Anda di halaman 1dari 17

v

MAKALAH

AKUNTANSI SEWA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu (Teori Akuntansi)

Disusun oleh :
NUNGKY RUSLANDI 7774210026

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
brbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lterlebi lagi di akhirat kelak, sehingga semua
harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih dari kesmpurnaan rta
masih banyak kekurangan-kekurangannya. Baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkondisian, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun
untuk lebih

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah semoga bermanfaat
apa yang telah penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman – teman, serta
orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.

Penulis,

Cilegon, 04 Desember 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Kita
membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita dapat
menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk
memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaandalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap
bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

Bisnis umumnya memperoleh hak kepemilikan (property rights) dalam aset jangka
panjang melalui pembelian yang didanai oleh sumber-sumber internal atau dengan dana
pinjaman eksternal. Masalah akuntansi terkait pembelian aset jangka panjang telah dibahas di
Bab 9. Sewa (lease) adalah cara alternatif untuk memperoleh aset jangka panjang yang
digunakan oleh perusahaan.Sewa yang bukan merupakan pembelian dalam substansi (in-
substance purchases) memberikan properti hak guna (right-to-use) kepada penyewa,berbeda
dengan pembelian yang mengalihkan hak kepemilikan kepada pengguna aset jangka panjang.
Persyaratan sewa biasanya mewajibkan penyewa untuk melakukan serangkaian pembayaran
selama periode yang akan datang, dengan demikian sewa dengan utang jangka panjang.
Namun, jika sewa dilakukan dengan cara tertentu, maka sewa ini memungkinkan penyewa
untuk terlibat dalam pembiayaan di luar laporan posisi keuangan (of-balance sheet financing)
karena sewa tertentu tidak dilaporkan sebagai utang jangka panjang pada laporan posisi
keuangan. Manajer bisnis sering kali ingin menggunakan pembiayaan di luar laporan posisi
keuangan untuk meningkatkan posisi keuangan perusahaannya. Namun, seperti yang
disebutkan sebelumnya di dalam pembahasan, riset pasar yang efisien menunjukkan bahwa
utang di luar laporan posisi keuangan disertakan ke dalam model keputusan pengguna saat
menentukan nilai perusahaan.

Dalam perusahaan , aset tetap merupakan bagian penting dari kekayaan yang dimiliki
oleh perusahaan, karena aset memiliki proporsi yang terbesar dari kekayaan tersebut. Aset
tetap adalah aset yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan dalam kegiatan
perusahaan, dimiliki tetapi tidak untuk dijual lagi dalam kegiatan operaional perusahaan,
serta nilainya cukup besar. Aset tetap tersebut dapat berupa tanah, bangunan, perlengkapan,
dan lain sebaginya. Dalam rangka pengembangan perusahaan, biasanya perusahaan akan
selalu berusaha untuk mengganti aset yang lama dengan aset yang baru. Penggantian atas aset
yang lama ini mungkin disebabkan karena aset tersebut telah habis masa umur ekonomisnya
atau karena rusak dan tidak dapat lagi digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
Sedangkan disisi lain, kegiatan operasional perusahaan menuntut adanya pengadaan aset
tetap yang baru terutama tanah, gedung dan peralatan.

Pengadaan aset tetap ini dapat dipenuhi oleh perusahaan dalam bentuk sewa guna
usaha atau leasing. Penggunaan sewa guna usaha sebagai sarana mengalihkan hak untuk
menggunakan suatu harta kepada pihak lain telah mengalami pertumbuhan yang pesat, hal ini
disebabkan semakin menyebarnya jenis aset yang dapat disewa guna mulai dari kendaraan,
mesin-mesin, alat-alat berat sampai aset dengan tekhnologi canggih. Hadirnya perusahaan
sewa guna usaha ini semakin mempopulerkan dan menambah kiprah kegiatan bisnis sewa
guna usaha sebagai sumber pembiayaan lain disamping cara-cara pembiayaan konvensional
yang lazim dilakukan melalui perbankan. Melihat semakin berkembangnya kegiatan sewa
guna usaha, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk menyediakan suatu standar akuntansi
keuangan yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi
sewa guna usaha dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan
yang wajar dan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan.

