EPISTEMOLOGI
DISUSUN
OLEH
MUHAMMAD KHADIR
Segala puji bagi Allah SWT. Dengan karunia-Nya lah makalah ini dapat terselasaikan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan yang di ampu
oleh Ibu Yuli Amalia, M.Pd.
Wassalam
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1. Pengertian Epistemologi.......................................................................................................3
2.2 Metode Epistemologi..............................................................................................................3
2.3 Persyaratan Epistemologi......................................................................................................4
2.2. Ruang Lingkup Epistemologi................................................................................................5
2.3. Aliran-Aliran Epistemologi.....................................................................................................6
2.4. Pengaruh Epistemologi........................................................................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
ii
BAB I PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu sama-sama berperan dalam mencari kebenaran. Ilmu bertugas
melukiskan fenomena semesta, sedangkan filsafat bertugas menafsirkannya.
Kebenaran ilmu berada di sepanjang pengalamaman sedangkan kebenaran filsafat
berada di sepanjang pemikiran.
Ilmu pengetahuan akan terlahir sebagai produk dari kegiatan berpikir. Ilmu
pengetahuan ini merupakan obor peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan
menghayati hidup lebih sempurna. Bagaimana masalah dalam benak pemikiran
manusia telah mendorong untuk berfikir, bertanya, lalu mencari jawaban segala
sesuatu yang ada, dan akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Kebenaran sangat di perlukan oleh manusia untuk menjalani kehidupan nya di dunia
ini. Kebenaran ini akan di peroleh oleh manusia, salah satunya adalah dengan mencari
pengetahuan. Dalam mencari pengetahuan tersebut tidak akan sempurna tanpa
mempelajari Epistemologi.
Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok
ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu lainnya. Epistemologi
merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji karena disinilah dasar-
dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan
pijakan.
2
BAB II PEMBAHASAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Epistemologis berbicara tentang asal mula ilmu
pengetahuan, sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validitas, dan
kebenaran pengetahuan
b. Metode Deduktif adalah kebalikan dari metode induktif yaitu memulai dari
pernyataan yang umum kemudian diturunkan pernyataan-pernyataan yang khusus .
c. Metode Positivisme yang dipelopori oleh Auguste Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang diketahui, faktual, dan positif. Ia mengenyampingkan
segala uraian dan persoalan di luar dari pada fakta. Oleh karenanya ia menolak
metafisika. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala
gejala.
d. Metode Kontemplatif, pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh al-Ghazali.
a. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (biopsikososial)..
Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material
yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
4
Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43)
mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap
kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu
adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode
ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan
menggunakan pendekatan kesangsian sistematis.
5
2.3. Aliran-Aliran Epistemologi
Tafsir (2009 : 24-28) mengatakan ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini,
diantaranya :
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empiria, yang artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman
yang dimaksud disini lebih kepada pengalaman inderawi manusia. Misalnya manusia
tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia
mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak aliran Empirisme ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya
ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu (layaknya meja yang awlanya kosong
kemudian ditempatkan barang diatasnya), lantas ia memiliki pengetahuan. Menurut
aliran ini bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, pengetahuan
tersebut selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak
dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera
itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera
manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika
dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian suatu
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia,
menurut aliran ini, pengetahuan diperoleh melalui kegiatan akal menangkap suatu
objek yang terkait dengan pengetahuan tersebut. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes juga mengungkapkan tentang metode keragu-raguan. Jika
orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam tahap awal berarti ia sedang berpikir
terhadap hal tersebut.
Menurut aliran ini akal merupakan sumber kebenaran. Hanya akal sajalah yang
dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang
terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang
6
benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan untuk
setiap manusia yang di dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Akal ini juga pemberian
tuhan untuk manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Karena akal saja
yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme.
3. Positivisme
Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur meteran, untuk
mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan. Dan dari paham inilah
kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung
oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada
dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya
indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian bargson.
Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga
terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya
pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak
dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai
pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal
maka bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia,
yaitu intuisi.
5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir
yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan
empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba
menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi
terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan akal harus dan
keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua
7
pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari
pengalaman (empirime).Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia
mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa
adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.[5]
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata
idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada
filsafat modern.
Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh
penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai
merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung
oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis
dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada
teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh
lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.
9
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Secara etimologis “Epistemologi” berasal dari dua suku kata (Yunani), yakni
‘epistem’ yang berarti pengetahuan atau ilmu (pengetahuan) dan ‘logos’ yang berarti
‘disiplin’ atau teori. Jadi Secara etimologis Epistemologis berarti teori pengetahuan.
b. Secara luas Epistemologis berbicara tentang asal mula ilmu pengetahuan, sumber
pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validatas, dan kebenaran
pengetahuan.
d. Beberapa metode yang dipakai dalam Epistemologis suatu ilmu adalah metode
induktif, deduktif, positivisme, kontemplatif, dan dialektif
3.2 Saran
a. Kajian terhadap Filsafat Pendisikan sangat perlu didalami oleh Mahasiswa.
b. Kajian terhadap Epistemologis Ilmu secara umum sangat perlu didalami oleh
mahasiswa
c. Kajian terhadap epistemologis khusus ilmu program studi sangat perlu didalami
oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang
menyeluruh tentang ilmu yang dipilihnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya. 2009
12
13
14