Anda di halaman 1dari 10

KRITIK MATAN HADIS: Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya

Abdul Mutualli

Muthawalli27@gmail.com
Abstrak:
Hadis merupakan suber ajaran Islam setalah al-Qur’an yang bersumber Nabi
kemudian diriwayatkan oleh rentetan perawi dari sahabat sampai kepada mukharrij.
Sebagai sumber kedua ajaran Islam maka Sunnah yang sempai kepada ummat Islam
belakangan tentunya harus teliti dengan baik. mengambil hadis Nabi harus melalui
seleksi dengan syarat yang ketat agar kemurnian hadis itu dapat
dipertanggungjawabkan. Metode penulisan jurnal ini menggunakan pedoman KTI
UIN Alauddin Makassar, sedangkan jenis metode penelitian yang digunakan
menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), data-data yang
digunakan diambil dari berbagai karya tulis ilmiyah seperti, buku, jurnal, artikel dan
lain sebagainya. Adapun hasil dari penelitian yakni, tema pembahasan kritik matan
yang pembahasannya terkait dengan pengertian dan ruang lingkup dan urgensi. Kritik
matan hadis merupakan salah satu cabang ilmu hadis untuk memperkuat kedudukan
hadis yang meneliti teks matan hadis berdasarkan metodologi yang telah dirumuskan
oleh para ulama hadis. Ruang lingkup pembahasannya berfokus ilmu-ilmu alat yang
digunakan meneliti matan hadis seperti, Ilmu Mukhtalif alhadis, asba>b al-wuru>d,
Syaz, illat, dll. Sedangkan urgensi kertik matan adalah untuk mengetahui hadis-hadis
yang maqbu>l maupun yang mardu>d berdasarkan kaedah ilmu hadis.
Kata kunci: kritik, matan, hadis, ruang lingkup, urgensi.

PENDAHULUAN
Para pengkaji hadis beserta orang yang selalu menelusuri kajian ilmiah dalam

ilmu hadis seperti takhri>j, tahqi>q, tas{hih, tahsi>n dll yang disertai telaah terhadap

kandungan aspek-aspek tersebut, pasti memiliki asumsi yang kuat bahwa fase yang

dilalui sunnah Nabi saat ini didominasi oleh kekacauan dan pengabaian. Fenomena itu

muncul akibat merosotnya metode ilmiah yang didasarkan pada kepekaan rasa

terhadap hadis yang merupakan hasil dari latihan cukup lama dan upaya maksimal

dalam bidang ilmu yang mulia ini


1

Kondisi saat ini sangat berbeda dengan kondisi fase masa lalu (fase

periwayatan dan pasca periwayatan). Fenomena tersebut mengakibatkan

kekhawatiran dan kecemasan tentang masa depan kaidah hadis atau ilmu hadis,

khususnya jika fenomena ini jika berkelanjutan. Kenyataan ini mengakibatkan

menjadi semakin kaburnya bentuk sebenarnya dari metode kritikus hadis dalam

menyingkap keraguan tentang rawi dan pembeberan sikap mengada-ada yang mereka

lakukan sehingga meninggalkan kejanggalan.


Keadaan seperti ini, tidak diragukan membuka kesempatan emas bagi musuh-

musuh sunnah dama mengarahkan tuduhan negatif terhadap sumber tasyri’ Islam yang
kedua, mengurangi penghargaan ulama dalam menjaga dan memelihara hadis dari

kebohongan,dll. Yang banyak disaksikan dalam masyarakat modern saat ini adalah

bahwa mereka mencurahkan perhatian dalam lapangan studi sanad dan hadis, padahal

mereka tidak memiliki latar belakang keilmuan dalam bidang hadis dan

konsekuensinya adalah mereka seenaknya memberikan penilaian-penilaian terhadap

hadis dalam hal ini hadis yang belum diteliti dan masih tanda tanya kesahihannya dan

tetap dikatakan sahih, dan lebih parah lagi jika sebaliknya, sehingga Imam Bukhari
dan ulama hadis lainnya dapat menjadi objek celaan, maka kepada siapa lagi yang

mereka anggap ahli hadis ?.

Olehnya itu, pentingnya memperkuat Kaedah hadis, Ulum al-Hadis, Mustalah

al-Hadis dalam menunjukkan dan membuktikan bahwa inilah hadis yang layak

dijadikan sumber Tasyri’ Islam sehingga tak diragukan lagi kehujjahannya.

Dalam kesempatan ini, penulis akan fokus dalam membahas kritik matan hadis\

liputi pengertian, ruang lingkup dan pentingnya kritik matan hadis yang semoga dapat

membantu para pengkaji hadis dalam memilah dan memahami hadis.


2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kritik Matan Hadis


Ada banyak ilmu hadis lain yang membahas tentang beberapa poin dalam

kritik matan hadis yang akan dibahas pada penjelasan selanjutnya, namun yang

membedakan kali ini adalah matari kritik matan hadis akan sangat terfokus pada

kaidah-kaidah tertentu yang diperlukan dalam mengkaji matan hadis serta analisis

lebih mendalam, sementara yang lain hanya bersifat umum dan deskriftif saja tanpa
analisis yang mendalam.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kritik berarti kecaman, pada

umumnya kritik disertai dengan uraian dan pertimbangan baik dan buruk terhadap

suatu karya, pendapat dan sebagainya.1 Katan matan juga telah menjadi bahasa baku

indonesia yang berarti kalimat, naskah asli, dan teks. Kata matan sendri merupakan

kata serapan dari bahasa arab yakni al-matn yang berarti apa yang berakhir kepadanya

al-isnad (para perawi) yakni perkataan.2


Kata al-Hadis berasal dari wazan ‫حتديثا‬ -‫ حيدث‬-‫ حدث‬yang berarti berbicara,
menceritakan dan memberitahukan. Menurut Ibn Daqi>q al-‘I<d kata al-tah}di>s\

mempunyai arti yang sama dengan khabar, hanya saja khabar lebih umum dari pada
tah}di>s\.3 Pada dasarnya kata tah}dis berasal dari kata hadis yang mana mempunyai
banyak pengertian, di antaranya:

1
Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 1022.
2
Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa, h. 820.
3
Syams al-Di>n Muh}ammad bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-Sakha>wi>, Fath} al-Mugi>s\ Syarh} Alfiyah al-
H{adi>s\, Juz II (Cet. I; Lebanon: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1403 H), h. 35.
3

Secara etimologi kata hadis berasal dari kata ‫ ث‬-‫ د‬-‫ح‬ yaitu sesuatu yang

baru lawan dari sesuatu yang lama, khabar sesuatu yang diberitakan dan sesuatu yang

dinukil.4Sedangkan secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan

pengertian tentang hadis. Di antaranya:

Ulama hadis umumnya menyatakan, bahwa hadis ialah segala sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi baik itu ucapan, perbuatan, taqri>r (Pengakuan) dan segala

keadaan beliau.5 Termasuk segala keadaan beliau adalah sejarah hidup beliau, yakni
waktu kelahiran beliau, keadaan dan sesudah beliau dibangkit sebagai rasul, dan

sebagainya.6 Ulama usul mendefinisikan hadis dengan perkataan, perbuatan, dan


penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah saw. setelah kenabian. Adapun

sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena yang dimaksud dengan hadis

ialah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya..7

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kritik matan hadis

adalah sebuah upaya untuk meneliti lebih mendalam terhadap teks atau redaksi matan

sebuah hadis.8 Kata kritik disini lebih kepada penelitian terhadap teks matan hadis

dengan tujuan memhami lebih mendalam terkait kandungan yang tersirat dalam teks
itu sendri, hal ini tentu dengan kaedah-kaedah yang dirumuskan oleh para ulama

4
Syaikh Manna>’ al-Qat{t}a>n, Maba>his\ fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s\ yang diterjemahkan dengan Studi
Pengantar Ilmu Hadis oleh Mifdhal Abdurrahman, Lc, (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009),
h.22.
5
Al-T{ah}h}a>n, Taisi>r Mus}t}alah al-H{adi>s\, h. 14.
6
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: Angkasa, 1994), h. 2.
7
Muh}ammad 'Ajja>j al-Khat}i>b, Us}u>l al-H{adi>s\; 'Ulu>muhu wa Mus}t}alah}uhu (Beirut; Dar al-Fikr,
1989), h. 27. Selanjutnya ditulis dengan ‘Ajja>j
8
Sofyan Madiu, “Metodologi Kritik Matan Hadis: Analisis Komparatif Pemikiran Salah al-
Din dan Muhammad Syuhudi Ismail”, Tesis (Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar 2013), h.
21.
4

kritikus hadis. Sedangkan secara istilah kritik matan hadis dapat dipahami dari

perkataan Muhammad Tahir al-Jawabi:

