.

Pasal 18 ayat (3) UU PPh memberikan wewenang kepada Dirjen Pajak untuk menguji
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) terhadap transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pasal 18 ayat (4) UU PPh beserta
penjelasannya berbicara mengenai pengertian ‘hubungan istimewa’ dapat terjadi karena
kepemilikan atau penyertaan modal, penguasaan melalui manajemen atau penggunaan
teknologi walaupun tidak ada hubungan kepemilikan, dan hubungan keluarga sedarah atau
semenda.

Pasal 4 PMK-22/2020 menegaskan lebih lanjut bahwa ‘hubungan istimewa’ dianggap


ada apabila terdapat salah satu dari ketiga kondisi yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU
PPh yang mengakibatkan adanya kondisi ketergantungan atau keterikatan satu pihak dengan
pihak lainnya. Kondisi ketergantungan atau keterikatan tersebut dapat dilihat dari adanya
salah satu pihak mengendalikan pihak lain atau salah satu pihak tidak dapat berdiri bebas

12
dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. Terkait terminologi ‘penguasaan’ yang
terdapat dalam Pasal 18 ayat (4) huruf ‘b’ UU PPh beserta Penjelasannya, disebutkan lagi
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf ‘b’ PMK-22/2020 dan dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 4 ayat
(4) PMK-22/2020 sebagai berikut:

“Penguasaan salah satu pihak terhadap pihak lainnya dianggap ada apabila:

1. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai pihak lain, secara
langsung maupun tidak langsung;
2. dua pihak atau lebih berada di bawah penguasaan pihak yang sama secara langsung
maupun tidak langsung;
3. terdapat orang yang sama secara langsung dan/atau tidak langsung terlibat atau
berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan manajerial atau operasional pada
dua pihak atau lebih;
4. para pihak yang secara komersial atau finansial diketahui atau menyatakan diri
berada dalam satu grup usaha yang sama; atau
5. satu pihak menyatakan diri memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain.”

PMK-22/2020 ini bermaksud untuk memperjelas makna ‘penguasaan’ yang terdapat


dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh. Namun di sisi lain, definisi ini mungkin dapat menimbulkan
permasalahan apabila definisi tersebut tidak sejalan dengan definisi hubungan istimewa yang
terdapat dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) dengan negara mitra.

tidak terdapat ketentuan lebih rinci dan jelas mengenai konsep associated enterprises
di dalam Model P3B, baik OECD maupun UN Model. Oleh karena itu, apabila setiap negara
membuat definisi ‘hubungan istimewa’ atau associated enterprises berdasarkan ketentuan
domestik masing-masing negara, Dwarkasing (2013) mengemukakan akan dapat
mengakibatkan potensi pemajakan berganda (economic double taxation).

Dalam menindaklanjuti permohonan APA, Dirjen Pajak akan melakukan pengujian


material dengan menerapkan arm’s length principle. Pengujian dilakukan tidak hanya
terhadap transaksi hubungan istimewa, melainkan juga atas transaksi yang dipengaruhi
hubungan istimewa. Yaitu, transaksi antar pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa
dengan syarat pihak afiliasi dari salah satu atau kedua pihak yang bertransaksi tersebut
memengaruhi lawan transaksi dan harga transaksi.

13
Terkait dengan frasa transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa bisa kita pelajari
lebih lanjut dalam kasus Kodak India di link ini, serta sengketa pajak dengan pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa. Jadi, pengujian material arm’s length principle
yang terdapat dalam PMK-22/2020 ditujukan atas transaksi hubungan istimewa dan transaksi
yang dipengaruhi hubungan istimewa. Pertanyaannya, apakah pengujian di atas hanya
diberlakukan terbatas pada prosedur pelaksanaan APA atau juga aspek lain transfer pricing
dalam pengertian luas? Pertanyaan di atas muncul karena ketika dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 10 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 juncto Pasal 2 ayat (2)
PMK Nomor 213/PMK.03/2016, serta Lampiran Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-22/PJ/2013 yang menyebutkan bahwa pengujian arm’s length principle hanya untuk
pengujian atas transaksi hubungan istimewa. Menjawab pertanyaan di atas, seharusnya PMK-
22/2020 yang berlaku karena sejalan dengan Pasal 18 ayat (3) UU PPh yang menyebutkan
bahwa pengujian arms’ length principle berlaku bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan wajib pajak lainnya, sebagaimana definisi hubungan istimewa yang diatur
dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh beserta Penjelasannya. Berikut adalah jenis-jenis hubungan
istimewa :

1. Hubungan Kepemilikan ( Pasal 18 UU PPh Jo SE – 04/PJ.7/1993Jo SE –


18/PJ.53/1995 )

Penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25% tau lebih pada
- wajib pajak lainnya.
Hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua
- wajib pajak atau lebih
Hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau
- lebih dimiliki oleh pihak yang sama.