Kegiatan sewa menyewa ini sangat bervariasi menurut kontraknya, variabel-variabel


itu misalnya lama masa persewaan, persyaratan pembayaran dan pembelian, ayatayat
mengenai pembatalan dan sanksi-sanksi, jaminan oleh penyewa mengenai nilai sisa, jumlah
dan waktu pembayaran sewa, tigkat bunga yang terkandung dalam perjanjian sewa menyewa,
dan pembayaran biaya-biaya tertentu seperti pemeliharan, asuransi, dan pajak.

Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang


tepat dalam sewa guna usaha. Kegiatan sewa guna usaha dikategorikan ke dalam klasifikasi
dari segi lessee dan lessor. Klasifikasi sewa guna usaha dari segi lessee terdiri dari Capital
Lease (Finance Lease) dan Operating Lease. Sedangkan klasifikasi sewa guna usaha dari segi
lessor terdiri dari Sales Type Lease, Direct Financing Lease, Leverage Lease dan Operating
Lease.

Bagi lessee kedua metode yaitu capital lease dan operating lease mempunyai akibat
yang berbeda terhadap penyajian neraca dan laporan laba rugi. Metode capital lease akan
menghasilkan jumlah laba yang lebih rendah dibandingkan dengan metode operating lease,
hal ini disebabkan metode capital lease mencatat beban yang lebih besar yang ditimbulkan
dari beban bunga dan penyusutan atau amortisasi aset yang disewa guna usaha. Sedangkan
dalam metode operating lease hanya mencatat beban sewa guna usaha yang jumlahnya
merata sepanjang periode sewa. Perlakuan akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha perlu
diterapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK No.30 dalam rangka penyusunan laporan
keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini.
Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara lain:

1.Bagaimana Akuntansi Untuk Sewa

2.Bagaimanakah akuntansi untuk lesse?

3.Bagaimanakah akuntansi untuk lessor?

1.3 Tujuan

1.Bagaimana Akuntansi Untuk Sewa

2.Mengetahui bagaimana akuntansi untuk lesse

3.Mengetahui bagaimana akuntansi untuk lessor


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sewa

Sewa telah menjadi metode populer untuk memperoleh properti karena biasanya tidak
ada pengeluaran kas yang cukup besar di awal sewa seperti saat melakukan pembelian
langsung.Sewa juga memiliki beberapa keunggulan lain, yakni:

 Menawarkan pembiayaan 100 persen dengan tarif tetap. Sewa sering kali tidak
membutuhkan uang muka dari penyewa. Hal ini membantu perusahaan menghemat
kas yang jarang ada, yang merupakan fitur yang sangat diinginkan oleh perusahaan
baru dan perusahaan yang sedang berkembang. Selain itu, pembayaran sewa biasanya
tetap,sehingga melindungi penyewa dari inflasi.
 Memungkinkan adanya penggunaan alternatif. Perjanjian sewa memberikan
penggunaan dan pengendalian atas aset bagi perusahaan tanpa menimbulkan
pengeluaran modal yang besar dan hanya perlu melakukan pembayaran sewa secara
berkala.Dengan demikian,sewa menghemat dana untuk penggunaan alternatif.
 Menawarkan proteksi terhadap keusangan. Aset sewa mengurangi risiko
keusangan pada penyewa (lessee) dan dalam banyak kasus mengalihkan risiko nilai
sisa ke pemberi sewa (lessor). Hal ini berarti perjanjian sewa dapat memungkinkan
sewa awal dibatalkan dan diganti dengan sewa baru ketika teknologi maju kemudian
tersedia. Dalam kasus ini,pemberi sewa memproteksi dirinya sendiri dengan
mengharuskan penyewa membayar biaya sewa yang lebih tinggi.
 Memungkinkan fleksibilitas,Perjanjian sewa mungkin berisi ketentuan yang lebih
fleksibel daripada perjanjian utang lainnya dengan menyesuaikan perjanjian sewa
dengan kebutuhan khusus penyewa,Misalnya,jangka waktu sewa dapat berkisar dari
Periode waktu yang singkat sampai ekspektasi umur ekonomis aset. Pembayaran sewa
mungkin meningkat dari tahun ke tahun, atau dapat menambah atau mengurangi
jumlahnya. Jumlah pembayaran dapat ditentukan sebelumnya atau dapat bervariasi
dengan penjualan, suku bunga utama, Indeks Harga Konsumen (Consumer Price
Index), atau beberapa faktor lainnya.
 Menghasilkan pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menemukan
bahwa sewa lebih murah daripada bentuk pembiayaan lainnya.
 Menawarkan keuntungan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan
tidak melaporkan sewa operasi-operating lease (diuraikan di bagian selanjutnya dari
bab ini) atas aset atau liabilitas.Namun, untuk tujuan pajak penghasilan, perusahaan
dapat mengapitalisasi dan menyusutkan aset sewaan. Hasilnya, perusahaan
mengambil pengurangan lebih awal daripada melakukannya nanti dan juga
mengurangi pajaknya.
 Memungkinkan pembiayaan di luar laporan posisi keuangan. Sewa operasi
menawarkan pembiayaan di luar laporan posisi keuangan dan tidak menambah utang
pada laporan posisi keuangan atau memengaruhi rasio keuangan dan karenanya dapat
menambah kapasitas pinjaman.

2.2 Auntansi Untuk Sewa

Dalam FASB ASC 840 (SFAS No. 13), FASB menjabarkan kriteria tertentu untuk
mengklasifikasikan sewa, baik sebagai sewa modal maupun sewa operasi. Jika pada awalnya
sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria berikut, penyewa akan mengklasifikasikan
sewa sebagai sewa modal, jika tidak, maka sewa tersebut akan diklasifikasikan sebagai sewa
operasi:

1. Sewa mengalihkan kepemilikan properti kepada penyewa pada akhir masa sewa. Ini
termasuk jangka waktu sewa yang tidak dapat dibatalkan dan berbagai opsi dan
periode pembaruan yang ditentukan.
2. Sewa berisi opsi pembelian murah. Ini berarti bahwa ketika penyewa memiliki opsi
untuk membeli aset sewaan, pada awal sewa, harga beli yang ditetapkan cukup rendah
dari pada nilai pasar wajar dari properti yang diperkirakan pada tanggal opsi akan
dilaksanakan, sehingga tampak seperti harga murah. Dalam hal ini, pelaksanaan opsi
tampaknya cukup terjamin.
3. Jangka waktu sewa sama dengan 75 persen atau lebih dari perkiraan sisa umur
ekonomis properti sewaan, kecuali jika awal masa sewa berada di dalam 25 persen
terakhir dari total perkiraan umur ekonomis properti sewaan.
4. Pada awal masa sewa, nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum (jumlah
pembayaran yang diminta oleh penyewa untuk mengecualikan bagian pembayaran
yang merepresentasikan biaya pelaksanaan, seperti asuransi, pemeliharaan, dan pajak
yang harus dibayar oleh penyewa) sama dengan atau melebihi 90 persen dari nilai
wajar properti sewaan dikurangi kredit pajak investasi terkait yang ditahan oleh
pemberi sewa. (Kriteria ini juga diabaikan ketika jangka waktu sewa berada di dalam
25 persen terakhir dari total perkiraan umur ekonomis properti sewaan.)

Dalam kasus pemberi sewa (kecuali untuk sewa yang sebagian besar pembiayaannya
melibatkan bank atau kreditur--leveraged lease, yang akan dibahas di bagian selanjutnya),
jika sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria sebelumnya ditambah kedua kriteria
tambahan berikut, maka sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa yang termasuk jenis
penjualan atau sewa dengan pembiayaan langsung.

1. Kolektibilitas pembayaran sewa minimum dapat diprediksi secara wajar.


2. Tidak ada ketidakpastian penting yang berada pada jumlah biaya tidak dapat
dikembalikan meskipun belum dikeluarkan oleh pemberi sewa dalam sewa yang
dimaksud.

