Anda di halaman 1dari 3

Dx & DD

Diagnosis Pneumothoraks

Menurut (Tschoop, 2015) Pneumothoraks bisa merupakan keadaan gawat darurat yang dapat
berakibat fatal, sehingga harus segera mengevaluasi pasien secara cepat dari gejala, riwayat
kesehatan, atau situasi yang terjadi pada saat pasien mengalami gejala. Segera dilakukan
pemeriksaan fisik pada pasien, terutama memeriksa paru-paru. Bila dicurigai terdapat tension
pneumothorax, maka segera lakukan WSD atau kontra ventil di antara sela iga untuk
mengeluarkan udara yang terjebak dalam rongga pleura apabila terdapat terdapat darah segera
dipasang kateter intercostalis. Hal tersebut dilakukan mendahului pemeriksaan penunjang
lainnya.

Bila keadaan pasien stabil, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

1. Anamnesis
a. Gejala penyakit dasarnya
b. Sesak nafas mendadak
c. Nyeri dada
d. Adanya penyakit paru penyerta sebelumnya

Pada tension Penumothoraks

 Sesak semakin lama semakin memberat


 Gelisah, keringat dingin, sianosis
 Syok akibat gangguan aliran darah atau karena terjadinya pendarahan intra
pleura
 Pemeriksaan fisik adanya tanda-tanda terdorongnya mediastinum (sisi yang
sakit menonjol)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Frekuensi nafas menurun
b. Inspeksi : Bagian yang sakit tertinggal
c. Palpasi : Fremitus melemah
d. Perkusi : Hipersonor
e. Auskutasi : Suara Mejauh
3. Pemeriksaan tambahan

Pencitraan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menampilkan gambar organ paru-


paru, seperti : CT scan atau USG. Posisi untuk foto rontgen lateral decubitus dengan
sisi paru yang sakit berada di atas. Secara teori, udara minimal pun akan terlihat pada
gambaran foto. Gambaran dari foto rontgen, sebagai berikut :

a. Terdapat gambaran sebagai berikut :


 Paru kolaps
 Pleural line
 Daerah avascular
 Hiper radio lusen
 tanda-tanda pendorongan
b. Tes darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan kadar
oksigen dalam darah pasien.
 Analisa Gas Darah
o Ph alkalosis respiratorik
o PO2 meurun
o PCO2 ( n/menurun)

Diagnosis Banding

Menurut (Tschoop, 2015) Diagnosis dari Pneumothoraks adalah sebagai berikut :

1. Infark Miokard.

Nyeri dada pada infark miokard bersifat seperti ditekan atau ditimpa beban berat.
Nyeri dada sering kali tipikal berupa nyeri dada kiri menjalar sampai punggung dan
lengan kiri. Nyeri dipengaruhi oleh aktivitas serta dapat disertai diaforesis.
Pneumothorax pada paru kiri memiliki lokasi nyeri yang sama namun dengan sifat nyeri
tajam menusuk. Nyeri dipengaruhi pergerakan dada terutama saat menarik napas dan
jarang terdapat penjalaran.

2. Perforasi Ulkus Peptikum.


Ulkus peptikum dapat menimbulkan nyeri ulu hati, nyeri dada tengah atau nyeri
perut kanan atas dekat dengan dada kanan. Nyeri pada ulkus peptikum dipengaruhi
keberadaan makanan (sebelum atau sesudah makan) dan dapat disertai dengan gejala
perdarahan saluran cerna. Perforasi ulkus dapat dibedakan dengan hilangnya pekak
hepar saat perkusi batas paru-hepar dan ditemukan udara bebas di bawah diafragma
pada foto toraks.

3. Emfisema Bulosa Ekstensif.

Gejala dari emfisema bulosa adalah sesak napas dan nyeri dada yang bersifat gradual
seiring dengan besar bula. Emfisema bulosa bersifat mendesak ruang dan membatasi
ekspansi sehingga pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ekspansi dada tidak
simetris. Emfisema bulosa dapat dibedakan dengan pneumothorax melalui rontgen
toraks. Gambaran rontgen emfisema bulosa tampak udara bebas yang terjebak berada
di dalam garis pleura karena bula terbentuk di parenkim paru sedangkan pada
pneumothorax gambaran udara bebas ada di luar garis pleura. Nyeri dada mendadak
pada penderita yang diketahui memiliki penyakit emfisema bulosa masih dapat
dicurigai mengalami pneumothorax karena pecahnya bula.

4. Pneumomediastinum.

Pneumomediastinum ditandai dengan gejala sesak dan nyeri substernal terutama jika
menarik napas. Sebelum sesak biasanya terdapat faktor predisposisi seperti batuk yang
sangat keras, kegiatan yang dapat menyebabkan barotrauma (menyelam, berada di
ketinggian) dan dapat diikuti gejala disfonia atau nyeri tenggorokan.

Daftar Pustaka

Tschoop JM, Bintcliffe O, Astoul P, Canalis E, Driese P, Janssen J, et al. ERS task force
statement: diagnosis and treatment of primary spontaneous pneumothorax. Eur Respir J. 2015

Anda mungkin juga menyukai