Anda di halaman 1dari 17

M

EPISTEMOLOGI

DOSEN PENGAMPU : YULI AMALIA, M.Pd

DISUSUN

OLEH

MUHAMMAD KHADIR

SEKOLAH TINGGI BINA BANGSA MEULABOH

TAHUN AJARAN 2020/20201


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil A’lamin.

Allahumma Shalli A’la Sayyidina Muhammad Wa A’la Alihi Wasahbihi Wasallim.

Segala puji bagi Allah SWT. Dengan karunia-Nya lah makalah ini dapat terselasaikan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan yang di ampu
oleh Ibu Yuli Amalia, M.Pd.

Mudah-Mudahan makalah ini berguna bagi kita semua

Wassalam

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1. Pengertian Epistemologi.......................................................................................................3
2.2 Metode Epistemologi..............................................................................................................3
2.3 Persyaratan Epistemologi......................................................................................................4
2.2. Ruang Lingkup Epistemologi................................................................................................5
2.3. Aliran-Aliran Epistemologi.....................................................................................................6
2.4. Pengaruh Epistemologi........................................................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sejarah pengetahuan manusia, filsafat dan ilmu selalu berjalan beriringan dan
saling berkaitan. Seperti yang kita ketahui filsafat adalah pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli (Plato). Sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu (KBBI).
Sehingga kedua nya berkaitan dan berjalan beriringan.

Filsafat dan ilmu sama-sama berperan dalam mencari kebenaran. Ilmu bertugas
melukiskan fenomena semesta, sedangkan filsafat bertugas menafsirkannya.
Kebenaran ilmu berada di sepanjang pengalamaman sedangkan kebenaran filsafat
berada di sepanjang pemikiran.

Ilmu pengetahuan akan terlahir sebagai produk dari kegiatan berpikir. Ilmu
pengetahuan ini merupakan obor peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan
menghayati hidup lebih sempurna. Bagaimana masalah dalam benak pemikiran
manusia telah mendorong untuk berfikir, bertanya, lalu mencari jawaban segala
sesuatu yang ada, dan akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.

Kebenaran sangat di perlukan oleh manusia untuk menjalani kehidupan nya di dunia
ini. Kebenaran ini akan di peroleh oleh manusia, salah satunya adalah dengan mencari
pengetahuan. Dalam mencari pengetahuan tersebut tidak akan sempurna tanpa
mempelajari Epistemologi.

Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok
ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu lainnya. Epistemologi
merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.

Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji karena disinilah dasar-
dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan
pijakan.

Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta


aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur
pengetahuan yang membentuk ilmu tersebut.

Epistemologi, terpecah berbagai aliran yang cukup banyak, seperti Empirisme,


Rasionalisme, Positivisme, Intuisionalisme, Kritisme, Idealisme, dan aliran lainnya
1
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?


2. Bagaimana Metode yang di gunakan dalam Epistemologi?
3. Bagaimana Persyaratan Epistemologi
4. Apa-apa saja ruang lingkup Epistemologi?
5. Apa saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
6. Bagaimana pengaruh Epistemologi terhadap peradaban manusia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian Epistemologi


2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam Epistemologi
3. Untuk mengetahui persyaratan Epistemologi
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Epistemologi
5. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada dalam Epistemologi
6. Untuk mengetahui pengaruh epistemologi bagi kehidupan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Epistemologi


AM. Saefuddin (1998 : 31) menyatakan secara etimologis “Epistemologi” berasal dari
dua suku kata (Yunani), yakni ‘epistem’ yang berarti pengetahuan atau ilmu
(pengetahuan) dan ‘logos’ yang berarti ‘disiplin’ atau teori. Dalam Kamus Webster
disebutkan bahwa epistemologi merupakan “Teori ilmu pengetahuan (science) yang
melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan batas-batas ilmu
pengetahuan.”

Lebih lanjut Black Burn Menjelaskan bahwa Epistemologi berhubungan dengan


hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera
dengan berbagai metode, di antaranya metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis (Blackburn, 2013 : 286).

Hollingdale mendefinisikan epistemologi secara sederhana sebagai teori mengenai


asal usul pengetahuan dan merupakan alat “to know” (untuk mengetahui) dan “means”
(alat-alat) menjadi kata kunci dalam proses epistemologis. Bagaimana kita dapat
mengetahui sesuatu, serta metode (teknik, instrument, dan prosedur) apa yang kita
gunakan untuk mencapai pengetahuan yang bersifat ilmiah? Inilah inti pembahasan
yang menjadi perhatian epistemology (Kristiawan, 2016 : 149).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Epistemologis berbicara tentang asal mula ilmu
pengetahuan, sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validitas, dan
kebenaran pengetahuan

Dari kesimpulan diatas dapat diturunkan Epistemologis matematika yaitu


pembicaraan tentang asal mula ilmu pengetahuan matematika, sumber pengetahuan
matematika, ruang lingkup pengetahuan matematika, nilai validatas teorema
matematika, dan kebenaran pengetahuan matematika. Pembicaraan Epistemologis
matematika di dominansi oleh bagaimana membuktikan kebenaran suatu teorema
matematika.

2.2 Metode Epistemologi


Kristiawan (2016 :152) mengatakan dengan memperhatikan pengertian
epistemologi, maka jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah menggunakan akal rasio,.
Dari dimensi lain, untuk menguraikan sumber kajian epistemologi dan perubahan yang
3
terjadi di sepanjang sejarah, juga menggunakan metode analisa sejarah. Beberapa
metode yang digunakan dalam epistemologi itu antara lain:

a. Metode Induktif adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan


hasil observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Misalnya dalam melihat
sesuatu, bertolak dari pernyataan tunggal sampai menghasilkan pernyataan yang
universal.

b. Metode Deduktif adalah kebalikan dari metode induktif yaitu memulai dari
pernyataan yang umum kemudian diturunkan pernyataan-pernyataan yang khusus .

c. Metode Positivisme yang dipelopori oleh Auguste Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang diketahui, faktual, dan positif. Ia mengenyampingkan
segala uraian dan persoalan di luar dari pada fakta. Oleh karenanya ia menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala
gejala.

d. Metode Kontemplatif, pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh al-Ghazali.

e. Metode Dialektis, tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-


metode penuturan juga analisa sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.

2.3 Persyaratan Epistemologi


Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut (Kristiawan, 2016 : 153).

a. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (biopsikososial)..

Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat


pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek material merupakan
obyek konkrit yang disimak ilmu. Sedangkan obyek formal merupakan aspek khusus
atau sudut pandang terhadap ilmu.

Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material
yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.

b. Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan


dan teknik tertentu.

4
Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43)
mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap
kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu
adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode
ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan
menggunakan pendekatan kesangsian sistematis.

Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria


metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, di antaranya: (1). berdasarkan
fakta; (2) bebas dari prasangka; (3). menggunakan prinsip-prinsip analisa; (4).
menggunakan hipotesa; dan (5). menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan
teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan
pendekatan kualitati.f

c. Adanya Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest).

Ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji. Ketika


masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah-
masalah yang sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan
berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang
sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated).

Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia


menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya
menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (worldview), sehingga pada
gilirannya muncul perbedaan ideologi.

2.2. Ruang Lingkup Epistemologi


M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Sedangkan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat,
unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Tokoh lain A.M Saefuddin
menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah
ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun
ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang
benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua
pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan
masalah benarnya ilmu (AM. Saefuddin, 1998).

5
2.3. Aliran-Aliran Epistemologi
Tafsir (2009 : 24-28) mengatakan ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini,
diantaranya :

1. Empirisme

Kata empiris berasal dari kata yunani empiria, yang artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman
yang dimaksud disini lebih kepada pengalaman inderawi manusia. Misalnya manusia
tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia
mencicipinya.

John locke (1632-1704) bapak aliran Empirisme ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya
ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu (layaknya meja yang awlanya kosong
kemudian ditempatkan barang diatasnya), lantas ia memiliki pengetahuan. Menurut
aliran ini bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, pengetahuan
tersebut selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak
dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera
itulah sumber pengetahuan yang benar.

Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera
manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika
dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.

2. Rasionalisme

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian suatu
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia,
menurut aliran ini, pengetahuan diperoleh melalui kegiatan akal menangkap suatu
objek yang terkait dengan pengetahuan tersebut. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes juga mengungkapkan tentang metode keragu-raguan. Jika
orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam tahap awal berarti ia sedang berpikir
terhadap hal tersebut.

Menurut aliran ini akal merupakan sumber kebenaran. Hanya akal sajalah yang
dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang
terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang

6
benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan untuk
setiap manusia yang di dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Akal ini juga pemberian
tuhan untuk manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Karena akal saja
yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme.

3. Positivisme

Tokoh aliaran ini adalah August Compte (1798-1857). Ia menganut paham


positivisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh
pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan
indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran
yang jelas.

Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur meteran, untuk
mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan. Dan dari paham inilah
kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung
oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada
dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.

4. Intuisionisme

Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya
indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian bargson.
Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga
terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya
pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak
dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai
pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal
maka bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia,
yaitu intuisi.

5. Kritisme

Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir
yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan
empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba
menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi
terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan akal harus dan
keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua

7
pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari
pengalaman (empirime).Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia
mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa
adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.[5]

6. Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata
idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada
filsafat modern.

Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh


teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme
karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh
idealisme.

2.4. Pengaruh Epistemologi


Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu
peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur
semua aspek studi manusia, dari filsafat, ilmu murni sampa dengani ilmu sosial.

Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada


tubuh ilmu yang berpengaruh terhadap peradaban. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi.

Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh
penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai
merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung
oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis
dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada
teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh
lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi


menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang
canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan
8
perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-
perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.

9
10
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Secara etimologis “Epistemologi” berasal dari dua suku kata (Yunani), yakni
‘epistem’ yang berarti pengetahuan atau ilmu (pengetahuan) dan ‘logos’ yang berarti
‘disiplin’ atau teori. Jadi Secara etimologis Epistemologis berarti teori pengetahuan.

b. Secara luas Epistemologis berbicara tentang asal mula ilmu pengetahuan, sumber
pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validatas, dan kebenaran
pengetahuan.

c. Makna Epistemologis secara luas tersebut dapat diturunkan untuk Epistemologis


Matematika, Epistemologis Pendidikan Matematika, Epistemologis Ilmu Alam,
Epistemologis Peniddikan Ilmu Alam, dan Epistemologis ilmu lainnya

d. Beberapa metode yang dipakai dalam Epistemologis suatu ilmu adalah metode
induktif, deduktif, positivisme, kontemplatif, dan dialektif

e. suatu pengetahuan dapat di kateakan sebagai ilmu yaitu mensyaratkan adanya :


obyek yang diteliti, metode tertentu dan pokok permasalahan.

3.2 Saran
a. Kajian terhadap Filsafat Pendisikan sangat perlu didalami oleh Mahasiswa.
b. Kajian terhadap Epistemologis Ilmu secara umum sangat perlu didalami oleh
mahasiswa
c. Kajian terhadap epistemologis khusus ilmu program studi sangat perlu didalami
oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang
menyeluruh tentang ilmu yang dipilihnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

AM. Saefuddin et al. Desekularisasi pemikiran : Landasan Islamisasi. Cet. IV.


Bandung : Minan. 1998

Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya. 2009

Blackburn, Simin. Kamus Filsafat. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2013

Kristiawan, Muhammad. Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours. Yogyakarta :


Valia Pustaka. 2016

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai