Anda di halaman 1dari 24

Tugas Individu

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

DISUSUN

OLEH

Laode muhamad dani

C1E121010

Kelas: B

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila
sebagai ideologi di Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh bapak dosen BILLU, S.Pd., M.Si dengan mata kuliah Pancasila
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ideologi
di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak BILLU, S.Pd., M.Pd selaku dosen
mata kuliah pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

[Kendari, 27 september 2021]


DAFTAR ISI

KOVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep-Konsep Dan Sejarah Perkembangan HAM
2. Instrument HAM Dan Lembaga Lembaga HAM Nasional Dan
Internasional
3. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM
4. Tanggung Jawab Pemerintah Untuk Melindungi HAM
5. Upaya Pemajuan Dan Perlindungan HAM
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. 1 Indonesia sebagai anggota dari
Perserikatan Bangsa Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk
menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Manusia yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya
mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima oleh negara Republik
Indonesia.2 Terlepas dari konsep HAM yang bersifat universal, namun pada
penerapannya harus memperhitungkan budaya dan tradisi negara setempat, faktor
ekonomi atau tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diangkat sebagai pemegang
peran penting yang pada akhirnya ikut menentukan kualitas penegakkan HAM di
suatu negara. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin bagus kualitas
kesejahteraan di suatu negara, maka semakin tinggi kemampuannya untuk
memajukan perlindungan terhadap HAM.
Dalam perkembangannya, hak asasi manusia terbagi menjadi tiga generasi
hak asasi manusia yaitu generasi pertama hak sipil dan politik, generasi kedua
mencakup hak ekonomi, sosial dan budaya, dan generasi ketiga mencakup hak
dalam pembangunan.3 Diantara ketiga generasi tersebut tidak dapat saling
dipisahkan, walaupun ketiga generasi tersebut mencakup hak yang berbeda tetapi
tetap dalam kesatuan hak asasi manusia yang tidak dapat dipisahkan dan
mempunyai keterkaitan antar generasi tersebut. Ada pandangan bahwa dalam
pemenuhan hak sipil dan politik tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
terpenuhinya hak ekonomi, sosial dan budaya, begitu pula dengan hak atas
pembangunan.
Undang Undang Dasar 1945 menjelaskan secara tegas bahwa Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan
belaka (machtstaat). Hal itu berarti bahwa Republik Indonesia ialah negara hukum
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.7 Bab XA, dalam pasal 28 sampai dengan 28 J UUD 1945
mengatur mengenai Hak Asasi Manusia. Namun kaitannya dengan hak-hak di
bidang ekonomi, sosial dan budaya identifikasinya belum rinci dan jelas. Oleh
karena hak-hak yang berkaitan dengan hak dibidang ekonomi, sosial dan budaya
masih tersebar dalam pasal-pasal yang ada. Dengan penelusuran melalui
pendekatan sejarah, maka ditemukan perkembangan dari hak-hak dibidang
ekosob. Hakhak ekosob lazimnya dikategorikan sebagai hak-hak positif (positive
rights) yang dirumuskan dalam bahasa “rights to” (hak atas), sedangkan hak-hak
sipil dan politik dikategorikan sebagai hak-hak negative (negative rights) yang
dirumuskan dalam bahasa “freedom from” (kebebasan dari). Sebagai hak-hak
positif, hak-hak ekosob dipahami sebagai hak- hak yang tidak dapat dituntut di
muka pengadilan (non-justicible), sebaliknya dengan hak-hak sipil dan politik,
sebagai hak-hak negatif, dapat dituntut di muka pengadilan. Tanggung jawab
negara ( state obligation ) dalam memajukan hak- hak ekonomi , sosial dan
budaya tidak hanya dalam bentuk obligation of result ,tetapi sekaligus dalam
bentuk obligation of conduct. Dalam konsep tanggung jawab ini, kebijakan
negara dalam memajukan hak-hak ekosob harus dapat menunjukkan terpenuhinya
kedua bentuk kewajiban itu. Artinya ketika negara merancang kebijakan
kesehatan, ia harus sudah menimbang hasilnya dapat menjamin terpenuhinya hak
atas kesehatan tersebut. Begitu pula negara harus menyediakan sarana yang
memberi akses kepada rakyat apabila hak tersebut tidak terpenuhi. Seperti yang
tampak diterapkan oleh pemerintahan saat ini, negara tetap memikul kewajiban
untuk merealisasikan hak-hak ekosob warga negaranya dalam kerangka sistem
ekonomi. Akan tetapi, apabila kebijakan ekonomi negara tersebut gagal dalam
memberi jaminan terhadap pemenuhan hak-hak ekosob warga negaranya, maka
negara tersebut dapat dikatakan melanggar hak-hak yang terdapat dalam Kovenan
Internasional hak ekonomi, sosial dan budaya ( International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights).
Peran Pemerintah sebagai pihak yang terkait dengan jaminan perlindungan
HAM sangatlah penting. Pemerintah dalam kewenangannya telah mengusahakan
untuk melaksanakan program perlindungan, penegakan serta pemajuan HAM.
Diantaranya adalah membangun suatu Lembaga Nasional Komnas HAM pada
Tahun 1993, membentuk dan menyempurnakan produk hukum yaitu Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan membentuk
peradilan HAM.11 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang ( selanjutnya
disebut Komnas HAM ) adalah lembaga mandiri yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia,
termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya manusia.
B. Rumusan masalah
1) Jelaskan konsep konsep dan sejarah perkembangan HAM ?
2) Jelaskan instrument HAM dan lembaga-lembaga HAM Nasional dan
Internasional ?
3) Jelaskan bentuk-bentuk pelanggaran HAM ?
4) Jelaskan tanggung jawab pemerintah untuk melindungi HAM ?
5) Jelaskan upaya pemajuan dan perlindungan HAM ?
C. Tujuan
1) Mengetahui konsep-konsep dan sejarah perkembangan HAM
2) Mengetahui instrument HAM dan lembaga-lembaga HAM Nasional
dan Internasional
3) Mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran HAM
4) Mengetahui tanggung jawab pemerintah untuk melindungi HAM
5) Mengetahui upaya pemajuan dan perlindungan HAM

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep HAM dan sejarah perkembangan HAM
Konsep HAM menurut konsep 1 hak-hak juridis, seperti tidak disiksa dan
ditahan, hak akan persamaan didepan hokum (equalitiy before the law), hak akan
peradilan yang jujur (fair rial), praduga tak salah dan sebagainnya. Konsep ham
menurut generasi 11 merupakan perluasaan secara generasi 1 sehinggga konsep
ham mencakup jaga bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Konsep ham
menurut generasi 111 merupakan ramuan dari hak hokum, sosial ekonomi, politik,
dan budaya sehingga disebut sebagai hak akan pembangunaan. Konsep ham ini
sebagai totalitas yang tidak boleh dipisahkan. Konsep ham dalam prespektif
pendekataan stuktural dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang kemudian
menimbulkan masalah-masalah pelanggaran ham seperti berkembangnnya system
sosial yang memihak ke atas dan meralatkan mereka dibawah, pola hubungan
yang menekan dan lain-lain.
Sejarah perkembangan HAM Sejarah Hak Asasi Manusia dimulai dari
gagasan hak asasi manusia. Gagasan hak asasi manusia muncul sebagai reaksi atas
kesewenang-wenangan penguasa yang memerintah secara otoriter. Munculnya
penguasa yang otoriter mendorong orang yang tertekan hak asasinya untuk
berjuang menyatakan keberadaannya sebagai makhluk bermartabat.
HAM di Indonesia
HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya
bahwa HAM adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat banyak sekali
peristiwaperistiwa atau kasus-kasus dilakukan pemerintah yang sangat melanggar
HAM, beberapa contoh peristiwa atau kejadian dari pelanggaran HAM yang
dilakukan yaitu pada tahun 1965 dimana penculikan dan pembunuhan terhadap
tujuh jendral Angkatan Darat dan penangkapan, penahanan dan pembantaian
komunis Indonesia. Kembali ke maslah HAM di Indonesia, mengapa pelanggaran
HAM di Indonesia masih saja terjadi dari tahun ke tahun dan juga sampai saat ini
masih sering terjadi pelanggaran HAM itu, apakah pemerintah terlalu tegas
menindak oknum atau institusi yang menentang kekuasaannya ataukah memang
masyarakat kita yang terlalu anarkis sehingga pemerintah terpaksa melakukan
tindakan atau kebijaka-kebijakan dari pemerintah yang memberatkan rakyat,
karena biasanya rakyat bertindak dikarenakan hal tersebut. Tidak akan ada suatu
masyarakat menyerang atau menuntut ke pemerintahannya jika tidak ada hal dasar
yang melatarbelakanginya.
B. Instrument HAM Dan Lembaga-Lembaga HAM Nasional Dan
Internasional
Instrumen HAM adalah alat yang digunakan untuk melindungi dan
menegakan HAM.
Instrumen Nasional:
UUD 1945 beserta amandemenya;

1. Tap MPR No. XVII/MPR/1998


2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
4. UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
5. UU No. 7 Tahun 2012tentang Penanganan Konflik Sosial
6. Peraturan perundang undangan nasional lainnya yang terkait.
Instrumen Internasional:
1. Piagam PBB 1945
2. Deklarasi Universal HAM 1948
3. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
4. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
5. Instrumen Ham internasional lainnya
Lembaga- Lembaga Ham Nasional Dan Internasional
1. Lembaga nasional sebagai berikut:
a) POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Dasar hukum dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)


menjadi salah satu lembaga perlindungan HAM yaitu Undang-Undang No. 2
Tahun 2002.Pasal tersebut menjelaskan mengenai tugas pokok dan fungsi dari
lembaga tersebut yang salah satunya yaitu untuk menjunjung tinggi hak asasi
manusia.Hal itu menjadi dasar bahwa lembaga ini berperan dalam melindungi
HAM.
Bunyi lengkap dari pasar tersebut yaitu:
Kepolisian Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
b) Komnas (Komisi Nasional) HAM
Salah satu lembaga perlindungan HAM yang dibuat oleh pemerintah yaitu
Komnas (Komisi Nasional) HAM.Lembaga ini dibentuk dengan dasar hukum
berupa Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993.Tujuan pembentukan lembaga ini
yaitu untuk meningkatkan serta menjaga terpeliharamya pelaksanaan hak asasi
manusia di Indonesia. Lembaga ini bersifat independent dengan berlandaskan
hukum perundang undangan serta nilai Pancasila.
Dalam melaksanakan tujuanya lembaga ini harus menjalankan fungsi
penelitian, pengkajian, pemantauan, penyuluhan, dan mediasi terkait dengan
persoalan hak asasi manusia.Lembaga ini bisa dibilang salah satu garda terdepan
dalam penerapan HAM di Indonesia.
Tujuan lembaga ini tertuang di dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999.
Dasar hukum ini merupakan hasil revisi terhadap Keppres sebelumnya.
Dalam UU tersebut terdapat dua tujuan utama yaitu :
● Pertama yatu untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam penerapan
HAM sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, dan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
● Kedua yaitu untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak asasi manusia
untuk mendukung terciptanya tujuan dari pembangunan nasional yaitu
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya.
c) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Salah satu objek kekerasan yang paling sering terjadi yaitu perempuan.
Perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah dan mudah untuk dijadikan suatu
objek kekerasan.
Oleh sebab itu maka pemerintah akhirnya membuat suatu lembaga yang berguna
untuk mencegah hal tersebut.
Lembaga tersebut yaitu Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan.Dasar hukum dalam pembuatan lembaga ini yaitu Keputusan Presiden
No. 181 Tahun 1998 dan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.
Lembaga ini berdiri pada tanggal 9 Oktober 1998. Pembentukan lembaga
ini membuat para wanita di Indonesia memiliki wadah agar tidak perlu khawatir
akan mendapatkan tindakan kekerasan.
Tujuan dari lembaga ini dijelaskan lebih lajut ada Keputusan Presiden No.
181 Tahun 1988 yang tertuang pada Pasal 4.
Terdapat 3 fungsi dari lembaga ini yaitu:
● Melakukan distribusi pemahaman terhadap jenis kekerasan yang terjadi
pada perempuan Indonesia.
● Menciptakan kondisi yang idea untuk menghapus kekerasan terhadap
perempuan.
● Mencegah serta menanggulangi segala bentuk tindakan kekerasan terhadap
perempuan serta melindungi hak asasi seluruh perempuan di Indonesia. 
d) KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia)
Dasar hukum pembentukan KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia)
yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Anak juga
merupakan salah satu korban yang cukup potensial dalam tindakan kekerasan.
Mengingat hal tersebut maka pemerintah menganggap perlu dibuat lembaga
khusus yang menangani hal tersebut.
Beberapa hak yang harus dilindungi oleh KPAI yaitu:
● Hak agama
● Hak kesehatan
● Hak pendidikan
● Hak sosial
● Hak perlindungan khusus.
Semua itu tertuang dalam Pasal 42 hinnga Pasal 71 UU No. 23 Tahun
2002. Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang serta bebas dari
berbagai jenis tindak kekerasan.
e) Pengadilan HAM
Seperti yang kamu ketahui pengadilan berfungsi dalam mengadili suatu perkara
hukum. Setiap orang yang melanggar peraturan perundang-undagan akan di adili
apakah terbukti bersalah atau tidak.
Sama dengan fungsi tersebut, pengadilan HAM juga demikian namun
yang membedakan yaitu khusus menangani kasus tindak pindana pelanggaran
HAM saja.
Lembaga ini dibentuk dengan dasar Undang-Undang No. 26 Tahun 2000.
Pengadilan ini berdiri di berbagai kota maupun kabupaten di setiap Provinsi
Indonesia.
Namun untuk pelanggaran HAM berat seperti kejahatan genosida,
kejahatan terhadap kemanusian, dan lainnya tidak dapat diselesaikan di dalam
lembaga ini.
f) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Seperti namanya lembaga ini berfungsi untuk menyelesaikan berbagai
kasus pelanggaran HAM berat dengan cara rekonsiliasi. Dasar hukum dalam
pembentukan dari lembaga ini yaitu Undang-Undang No. 27 Tahun 2004.

Atas dasar tersebut komisi ini berhak untuk menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan pembentuknya
tertuang pada Pasal 3.
Tujuan dari lembaga ini yaitu:

● Melakukan penyelesaikan terhadap segala pelanggaran HAM yang berat


yang dilakukan pada masa lalu di luar pengadilan. Hal itu dilakukan untuk
menciptakan perdamaian dan persatuan bangsa.
● Kedua yaitu menyelesaikan kasus dengan cara rekosiliasi serta persatuan
nasional dalam jiwa yang saling mengerti satu sama lainnya.

g) YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)


Lembaga non pemerintah yang termasuk sebagai lembaga perlindungan
HAM di Indonesia yaitu YLBHI. Lembaga ini didirikan oleh Dr. Adnan Buyung
Nasution pada tanggal 26 Oktober 1970.
Bentuk dari YLBHI yaitu lembaga swadaya masyarakat. Lembaga ini juga
mendapatkan dukungan dari Bapak Guberner DKI pada saat itu yakni Bapak Ali
Sadikin.
Fungsi pokok YLBHI yaitu untuk memberikan bantuan hukum kepada siapa saja
yang membutuhkan, khususnya bagi warga yang tidak mampu.
HAM merupakan hak dasar dalam kehidupan sehingga tidak membedakan
si kaya dan si miskin. Itulah dasar dari berdirinya LSM YLBHI tersebut. Lembaga
ini juga berperan untuk mendukung fungsi dari LBH yang menjamur di DKI
Jakarta saat itu.
h) LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Swasta
Lembaga nonpemerintah lainnya yang berperan dalam perlindungan HAM
yaitu LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Swasta. Lembaga ini sangat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat untuk memperjuangkan hak asasinya.
Hal itu karena sifat dari lembaga ini yaitu non profit sehingga kamu dapat
mendapatkan layanan yang cuma-Cuma alias gratis.
Tujuan dari lembaga ini yang utama yaitu:
● Memberikan advice dan pendampingan kepada warga tidak mampu
● Memberikan nasihat hukum kepada masyarakat di luas pengadilan agar
tidak terjerat hukum
● Memberikan pengetahuan mengenai hak yang harus diperoleh
Dengan adanya lembaga ini akan membuat penerapan HAM di Indonesia
dapat dilakukan di semua golongan.

i) BKBH (Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum) Perguruan Tinggi


