Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elwiska Admaja

NIM : 1802110092
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen II
Dosen : Edfan Darlis, SE., M.Si, AK
Tugas : Resume Chapter 12

A. Diferensiasi Produk dan Cost Leadership

Diferensiasi produk adalah kemampuan perusahaan untuk menawarkan produk atau jasa
yang dipandang superior dan unik oleh pelanggan, dibandingkan dengan produk dan jasa yang
ditawarkan oleh pesaingnya. Diferensiasi produk menyebabkan loyalitas terhadap merek dan
membuat pelanggan bersedia membayar lebih.

Kepemimpinan dalam hal biaya yaitu kemampuan perusahaan untuk mencapai biaya
yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi,
mengurangi pemborosan, dan pengetatan biaya. Hal tersebut lah yang membuat harga jual
menjadi lebih murah.

Cost Leadership merupakan strategi yang mencakup seperangkat tindakan yang di ambil
untuk menghasilkan barang dan jasa dengan fitur yang dapat diterima oleh pelanggan pada biaya
terendah dibandingkan dengan para pesaing. Biaya rendah penting untuk memastikan harga lebih
kompetitif dibandingkan dengan pesaing. Ini memungkinkan perusahaan untuk menjadi
pemimpin pasar atau setidaknya memiliki pangsa pasar yang besar. Jika perang harga terjadi,
pemimpin berbiaya rendah akan menjadi perusahaan terakhir yang berdiri. Sementara pesaing
lain akan terdesak dan tertekan karna margin keuntungn semakin kecil. Namun,
mempertahankan biaya terendah tidak boleh mengesampingkan nilai dan kualitas.

B. Konsep Reengineering

Reengineering proses bisnis adalah pemikiran ulang fundamental dan desain ulang
radikal suatu proses bisnis organisasi yang akan mengarahkan organisasi untuk mencapai
peningkatan kinerja bisnis secara dramatis. Beberapa perusahaan telah menerapkan paradigma
inovasi baru ini untuk mencapai berbagai perbaikan dalam biaya, kualitas, dan efisiensi. Bahkan
makin banyak perusahaan yang mencari peluang untuk menerapkan proyek reengineering dan
metodologi-metodologi yang membantu mereka dalam mencapai usaha-usaha perbaikan
tersebut. Prinsip-prinsip reenginering antara lain adalah:

1. Memfokuskan pada faktor-faktor sekitar hasil (outcome) bukan pada tugas, artinya
bahwa suatu perusahaan hendaknya memiliki seseorang yang melaksanakan semua
tahapan dalam suatu proses.
2. Suatu perusahaan hendaknya membentuk departemen-departemen terspesialisasi untuk
menangani proses yang terspesialisasi pula.
3. Mengelompokkan pemrosesan informasi ke dalam fungsi yang menghasilkan informasi.
4. Memperlakukan sumber-sumber yang terpisah seolah-olah tersentralisasi.
5. Mengaitkan aktivitas-aktivitas paralel serta mengintegrasikan hasil-hasilnya. Hal ini
ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antarfungsi paralel sehingga unit-unit terpisah
bisa melakukan satu fungsi.
6. Menghubungkan aspek-aspek keputusan untuk menyelesaikan tugas dan membangun
sistempengendalian dalamsuatu proses.
7. Memperoleh informasi sekaligus pada sumbernya.

Upaya reengineering mungkin saja mengalami kegagalan, maka resiko yang dialami
perusahaan akan timbul. Berbagai resiko yang mungkin dialami oleh perusahaan antara lain:

1. Resiko teknis (technical risk) yaitu resiko yang terjadi karena terbatasnya kapabilitas
teknologi yang digunakan organisasi dalam proses reengineering.
2. Resiko finansial (finncial risk) terjadi jika proyek reengineering tidak berjalan sesuai
dengan rencana atau jika tidak selesai tepat pada waktunya dan tidak sesuai dengan biaya
yang dianggarkan.
3. Resiko politis (political risk) yaitu terjadinya resistance to change terhadap proyek-
proyek reengineering.
4. Resiko fungsional (funcional risk) merupakan kesalahan desainer sistem dalam
memahami kebutuhan organisasi dan kurangnya ketrampilan dan pengetahuan pelaksana
sehingga mengakibatkan kapabilitas sistem yang dirancang tidak tepat.
5. Resiko proyek (project risk) adalah resiko yang bisa terjadi jika personel pemroses data
tidak memahami dan tidak familiar terhadap teknologi baru sehingga menimbulkan
masalah-masalah yang kompleks.

C. Perspektif dalam Balanced Scorecard (keuangan, konsumen, bisnis internal,


learning and growth)

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan menjadi seperangkat


ukuran kinerja yang memberikan kerangka untuk menerapkan strateginya. Disebut Balanced
Scorecard karna menyeimbangkan pemakaian ukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan untuk
mengevaluasi kinerja.

1. Perspektif Keuangan:
 Mengevaluasi profitabilitas strategi
 Memakai ukuran yang paling objektif dalam scorecard
 Tiga perspektif yang lain pada akhirnya akan memberi umpan balik ke dalam
dimensi ini
2. Perspektif Konsumen:
Berkaitan erat dengan cara perusahaan melayani pelanggan. Dalam hal ini, setiap
pelanggan harus diperlakukan secara layak. Adapun ukuran yang ditetapkan perusahaan
dalam perspektif pelanggan, antara lain:
 Seberapa besar omset penjualan
 Berapa banyak pelanggan yang didapatkan
 Tingkat kepuaan pelanggan
3. Perspektif Bisnis Internal:
Dalam perspektif bisnis internal, perusahaan menilai seberapa besar ukuran dan sinergi
dari setiap unit kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perspektif bisnis internal
adalah:
 Proses inovasi berkaitan dengan ide-ide terhadap produksi barang
 Proses operasi berkaitan dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari yang dilakukan
bagian internal
4. Perspektif Learning and growth
 Kapabilitas atau kemampuan karyawan
 Kemampuan mengelola sistem infornasi
 Motivasi, dorongan, dan garis tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai