Anda di halaman 1dari 20

Sesi 6 Perpajakan atas Transaksi Industri tertentu

Sewa Guna Usaha (Leasing)

DADANG ABDUL MUTI


Be an active
learner
BEBERAPA DEFINISI berkaitan dgn LEASING

•Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk


penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak
opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.

•Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud (termasuk tanah


sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan
(plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan
kepemilikan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan
digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan,
atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee

•Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang


modal dengan pembiayaan dari Lessor.
JENIS-JENIS KEGIATAN SEWA GUNA USAHA( Pasal 2 KMK-
1169/KMK.01/1991)
•sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease)
•sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease)

SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)


KRITERIA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)
1.Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-
usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut
:(Pasal 3 KMK-1169/KMK.01/1991)
ojumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-
guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal,
harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor.
omasa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun
untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun
untuk Golongan bangunan., Penggolongan jenis barang modal
ini ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 UU PPh -
1984(Pasal 5 KMK-1169/KMK.01/1991)
operjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee
KETENTUAN TERKAIT PPH PADA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK
OPSI (FINANCE LEASE)
1.Perlakuan PPh Bagi Lessor Pada Sewa Guna Usaha Dengan Hak
Opsi(Pasal 14 KMK-1169/KMK.01/1991)
a. penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari
pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa
imbalan jasa sewa guna usaha.
b. lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang
disewa-guna-usahakan dengan hak opsi
c. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa
guna usaha yang seharusnya, DJP melakukan koreksi atas
pengakuan penghasilan pihak lessor (Ketentuan lebih lanjut
mengenai ketentuan PPh dan PPN nya
d. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang
ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata saldo awal dan
saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi. Piutang
sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh
pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
e. kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan
penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal
tahun pajak yang bersangkutan
f. dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut
tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian
dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan,
sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang
dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Perlakuan PPh Bagi Lessee Pada Sewa Guna Usaha
Dengan Hak Opsi(Pasal 16 KMK-1169/KMK.01/1991)

a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan


penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat
lessee menggunakan hak opsi untuk membeli (akhir masa sewa)
b. setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya
adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan
c. pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee
kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-
guna-usaha tersebut memenuhi ketentuan untuk digolongkan sebagai
Sewa Guna Usaha dengan hak opsi
d. dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa guna
usaha yang seharusnya, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya
SGU (Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan PPh dan PPN nya)
e. Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-
usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-
usaha dengan hak opsi

KETENTUAN TERKAIT PPN PADA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK
OPSI (FINANCE LEASE)
Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari
lessor kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan PPN. (Pasal 15 KMK-
1169/KMK.01/1991)
1. Ketentuan Lebih Lanjut diatur di SE-129/PJ/2010 Dalam hal BKP berupa barang
modal yang menjadi objek pembiayaan berasal dari pemasok (supplier)
1.BKP tersebut dianggap diserahkan secara langsung oleh PKP pemasok
(supplier) kepada lessee;
2.Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP karena dianggap hanya
menyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai
PPN;
3.PKP pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada lessee dengan
menggunakan identitas lessee sebagai pembeli BKPk/penerima JKP (tidak
menggunakan metode qualitate qua (q.q.)).
4.DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah sebesar Harga Jual dari
PKP pemasok.
5.Penggunaan qualitate qua (q.q) pada bagian nama dan/atau NPWP pembeli
BKP atau penerima JKP pada Faktur Pajak yang telah diterbitkan oleh PKP
pemasok (supplier) sebelum diberlakukannya Surat Edaran ini (sebelum
tanggal 29 November 2010) dapat dibenarkan dan tidak menjadikan Faktur
Pajak tersebut cacat.
Penyarahan BKP dianggap
langsung dari Pemasok kepada
Lessee, sehingga tdk ada
pungutan PPN 2 kali

Memesan BM ke PIHAK
Lessor Pemasok atas KETIGA
nama Lessee tdk (Suplier)
dipungut PPN

Jika Lessee PKP maka


PM bisa dikreditkan

NASABAH
(Lessee)
2. Dalam hal BKP berupa barang modal yang menjadi objek
pembiayaan berasal dari persediaan yang telah dimiliki oleh
lessor :
1.Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan,
yaitu :
1.Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai
PPN;dan
2.penyerahan BKP, yang merupakan objek PPN.
2.Lessor harus dikukuhkan sebagai PKP dan harus
menerbitkan Faktur Pajak atas penyerahan BKP tersebut
kepada lessee. Pengukuhan lessor sebagai PKP ini dilakukan
dengan tetap memperhatikan batasan Pengusaha Kecil
menurut ketentuan Undang-Undang PPN.
3.DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah Harga
Jual, tidak termasuk unsur bunga yang diminta atau
seharusnya diminta oleh lessor karena jasa pembiayaan yang
diserahkannya.
PELAKSANAAN HAK OPSI
1. Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-
guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah
disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna-usaha.
2. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa
barang modal yang disewa-guna-usaha.
3. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-
guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang
sewa-guna-usaha.
4. Dalam hal lessee menggunakan opsi membeli maka dasar
penyusutannya adalah nilai sisa barang modal.
KESIMPULAN DALAM SEWA GUNA USAHA DENGAN
HAK OPSI :

1. Atas penyerahan jasa dari lessor kepada lessee,


dikecualikan dari pengenaan PPN.
Sehingga Lessor tdk perlu dikukuhkan sebagai PKP.

