Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM PADA

ZAMAN PERTENGAHAN, ZAMAN RENAISANS, ZAMAN


MODERN, DAN ZAMAN IDEOLOGI

MAKALAH

guna memenuhi salah satu tugas


Filsafat Hukum Kelas D dari
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pengampu: Dr. Rehnalemken Ginting, SH, MH.

Oleh:
Arjuna Yudha Artama NIM: E0021067
Bella Yuniarti Wienata NIM: E0021094
Tri Budi Utomo Umbu Nay NIM: E0021449

(Program Studi S1 Ilmu Hukum)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada Tuhan Sang Maha Sempurna atas segala bantuan,


kemudahan dan kelancaran yang telah diberikan kepada penulis dari proses hingga
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul “Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum
pada Zaman Pertengahan, Zaman Renaisans, Zaman Modern, dan Zaman Ideologi”.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan keluarga yang telah
memberi semangat, motivasi dan kepercayaan untuk segera menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini, sehingga penulis berharap dengan adanya saran dan masukan dari segala
pihak guna mendapatkan hasil dan pemahaman yang lebih baik bagi penulis.

07 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN).......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4

BAB II (PEMBAHASAN) ........................................................................................... 5

A. Zaman Pertengahan ......................................................................................... 5

B. Zaman Renaisans.............................................................................................. 8

C. Zaman Modern ............................................................................................... 11

D. Zaman Ideologi ............................................................................................... 14

BAB III (PENUTUP) ................................................................................................. 18

A. Simpulan .......................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membahas mengenai filsafat hukum, dapat dilihat bahwa filsafat hukum


terdiri dari dua kata. Kata pertama yaitu “filsafat” dan kata kedua adalah “hukum”.
Kata “filsafat” yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
yaitu ‘falsafah’. Namun, kata “filsafat” lebih mudah dijelaskan definisinya melalui
asal katanya dari bahasa Yunani yaitu “philosophia”. Philosophia terdiri dari paduan
kata ‘philein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan. Sehingga
“philosophia” berarti cinta akan kebijaksanaan. Dapat diambil arti bahwa “filsafat”
merupakan seluruh ilmu pengetahuan yang memusatkan diri dan bertujuan untuk
mencari sejauh mungkin mengenai kebenaran yang hakiki tentang berbagai hal yang
ada di seluruh alam semesta.

Selanjutnya akan dibahas mengenai kata “hukum”. “hukum” berasal dari


bahasa Arab yaitu “huk’mun” yang berarti ‘menetapkan’. Ilmu hukum adalah suatu
cabang dari ilmu pengetahuan yang berisi aturan-aturan kehidupan yang telah
ditetapkan dan terdapat sanksi apabila aturan ini dilanggar.

Filsafat hukum merupakan merupakan cabang dari ilmu filsafat, bukan


cabang dari ilmu hukum (Kusumohamidjojo, 2011). Filsafat hukum merupakan
ilmu yang membahas persoalan-persoalan mengenai hukum sampai ke akar-
akarnya. Apabila ditelusuri lebih mendalam, filsafat ini merupakan cabang ilmu
filsafat yang sudah dibahas sebelum sejarah peradapan manusia. Bukti sejarah
kemunculan filsafat ini tertulis dalam catatan mengenai tata hukum Hammurabi
yang berasal dari Babilonia pada abad XVIII SM. Sejarah lainnya menyebutkan
bahwa terdapat catatan tata hukum Nabi Musa pada abad ke XIII SM. Selanjutnya,
muncul fakta sejarah pada abad pertengahan yaitu munculnya Magna Charta
Libertatum yang disebut-sebut sebagai cikal bakal bagi pengakuan atas Hak Asasi
Manusia secara universal dalam The Universal Declaration of Human Rights (1948)
(Kusumohamidjojo, 2011).

Sejarah mengenai filsafat hukum masih berlanjut hingga zaman ideologi.


Pada zaman ini telah lahir suatu paham baru yaitu paham nasionalisme yang
bersumber dari Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis dalam kehidupan
kenegaraan. Zaman ini merupakan zaman yang menghasilkan dua perang dunia dan

3
satu perang dingin yang merupakan akibat dari lahirnya imperialisme modern
(Kusumohamidjojo, 2011). Pada zaman ini pula lahirlah Perjanjian Versailles yang
telah mendiktekan ketidakadilan politik sehingga tidak dapat diterima dan tidak
dapat dibiarkan. Zaman ini pun telah menumbuhkan Uni Soviet, suatu kekuatan
yang imperialistis bersifat sosialistis, otoriter, antikapitalisme, dan liberalisme.

Jika demikian, maka akan menarik apabila dalam makalah ini dibahas
mengenai sejarah perkembangan filsafat hukum dari zaman pertengahan hingga
zaman ideologi (Abad ke-20) yang akan dipaparkan pada bagian pembahasan dalam
makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum pada Zaman
Pertengahan, Zaman Renaisans, Zaman Modern, dan Zaman Ideologi” ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan sebuah pertanyaan:


Bagaimana perkembangan filsafat hukum pada zaman Pertengahan, zaman
Renaisans, zaman Modern, dan pada zaman ideologi?

C. Tujuan Penulisan

Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, diharapkan penulisan


makalah ini bermanfaat untuk penulis maupun kalangan luas. Adapun manfaat dari
penulisan ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah filsafat hukum yang diampu oleh Dr. Rehnalemken
Ginting, SH, MH.
2. Mengetahui perkembangan filsafat hukum pada zaman pertengahan, zaman
renaisans, zaman modern, dan pada zaman ideologi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zaman Pertengahan

Abad pertengahan merupakan abad yang mana mulai muncul saat


runtuhnya kerajaan romawi pada 500 Masehi. Abad ini disebut pertengahan
karena berada di antara zaman kuno dan zaman modern. Abad pertengahan
adalah abad yang bisa dibilang cukup unik, karena terjadinya perkembangan
terhadap paradigma politik terhadap sistem kehidupan bersama masyarakat di
Eropa, Asia kecil, dan kawasan Mediteran. Seperti contoh mengapa kerajaan
romawi bisa sampai runtuh, runtuhnya kerajaan romawi terjadi karena sistem
yang telah ada tidak bisa berdiri bersama sistem lainnya, karena sistem yang
sudah ada tidak bisa mengimbangi kebangkitan oleh satu sistem maupun system-
sistem lainnya. Kerajaan romawi runtuh akibat bangkitnya agama kristen dan
islam, dimana agama-agama ini muncul dengan kekuatan politik.
(Kusumohamidjojo, 2011)

Tokoh-tokoh filsafat hukum pada abad ini, di bagian barat terdapat


Augustinus (354-430) dan Thomas Aquinas (1226-1275) sedangkan di bagian
timur terdapat Al – Kindi (806-873), Al – Farabi (870-950) dan Ibnu Sina (980-
1037) (DR. Marjan Miharja, 2021). Pada abad pertengahan terdapat lima
klasifikasi jenis hukum yang dikemukakan oleh para ahli adalah:

1. Lex aeterna/Hukum abadi: rencana tuhan mengenai aturan semesta alam,


hukum abadi adalah pendefinisian teologis awal mula hukum, yang tidak
terlalu ada pengaruhnya terhadap definisi hukum lainnya;

2. Lex divina positivis/Hukum ilahi positif: hukum tuhan adalah hukum yang
telah terkandung didalam kitab suci, dan lebih memprioritaskan prinsip-
prinsip keadilan;

3. Lex naturalis/Hukum alam: hukum tuhan yang bisa dilihat dalam aturan
semesta alam dengan menggunakan akal budi manusia, yaitu norma
kehidupan;

4. Ius gentium/Hukum bangsa-bangsa: merupakan hukum yang digunakan dan


berlaku untuk semua bangsa.

5
5. Lex humana positiva/Hukum Positif: hukum yang merupakan buatan manusia
dan yang berhak membuatnya adalah siapa saja yang berkuasa sesuai dengan
tata hukum negara, hukum positif dalam zaman modern merupakan hukum
yang sejati. (Anshori, 2018)

Berikut adalah beberapa pandangan mengenai hukum di abad pertengahan ini:

1. Wahyu sebagai Doktrin

Pada abad ini manusia merasa mereka tidak bisa melakukan dan
berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dari sang pencipta, sehingga agama
sangat berpengaruh besar dalam keberlangsungan hidup mereka. Persebaran
agama di bagian barat didominasi oleh agama kristiani sedangkan islam di
timur. Hal ini menyebabkan motivasi akan orientasi pemikiran terhadap
hukum berubah yang menganggap manusia taat terhadap hukum positif bukan
karena kesesuaiannya dengan hukum alam lagi akan tetapi merupakan
kehendak ilahi. Orientasi pemikiran ini merupakan kepercayaan akan aturan-
aturan di dunia ini sudah diatur terlebih dahulu oleh sang pencipta, oleh karena
itu hukum yang berlaku harus menyesuaikan aturan- aturan yang terdapat
didalam agama. (Prof. DR. H. Zainuddin Ali, 2006) Abad pertengahan juga
sering disebut zaman kelam, karena upaya yang sudah ditumbuhkan dalam
tradisi Socrates demi tujuan hidup manusia dengan dasar akal harus dihentikan
hampir semuanya oleh sebab pengembangan penafsiran Kitab Injil,
Augustinus menjelaskan bahwasannya sistem semesta alam berlangsung
berdasarkan rencana tuhan sehingga ini disebut sebagai hukum abadi (Lex
Aeterna) yang kemudian oleh batin manusia dibaca sebagai hukum alam (Lex
Naturalis) ini menjelaskan apa yang adil maupun tidak adil serta apa yang
pantas dan tidak pantas. Pada masa ini Gereja diberikan kekuasaan dalam
mengatur kehidupan manusia.(Kusumohamidjojo, 2011)

Pada abad pertengahan bukan hanya agama kristen saja yang


berkembang akan tetapi di bagian timur agama islam juga turut berkembang.
Islam sendiri bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah, hukum islam
mewajibkan atau mengharuskan manusia untuk tunduk pada hukum Allah.
Seiring berkembangnya ajaran islam, muncul ilmu Fiqih yang bertujuan untuk
mempelajari hak serta kewajiban masyarakat Islam. Hukum islam dikenal
sebagai syariat yang berisi larangan, perintah, keharusan dan sebagainya.
(Kusumohamidjojo, 2011) Pada agama kristiani hukum itu mempunyai

6
hubungan secara tidak langsung dengan wahyu sehingga hukum buatan
manusia disusun dengan inspirasi oleh wahyu dan agama sedangkan dalam
agama islam hukum itu mempunyai hubungan secara langsung dengan wahyu
oleh itu hukum islam dianggap sebagai syariat. (Prof. DR. H. Zainuddin Ali,
2006).

Dinamika yang terjadi pada masa ini adalah prioritas akan konsep
ilahi yang sifatnya transenden sebagai simbol abad pertengahan bahwa peran
dari gereja menjadi dominan dalam prioritas peran serta eksistensi tuhan itu
sendiri.(S.H., P. D., S.H., P. D., & Makun S.H., 2017)

2. Magna Charta

Magna Charta Libertatum (1215) muncul karena adanya


pemberontakan dari masyarakat Inggris yang disebabkan oleh perselisihan
Raja pada masa itu yaitu Raja John dengan Paus dan Baron-baron. Pada
akhirnya membuat Raja John menetapkan Magna Charta lalu kemudian
Magna Charta di kukuhkan di parliament oleh Raja Edward I dan Raja Henry
III. Dalam Magna Charta yang sering di highlight adalah isi dari Pasal 39 yaitu
orang tidak bisa dituntut untuk diadili atau dipenjara tanpa dasar hukum.
Perkembangan ini sangat berarti bagi masyarakat di zaman ini sehingga raja
yang membuat dan melaksanakan hukum tidak bisa semena-mena terhadap
rakyat. Magna Charta sendiri dianggap sebagai asal muasal dari Undang-
undang Dasar dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang menyeluruh
atau universal. (Kusumohamidjojo, 2011)

3. Skolastisisme

Thomas Aquinas merupakan pelopor Skolastik yakni penganut


hukum alam yang melibatkan ajaran Aristoteles ke dalam ajaran gereja katolik
yang sering disebut Aristotelisme Kristen. Aquinas mempersatukan akal dan
alam menjadi suatu tatanan kosmos yang harmonis, ia menjelaskan bahwa
tertib kosmos adalah suatu lex aeterna yang diinterpretasikan oleh akal
manusia menjadi lex naturalis. Terdapat kaidah dasar dari lex naturalis sendiri
yang disebut synderesis, yakni kecakapan secara alamiah oleh akal dengan
menggunakan hati nurani untuk menangkap prinsip universal tindakan
manusia. Kecakapan ini sendiri memberikan sebuah perintah yaitu berbuatlah
kebaikan dan jauhilah kejahatan yang berarti dalam bertindak harus sesuai
dengan akal, menurut Aquinas prinsip synderesis ini perlu untuk dijelaskan

7
sebagai lex humana dalam kehidupan konkrit manusia. Aquinas membedakan
lex humana dan keadilan umum (iustitia legalis) menjadi:

a. Iustitia vindicativa/keadilan sebagai hukuman

b. Iustitia distributiva/keadilan sebagai pembagian

c. Iustitia commutativa/keadilan yang timbal balik (lebih kepada sektor


dagang)

d. Iustitia socialis/keadilan sosial.(Kusumohamidjojo, 2011)

B. Zaman Renaisans

Kata “renaissance” merupakan bahasa Perancis yang berarti kelahiran


kembali atau kebangkitan kembali. Dalam bahasa latin, renascimento berarti
lahir kembali (rebirth). Pemakaian kata Renaissance pertama kali oleh Jules
Michelet, seorang sejarawan Perancis yang lahir di abad ke-18 dan mulai terkenal
di dunia Barat pada abad ke-19. Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan
untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual. Batas yang jelas
mengenai kapan dimulainya penghabisan Abad Pertengahan sulit ditentukan.
Yang dapat ditentukan adalah bahwa abad pertengahan itu selesai tatkala
datangnya Zaman Renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16.
Menurut Jules Michelet, renaissance merupakan periode penemuan manusia dan
dunia. Renaissance termasuk dalam Zaman Modern. Periode sejarah yang lazim
disebut “modern” mempunyai banyak perbedaan tentang jiwa dengan periode
pertengahan. Ada dua hal terpenting yang menandai sejarah modern, yakni
runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sain. (Kusumohamidjojo,
2011)
Jadi, arti Renaissance dari berbagai bahasa tadi yang lebih spesifik yaitu,
diartikan sebagai suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa
dilahirkan kembali dalam keadaban. Gerakan ini juga menunjuk pada zaman
dimana ditekankan otonomi dan kedaulatan manusia dalam berpikir, berkreasi
serta mengembangkan seni dan sastra dan ilmu pengetahuan.

Zaman ini sering juga disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud


Ungkapan ini ialah manusia diangkat dari Abad Pertengahan. Pada Abad
Pertangahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran
diukur berdasarkan ukuran dari gereja. Humanisme menghendaki ukuran
haruslah manusia.Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka

8
humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia. Jadi, ciri
utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak
mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari
watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Sains berkembang karena
empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat
humanisme tersebut.

Adapun beberapa para pemikir zaman Renaissance mencoba untuk


mengembalikan semuanya kepada martabat dan kemuliaan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Yaitu sebagai berikut:

1. Niccolo Machiavelli (Hakikat politik)

Niccolo Machiavelli adalah tokoh pemikir italia yang menimbulkan


kegemparan di zaman kelam itu. Machiavelli adalah seorang politikus dan
diplomat.Dalam pikiran Machiavelli, misi politik adalah semata-mata
melaksanakan kekuasaan untuk menyelenggarakan negara.Artinya, kekuatan
tidaklah berada demi dirinya sendiri. Penyelenggaraan negara yang sukses
banyak ditentukan oleh adanya tentara yang kuat dan hukum yang
baik.Namun, untuk dapat mengadakan kedua syarat itu sehingga bisa berperan
secara politis.

Ajaran Machiavelli sangat mengejutkan bagi dunia yang baru


beranjak lepas dari abad pertengahan yang didominasi oleh paham
keagamaan,karena Machiavelli dekat dengan kalangan kepausan,dia telah
membahas kekuasaan dan politik secara sekular belaka. Disatu sisi pikiran
Machiavelli telah menggelontor berkembangnya gagasan-gagasan yang
mengikis absolutism gereja. Tetapi disisi lain lahir juga paham Machiavelli
yang seolah-olah menghalalkan cara apapun termasuk juga yang tidak
manusiawi,untuk mencapai tujuan-tujuan politik.(Kusumohamidjojo, 2011)

2. Desiderius Erasmus (Kaum Humanis)

Desiderius Erasmus dari Rotterdam,sastrawan Belanda (1469-1564)


dan bersama dengan Michael Angelo,seorang pelukis dan pemahat Itali
(1475-1564). Sering diperlakukan sebagai pencetus dari konsep humanisme
universal. Eramus mencoba untuk mencari keseimbangan antara kebangkitan
kembali penghayatan manusia terhadap dirinya sendiri di satu sisi, dengan
kesalehan hidup kristiani di sisi lain. Usaha untuk memperbaiki tata pikir juga
dilakukan dalam bidang-bidang lainnya. (Kusumohamidjojo, 2011)

9
3. Martin Luther dan Johann Calvin (Reformasi)

Gereja kristen yang mendominasi kehidupan manusia di abad


pertengahan belum lagi pulih dari trauma akibat jatuhnya konstantinopel pada
tahun 1453, ketika Martin Luther menggugat absolutisme gereja langsung
sampai ke dasar-dasarnya. Kemudian Luther mempertajam serangannya
dengan memaklumkan 95 tesis reformasi di pitu gereja di wittenberg yang
pada pokokna merupakan penyangkalan terhadap otoritas mutlak dari gereja
katolik roma.

Ajaran Luther dengan cepat mendapatkan simpatisan dikalangan


rakyat jelata sampai kepada penguasa. Tentu saja penguasa gereja di roma
murka dan pada tahun 1517 memanggil luther untuk diadili. Dalam
melancarkan gugatannya kepada gereja katolik roma, sebenarnya luther tidak
langsung tentang hukum. Namnun, perlindungan yang di perolehnya dari
Friedrich yang bijaksana ketika menghadapi kekuasaan gereja adalah sangat
menentukan bagi kelanjutan dari gelombang reformasi,yang justru akan
mengimbas perubahan-perubahan besar dalam hukum dieropa. Reformasi
yang dilancarkan oleh Luther dan Calvin membawa akibat-akibat yang
pengaruhnya terasa sampai berabad-abad kemudian. (Kusumohamidjojo,
2011)

4. Jean Bodin (Ajaran Kedaulatan dan Tata Dunia)

Jean Bodin seorang Filosof Prancis (1530-1596) masih belum bisa


melepaskan diri dari gugatan absolutisme. Dalam bukunya “Enam buku
tentang negara” dia menawarkan konsep kedaulatan sebagai kekuasaan negara
yang tertinggi dan tidak terbagi. Artinya, kedaulatan itu memang absolut,
tetapi tidak harus berada di tangan gereja. Konsep itu kemudian menjadi dasar
bagi negara dengan kekuasaan absolut,sebagaimana kemudian dikembangkan
lebih jauh oleh thomas hobbes.

Menurut Bodin negara merupakan perwujudan dari usaha untuk


menertibkan kehidupan bersama manusia. Kehidupan bersama yang tertib itu
hanya mungkin jika didasarkan atas akal serta kaidah-kaidah kerjanya.Tujuan
dari negara pada dasarnya adalah keadilan. Karena itu keadilan merupakan
tolak ukur dari kekuasaan. Artinya, kekuasaan akan kehilangan
legimitasinya,jika dia tidak menghasilkan keadilan.(Kusumohamidjojo, 2011)

5. Thomas Hobbes (Absolutisme)

10
Dari ajaran hobbes masyarakat mengikatkan diri dalam perjanjian
untuk mendirikan absolutisme yang akan menguasai mereka sepenuhnya.
Hobbes juga menjadi teoritikus dari ajaran monarki absolut dan pelopor
ateisme di inggris. Ajarannya tentang monarki absolt khususnya kemudian
menjadi tempat bertopang bagi para penguasa eropa untuk lebih dari satu abad
lamanya (Kusumohamidjojo, 2011)

C. Zaman Modern

Perkembangan filsafat hukum pada Zaman Modern dimulai pada abad


ke-17 hingga abad ke-19. Zaman ini ditandai oleh kemajuan dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan sosial, serta perubahan dalam struktur kekuasaan
politik dan hukum di Eropa. Beberapa tokoh penting dalam perkembangan
filsafat hukum pada Zaman Modern antara lain Hugo Grotius, John Locke,
Immanuel Kant, Jeremy Bentham, dan Karl Marx.

Perkembangan filsafat hukum ada abad ke-17 ditandai dengan


munculnya konsep Hukum Alam dari seorang filusuf yang Bernama Grotius.
Hugo Grotius, seorang ahli hukum dan filusuf Belanda ini menjadi tokoh penting
dalam perkembangan filsafat hukum. Grotius mengembangkan konsep hukum
alam yang berdasarkan pada prinsip-prinsip moral dan rasionalitas. Menurut
Grotius, hukum alam adalah hukum yang berlaku universal dan merupakan dasar
bagi semua hukum yang dibuat oleh manusia. Ia juga mengembangkan konsep
hukum internasional yang mengatur hubungan antar negara berdasarkan pada
prinsip-prinsip moral dan rasionalitas. Pada abad ini, muncul pula Konsep
Kontrak Sosial karya Locke. John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17,
mengembangkan konsep kontrak sosial yang menjadi dasar bagi konstitusi
modern. Menurut Locke, manusia memiliki hak asasi yang tidak dapat dilanggar
oleh pemerintah. Kontrak sosial adalah kesepakatan antara rakyat dan pemerintah,
di mana pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak rakyat. Jika
pemerintah gagal melindungi hak-hak rakyat, maka rakyat memiliki hak untuk
memberontak dan menggulingkan pemerintah.

Selanjutnya Abad ke-18 telah muncul kritik terhadap Hukum yang


dipeolopri oleh Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman pada abad ke-18. Ia
memberikan kontribusi besar dalam perkembangan filsafat hukum. Ia mengkritik
konsep hukum alam dan mengembangkan konsep hukum yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip moralitas dan rasionalitas. Kant juga mempertanyakan sifat dasar

11
hukum dan mengemukakan bahwa hukum bukan hanya sekadar peraturan, tetapi
juga memiliki nilai moral dan etika. Pada abad ini pun muncul apa yang disebut
Utilitarianisme karya Jeremy Bentham, seorang filsuf dan ahli hukum Inggris
pada abad ke-18. Ia telah mengembangkan konsep utilitarianisme. Konsep ini
menekankan pentingnya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan hukum. Bentham juga mengembangkan konsep hukum
positif, yang mengacu pada hukum yang dibuat oleh pemerintah berdasarkan
pada kepentingan masyarakat.

Pada akhirnya, Zaman Modern berakhir pada Abad ke-19. Pada abad ini
muncul Materialisme Historis yang dipelopori oleh Karl Marx, seorang filsuf dan
ekonom Jerman pada abad ke-19. Menurut Marx, hukum adalah produk dari
kondisi material dan sosial masyarakat. Ia berpendapat bahwa hukum harus
melayani kepentingan rakyat.

Selain konsep-konsep di atas pada zaman ini pula telah muncul apa yang
disebut Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis, Idealisme Hegel, Revolusi
Industri, dan Marxisme. Penjelasan mengenai hal-hal di atas akan dijelaskan
sebagai berikut:

1. Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis

Revolusi Amerika pecah dengan ditandai dengan


diselenggarakannya Kongres Kontinental Permtama di Philadelphia pada
tahun 1774 yang diikuti oleh 13 negara New England. Pemicu revolusi ini
adalah undang-undang pajak, cukai, dan materai yang kemudian digantikan
dengan undang-undang pajak impor yang dikeluarkan Pemerintah Inggris
pada tahun 1765. Pemicu lainnya adalah karena proses konstitusional yang
telah dikembangkan oleh revolusi ini. (Kusumohamidjojo, 2011) prdouk
terpenting dalam revolusi ini adalah Konstitusi Amerika Serikat yang telah
dikukuhkan pada tanggal 17 September 1787.

Selanjutnya mengenai Revolusi Prancis yang penyebab pecahnya


adalah kekuasaan absolut tidak sanggup mengatasi aneka ketegangan sosial
yang disebabkan oleh penderitaan yang telah ditimbukan oleh system
feodalisme terhadap petani. Revolusi berakhir oleh karena
diproklamasikannya Prancis sebagai negara republik.

12
2. Idealisme Hegel

Idealisme Hegel merujuk pada filosofi yang dikembangkan oleh


Georg Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf Jerman abad ke-19. Hegel
menganggap bahwa kenyataan sejati tidak terletak pada objek material, tetapi
dalam ide-ide atau konsep abstrak. Menurut Hegel, kenyataan sejati
merupakan hasil dari proses dialektika, yang melibatkan konflik antara dua
konsep atau pandangan yang berlawanan. Melalui proses ini, konflik ini akan
diatasi dan mencapai suatu kesatuan yang lebih tinggi yang disebut sintesis.

Hegel juga memandang sejarah sebagai proses yang terus-menerus


menuju kesempurnaan. Setiap tahap sejarah melibatkan konflik antara
kekuatan yang berlawanan, tetapi proses ini mengarah pada perkembangan
kesadaran dan kebebasan. Kesimpulannya, idealisme Hegel melihat dunia
sebagai suatu sistem yang terdiri dari ide dan konsep abstrak, di mana
kenyataan sejati terletak pada kesatuan sintesis yang tercipta melalui proses
dialektika. Hegel juga memandang sejarah sebagai proses menuju
kesempurnaan dan pengembangan kesadaran manusia.

3. Revolusi Industri

Revolusi Industri adalah perubahan besar dalam cara produksi dan


pembuatan barang yang terjadi pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di
Inggris dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Revolusi Industri ditandai
oleh penggunaan mesin-mesin, produksi massal, dan sistem mekanisasi yang
menggantikan tenaga manusia dan hewan. Revolusi Industri dimulai di
Inggris pada akhir abad ke-18, ketika ada kemajuan teknologi dalam sektor
tekstil seperti mesin tenun, mesin penggiling, dan mesin pemintal benang.
Teknologi ini memungkinkan produksi tekstil menjadi lebih cepat, efisien,
dan murah. Penggunaan mesin-mesin ini kemudian menyebar ke sektor lain,
seperti pertanian, pertambangan, dan transportasi, sehingga mempercepat
produksi dan pengiriman barang.

Perubahan ini membawa perubahan sosial dan ekonomi besar,


termasuk urbanisasi, pertumbuhan kelas pekerja, dan peningkatan
kemakmuran. Revolusi Industri juga mengubah cara orang bekerja dan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Pekerjaan menjadi lebih
terfragmentasi, terkadang dilakukan oleh mesin-mesin, dan pekerjaan yang
sebelumnya dilakukan oleh tenaga manusia atau hewan diambil alih oleh

13
mesin-mesin. Revolusi Industri dianggap sebagai titik balik dalam sejarah
manusia, karena memungkinkan perkembangan teknologi dan perubahan
mendasar dalam cara kita hidup dan bekerja hingga saat ini.

4. Marxisme.

Marxisme adalah teori sosial-politik yang didasarkan pada pemikiran


Karl Marx dan Friedrich Engels. Teori ini menekankan konflik kelas sosial
dan perjuangan revolusioner sebagai cara untuk mencapai kesetaraan sosial
dan ekonomi. Marxisme menyatakan bahwa masyarakat terbagi menjadi dua
kelas utama, yaitu kelas pekerja (proletariat) dan kelas pemilik modal
(kapitalis). Kelas pekerja adalah mereka yang menjual tenaga kerja mereka
untuk bertahan hidup, sementara kelas pemilik modal adalah mereka yang
memiliki modal atau alat produksi.

Menurut Marxisme, kelas pekerja selalu dieksploitasi oleh kelas


pemilik modal dalam sistem kapitalisme, karena kapitalis mendapatkan
keuntungan dari nilai tenaga kerja yang dihasilkan oleh pekerja. Marxisme
menyatakan bahwa hanya melalui revolusi proletariat yang diorganisir dengan
baik dan terpusat, kelas pekerja dapat merebut kekuasaan politik dan ekonomi
dari kelas pemilik modal dan menciptakan masyarakat yang adil dan merata.

Marxisme juga menekankan pentingnya peran negara dalam menjaga


kesetaraan sosial dan ekonomi, dan menyerukan penghapusan kepemilikan
pribadi atas alat produksi. Marxisme juga memandang agama sebagai alat
yang digunakan oleh kelas pemilik modal untuk menindas kelas pekerja dan
menjaga status quo sosial. Meskipun terdapat kritik terhadap Marxisme, teori
ini tetap menjadi landasan bagi gerakan sosialis dan revolusioner di seluruh
dunia. Beberapa negara seperti Uni Soviet dan Tiongkok mencoba
menerapkan Marxisme dalam praktiknya, meskipun hasilnya kontroversial
dan konteksnya berbeda-beda.

D. Zaman Ideologi

Pemikiran-pemikiran pada zaman ideologi ini muncul dan bersumber


pada abad sebelumnya dan menemukan bentuknya kembali, sehingga lahirlah
berbagai aliran filsafat, seperti neo kantianisme, neo hegelianisme, dan neo
marxisme, yang masing-masing mengkaji kembali pemikiran kant,hegel,dan

14
marx. Aliran aliran itu timbul sebagai reaksi atas positivisme yg memang menjadi
aliran filsafat paling umum sampai saat ini.

1. Neo Kantianisme adalah aliran filsafat idealisme yang muncul di Jerman pada
tahun 1860an atau abad-19. Nama aliran ini berasal dari dua kata yaitu, neo
yang berarti baru dan Kant yang berarti nama filsuf, Imanuel Kant Dari
penggabungan dua kata tersebut, Neo Kantianisme berarti kembali kepada
Kant, yaitu mengembangkan kembali unsur-unsur idealis, metafisis dan
dialektis.

2. Neo hegelianisme.Pemikiran ini berpusat kepada sejarah dan logika dan


mengutamakan realita daripada hal-hal dialektik untuk menguasai ide absolut
mengenai suatu fenomena.

3. Neo Marxisme adalah istilah diterapkan pada teori sosial atau analisis
sosiologi yang mengacu pada ide-ide Karl Marx, Friedrich Engels dan unsur-
unsur dari tradisi intelektual lain, seperti psikoanalisis (teori kritis), sosiologi
Weberian (teori Erik Olin Wright tentang kelas yang bertentangan) dan
anarkisme (filsafat hukum kritis).

Empirisme yang berjaya pada abad ke-19 ternyata juga terus


berkembang pada abad ke-20. Aliran-aliran yang berpangkal pada empirisme ini
dapat digolongkan kedalam neopositivisme. Di amerika,empirisme mengambil
bentuk yang sangat berpengaruh sampai sekarang, yakni praginatisme.

Revolusi prancis telah banyak berperan dalam mengimbas lahirnya


suatu paham baru dalam kehidupan kemasyarakatan dalam kerangka kenegaraan.
Paham itu adalah kehidupan nasionalisme, yang untuk sementara berkembang di
Eropa. Dikatakan untuk sementara, karena sampai selepas perang dunia II kita
masih belum bisa berbicara tentang nasionalisme dalam skala global.
Nasionalisme eropa itu dirintis oleh revolusi prancis dan perkembang seiring
dengan merebaknya penemuan - penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menjadi motor bagi revolusi industri. Timbulah suatu akibat yang
dialektis, dimana nasionalisme masing-masing bangsa Eropa itu kini
“dipersenjatai” dengan Teknologi.

Nasionalsme untuk sementara waktu menjadi seperti “kuda tunggang


“yang baru bagi kolonialisme, yang tambahan lagi malahan mendapat
“persenjataan baru “dalam bentuk teknologi mutakhir. Karena nasionalisime
sudah dalam dirinya menyimpan asas keunggulan alamiah yang sebenarnya

15
berbau Darwainistis (paling sedikiit dalam arti bahwa “sebagai bangsa, kita
adalah lain dari bangsa lain”), kolonialisme lalu dipacu oleh “kuda nasionalisme
“itu untuk meraih hegemoni. Lahirlah apa yang kemudian dikenal sebagai
imperialisme modern yang merupakan lagu lama imperialisime romawi yang
dinyanyikan dengan irama baru.

Ada suatu kemiripan besar antara Perang Dunia I (1914 - 1918) dan
Perang Tiga Puluh Tahun yang diutup oleh Perjanjian Westfalia (1648). Perang
Tiga Puluh Tahun pecah sebagai perang agama dan diakhiri dengan suatu
konsensus politik, maka Perang Dunia I pecah sebagai perang imperalis dan
ditutup oleh suatu babak baru yang menandai eskalasi pertentangan ideologi.
Penyebabnya adalah perang dunia I yang ujung-ujungnya bermuara dalam
kelahiran Uni Soviet. Revolusi Industri sudah lebih dulu melahirkan kekuatan
kapitalis liberal yang imperialistis, Uni Soviet ternyata juga sama
imperialistisnya. Smith dan Karl Mark boleh dipandang sebagai sama-sama
bertanggung jawab untuk lahirnya Zaman Ideologi, yaitu Zaman yang
menghasilkan dua perang dunia dan satu perang dingin.

Pangkal dari perang dunia I adalah persaingan kekuasaan terutama


diantara kekuatan-kekuatan besar eropa yang dikompori oleh perlombaan
persenjataan di antara inggris, jerman, dan prancis yang memang dimungkinkan
oleh perkembangan teknologi. Menjelang pecahnya perang dunia I, para pihak
yang bertikai sudah mengkristalisasikan diri ke dalam dua front besar. Pertama
adalah negara-negara yang tergabung dalam Entente; imggris, prancis,
kekaisaran rusia, dan sekutu lainnya. Dengan efek kartu domino, pemakluman
perang lainnya susul-menyusul. Amerika serikat melibatkan diri dan memihak
kepada Entente setahun sebelum berakhirnya perang yang secara efektif ditandai
oleh gencatan senjata (30 oktober 1918) dan dikukuhkan oleh perjanjian
Versailes yang memuat 440 pasal (28 juni 1919). menjelang kekalahannya,
dalam tahun 1916 jerman mulai mendukung kelompok revolusioner di rusia
dengan harapan bahwa kekuatan itu dapat membangun suatu sekat (E: buffer)
mulai dari pegunungan kaukasus hingga fnlandia. Kekaisaran rusia yang
berpihak kepada Entente menjelang pecahnya perang sudah dilanda oleh
pergolakan di dalam negri yang dipimpn oleh Lenin untuk menantang dan
menggulingkan kekuasaan Tsar.

Dalam Kongres II partai buruh sosial demokrat pada tahun 1903 di


london, Lenin memimpin kaum Bolsheviki (R: mayoritas) yang mengalahkan

16
kaum Mensheviki (R: minoritas) yang dipimpin oleh Leom Bronstein. Pada
tahun 1905 Rusia mengalami kekalahan dalam perang melawan jepang, setelah
armadanya dihancurkan di selat Tsushima. Revolusi rusia III dan terakhir percah
di Petrograd pada tanggal 6 november 1917. Momen tersebut masuk ke dalam
abad sejarah dunia sebagai “Revolusi Oktober”.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Sejarah perkembangan filsafat hukum pada zaman pertengahan, zaman


renaisans, zaman modern, dan zaman idologi merupakan suatu perkembangan
sejarah yang memunculkan berbagai pandangan yang membekas dalam nurani
manusia. Akibatnya, pandangan-pandangan ini tidak dapat dilupakan bahkan dalam
sejarah umat manusia. Pada zaman pertengahan misalnya, telah tercipta wahyu
Tuhan yang merupakan hukum abadi (lex aeterna), Magna Charta yang merupakan
sumber dari Hak Asasi Manusia, adapun pandangan Skolastik dimana hukum alam
dicampurkan dengan ajaran Aristoteles, dan Synderesis yang merupakan lex
humana dalam kehidupan konkrit manusia.

Selanjutnya pada zaman renaisans yaitu suatu zaman yang memiliki


pandangan yang berorientasi pada Humanisme yang menghendaki ukuran haruslah
manusia. Ada pun pemikir yang mencoba untuk mengembalikan martabat manusia
sebagai makhluk paling sempurna; Niccolo Machiavelli, Desiderius Erasmus,
Martin Luther dan Johann Calvin, Jean Bodin, dan Thomas Hobbes.

Sejarah perkembangan filsafat hukum yang selanjutnya terjadi pada Zaman


Modern dimulai yang pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Zaman ini ditandai oleh
kemajuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial, serta perubahan dalam
struktur kekuasaan politik dan hukum di Eropa. Pada zaman ini muncul berbagai
pandangan seperti Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis, Idealisme Hegel,
Revolusi Industri, dan pandangan Marxisme. Beberapa tokoh penting dalam
perkembangan filsafat hukum pada Zaman Modern antara lain Hugo Grotius, John
Locke, Immanuel Kant, Jeremy Bentham, dan Karl Marx.

Berikutnya adalah zaman ideologi, pandangan pada zaman ini bersumber


dari abad-abad sebelumnya yang kemudian muncul dan menemukan bentuknya
kembali. Sehingga, lahirlah berbagai aliran filsafat, seperti neo-kantianisme, neo-
hegelianisme, dan neo-marxisme, yang masing masing mengkaji kembali pemikiran
kant, hegel, dan marx. Aliran aliran itu timbul sebagai reaksi atas positivisme yg
memang menjadi aliran filsafat paling umum sampai saat ini.

18
B. Saran

Bagi penulis lain akan menarik apabila membahas mengenai bagaimana


pandangan yang tepat dan sesuai pada abad reformasi dunia saaat ini dengan metode
wawancara kepada narasumber yang terkait. Hendaknya dengan adanya
permasalahan dan pembahasan di atas, memiliki harapan agar menemukan
pandangan yang paling tepat untuk dilaksanakan pada abad ini, sehingga keadilan
dan kedamaian umat manusia dapat terwujud serta kebahagiaan umat manusia yang
hakiki dapat tercipta.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anshori, A.G. (2018) Filsafat Hukum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

DR. Marjan Miharja, S.M. (2021) Filsafat Hukum. Bandung: CV Cendikia Press.

Kusumohamidjojo, B. (2011) Filsafat Hukum Problematik Ketertiban yang Adil. 1st


edn. Edited by mandar Maju. Bandung: CV. Mandar Maju.

Prof. DR. H. Zainuddin Ali, M.A. (2006) Filsafat Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

S.H., P. D., S.H., P. D., & Makun S.H., L.M. (2017) No Title. Jakarta: Kencana.

20

Anda mungkin juga menyukai