Dua kriteria terakhir didorong oleh konsep konservatisme. Para akuntan enggan
melaporkan piutang ketika ada ketidakpastian yang cukup signifikan terkait arus kas masa
depan yang diharapkan.

Jika Air France (lessee) mengapitalisasi sewa, ia mencatat nilai aset dan liabilitas yang
umumnya sama dengan nilai sekarang dari pembayaran sewa. ILFC (lessor), setelah
mengalihhan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan, mengakui penjualan
dengan memghapus aset dan risiko kepemilikan, mengakui penjualan dengan menghapus
aset dari laporan posisi keuangan dan menggantinya dengan piutang. Setelah mengapitalisasi
aset tersebut, Air france memcatat penyusutan aset sewaan. ILFC maupun Air France
memperlakuakan pembayaran sewa sebagai pembayaran sewa sebagai pembayaran yang
terdiri dari bunga dan pokok.

Jika Air France tidak mengapitalisasi sewa, maka tidak mencatat aset, dan ILFC tidak
menghapusnya dari pembukuannya. Ketika Air France melakukan pembayaran sewa, ia
mencatat sebagai beban sewa, dan ILFC mengakui pendapatan sewa. Sewa diklasiflasikan
sebagai sewa pembiayaan (Finance lease ) jika entitas mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan. Untuk mencatat sewa sebagai
sewa pembiayaan, maka sewa harus memiliki klausul "tidak dapat dibatalkan".
2.3 Kriteria Untuk Pengklasifikasian Sewa

Dalam FASB ASC 840 (SFAS No. 13), FASB menjabarkan kriteria tertentu untuk
mengklasifikasikan sewa, baik sebagai sewa modal maupun sewa operasi. Jika pada awalnya
sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria berikut, penyewa akan mengklasifikasikan
sewa sebagai sewa modal, jika tidak, maka sewa tersebut akan diklasifikasikan sebagai sewa
operasi:

1. Sewa mengalihkan kepemilikan properti kepada penyewa pada akhir masa sewa.
Ini termasuk jangka waktu sewa yang tidak dapat dibatalkan dan berbagai opsi
dan periode pembaruan yang ditentukan.
2. Sewa berisi opsi pembelian murah. Ini berarti bahwa ketika penyewa memiliki
opsi untuk membeli aset sewaan, pada awal sewa, harga beli yang ditetapkan
cukup rendah dari pada nilai pasar wajar dari properti yang diperkirakan pada
tanggal opsi akan dilaksanakan, sehingga tampak seperti harga murah. Dalam hal
ini, pelaksanaan opsi tampaknya cukup terjamin.
3. Jangka waktu sewa sama dengan 75 persen atau lebih dari perkiraan sisa umur
ekonomis properti sewaan, kecuali jika awal masa sewa berada di dalam 25 persen
terakhir dari total perkiraan umur ekonomis properti sewaan.
4. Pada awal masa sewa, nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum (jumlah
pembayaran yang diminta oleh penyewa untuk mengecualikan bagian pembayaran
yang merepresentasikan biaya pelaksanaan, seperti asuransi, pemeliharaan, dan
pajak yang harus dibayar oleh penyewa) sama dengan atau melebihi 90 persen
dari nilai wajar properti sewaan dikurangi kredit pajak investasi terkait yang
ditahan oleh pemberi sewa. (Kriteria ini juga diabaikan ketika jangka waktu sewa
berada di dalam 25 persen terakhir dari total perkiraan umur ekonomis properti
sewaan.)

Dalam kasus pemberi sewa (kecuali untuk sewa yang sebagian besar pembiayaannya
melibatkan bank atau kreditur--leveraged lease, yang akan dibahas di bagian selanjutnya),
jika sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria sebelumnya ditambah kedua kriteria
tambahan berikut, maka sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa yang termasuk jenis
penjualan atau sewa dengan pembiayaan langsung.

5. Kolektibilitas pembayaran sewa minimum dapat diprediksi secara wajar.


6. Tidak ada ketidakpastian penting yang berada pada jumlah biaya tidak dapat
dikembalikan meskipun belum dikeluarkan oleh pemberi sewa dalam sewa yang
dimaksud.

Dua kriteria terakhir didorong oleh konsep konservatisme. Para akuntan enggan
melaporkan piutang ketika ada ketidakpastian yang cukup signifikan terkait arus kas masa
depan yang diharapkan.

A.Kriteria Kapitalisasi

Tiga dari empat kriteria kapitalisasi (capitalization criteria ) yang berlaku bagi lessee
masih kontroversial dan sulit diterapkan dalam praktik. pembahasan setiap kriteria secara
terperinci pada bagian berikutnya

B.Pengalihan Kepemilikan

Jika sewa mengalihkan kepemilikan aset ke lessee, maka sewa teemasuk sewa
pembiayaan. Kriteria ini tidak kontroversial dan mudah diimplementasikan dalam praktik.

C.Uji Opsi Tawar-menawar Pembelian

Opsi tawar-menawar pembelian ( bargian -purchase option ) memungkinkan lessee


untuk membeli aset sewaan dengan harga yang secara signifikan kebih rendah di bandingkan
nilai wajar aset pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan. Psda awal sewa, selisih antara
harga opsi dan nilai wajar yang di harapkan harus dapat memastikan bahwa opsi tersebut
akan dilaksanakan.

D.Uji Umur Ekonomik

Jika masa sewa adalah untuk sebagian umur ekonomik aset, lessor mengalihkan
sebagian besar risiko dan manfaat kepemilikan kepada lessee. kapialisasi dalam kasus ini
sangat tepat. Namun, menentukan masa sewa dan berapa lama yang merupakan sebagian
besar umur ekonomik aset kemungkinan menjadi sangat sulit. Masa sewa (lease term) pada
umumnya dianggap tetap dan tidak dapat di batalkan. Namun, jika dalam pengaturan sewa
berisi opsi tawar-menawar pembaruan, maka periode tersebut dapat diperpanjang. Opsi
tawar-menawar pembaruan (bargian-renewal option ) memungkinkan lessee untuk
memperbarui sewa yang lebih rendah dibandingkan sewa wajar yang diharapkan pada
tanggal opsi tersebut dapat dilaksanakan. Pada awal sewa, selisih antara nilai rental baru dans
ewa wajar yang di harapkan harus dapat memastikan bahwa opsi untuk memperbarui akan
dilaksanakan.

E.Uji Pemulihan Investasi

Dalam uji umur ekonomik, IASB belum mendefinsikan apa yang dimaksud
dengan"secara substansial keseluruhan" nilai wajar aset. Dalam praktiknya, di mana telah
lazim untuk melihat kriteria U.S GAAP, yang memiliki ambang batas nilai wajar 90 persen
untuk menilai uji pemulihan investasi. Sekali lagi, dari pada berfokus pada satu elemen
indikator klasifikasi sewa, lessee dan lessor harus mempertimbangkan semua faktor yang
relevan saat mengevaluasi kriteria klasifikasi sewa. Untuk tujuan pekerjaan rumah,
asumsikan ambang batas 90 persen untuk uji pemulihan investasi.

2.4 Proses Sewa

Pihak – pihak yang tersangkut dalam perjanjian (kontrak) sewa atau dapat pula
disebut sebagai subjek dalam perjanjian sewa terdiri dari beberapa pihak yang dapat saling
berkaitan satu sama lain, yaitu :
a. Lessor

Lessor merupakan pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari beberapa
perusahaan.

b. Lessee

Lessee merupakan pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar sewa dan
yang memiliki hak opsi.

c. Creditur dan Lender

Kreditur atau Lender disebut juga Debt – Holders atau Loan Participant dalam transaksi
sewa. Biasanya terdiri dari Bank, atau lembaga keuangan lainnya

d. Supplier

Supplier merupakan penjual ataupun pemilik barang yang disewakan, dapat terdiri dari
perusahaan (manufacturers) yang berada di dalam negeri atau yang memiliki kantor pusat
diluar negeri.

Adapun proses maupun prosedur dari mekanisme kegiatan sewa yang menyangkut pihak-
pihak terkait diatas, secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lessee bebas memilih dan menentukan Aset yang dibutuhkan, mengadakan


penawaran harga dan menunjuk supplier.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, mengirimkan kepada
lessor disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kinerja serta kelayakan kredit lessee serta memutuskan
untuk memberikan fasilitas sewa dengan syarat dan kondisi yang disetujui.
4. lessee (seperti lama kontrak serta pembayaran sewa), maka perjanjian sewa
menyewa dapat ditandatangani.
5. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk Aset yang
di sewa dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum
dalam perjanjian sewa menyewa. Antara lessor dan pihak asuransi terjalin perjanjian
kontrak utama.
6. Perjanjian pembelian Aset akan ditandatangani lessor dengan supplier.
7. Supplier dapat mengirim Aset yang disewa ke lokasi lessee. Untuk mempertahankan
serta memelihara kondisi Aset tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian
pelayanan purna jual.
8. Lessee menandatangani tanda terima Aset dan menyerahkan kepada supplier.
9. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessee) sebagai bukti
pemilikan serta pemindahan pemilikan kepada lessor.
10. Lessor membayar harga Aset yang disewa kepada supplier.
11. Lessee membayar sewa secara periodic sesuai dengan jadwal pembayaran

2.4 Metode Operasi (Lessee)

Berdasarkam metode operasi,beban sewa (dan liabilitas terkait) diakui di hari ke hari
oleh lessee karena menggunakan properti tersebut. Lessee mengalokasikan sewa pada periode
yang mengguntungkan dari penggunaan aset, dan mengabaikan secara akuntansi setiap
komitmen untuk melakukan pembayaran di masa mendatang.

2.5 Metode Operasi (Lessor)

1. Mencatat setiap penerimaan sewa sebagai pendapatan sewa.


2. Terdepresiasi disewakan aset dengan cara yang normal.

Dalam metode operasi, lessor mencatat setiap penerimaan sewa sebagai pendapatan
sewa. Lessor menyusutkan aset sewaan dengan cara yang normal, dengan beban
penyusutan pada periode yang dikaitkan dengan pendapatan sewa. Jumlah pendapatan
yang diakui pada setiap periode akuntansi adalah jumlah penerimaan (dasar garis lurus)
walaupun garis sewa tidak menggunakan dasar tersebut, kecuali terdapat dasar sistematis
dan rasional lain yang lebih mencerminkan pola waktu yang mana penggunaan manfaat
aset sewaan menurun.
2.6 Keuangan Atas Sewa

Sewa lebih dikenal denga istilah leasing, leasin gitu sendiri berasal dari kata lease
yang berati sewa atau lebih umum diartikan sebagai sewa-menyewa. Sewa menyewa
merupakan suatu perjanjian dimana lessor memeberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang telah disepakati. Sebagi imbalannya,
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2019).

Berdasarkan PSAK 30 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019) menjelaskan tentang definisi


sewa, dimana sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee
untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, sewa didefinisikan sebagai (i) pemakai sesuatu dengan membayar uang (ii)
Uang dibayarkan karena memakai atau meminjam sesuatu, ongkos biaya pengangkutan
(transportasi) (iii) boleh dipakai setelah dibayar dengan uang. Meneyewa didefinisikan
sebagai memakai (meminjam, mengusahkan, dan sebagainya) dengan membayar uang sewa.
Pengertian lain mengenai sewa menyewa dikemukakan oleh(Algra, .1983)sebagai
persetujuan untuk pemakaian sementara suatu benda, baik bergerak maupun tidak bergerak.
Pada sewa pembiyaan, lessee mengakui aset dan liabilitas diawal masa sewa sebesar nilai
terendah antara nilai wajar aset sewaan atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum.

Penyusutan dan penurunan nilai, untuk menentukan apakah suatu aset sewaan
mnegalami penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48 : Penurunan nilai aktiva. Penyajian
dan pengungkapan selain harus memenuhi ketentuan PSAK 50 (revisi 2006) hal yang harus
diungkapkan oelh lessee adalah jumlah neto nilai tercatat, rekonsiliasi pada setiap periode,
rental kontinjen yang diakui sebagai beban periode tersebut, total perkiraan penerimaan dan
pembayraan minimum sewa pada periode yang akan datang,penjelasan umum yang tertera
pada saat perjanjian sewa dilakukan. Dalam perjanjian sewa terdapat bebrapa hal yang
disepakati antara lessee dan lessor yang tertunag dalam kontrak sewa. Subtansi dari
perjanjian tidak selali sama dengan apa yang tertera dalam kontrak, namun harus dianalisis
lebih dalam suatu transaksi dapat saja berbentuk kpontrak jual - beli, namun subtansinya
adalah sewa (ISAK 8) : Transaksi sewa yang emngandung sewa mengatur cara untuk
menentukan apakh suatu transksi mengandung sewa.

2.6 Perlakuan Akuntansi oleh Lessor


1. Pencatatan Transaksi Sewa Guna Usaha

Penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa itu didasarkan pada
subtansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah perjanjian tergantung pada
penggunaan suatu aset dan perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan
aset tersebut. Kembali lagi pada dasarnya yaitu jika sewa tersebut disebut sebagai sewa
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan aset. Tetapi jika suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
operasi jika sewa tidak mengalihkan secara subtansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait
dengan kepimilikan aset. Dalam PSAK 30 ada beberapa hal yang harus diungkap oleh lessor
dalam menyajikan laporan keuangan terkait sewa pembiayaan yaitu mengenai pengakuan
awal, pengukuran setelah pengakuan, serta pengungkapan dan pelaporan sewa guna usaha.

2. Penyajian transaksi sewa guna usaha

Perusahaan yang melakukan metode sewa operasi, yang berati perusahaan tersebut
memiliki barang yang dapat diperjual belikan maupun disewakan kepada konsumen dan
harus mencatat aset dalam laporan posisi keuangan serta mengakui penyusutan setiap
tahunnya.

3. Pengakuan Awal Akuntansi Sewa

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara subtansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu
sewa dikasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara subtansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepimilikan aset.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Pasar penyewaan peralatan global adalah bisnis senilai $600-$700 miliar. ELA
memperkirakan bahwa dari total investasi tetap senilai $850 miliar, $229 milliar (27 persen)
akan dibiayai melalui sewa. semua jenis peralatan dapat sewa, seperti gerbong kereta,
helikopter, buldoser, kapal tongkang, pemindai CT, komputer, dan sebagainya. Kelompok
peralatan sewaan terbesar melibatkan peralatan teknologi informasi, diikuti oleh aset
transportasi (truk, pesawat terbang, kereta api), dan kemudian konstruksi dan pertanian.

Ada tiga manfaat penting bagi lessor di antaranya:

a.Pendapatan bunga

b.Insentif pajak

c.Nilai residu yang tinggi

3.2 Saran

Dengan mengenal perusahaan leasing dengan baik diharapkan untuk pembaca bisa
terhindar dari penipuan yang berlandaskan perusahaan asing.
DAFTAR PUSTAKA
Donald, Kieso E. dkk. 2018. “Akuntansi Keuangan Menengah”. Jakarta: Salemba

Empat

Schroder. Edisi 12. Teori Akutansi Keuangan”, Jakarta: Salemba

Empat

Windari Fitrianingsih, 2021. “Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa pada PT Artisan Wahyu´
Jurnal Mahasiswa Akuntansi, Tahun ke Vol 2 (1), 1 – 9

Farid Hardiansyah Haris dan Rachmawaty Rachman, 2021. Analisis Penerapan Akuntansi
Sewa Guna Usaha (PSAK 30) Studi Kasus Pada PT. BFI Finance Indoneisa Tbk.,
Implementation of Lease Accounting in Indonesia, Tahun ke Vol. 9 No. 1

Jurnal Akuntansi Lesse menurut PSAK 30 tentang sewa

Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 2021. Jurnal Program Studi Akuntansi,

Tahun ke Vol 7, No. 2

Aisiyah Aida Putri Rahayu, 2015. Penerapan PSAK No. 30 “Mengenai Perlakuan Akuntansi
Sewa Guna Usaha Aktiva Tetap”

Anda mungkin juga menyukai