Disusun Oleh:
Ilma R. Daraim/02272011066
UNIVERSUTAS KHAIRUN
TERNATE
20223
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil Alamin saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
Pengauditan manajemen yang berjudul “Teknik Dan Pendekatan Manajemen Audit”dengan
baik dan lancar.
Shalawat serta salam saya hanturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan yang baik sehingga akal dan
pikiran penyusun mampu menyelesaikan Makalah Agama ini, semoga kita termasuk umatnya
yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Dalam penyusunan Makalah ini, Saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan serta cara penulisan Makalah ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat saya harapkan.
Makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga bermanfaat
bagi saya khususnya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi bukan hanya kegiatan pencatatan transaksi bisnis perusahaan saja. Pengertian
akuntansi lebih luas dari sekedar pencatatan. Akuntasi juga meliputi kegiatan menganalisa
dan meninterpretasi akitivitas ekonomi suatu perusahaan untuk kemudian dikomunikasikan
kepada pengguna laporan akuntansi sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan secara tepat secara singkat, tujuan utama akuntansi ialah menyajikan
informasi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Secara sederhana akuntansi pajak dapat didifinisikan sebagai sistem akuntansi yang
mengkalkulasi, manangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan
sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi “transaksi” perusahaan. Akuntansi pajak
adalah akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan dan mengacu pada peraturan
dan perundang-undangan perpajakan beserta aturan pelaksanaannya.
Teori akuntansi pajak ialah suatu penalaran logis dalam bentuk seperangkat azaz atau
prinsip yang diakui dalam ketentuan peraturan perpajakan yang merupakan: Kerangka acuan
umum untuk menilai praktek-praktek akuntansi, Pedoman bagi pengambangan praktek-
praktek dan prosedur baru , Dapat dipergunakan untuk menjelaskan praktek-praktek yang
sekarang, sedang berjalan tetapi tujuan utamanya ialah mengadakan suatu kerangka acuan
untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi yang sehat.
1
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pajak sudah ada sejak lama, termasuk di Indonesia. Pajak di Indonesia sudah ada sejak
zaman kerajaan, namun dengan sistem pungutan yang berbeda. Pajak, pada zaman kerajaan
hingga hingga penjajahan pungutan bersifat memaksa. Pada zaman kerajaan pungutannya
adalah upeti kepada raja sebagai persembahan yang dianggap sebagai wakil tuhan. Ada
timbal balik dengan rakyat yang membayar pungutan. Rakyat mendapat jaminan dan
ketertiban dari raja, bahkan pada zaman itu beberapa kerajaan juga melakukan sistem
pembebasan pajak, terutama pada tanah perdikan. Memasuki era kolonial Hindia Belanda,
pajak mulai dikenakan di Indonesia.
Pajak yang diterapkan itu, seperti pajak rumah, pajak usaha, sewa tanah maupun pajak
kepada pedagang. Adanya sistem itu membuat masyarakat merasa berat dan terbebani.
Apalagi tidak ada kejelasan dan banyak penyelewengan oleh pemerintah kolonial waktu itu.
Pada masa kemerdekaan, pajak dimasukan ke dalam UUD 1945 Pasal 23 pada sidang
BPUPKI. Pasal itu berbunyi segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-
undang. Meski sudah dituangkan dalam UU, tapi pemerintah belum dapat mengeluarkan UU
khusus yang mengatur tentang pajak. Karena terjadi Agresi Militer Belanda dan membuat
pemerintahan Indonesia harus memindahkan ibu kota Jakarta ke Yogyakarta. Karena roda
pemerintahan dan pembiayaan pengeluaran negara harus tetap dijalankan, pemerintah
mengadopsi beberapa aturan tentang pajak peninggalan pemerintahan kolonial. Seperti
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 dan membentuk beberapa suborganisasi untuk
melaksanakan pemungutan pajak. Seperti Jawatan Pajak, Jawatan Bea dan Cukai serta
Jawatan Pajak Hasil Bumi pada Direktorat Jenderal Moneter.