Penetapan status cacat atau adil pada perwi hadis dengan mempergunakan
idiom khusus berdasarkan bukti-bukti yang mudah diketahui oleh para ahlinya, dan
mencermati matan-matan hadis sepanjang sahih sanadnya untuk tujuan mengakui
validitas atau menilai lemah, dan upaya menyikapi kemusykilan pada matan hadis
yang sahih serta mengatasi gejala kontradiksi antar matan dengan mengaplikasikan
tolak ukur yang detail.9
Sebagaimana pula defenisi yang disampaikan oleh Amar Fathan yang
mengatakan bahwa, ilmu kritik matan hadis adalah ilmu cabang yang mendalami

tentang studi kandungan hadis dari sisi ketebatasannya dari cacat parah sepanjang
kesesuaian hadis tersebut dengan pokok-pokok syariat yang benar, kaedah-kaedah
logika yang jelas, kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan dan fakta sejarah yang
pasti.10
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matan merupakan

suatu komponen yang mempinyai posisi penting dalam penelitian hadis, sebab selain
sanad hadis matan juga sangat mempengaruhi kualitas hadis untuk memntukan status

akhir apakah ia diterima atau ditolak, tidak hanya demikian juga matan hadis akan

9
Muhammad Tahir al-Jawabi, Juhu>d al-Mh}addis|i>n fi> Naqd Matn al-Nabawi> al-Syari>f (Tunis:
Muassasah Abd al-Kari>m ibn ‘Abdillah, 1986), h. 94.
10
Amar Fattane, “Textual Crticims Among The Prophet’s Companions The Example Of
Aisha”, Jurnal al-Tajdid XVII, No. 33 (2013), h. 83-118.
5

disandingakn dengan ayat-ayat alqur’an dan hadis-hadis lainnya untuk melihat apakah

tidak ada pententangan.11

2. Ruang Lingkup Kritik Matan Hadis


Ruang lingkup pembahasan ilmu hadis, secara garis besarnya ulama hadis

mengelompokkan ilmu hadis tersebut ke dalam 2 bidang pokok12, yaitu :

a. Hadis Riwayah

Jumhur ulama memberikan batasan tentang defenisi ilmu hadis


riwayah ialah suatu ilmu untuk mengetahui sabda-sabda Nabi, perbuatan

nabi, taqrir Nabi, dan sifat-sifat beliau.13 Sementara Agus Solahuddin


menambahkannya yakni tentang pencatatan Nabi, dan penelitian tentang

lafazh-lafaznya.14 Dengan ini, objek kajiannya adalah segala sesuatu yang

dinisbatkan kepada Nabi dan ada juga yang menambahkan bahwa bukan

hanya yang dinisbatkan kepada Nabi tapi sahabat, dan tabi’in juga masuk di

dalamnya.

Tujuan mempelajarinya adalah untuk mengetahui segala yang

berpautan dengan pribadi Nabi dalam usaha memahami dan mengamalkan


ajaran beliau guna memperoleh kemenangan dan kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

11
Asih Kumiasih dan Muhammad Alif, “Metodologi Kritik Matan Hadis: Kajian Terhadap
Kitab al-Sunnah al-NAbawiyyah Baina Ahl al-Fiqh wa Alh al-Hadis Karya Muhammad al-Gazali”,
Jurnal Holistik al-Tahdis IV, No. 2 (2018), h. 45.
12
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 106, dapat juga dilihat dalam M.
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis. h. 61
13
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis. h. 62
14
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 106
6

b. Hadis Dirayah

Yaitu ilmu yang mempeljari tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui hal

ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadis, sifat-sifat

rawi dsb.15

Yang diungkapkan oleh Agus Solahuddin dari as-Sayuthi bahwa hadis

Dirayah muncul setelah masa al-Kha>tib al-Bagda>diy yaitu pada masa al-

Akfa>ni bahwa Dirayah ini dikenal dengan nama imu ushul al-hadis\, ‘Ulu>m al-
Hadi>s\, mus{talah al-Hadi>s\ serta Qawa>id{ al-Tahdi>s\.16
Sebagai tambahan dari penulis dalam menggambarkan ruang lingkup
dari kritik matan hadis ini dengan melihat bahwa ilmu ini tergolong dalam

ilmu hadis tapi lebih khusus dan spesifik dalam kategori Riwayah al-Hadi>s\.

Jadi, penulis mengngkapkan bahwa adapun ruang lingkup dari

pembahasan kritik matan hadis, meliputi ilmu-ilmu di antaranya:

1) Ilmu muqran al-hadis; ilmu yang membahas perbandingan antara hadis

satu dan hadis lainnya.

2) Ilmu riwayah bi al-ma’na ilmu yang membahas tentang redaksi matan


yang riwayakan apakah berdasarkan lafaz asli atau makna.

3) Ilmu asbab al-wurud suatu ilmu yang membahas tentang sosial historis

disabdakannya sebuah hadis.

