NOMOR SE-129/PJ/2010
TENTANG
Dalam rangka memberikan pemahaman dan penerapan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai yang
sama atas transaksi sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi dan transaksi penjualan dan
penyewagunausahaan kembali (sale and leaseback), dengan ini disampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1.Kegiatan sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
(lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
2.Dalam kegiatan sewa guna usaha tersebut, pengadaan barang modal dapat juga dilakukan
dengan cara membeli barang penyewa guna usaha (lessee) yang kemudian
disewagunausahakan kembali (sale and leaseback).
3.Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1A ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai, diatur bahwa yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak, antara lain
adalah pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing). Selanjutnya, dalam penjelasannya, antara lain dinyatakan bahwa
dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap diserahkan secara
langsung oleh Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang membutuhkan
barang (lessee).
4.Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai, diatur bahwa yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak
adalah penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang.
5.Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4A ayat (3) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai, diatur jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai, antara lain adalah jasa
keuangan. Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 4A huruf d butir 3 huruf a) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai dinyatakan bahwa sewa guna usaha dengan hak opsi merupakan jasa
pembiayaan yang termasuk dalam cakupan jasa keuangan yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai.
6.Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai berikut:
a.Transaksi sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi
1)Dalam hal Barang Kena Pajak berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal
dari pemasok (supplier ):
a)Barang Kena Pajak tersebut dianggap diserahkan secara langsung oleh Pengusaha Kena
Pajak pemasok (supplier ) kepada lessee
b)Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak karena dianggap hanya
menyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai
c)Pengusaha Kena Pajak pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada lessee dengan
menggunakan identitas lessee sebagai pembeli Barang Kena Pajak/penerima Jasa Kena
Pajak (tidak menggunakan metode qualitate qua (q.q.)).
d)Dasar Pengenaan Pajak yang dicantumkan dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
pada huruf c) adalah sebesar Harga Jual dari Pengusaha Kena Pajak pemasok.
2)Dalam hal Barang Kena Pajak berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal
dari dari persediaan yang telah dimiliki oleh lessor:
a)Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu:
(1)Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan pada butir 5 di atas;dan
(2)penyerahan Barang Kena Pajak, yang merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai.
b)Lessor harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan harus menerbitkan Faktur
Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut kepada lessee. Pengukuhan lessor
sebagai Pengusaha Kena Pajak ini dilakukan dengan tetap memperhatikan batasan
Pengusaha Kecil menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
c)Dasar Pengenaan Pajak yang dicantumkan dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
pada huruf b) adalah Harga Jual, tidak termasuk unsur bunga yang diminta atau
seharusnya diminta oleh lessor karena jasa pembiayaan yang diserahkannya.
3)Penggunaan qualitate qua (q.q) pada bagian nama dan/atau NPWP pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak pada Faktur Pajak yang telah diterbitkan oleh
Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) sebelum diberlakukannya Surat Edaran ini dapat
dibenarkan dan tidak menjadikan Faktur Pajak tersebut cacat.
Demikian untuk dimaklumi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, serta disebarluaskan dalam
wilayah kerja Saudara masing-masing.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 November 2010
Direktur Jenderal,
ttd
Mochamad Tjiptardjo