3
a. Fungsi Perencanaan Strategis
Fungsi pertama dari akuntansi perpajakan adalah membuat perencanaan
strategis dalam urusan perpajakan di masa yang akan datang. Karena pajak
menjadi beban rutin yang wajib Anda keluarkan, maka Anda membutuhkan
perencanaan matang untuk alokasi pajak. Maka dari itu, data perpajakan
sebelumnya bisa menjadi rujukan untuk perbaikan bisnis usaha atau
keuangan pribadi dimasa yang akan datang. Dengan ilmu akuntansi pajak ini,
Anda bisa menentukan strategi terbaik untuk perpajakan di periode
berikutnya.
b. Fungsi Analisis Data
Dengan bekal ilmu akuntansi perpajakan, Anda akan lebih mudah dalam
menganalisa data. Dari analisis tersebut Anda akan mendapatkan hasil dari
biaya pajak yang harus Anda keluarkan. Proses analisa ini menjadi faktor
penting, selain itu dengan menganalisa sendiri setidaknya Anda akan
terhindar dari kecurangan yang bisa dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Dengan begitu Anda tidak mudah terkena
penyalahgunaan dana pajak dan urusan perpajakan akan lebih mudah
c. Fungsi Publikasi
Maksud publikasi disini adalah memberikan laporan keuangan pada pihak
yang bersinggungan langsung dengan Anda. Semisal untuk sebuah bisnis
startup, laporan perpajakan harus nada sertakan dalam laporan beban yang
Anda berikan pada investor. Laporan yang detail dan jelas akan menunjukkan
tingkat profesionalitas dari perusahaan yang Anda bangun.
d. Fungsi Pembanding
Dari arsip atau dokumentasi data perpajakan sebelumnya, Anda bisa
membandingkannya untuk mengetahui perkembangan bisnis Anda. Arsip
data pajak juga dapat mudah dilakukan melalui fitur dari aplikasi pajak
online. Fungsi ini bergantung pada fungsi-fungsi sebelumnya. Karena
perhitungan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapat hasil perbandingan
yang real. Namun dari perbandingan ini Anda juga bisa menentukan strategi
bisnis apa yang harus Anda lakukan untuk menutup celah yang terjadi pada
periode sebelumnya.
4
Jadi bisa disimpulkan antara fungsi satu dan yang lainnya sangat berkesinambungan atau
saling terhubung.
5
a. Wajib Pajak tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan/penyisihan
(Pasal 9 ayat 1 UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan), kecuali untuk: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank,
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha dengan hak opsi,
cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk
pertambangan.
b. persedian dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan, tidak diperbolehkan berdasarkan harga pokok
dan harga pasar mana yang lebih rendah.
a. Pajak memiliki sifat wajib atau dipaksakan kepada semua wajib pajak. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab utama pajak di Indonesia masih belum
bisa maksimal, yaitu banyak dari wajib pajak individu maupun perusahaan
yang menghindari pajak agar pendapatan yang di peroleh tidak berkurang.
b. Pajak yang telah dibayarkan kepada pemerintah manfaatnya sebenarnya aka
kembali ke masyarakat. Pajak yang didapatkan akan digunakan untuk
membangun negara dengan pembangunan infrastruktur, subsidi, bantuan
sosial, pembukaan lapangan kerja, dan sebagainya.
c. Kewajiban semua wajib pajak adalah membayar piutang pajak sebelum jatuh
tempo kepada kantor-kantor pajak setempat. Sedangkan untuk wajib pajak
memiliki hak untuk dilayani oleh petugas pajak dengan sebaik-baiknya,
karena sudah menjadi warga negara yang taat terhadap pajak.
d. Fungsi dari penggunaan hasil pajak tidak hanya digunakan pada aspek
ekonomi saja, tetapi pada aspek sosial dan budaya pada suatu negara.