2. Tidak ada pemotongan PPh Pasal 23,

Artinya Lessee tidak harus memotong PPh atas


penghasilan berupa kelebihan angsuran dan bunga
yang diperoleh Lessor.
SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI (OPERATING LEASE)
KRITERIA SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha


tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :(Pasal 4
KMK-1169/KMK.01/1991)

1. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-


guna-usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor (harga
perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor ≥
jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-
guna-usaha pertama )
2. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee
KETENTUAN TERKAIT PPH

Perlakuan PPh Bagi Lessor Pada Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi(Pasal 17 Ayat (1) KMK-1169/KMK.01/1991)
1. seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang
diterima atau diperoleh lessor merupakan obyek Pajak
Penghasilan
2. lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang
disewa-guna-usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan
Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 beserta
peraturan pelaksanaannya.

Perlakuan PPh Bagi Lessee Pada Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi (Pasal 17 Ayat (2) KMK-1169/KMK.01/1991)
1. pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar
atau terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
2. lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran
sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada
lessor.

BAGAIMANA JIKA BM nya BANGUNAN ?


KETENTUAN TERKAIT PPN

•Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa


hak opsi dari lessor kepada lessee, terhutang Pajak Pertambahan
Nilai.(Pasal 18 KMK-1169/KMK.01/1991)

KETENTUAN TERKAIT SALE AND LEASEBACK (SE-129/PJ/2010


(berlaku sejak 29 November 2010))

•Dalam hal penyewagunausahaan kembalinya merupakan sewa


guna usaha tanpa hak opsi :

penyerahan BKP dari lessee kepada lessor (sale) dikenai PPN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
penyerahan jasa sewa guna usaha tanpa hak opsi oleh lessor
kepada lessee (leaseback) dikenai PPN sebagaimana kegiatan usaha
sewa menyewa pada umumnya.
Bagaimana jika penyewagunausahaan kembalinya berupa SGU
dengan Hak Opsi ?
Soal 1: Financing Lease
PT ABC (Lessor) melakukan kontrak SGU dgn PT Maju (Lessee), berupa Peralatan
Konstruksi (Kel II) denan Harga Jual sbs Rp 300 juta, tingkat bunga 10% p.a dan dengan
menggunakan metode Present Value atas anuitas angsuran didapat Hutang
sewa Guna Usaha pada awal perjanjian adalah Rp 296.761.000,- dengan
Down Payment sebesar Rp 60.000.000,- dan angsuran per tahun sebesar Rp
60.000.000,- selama 5 tahun , PT Maju memiliki hak opsi untuk membeli
peralatan tersebut setelah tahun kelima dengan harga sebesar Rp
75.000.000,- Tabel angsuran yg disepakati antara kedua perusahaan sbb :
Dalam Rp 000,-

Beban Pokok Hut. Sewa


TANGGAL Keterangan Jumlah
Bunga Pinjaman Pembiayaan
01-01-2012 Saldo Awal 296,761
01-01-2012 Pembayaran 60,000 60,000 236,761
31-12-2012 Pembayaran 60,000 23,676 36,324 200,437
31-12-2013 Pembayaran 60,000 20,044 39,956 160,481
31-12-2014 Pembayaran 60,000 16,048 43,952 116,529
31-12-2015 Pembayaran 60,000 11,653 48,347 68,182
31-12-2016 Pembelian *) 75,000 6,818 68,182 -
Jumlah 375,000 78,239 296,761
*)Nilai Residu Peralatan dibeli dengan harga Rp 75.000.000- sbg hak opsi bagi
lessee
Ditanyakan :

1.Berapa Pajak Masukan yg dpt dikreditkan oleh PT Maju


(Lessee) atas SGU tsb.
2.Berapa total angsuran pokok yg dapat dijadikan sebagai
pengurang penghasilan bruto selama masa Sewa tsb.
3.Jika PT Maju menggunakan metode Saldo menurun ganda
dalam melakukan penyusutan peralatan setelah tahun kelima,
berapa beban penyusutan untuk tahun 2017.
Tarip 2%, apa 10%
Tanpa
Hak Opsi
??
SOAL 2. OPERATING LEASE

PT. Bisma menyewa mesin untuk meratakan tanah dari PT. Buana Mustika.
Biaya Sewa disepakati per bulan Rp 20,000,000.- dan PT.Bisma membayar
Langsung 2 tahun pada tgl. 1 Juli 2019.

1. Berapakah PPN Masukan yg diakui oleh PT Bisma (Lessee). Dan berapa uang
yg diterima lessor).
2. Untuk tahun 2019 berapa Biaya Sewa yg dapat dijadikan sebagai pengurang
penghasilan bruto pada SPT PT Bisma,

Jika Barang yg disewa nya adalah Bangunan dan tanahnya dengan nilai sewa yg
sama, berapa PPh yg dipungut oleh Lessee. Apakah potongan PPh yg dilakukan
oleh lessee dapat dikreditkan oleh Lessor ?

Anda mungkin juga menyukai