2. Hubungan Penguasaan

Yaitu hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya, atau
dua wajib pajak atau lebih berada di bawah penguasaan yang sama baik
- langsung maupun tidak langsung, baik penguasaan melalui manajemen
maupun melalui pengunaan teknologi.

14
Penguasaan melalui manajemen, misalnya ; Mr. Z adalah Direktur Utama pada
- PT Alfa dan juga menjabat Direktur Utama pada PT Beta. Dalam hal ini antara
PT Alfa dan PT Beta terdapat hubungan istimewa.
Penguasaan melalui penggunaan teknologi, misalnya ; PT A perusahaan yang
memproduksi minuman menggunakan formula yang diciptakan oleh PT B.
- Dalam hal ini antara PT A dan PT B terdapat hubungan istimewa, karena
terdapat penguasaan melalui penggunaan teknologi oleh PT B terhadap PT A.

3. Hubungan Darah atau Perkawinan

Yaitu hubungan istimewa karena terdapat hubungan keluarga baik sedarah


- maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu
derajad.
- Sedarah lurus satu derajad adalah ; ayah, ibu, dan anak.
Semenda lurus satu derajad ; mertua dengan menantu atau orang tua dengan
- anak tiri.
- Semenda ke samping satu derajad ; ipar.
- Sedarah kesamping satu derajad ; saudara (kandung, seayah, atau seibu).
Apabila antara suami dan istri dilakukan perjanjian pemisahan harta dan
- penghasilan, maka antara suami istri tersebut terdapat hubungan istimewa.

2.6 PENILAIAN KEWAJARAN DALAM TRANSAKSI

Sebagaimana telah banyak dibahas dalam subbab hubungan istimewa yaitu adanya
transaksi bisnis yang dilakukan di antara para Wajib Pajak tidak sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang kemungkinannya sebagai akibat hubungan istimewa untuk itulah
selanjutnya atas kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak dalam rangka penilaian kewajaran transaksi.

Pengaturan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan meliputi:

1. Kewenangan yang diberikan kepada Menteri Keuangan untuk memberi keputusan


tentang besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang dapat

15
dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat
tingkat perbandingan tertentu yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara
utang dan modal (debt to equity ratio). Bila perbandingan antara utang sangat besar
melebihi batas-batas kewajaran, maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam
keadaan tidak sehat. Dalam hal demikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena
Pajak, undang-undang Pajak Penghasilan menentukan adanya modal terselubung.

Istilah modal menunjuk pada istilah atau pengertian ekuitas menurut standar
akuntansi, sedangkan yang dimaksud dengan "kewajaran atau kelaziman usaha”
adalah adat kebiasaan atau praktik menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
yang sehat dalam dunia usaha.

2. Kewenangan Menteri Keuangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh


Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modalnya pada badan usaha di luar
negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan:
a. Besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
b. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki
penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham
yang disetor.

Hal tersebut mempertimbangkan dengan semakin berkembangnya ekonomi


dan perdagangan internasional sejalan dengan era globalisasi, dapat terjadi bahwa
Wajib Pajak dalam negeri menanamkan modalnya di luar negeri.'Untuk mengurangi
kemungkinan penghindaran pajak, maka terhadap penanaman modal di luar negeri
selain pada badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, Menteri Keuangan
berwenang untuk menentukan saat diperolehnya dividen. Sebagai contoh PT A dan
PT B masing-masing memiliki saham sebesar 40% dan 20% pada X Ltd., yang
bertempat kedudukan di negara Q. Saham X Ltd., tersebut tidak diperdagangkan di
bursa efek. Dalam tahun 2009 X Ltd., memperoleh laba setelah pajak sejumlah Rp
1.000.000.000,00.

3. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Direktur Jenderal Pajak diberikan


kewenangan menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan utang sebagai modal untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi

16
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Tujuan pengaturan ini yaitu
untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya
hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat
terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya
melebihi dari yang seharusnya.

4. Kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan perjanjian dengan Wajib


Pajak dan bekerja sama dengan Pihak Otoritas Pajak negara lain untuk menentukan
harga transaksi antarpihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berlaku
selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.

Pengertian kesepakatan harga transfer {advancepricing agreement) yang


dikenal dengan apa yaitu kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal
Pajak mengenai harga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa (related parties) dengannya. Tujuan
diadakannya apa yaitu untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan
transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Persetujuan antara Wajib Pajak dan
Direktur Jenderal Pajak dapat mencakup beberapa hal, antara lain, harga jual produk
yang dihasilkan, dan jumlah royalti, tergantung pada kesepakatan.

selain memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan pajak,


Fiskus tidak perlu melakukan koreksi dengan harga jual dan keuntungan produk
yang dijual Wajib Pajak kepada perusahaan dalam grup yang sama. dapat bersifat
unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajak dengan
Wajib Pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajak dan
otoritas perpajakan negara lain yang menyangkut wajib Pajak yang berada di
wilayah yurisdiksinya.

5. Pencegahan penghindaran paj ak yang dilakukan oleh Wajib Paj ak saat melakukan
pembelian saham atau penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri
melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut. Dengan
demikian bila Wajib Pajak melakukan pembelian saham atau aset perusahaan
melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud tertentu I special

17
purpose company dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan
pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai
hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat
ketidakwajaran penetapan harga.

6. Bila terjadi penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit atau
special purpose company) yang didirikannya atau berkedudukan di tax heaven
country yang mempunyai hubungan istimewa dapat ditetapkan sebagai penjualan
atau pengalihan saham badan di Indonesia atau Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

Sebagai contoh X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, sebuah negara bebas
pajak (Tax Haven Country), memiliki 100% saham PT X yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, X Ltd. ini adalah suatu perusahaan antara (conduit company) yang
didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Y Co, sebuah perusahaan negara B, dengan tujuan
sebagai perusahaan antara dalam kepemilikannya atas seluruh saham PT X. Tetapi bila Y
Co., menjual seluruh kepemilikannya atas saham X Ltd. Kepada PT Z yang merupakan Wajib
Pajak dalam negeri, secara legal formal,transaksi di atas merupakan pengalihan saham
perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak luar negeri. Namun, pada hakikatnya transaksi ini
merupakan pengalihan kepemilikan (saham) perseroan Wajib Pajak dalam negeri oleh Wajib
Pajak luar negeri, sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.

18
BAB III

PETUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akuntansi perpajakan adalah cabang dari ilmu akuntansi Ilmu ini akan membahas
segala hal mengenai pencatatan dan penyusunan laporan semua transaksi keuangan dalam
mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar Wajib Pajak (WP). Istilah akuntansi sendiri
tidak berlaku sebelumnya di dunia perpajakan, lebih dikenal sebagai pembukuan. Namun
seiring dengan perubahan zaman, sistem akuntansi menjadi kebutuhan tersendiri. Tidak ada
hal signifikan yang membuat akuntansi pajak berbeda dengan akuntansi biasa, hanya saja
laporan yang dihasilkan adalah laporan pajak. Ada berbagai prinsip penting yang digunakan
untuk bisa menghasilkan perhitungan yang tepat untuk akuntansi perpajakan. Prinsip tersebut
adalah:

1. Kesatuan Setiap perusahaan merupakan satu kesatuan ekonomi yang tidak dapat
disatukan dengan entitas ekonomi lain. Seperti pemilik perusahaan atau lembaga
lain yang secara hukum tidak memiliki hak.
2. Historis Prinsip historis mewajibkan pencatatan keuangan yang real. Apabila
perusahaan membeli sebuah aset seharga Rp200.000.000 tetapi dalam proses
negosiasi akhirnya didapatkan harga Rp180.000.000, maka pencatatan yang harus
dibukukan adalah senilai Rp180.000.000 karena inilah harga akhir yang dibayarkan
3. Pengungkapan Penuh Pencatatan aktivitas keuangan harus informatif dan detail.
Setiap detail ini akan membantu. Tambahkan catatan kaki atau lampiran penting
sebagai referensi.

19
DAFTAR PUSTAKA

FlaztazzTax ( 2020 ) sejarah perpajakan Indonesia, https://flazztax.com/2020/01/09/sejarah-

perpajakandi-indonesia/ (diakses pada tanggal 9 maret 2022)

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/190000669/pajak-arti-sejarah-dan

fungsinya? page=all (diakses pada tanggal 9 maret 2022)

https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan

https://cpsso.com/blog/akuntansi/karakterisk-kualitas-inormasi-akuntansi/

http://imassfh.blogspot.com/2017/01/akuntansi-perpajakan.html

https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan

https://cpssoft.com/blog/akuntansi/karakteristik-kualitas-informasi-akuntansi/

20

Anda mungkin juga menyukai