6
2.3 ISTILAH-ISTILAH DALAM AKUNTANSI PAJAK
Terdapat beberapa istilah dalam akuntansi perpajakan yang wajib Anda ketahui,
apalagi jika Anda adalah seseorang yang berkutat di dunia perpajakan. Nah, berikut ini
istilah-istilah dalam akuntansi perpajakan di Indonesia:
5. Laba
7
Laba dalam istilah akuntansi perpajakan adalah keuntungan atau rugi bersih
selama satu periode sebelum dikurangi dengan beban pajak.
8
Akuntansi komersial bisa juga kita sebut sebagai akuntansi keuangan, dimana
laporan akuntansi tersebut dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan keputusan yang
akan diambil oleh perusahaan untuk ke depannya. Informasi yang disediakan oleh suatu
proses akuntansi diperlukan oleh setiap satuan usaha untuk mengetahui posisi dan hasil
usahanya. Jadi tujuan akuntansi komersial antara lain untuk menyediakan laporan keuangan
kepada manajemen dan pihak-pihak eksternal yang memerlukamya. Akuntansi pajak
merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang menekankan pada penyusunan surat
pemberitahuan pajak (SPT) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi
atau kegiatan perusahaan. Dengan kata lain akuntansi pajak dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Akuntansi pajak secara khusus menyajikan laporan keuangan dan informasi lain
kepada administrasi pajak. Penyajian itu sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan
(tax compliance). Walaupun secara teknis proses penyajian laporan tidak diatur
secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian atas suatu fakta
sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan.
3. Secara umum, akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan standar yang
berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun, untuk
kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, apabila terjadi perbedaan
antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan pajak, maka untuk keperluan
perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak, Undang-Undang dan ketentuan
perpajakan memiliki prioritas untuk dipatuhi.
Berikut perbedaan dan persamaan yang terdapat pada akuntansi komersial dan
akuntansi pajak :
9
1. Persamaan. Persamaan akuntansi komersial dengan akuntansi perpajakan dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain:
a. Karakteristik Kualitatif
Persamaan yang pertama yakni karakteristik kualitatif laporang keuangan
berkaitan. Karakteristik kualitatif akuntansi pajak dan komersial antara lain:
Relevan (memiliki umpan balik, memiliki manfaat yang prediktif tepat
waktu, dan lengkap), andal (disajikan dengan jujur, dapat diverifikasi, dan
netral), dapat dibandingkan (informasi dapat dibandingkan antar entitas atau
antar periode), dapat dipahami (informasi dapat dimengerti oleh seluruh
pengguna laporan keuangan).
b. Sistem Akrual
Pada akuntansi umum maupun akuntansi perpajakan, standar akuntansi yang
digunakan adalah sistem akrual. Pada akuntansi perpajakan diperbolehkan
menggunakan sistem campuran yakni kas dan akrual, tetapi harus
memperhatikan ketentuan yang berlaku seperti pada pasal 28 UU KUP.
c. Neraca
Bagian dari laporan keuangan neraca baik pada akuntansi umum maupun
akuntansi perpajakan sama yang terdiri dari aset, utang, dan modal.
d. Konsep Kesatuan Usaha
Kedua jenis akuntansi tersebut menganut prinsip kesatuan usaha yang
sama yang masuk ke dalam konsep dasar akuntansi yakni adanya
pemisahan antara aset dari pemilik dan perusahaan.
2. Perbedaan
Setelah mengetahui persamaan dari akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan, ternyata terdapat perbedaan antara keduanya, antara lain:
a. Pengguna Laporan Keuangan
Dari segi pengguna laporan keuangan, pengguna laporan keuangan pada
akuntansi komersial adalah pemegang saham, kreditur, karyawan,
manajemen, pemerintah, masyarakat, dan lainnya. Sedangkan, pengguna
laporan keuangan pada akuntansi perpajakan adalah fiskus.
b. Pedoman Penyusun dan Penyajiannya
Pedomana penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada akuntansi
umum yaitu menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
10
(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Sementara,
pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada akuntansi
perpajakan yakni perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. Sifat Informasi
Informasi pada laporan keuangan akuntansi umum bersifat terbuka atau
umum dan dapat digunakan oleh siapaun. Sedangkan, pada akuntansi
perpajakan, laporan keuangannya bersifat tertutup atau rahasia hanya
diketahui oleh manajemen dan fiskus.
d. Dasar Pencatatan
Pada akuntansi komersial, transaksi keuangan dicatat dengan menggunakan
asas substance over form yang mana pencatatan maupun pelaporannya
mengutamakan substansi ekonomi dibandingkan dengan hakikat formal dan
hukum.
Lain halnya dengan akuntansi perpajakan dimana transaksi
keuangannya dicatat maupun dilaporkan, jika sudah memenuhi ketentuan
perpajakan yakni dengan mengutamakan hakikat formal atau hukum
dibandingkan substansi ekonominya.
e. Batas Waktu Penyampaian
Perbedaan lainnya mengenai batas waktu penyampaian. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas (PT)
menyatakan bahwa waktu penyampaian laporan keuangan yakni enam
bulan setelah tahun buku berakhir.
Beda halnya dengan akuntansi perpajakan, berdasarkan Undang-
Undang Ketentuan Umum Perpajakan menyatakan bahwa laporan
keuangan fiskal diserahkan paling lambat empat bulan setelah akhir tahun
pajak serta dapat diperpanjang paling lambat dua bulan dengan ketentuan
berlaku.
1. Neraca
a. Aset
- Pajak dibayar dimuka. Disajikan sebagai Prepaid expense dalam aset
lancar. Terdiri dari:
• PPh 22, PPh23, PPh24, dan PPh25
11
• PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan
• PPN Masukan
- Aset Pajak Tangguhan (Deffered Tax Asset) Aset pajak tangguhan
disajikan dalam kelompok aset lain-lain.
b. Kewajiban
- Utang Pajak (Tax Payable)
Utang pajak terdiri atas :
• PPh 21, PPh23, PPh26, PPh 29
• PPN Keluaran
- (Deffered Tax Liability)
Dalam neraca, kewajiban pajak tangguhan disajikan diantara utang
jangka pendek dan utang jangka panjang.
2. Rugi laba
a. Beban PPh (Income Tax Expense)
b. Penghasilan Pajak Tangguhan (Deffered tax income)
c. Beban pajak tangguhan (deffered tax expense)
d. PBB, PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan Bea Meterai dicatat
sebagai beban operasional (operational expense)
Pasal 18 ayat (3) UU PPh memberikan wewenang kepada Dirjen Pajak untuk menguji
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) terhadap transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pasal 18 ayat (4) UU PPh beserta
penjelasannya berbicara mengenai pengertian ‘hubungan istimewa’ dapat terjadi karena
kepemilikan atau penyertaan modal, penguasaan melalui manajemen atau penggunaan
teknologi walaupun tidak ada hubungan kepemilikan, dan hubungan keluarga sedarah atau
semenda.
12
dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. Terkait terminologi ‘penguasaan’ yang
terdapat dalam Pasal 18 ayat (4) huruf ‘b’ UU PPh beserta Penjelasannya, disebutkan lagi
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf ‘b’ PMK-22/2020 dan dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 4 ayat
(4) PMK-22/2020 sebagai berikut:
“Penguasaan salah satu pihak terhadap pihak lainnya dianggap ada apabila:
1. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai pihak lain, secara
langsung maupun tidak langsung;
2. dua pihak atau lebih berada di bawah penguasaan pihak yang sama secara langsung
maupun tidak langsung;
3. terdapat orang yang sama secara langsung dan/atau tidak langsung terlibat atau
berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan manajerial atau operasional pada
dua pihak atau lebih;
4. para pihak yang secara komersial atau finansial diketahui atau menyatakan diri
berada dalam satu grup usaha yang sama; atau
5. satu pihak menyatakan diri memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain.”
tidak terdapat ketentuan lebih rinci dan jelas mengenai konsep associated enterprises
di dalam Model P3B, baik OECD maupun UN Model. Oleh karena itu, apabila setiap negara
membuat definisi ‘hubungan istimewa’ atau associated enterprises berdasarkan ketentuan
domestik masing-masing negara, Dwarkasing (2013) mengemukakan akan dapat
mengakibatkan potensi pemajakan berganda (economic double taxation).
13
Terkait dengan frasa transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa bisa kita pelajari
lebih lanjut dalam kasus Kodak India di link ini, serta sengketa pajak dengan pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa. Jadi, pengujian material arm’s length principle
yang terdapat dalam PMK-22/2020 ditujukan atas transaksi hubungan istimewa dan transaksi
yang dipengaruhi hubungan istimewa. Pertanyaannya, apakah pengujian di atas hanya
diberlakukan terbatas pada prosedur pelaksanaan APA atau juga aspek lain transfer pricing
dalam pengertian luas? Pertanyaan di atas muncul karena ketika dikaitkan dengan ketentuan
Pasal 10 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 juncto Pasal 2 ayat (2)
PMK Nomor 213/PMK.03/2016, serta Lampiran Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-22/PJ/2013 yang menyebutkan bahwa pengujian arm’s length principle hanya untuk
pengujian atas transaksi hubungan istimewa. Menjawab pertanyaan di atas, seharusnya PMK-
22/2020 yang berlaku karena sejalan dengan Pasal 18 ayat (3) UU PPh yang menyebutkan
bahwa pengujian arms’ length principle berlaku bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan wajib pajak lainnya, sebagaimana definisi hubungan istimewa yang diatur
dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh beserta Penjelasannya. Berikut adalah jenis-jenis hubungan
istimewa :
Penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar 25% tau lebih pada
- wajib pajak lainnya.
Hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua
- wajib pajak atau lebih
Hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau
- lebih dimiliki oleh pihak yang sama.
2. Hubungan Penguasaan
Yaitu hubungan antara wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya, atau
dua wajib pajak atau lebih berada di bawah penguasaan yang sama baik
- langsung maupun tidak langsung, baik penguasaan melalui manajemen
maupun melalui pengunaan teknologi.
14
Penguasaan melalui manajemen, misalnya ; Mr. Z adalah Direktur Utama pada
- PT Alfa dan juga menjabat Direktur Utama pada PT Beta. Dalam hal ini antara
PT Alfa dan PT Beta terdapat hubungan istimewa.
Penguasaan melalui penggunaan teknologi, misalnya ; PT A perusahaan yang
memproduksi minuman menggunakan formula yang diciptakan oleh PT B.
- Dalam hal ini antara PT A dan PT B terdapat hubungan istimewa, karena
terdapat penguasaan melalui penggunaan teknologi oleh PT B terhadap PT A.
Sebagaimana telah banyak dibahas dalam subbab hubungan istimewa yaitu adanya
transaksi bisnis yang dilakukan di antara para Wajib Pajak tidak sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang kemungkinannya sebagai akibat hubungan istimewa untuk itulah
selanjutnya atas kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak dalam rangka penilaian kewajaran transaksi.
15
dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat
tingkat perbandingan tertentu yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara
utang dan modal (debt to equity ratio). Bila perbandingan antara utang sangat besar
melebihi batas-batas kewajaran, maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam
keadaan tidak sehat. Dalam hal demikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena
Pajak, undang-undang Pajak Penghasilan menentukan adanya modal terselubung.
Istilah modal menunjuk pada istilah atau pengertian ekuitas menurut standar
akuntansi, sedangkan yang dimaksud dengan "kewajaran atau kelaziman usaha”
adalah adat kebiasaan atau praktik menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
yang sehat dalam dunia usaha.
16
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Tujuan pengaturan ini yaitu
untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya
hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat
terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya
melebihi dari yang seharusnya.
5. Pencegahan penghindaran paj ak yang dilakukan oleh Wajib Paj ak saat melakukan
pembelian saham atau penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri
melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut. Dengan
demikian bila Wajib Pajak melakukan pembelian saham atau aset perusahaan
melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud tertentu I special
17
purpose company dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan
pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai
hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat
ketidakwajaran penetapan harga.
6. Bila terjadi penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit atau
special purpose company) yang didirikannya atau berkedudukan di tax heaven
country yang mempunyai hubungan istimewa dapat ditetapkan sebagai penjualan
atau pengalihan saham badan di Indonesia atau Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.
Sebagai contoh X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, sebuah negara bebas
pajak (Tax Haven Country), memiliki 100% saham PT X yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, X Ltd. ini adalah suatu perusahaan antara (conduit company) yang
didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Y Co, sebuah perusahaan negara B, dengan tujuan
sebagai perusahaan antara dalam kepemilikannya atas seluruh saham PT X. Tetapi bila Y
Co., menjual seluruh kepemilikannya atas saham X Ltd. Kepada PT Z yang merupakan Wajib
Pajak dalam negeri, secara legal formal,transaksi di atas merupakan pengalihan saham
perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak luar negeri. Namun, pada hakikatnya transaksi ini
merupakan pengalihan kepemilikan (saham) perseroan Wajib Pajak dalam negeri oleh Wajib
Pajak luar negeri, sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.
18
BAB III
PETUTUP
3.1 KESIMPULAN
Akuntansi perpajakan adalah cabang dari ilmu akuntansi Ilmu ini akan membahas
segala hal mengenai pencatatan dan penyusunan laporan semua transaksi keuangan dalam
mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar Wajib Pajak (WP). Istilah akuntansi sendiri
tidak berlaku sebelumnya di dunia perpajakan, lebih dikenal sebagai pembukuan. Namun
seiring dengan perubahan zaman, sistem akuntansi menjadi kebutuhan tersendiri. Tidak ada
hal signifikan yang membuat akuntansi pajak berbeda dengan akuntansi biasa, hanya saja
laporan yang dihasilkan adalah laporan pajak. Ada berbagai prinsip penting yang digunakan
untuk bisa menghasilkan perhitungan yang tepat untuk akuntansi perpajakan. Prinsip tersebut
adalah:
1. Kesatuan Setiap perusahaan merupakan satu kesatuan ekonomi yang tidak dapat
disatukan dengan entitas ekonomi lain. Seperti pemilik perusahaan atau lembaga
lain yang secara hukum tidak memiliki hak.
2. Historis Prinsip historis mewajibkan pencatatan keuangan yang real. Apabila
perusahaan membeli sebuah aset seharga Rp200.000.000 tetapi dalam proses
negosiasi akhirnya didapatkan harga Rp180.000.000, maka pencatatan yang harus
dibukukan adalah senilai Rp180.000.000 karena inilah harga akhir yang dibayarkan
3. Pengungkapan Penuh Pencatatan aktivitas keuangan harus informatif dan detail.
Setiap detail ini akan membantu. Tambahkan catatan kaki atau lampiran penting
sebagai referensi.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/190000669/pajak-arti-sejarah-dan
https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan
https://cpsso.com/blog/akuntansi/karakterisk-kualitas-inormasi-akuntansi/
http://imassfh.blogspot.com/2017/01/akuntansi-perpajakan.html
https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/akuntansi-perpajakan
https://cpssoft.com/blog/akuntansi/karakteristik-kualitas-informasi-akuntansi/
20