4) Ilmu Mukhtalif al-hadis ilmu hadis yang menjelaskan tetang hadis-hadis

yang saling bertolak belakang.

15
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis. h. 62
16
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 106
7

5) Beserta berbagai cabang ilmu lain seperti, Syazd, illat, gari>b al-Hadi>s\,

na>sikh wa al mansukh, fannil mubhama>t, talfi>q al-hadi>s\.17


3. Tujuan dan Urgensi Kritik Matan Hadis
Semua ilmu pengetahuan mempunyai tujuan tersendiri, begitu juga dengan

ilmu yang membahas tentang hadis Nabi saw. salah satunya kritik matan hadis. Di

antara tujuan dan urgensinya adalah:

a. Untuk mengetahui dan menetapkan hadis-hadis yang Maqbu>l (yang dapat


diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan) dan yang Mardu>d (yang ditolak)

berdasarkan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan para ulama.


b. Untuk mengetahui perkembangan kritik matan hadis yang digunakan untuk

meneliti dan menelusuri matan-matan hadis.

c. Mengetahui usaha-usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama dalam

menerima dan menyampaikan periwayatan hadis, kemudian menghimpun dan

mengkodifikasikannya kedalam berbagai kitab hadis.

d. Dapat memhami hadis lebih luas dan mendalam berdasarkan kaedah yang

diirumuskan oleh ulama hadis.


KESIMPULAN

Kritik matan hadis merupakan salah satu cabang disiplin ilmu hadis dengan

esensinya yang memperkuat kedudukan hadis sebagai sumber ajaran islam,

berdasarkan penelitian yang menggunakan ilmu alat berdasarkan metodologi yang

dirumuskan oleh para ulama hadis. Secara garis besar, ruang lingkup kritik matan

hadis berfokus pada cabang ilmu hadis riwayah yang meneliti teks hadis Nabi atau

17
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 109, M. Syuhudi Ismail, Pengantar
Ilmu Hadis. h. 62-68
8

apa yang disandarkan kepada Nabi. Adapun ruang lingkupnya tidak terlepas dari

cabang-cabang ilmu seperti, ilmu mukhtalif al-hadis, asbab al-wurud, pnenentuan

syazd dan illat. Tujuan dari kritik matan hadis adalah Untuk mengetahui dan
menetapkan hadis-hadis yang Maqbu>l dan yang Mardu>d berdasarkan kaidah-kaidah

penelitian matan yang telah ditetapkan para ulama.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung : Pustaka Setia, 2009
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 1430 H/2009 M.
al-Fayu>mi>, Ah{mad ibn Muh{ammad ibn ‘Ali>. al-Mis}ba>h} al-Muni>r fi> Gari>b al-Syarh} al-
Kabi>r li al-Ra>fi’i>, Juz. V. Bairut: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, t.th.
Ibn Fa>ris, Abu Husain Ahmad. Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz V. Mesir: Da>r al-Fikr,
1979.
Ibra>hi>m Mus}t}afa>, et. al., eds, al-Mu’jam al-Wasi>t}, Juz I. Cet. IV; Kairo: Maktaah al-
Syuru>q al-Dauliyah, 2005.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Cet. I; Jakarta: Bulang
Bintang, 1992.
-------.,Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa, 1994.
-------., Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
‘Itr, Nuruddin. ‘Ulu>m al-H{adi>s\. Cet. 1; Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2012.
Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis. Cet. III; Jakarta: Bumi Askara; 2007.
al-Jurja>ni>, ‘Ali> ibn Muh{ammad ibn ‘Ali>. al-Ta’ri>fa>t. Cet. I; Bairut: Da>r al-Kita>b al-
‘Arabi>, 1405 H.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Cet. IV; Jakarta: Amzah, 2010.
al-Khat}i>b, Muh}ammad 'Ajja>j. Us}u>l al-H{adi>s\; 'Ulu>muhu wa Mus}t}alah}uhu. Beirut; Dar
al-Fikr, 1989.
al-Masya>t}, H{asan Muh}ammad. al-Taqri>ra>t al-Sunniyyah Syarh} al-Manz}u>m al-
Baiqu>niyyah fi> Mus}t}alah al-H{adi>s\, Juz I. Cet. IV; Beirut: Da>r al-Kita>b al-
‘Arabi>, 1417 H/1996.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
9

al-Qat{t}a>n, Syaikh Manna>’. Maba>his\ fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s\ yang diterjemahkan dengan
Studi Pengantar Ilmu Hadis oleh Mifdhal Abdurrahman, Lc, Cet. IV; Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai