OLEH : NAMA : Yndra Zerisky NIM : C1E121152 KELAS : B
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2021 BAB I PENDIDIKAN, LATAR BELAKANG DAN MAKNA LAMBANG BURUNG GARUDA 1. Pendidikan Pancasila Pendidikan pancasila merupakan sekumpulan materi didikan dan pengenalan akan pancasila sebagai dasar negara dan untuk menanamkan ideologi pancasila itu sendiri kepada anak didik. 2. Latar belakang pendidikan Pancasila a. Latar belakang historis Setiap bidang kegiatan yang dikejar oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan Bagaimana keadaan bidang itu pada masa lampau. b. Latar belakang cultural Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik ke sebab kebudayaan dapat disertai atau dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan baik secara formal maupun nonformal. c. Latar belakang yuridis Landasan yuridis adalah landasan yang berdasarkan atas aturan yang dibuat setelah melalui perundingan, permusyawarahan. d. Latar belakang filosofis Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atas filsafat atau pandangan hidup titik Pancasila merupakan dasar filsafat negara titik dalam aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem perundang-undangan. e. Makna lambang burung Garuda Pancasila a. Perisai Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia, gambar perisai tersebut dibagi menjadi 5 bagian bagian latar belakang dibagi menjadi 4 dengan warna merah putih yang melambangkan warna bendera Nasional Indonesia ( merah berarti berani dan putih berarti suci), dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada tepat di tengah- tengah. b. Bintang lima (sila ke-1) Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima menggambarkan lima agama di Indonesia yakni Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu dan Budha. c. Rantai emas (sila ke-2) Rantai yang tersusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia antara satu dengan yang lain yang saling berhubungan. d. Pohon beringin (sila ke-3) Pohon beringin adalah sebuah pohon yang memiliki banyak akar yang menggelantung di ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan manusia sebagai negara kesatuan yang memiliki berbagai budaya yang berbeda-beda. e. Kepala banteng (sila ke-4) Banteng adalah binatang sosial, Sama halnya dengan manusia titik cetusan Presiden Soekarno di mana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama ( musyawarah ), gotong-royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia. f. Padi dan kapas Padi dan kapas yang menggambarkan sandang dan pangan merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. g. Pita Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu“Bhineka tunggal ika”yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku budaya adat istiadat dan kepercayaan namun tetap satu bangsa bahasa dan tanah air. BAB II ASAL MULA PANCASILA DAN PENGETAHUAN ILMIAH 1. Teori asal mula Pancasila Asal mula Pancasila dasar filsafat negara dibedakan: Kausa materialis ( asal mula bahan ) Iyalah berasal dari bahasa Indonesia sendiri terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya. Causa efisien (asal mula karya) Iyalah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula Karya Dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat negara setelah melalui pembahasan dalam sidang sidangnya. 2. Asal mula Pancasila secara formal BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945. Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh gunseikan( kepala pemerintahan Bala tentara Jepang di jawa). 3. Landasan perwakilan dan pengertian Pancasila Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai Pancasila yang dapat dihubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah titik tingkat pengetahuan ilmiah yakni pengetahuan deskriptif pengetahuan kausal, pengetahuan normatif, dan pengetahuan esensial. Pengetahuan deskriptif menjawab pertanyaan Bagaimana sehingga bersifat mendeskripsikan, Adapun pengetahuan kausal memberikan jawaban terhadap pertanyaan ilmiah. 4. Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat-syarat ilmiah yakni berobjek bermetode bersistem, dan bersifat universal. Berobjek terbagi dua yakni objek material dan objek formal. Objek material berarti memiliki sasaran yang dikaji, disebut juga pokok soal (subject matter) merupakan sesuatu yang dituju atau dijadikan bahan untuk diselidiki. Sedangkan objek formal adalah titik perhatian tertentu (focus of interest,point of view) merupakan titik pusat perhatian pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan. Bermetode atau mempunyai metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai dengan aturan-aturan yang logis. BAB III DASAR-DASAR PENDIDIKAN PANCASILA 1. Dasar filosofis Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pasca perang dunia ke-2 dunia dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme. Kapitalisme berakar pada paham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu; berakar pada paham sosialisme atau yang lebih mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan individual titik kedua aliran ideologi ini melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda titik paham individualisme melahirkan Negara kapitalis yang mendewakan kebebasan atau liberalisme Setiap warga sehingga menimbulkan perilaku yang superioritas individu, kebebasan dan memproduksi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sementara faham kolektivisme melahirkan negara-negara komunis yang otoriter dengan tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak dari eksploitasi segelintir warga pemilik kapital. 2. Dasar sosiologis Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang terbesar di lebih dari 17000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan kenyataan ( materi rokok mah formal dan fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia titip kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat Setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis ( peraturan perundang-undangan, Yuris prudensi, dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi. 3. Dasar yuridis Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam pembukaan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945( pembukaan UUD NRI tahun 1945) junctis Keputusan Presiden RI Nomor 150 tahun 1959 mengenai Dekrit Presiden ri/panglima tertinggi Angkatan Perang tentang kembali kepada undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 berlaku adalah pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang disahkan/ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila pancasila yang dituangkan dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara filosofis sosiologis berkedudukan sebagai norma dasar Indonesia dan dalam konteks politik yuridis sebagai dasar negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945 secara yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat. Peraturan perundang-undangan ke tingkat yang lebih rendah pada esensinya adalah merupakan pelaksanaan dari nilai dasar Pancasila yang terdapat pada pembukaan dan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sehingga perangkat peraturan perundang-undangan tersebut dikenal sebagai nilai instrumental pancasila. Nilai instrumental harus merupakan penjelasan dari nilai dasar dengan kata lain, semua perangkat perundang-undangan haruslah merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila yang terdapat pada pembukaan dan batang tubuh UUD NRI tahun 1945. BAB IV PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA 1. Pancasila Pra kemerdekaan Ketika Dr.Radjiman Wediodiningrat,selaku ketua Badan dan penyelidikan usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada siding untuk mengemukakan Dasar Negara Indonesia merdeka permintaan itu menimbulkan rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang; hal ini mendorong mereka untuk mengambil kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah. Begitu lamanya penjajahan di Bumi Pertiwi ini merupakan bangsa Indonesia hilang arah menentukan dasar negaranya. Dengan demikianDr.Radjiman inilah, figur- figur negarawan bangsa Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsa nya. 2. Pancasila era kemerdekaan Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di Kota Hiroshima oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang titik sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia titik bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. 3. Pancasila era orde lama Terdapat dua pandangan besar terhadap dasar negara yang berpengaruh terhadap munculnya Dekrit Presiden titik pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran” presiden/pemerintah untuk “kembali ke undang-undang Dasar 1945”dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam piagam Jakarta sebagai dasar negara titik sedangkan pihak lainnya menyetujui “kembali ke undang-undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam pembukaan undang-undang dasar yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar negara Namun kedua usulan tersebut tidak mencapai kau kourum keputusan sidang konstituante. 4. Pancasila era Orde Baru Setelah lengsernya Ir Soekarno sebagai presiden, selanjutnya Jenderal Soeharto yang memegang kendali terhadap negeri ini titik dengan berpindahnya kursi kepresidenan tersebut, arah pemahaman terhadap Pancasila pun mulai diperbaiki. 5. Pancasila era reformasi Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etika bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi di segala bidang politik ekonomi dan hukum. BAB V PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya merupakan hasil perkumpulan pemikiran para pendiri negara (The Founding Fathers) Anton menemukan Landasan atau pijakan yang kokoh untuk diatasnya didirikan Negara Indonesia merdeka. 1. Hubungan Pancasila dengan pembukaan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia(UUD NRI) Tahun 1945 Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia dengan kata lain, gambar piramida tersebut mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia. Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada pembukaan UUD NRI tahun 1945 maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakekatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh kaelan, menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial ekonomi, politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas asas kultural religius dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila. 2. Penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD NRI tahun 1945 Berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945. a. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara terdapat pada pasal 1 ayat 3 dan pasal 3 ayat 1. b. Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara agama, pertahanan, pendidikan, dan Kesejahteraan Sosial titik terdapat pada pasal 26 ayat 2 pasal 27 ayat 3, pasal 29 ayat 2 Copa pasal 31 ayat 2, pasal 33 ayat 1 dan pasal 24 ayat 2. c. Materi lain berupa aturan bendera negara bahasa negara Lambang negara dan lagu kebangsaan Titik terdapat pada pasal 35, 36,36A,dan 36 B. 3. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik ekonomi dan sosial budaya. Penjabaran keempat pokok pikiran pembukaan kedalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup 4 aspek kehidupan bernegara yaitu: politik ekonomi sosial budaya dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM. Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat 1 dan pasal 28 titik aspek ekonomi dituangkan dalam pasal 27 ayat 2, pasal 33 dan pasal 34 titik aspek sosial budaya dituangkan dalam pasal 29 pasal 31, dan pasal 32 titik aspek pertahanan keamanan dituangkan dalam pasal 27 ayat 3 dan pasal 30. BAB VI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Ideologi ialah alat untuk mendefinisikan aktivitas politik yang berkuasa, atau untuk menjalankan suatu politik“cultural management”,suatu muslihat manajemen budaya. Oleh sebab itu, kita akan menemukan beberapa penyimpangan para pelaksana ideologi di dalam kehidupan di tiap negara titik implikasinya ideologi memiliki fungsi penting untuk penegasan identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. Namun disisi lain, ideologi disalahgunakan oleh elit penguasa untuk menyelenggarakan kekuasaannya. Indonesia pun pernah merasakan berkembangnya nilai-nilai ideologi ideologi besar dunia berkembang dalam gerak tubuh pemerintahannya. 1. Pancasila dan liberalisme Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan demokrasi liberal. Sistem parlementer dengan banyak partai politik memberi nuansa baru sebagaimana terjadi di dunia barat titik ketidakpuasaan dan gerakan kedaerahan cukup kuat pada periode ini seperti PRRI dan dan Permesta Pada tahun 1957. Keadaan tersebut mengakibatkan perubahan yang begitu signifikan dalam kehidupan bernegara. 2. Pancasila dan komunisme Dalam periode 1945-1950 kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sudah kuat titik namun, ada berbagai faktor internal dan eksternal yang memberi nuansa tersendiri terhadap kedudukan Pancasila. Faktor eksternal mendorong bangsa Indonesia untuk memfokuskan diri terhadap agresi asing Apakah pihak Sekutu atau NICA yang berasa masih memiliki Indonesia sebagai jajahannya. Di pihak lain, terjadi pergumulan yang secara internal sudah merongrong Pancasila sebagai dasar negara untuk diarahkan ke ideologi tertentu yaitu gerakan DI/TII yang akan mengubah. 3. Pancasila dan agama Pancasila yang didalamnya terkandung dasar filsafat berhubungan negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui the founding fathers Negara Republik Indonesia titik konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia titik Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tak berbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam Kristen Budha Hindu dan bahkan juga animisme. Menurut Netonegoro,asal mula Pancasila secara langsung salah satunya asal mula bahan materialis yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia ialah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. BAB VII PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1. Pengertian Filsafat Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,(philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sop khas yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, praktis, integrasi titik Dengan demikian Hello Sofia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. 2. Filsafat Pancasila Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi praktis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan pernyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya, yang mendasar dan menyeluruh titik Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan olehthe founding fathersindonesia,yang dituangkan dalam suatu sistem. Sebagai Filsafat, Pancasila memiliki dasar ontologis epistemologis dan aksiologis, seperti diuraikan di bawah ini: 1. Dasar ontologis Pancasila Ontologis menurut UNESCO merupakan teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu yang disamakan artinya dengan metafisika titik kesimpulannya Ideologi merupakan bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada, sumber yang ada, jenis ada, dan hakikat ada, termaksud ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan dan kosmologi. 2. Dasar epistemologi Pancasila Epistemologi merupakan bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan titik pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran berbentuk budaya, sebagaimana manusia mempengaruhi bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi bidikan epistemologi. 3. Dasar aksiologis Pancasila Aksiologis mempunyai arti nilai, manfaat pemikiran dan ilmu/teori.menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki: a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika. b. Ekspresi etika yang berwujud estetika atau seni dan keindahan. c. Sosio politik yang berwujud ideologi. 3. Hakikat sila-sila Pancasila Kata hakikat dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari suatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain yang bersifat mutlak tipe 4. Pengetahuan sistem filsafat Pancasila dan perbandingan dengan filsafat lainnya Filsafat Pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan bahwa budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. BAB VIII PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA 1. Apa itu etika? Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos,yang artinya watak kesusilaan atau ada titik istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa latin, Mouse yang jamaknya moresco ma yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti dalam pemakaian sehari-hari 2 kata ini digunakan secara berbeda titik moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada. 2. Aliran-aliran besar etika a. Etika deontologi Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan Apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. b. Etika teleologi Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu Bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. c. Etika keutamaan Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal tetapi pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. d. Etika Pancasila Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan karakter moral namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. 3. Pancasila sebagai dasar nilai dalam strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia maka perlu mempertimbangkan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat baik dan benar agar pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat sejahterakan dan martabat manusia. 4. Pancasila sebagai solusi persoalan bangsa dan negara (studi kasus korupsi) Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi politik budaya sosial ekonomi Hankam, pendidikan dan lain-lain. Yang sebenarnya terdahulu pada krisis moral. Tragisnya, sumber krisis justru berasal dari badan-badan yang ada di negeri ini, Baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang harusnya mengemban amanat rakyat itik setiap hari kita disuguhi berita-berita Mal amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan misi pembangunan ini. BAB IX PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL 1. Pancasila dan permasalahan Sara Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horizontal. Konflik vertikal misalnya antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara mayoritas dan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu konflik horizontal ditunjukkan misalnya konflik antar umat beragama, antarsuku, antar ras antar golongan dan sebagainya. Jurang pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik. Data data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras, dan golongan. Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan bangsa namun di lain pihak juga merupakan sumber potensi bagi munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa. 2. Pancasila dan permasalahan HAM Hak asasi manusia menurut perserikatan bangsa-bangsa adalah hak yang melekat pada kemanusiaan yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya manusia titik Dengan demikian eksistensi hak asasi manusia dipandang sebagai aksioma yang bersifat given, dalam arti kebenarannya seyogianya dapat dirasakan secara langsung dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks setidak-tidaknya ada tiga masalah utama yang harus dicermati dalam membahas masalah HAM antara lain: a. HAM merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan b. HAM syarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan partikularisme. c. Ada tiga tataran diskusi tentang HAM, antara lain: tataran filosofis, tataran ideologis, dan tataran kebijakan praktis sifatnya sangat praktik ular karena memperhatikan situasi dan kondisi yang sifatnya insidental. Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia, terdiri dari perpaduan landasan, sejarah, pendekatan dan substansi serta pemahaman hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia, pada bagian piagam hak asasi manusia terdiri dari pembukaan dan batang tubuh yang terdiri dari 10 bab 44 pasal pada pasal- pasal piagam HAM ini diatur secara eksplisit. 3. Pancasila dan krisis ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa orba ternyata tidak berkelanjutan karena terjadinya berbagai ketimpangan ekonomi yang besar baik antar golongan, antar daerah, dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini semula berawal dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian menjalar ke krisis ekonomi dan akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi. Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak diterapkannya prinsip prinsip ekonomi dalam kelembagaan, ketidakmerataan ekonomi, dan lain-lain. Ia juga dipicu dengan maraknya praktek monopoli, kolusi, korupsi kemah dan nepotisme oleh para penyelenggara negara.