Tujuan dan latar belakang berdirinya lembaga ini sebetulnya hampir sama
dengan LBH swasta namun yang membedakan yaitu lembaga ini dibawah
naungan dari pihak perguruan tinggi. Sifat layanan yang diberikan BKBH ini
gratis dan akan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan
khususnya masyarakat tidak mampu.
Layanan BKBH ini terdiri dari beberapa bidang yaitu:
● Bidang konsultasi hukum
● Bidang layanan hukum
● Bidang kajian dan penelitian
● Bidang advokasi.
BKBH ini sangat berguna untuk membuat HAM tidak hanya dapat
dinikmati oleh golongan atas saja.

j) KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan


KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)
merupakan salah satu lembaga yang fokus untuk menangani HAM di
Indonesia.Lembaga ini fokus dalam menangani orang yang hilang dan korban dari
kekerasan.
Lembaga ini vokal dalam memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
HAM dan beberapa tindakan yang dapat melanggar HAM tersebut.
Visi dari lembaga ini menggambarkan bahwa rakyat haruslah terbebas dari
segala jenis intimidasi, kekerasan, penindasan, ketakutan dari segala jenis
pelanggaran hak asasi atas dasar apapun termasuk gender.
Lembaga ini turut serta menjamin terpeliharanya penerapan hak asasi
manusia di seluruh Negara Indonesia.
Lembaga perlindungan HAM di Indonesia berkolaborasi dalam
menciptakan iklim yang kondusif dalam penerapan HAM yang merata di seluruh
Indonesia. HAM merupakan hak dasar bagi setiap warga negara tanpa
memandang gender, ras, suku, agama, dan tingkat ekonomi.

2. Lembaga perlindungan HAM Internasional


Lembaga perlindungan HAM ini berasal atau dibentuk oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau PBB diantaranya Majelis Umum PBB (United Nations
General Assembly), Dewan Ekonomi dan Sosial ( Economic and Social
Council/ECOSOC ), Dewan Hak Asasi Manusia (United Nations Human Rights
Council), Sub Komisi Pengenalan dan Perlindungan HAM (Sub-Commission on
Promotion dan Protection of Human Rigths), Komisi Hak-Hak Asasi Manusia
(Commission on Human Right), Komisi Penghapusan Diskriminasi terhadap
Perempuan, Komisi Diskriminasi Rasial dan Komisi Hak-Hak Anak.
a) Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly) merupakan
bagian dari “tubuh” PBB yang tugasnya memberikan rekomendasi dalam
bentuk resolusi.

b) Dewan Ekonomi dan Sosial ( Economic and Social Council/ECOSOC )


merupakan salah satu dewan PBB yang tugasnya menerima dan
menerbitkan laporan tentang HAM dalarn berbagai situasi, terutama
masalah ekonomi dan sosial.

c) Dewan Hak Asasi Manusia (United Nations Human Rights Council)


merupakan salah satu dewan PBB yang bertugas menindaklanjuti bila ada
pelanggaran HAM di seluruh dunia.

d) Sub Komisi Pengenalan dan Perlindungan HAM (Sub-Commission on


Promotion dan Protection of Human Rigths) merupakan komisi di bawah
Dewan HAM yang fungsinya meneliti tentang pelanggaran HAM.
Lembaga yang ditempati 26 ahli HAM ini dapat membuat sebuah
rekomendasi (bila diperlukan) demi terciptanya perlindungan HAM.

e) Komisi Hak-Hak Asasi Manusia (Commission on Human Right) memiliki


tugas pokok sebagai tempat penerimaan aduan atau tempat pengaduan
terkait pelanggaran HAM.

f) Komisi penghapusan diskriminasi terhadap perempuan mememiliki tugas


untuk memperjuangkan hak-hak perempuan aga tidak terjadi penindasan

g) Komisi diskriminasi rasial bertugas memantau dan menerima pengaduan


terkait adanya diskriminasi rasial

C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Asasi Manusia


1. Pelanggaran HAM Ringan
Pelanggaran HAM Ringan adalah pelanggaran yang tidak mengancam
nyawa seseorang namun merugikan orang tersebut, dewasa ini banyak sekali kita
bias kita lihat bentuk-bentuk pelanggaran HAM ringan yang terjadi di tengah
masyarakat khusus nya keluarga. Tentu saja ini sangat meresahkan bila tidak
ditangani dengan serius dari seluruh anggota masyarakat ataupun pihak-pihak
pemerintahan dan aparatur Negara yang terkait. Banyak sekali contoh-contoh
pelanggaran HAM ringan yang bias kita jumpai ditengah kehidupan berkeluarga
ataupun bermasyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Orang tua yang memaksakan kehendaknya kepada anaknya untuk
mengambil jurusan tertentu dalam perkuliahan padahal itu bukan
keinginan dari anak tersebut.
b) Perlakuan tidak adil dalam persidangan. tidak mendapat layanan
pendidikan dan kesehatan yang sejajar.
c) Tidak mendapatkan keadilan sosial di tengah masyarakat.
2. Pelanggaran HAM Berat
Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi dan mengesahkan
berbagai macam undang-undang tentang HAM sampai detik ini nyatanya masih
belum bisa menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM, utamanya yang
menjadi sorotan mengenai penyelesaian kasus-kasus HAM berat yang diantaranya
meliputi genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak
Asasi Manusia Pasal 7 bahwa; Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat
meliputi :
a) Kejahatan genosida
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan Selanjutnya di dalam undang-undang
yang sama disebutkan yang dimaksud dengan:
Genosida Dalam pasal 8 UU No. 26 tahun 2000 disebutkan bahwa
"Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
a) Membunuh anggota kelompok
b) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok.
c) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok atau
e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam pada sekitar tahun 1965.
Dimana pada waktu itu terjadi pelanggaran terhadap para pengikut Partai
Komunis Indonesia (PKI). Ini adalah pelanggaran HAM yang paling keji yang
pernah dilakukan oleh Indonesia terhadap bangsanya sendiri, mungkin
disepanjang sejarah bangsa Indonesia. Membuat shock, takut dan mengerikan bagi
negeri. Pembantaian yang tidak pandang bulu terhadap ratusan ribu jiwa menjadi
korban genosida yang dilakukan di seluruh negeri, dalam mingguminggu yang di
awali dengan pembunuhan berdarah terhadap enam Jenderal Angkatan Darat,
penangkapan yang berlanjut terhadap perempuan dan laki-laki, penahanan dan
penganiayaan yang panjang terhadap mereka, proses pengadilan yang ragu-ragu
dan eksekusi, semua pelanggaran HAM yang semakin menumpuk itu diketahui
secara luas dipublikasikan dan dikutuk internasional. Kejahatan genosida yang
terjadi di Indonesia pada waktu itu merupakan tragedi genosida terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia bahkan di dunia.
3. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Dalam pasal 9 UU No. 26 Tahun 2000 disebutkan bahwa ―Kejahatan
terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa: 8 Yap Thiam
Hien. Negara, HAM & Demokrasi. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.
Jakarta. 1998. Hal. 17-18. 35
a) Pembunuhan.
b) Pemusnahan.
c) Perbudakan.
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
e) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional.
f) Penyiksaan.
g) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-- bentuk
kekerasan seksual lain yang setara.
h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional.
i) Penghilangan orang secara paksa, atau
j) Kejahatan apartheid.
Setidaknya, menurut pernyataan Komnas HAM tentang kondisi HAM
tahun 2015, dalam pandangan Komnas HAM masih banyak kasus HAM berat
yang perlu mendapat perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan, diantaranya:
1. Penyelesaian pelanggaran HAM berat yaitu:
a. Tetap tidak di tindaklanjutinya penyidikan oleh penyidik sejumlah
perkara dugaan pelanggaran HAM yang berat meskipun
penyelidikannya telah lama terselesaikan (kasus Trisakti 1998,
semanggi (1) 1998, dan semanggi (2) 1999 (TSS 1998-199), kasus
kerusuhan Mei 1998, kasus Wasior 2001-2002, dan kasus wamena
2003).
2. Anggota Komnas HAM memandang perlu ditindak lanjutinya hasil
laporan kajian tim yang telah dibentuk oleh komnas HAM sebelumnya
untuk kasus:
a) Buru
b) Dom Aceh
c) Dam Papua
d) 27 Juli
e) Petrus
f) Paraku
3. Pelanggaran HAM Lainnya
Pelanggaran-pelanggaran HAM lainnya yang dimaksud disini adalah
pelanggaran-pelanggaran tentang hak-hak asasi dari kovenan-kovenan dan
konvensi-konvensi internasional yang belum maupun yang telah diratifikasi oleh
pemerintah. Menurut Boer Mauna, dalam bukunya yang berjudul Hukum
Internasional, bahwa dari 25 (dua puluh lima) konvensi tentang HAM, baru 7
(tujuh) konvensi yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia yaitu konvensi
tentang Hak-hak politik wanita, konvensi tentang hak-hak anak, konvensi
menentang apartheid dalam olah raga, konvensi menentang penganiayaan dan
perlakuan kejam yang lain, tidak manusia dan hukum yang menghinakan,
konvensi tentang penghapusan semua bentuk diskriminasi rasial dan konvensi
tentang tindakan pelarangan dan penghapusan segala bentuk-bentuk terburuk
pekerja anak-anak. Instrumen-instrumen internasional mengenai HAM diatas
secara formal merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Sebaliknya, instrumen-instrumen HAM lainnya yang belum diratifikasi
oleh Indonesia maka secara formal belum merupakan bagian dari hukum positif
yang berlaku di Indonesia. Tetapi meskipun demikian, khusus untuk pelanggaran
HAM, C De Rover mengemukakan bahwa ―setiap tindakan salah secara
internasional dari suatu negara menimbulkan tanggungjawab Internasional kepada
negara tersebut‖. 10 Tindakan salah secara internasional dianggap ada apabila:
a) Tindakan yang terdiri atas suatu perbuatan atau kelalaian dipertalikan
(dipersalahkan) kepada Negara berdasarkan hukum internasional, dan
b) Tindakan tersebut merupakan pelanggaran kewajiban internasional dari
negara tersebut.
D. Tanggung Jawab Pemerintah Untuk Melindungi HAM
Dalam pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia saat ini, Pemerintah belum sukses
dalam menjalankan tugasnya, di mana masih banyaknya pelanggaran HAM yang
terjadi dan tindakan diskriminasi yang masih dilakukan oleh para aparat penegak
hukum kita. Saran yang dapat diberikan adalah bahwa Pemerintah harus
menjalankan kewajibannya sebagai pejabat dan penegak hukum dengan lebih
sungguh-sunguh lagi, walaupun upaya pemajuan dan perlindungan terhadap HAM
telah banyak dilakukan. Hal ini sudah menjadi kewajiban bersama segenap
komponen bangsa untuk mencegah agar pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak
terulang kembali di masa sekarang dan masa yang akan datang

Berdasarkan instrument-instrumen Hak Asasi Manusia internasional, telah


diterima bahwa pihak yang terikat secara hukum dalam pelaksanaan HAM adalah
negara.

Dalam konteks ini, negara  berjanji untuk mengakui, menghormati,


melindungi, memenuhi, dan menegakkan HAM. Ketentuan hukum HAM tersebut
memberpenegasan pada hal-hal berikut ini:

1. Negara sebagai pemangku tanggung jawab (duty holder), yang harus


memanuhi kewajiban-kewajibannya dalam pelaksanaan HAM baik secara
nasional maupun internasional, sedangkan individu dan kelompok-
kelompok masyarakat adalah pihak pemegang hak (right holder)
2. Negara tidak memiliki hak, negara hanya memikul kewajiban dan
tanggung jawab (obligation and responsibility) untuk memenuhi hak
warga negaranya (baik indivisu maupun kelompok) yang dijamin dalam
instrument-instrumen HAM internasional.
3. Jika negara tidak mau atau tidak punya keinginan untuk memenuhi
kewajiban dan tanggung jawabnya, pada saat itulah negara tersebut bisa
dikatakan telah melakukan pelanggaran HAM atau hukum internasional.
Jika pelanggaran tersebut tidak mau dipertanggung jawabkan oleh negara,
maka tanggung jawab itu akan diambil alih oleh masyarakat
internasional.Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam kerangka
pendekatan berbasis HAM bisa dilihat dalam tiga bentuk:
a) Menghormati:
Merupakan tanggung jawab negara untuk tidak ikut campur
untuk mengatur warga negaranya ketika melaksanakan hak-
haknya. Negara berkewajiban untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan yang akan menghambat pemenuhan dari seluruh hak
asasi.
b) Melindungi:
Kewajiban negara agar bertindak aktif untuk memberikan jaminan
perlindungan terhadap hak asasi warganya. Negara berkewajiban
mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah pelanggaran semua
HAM oleh pihak ketiga.
c) Memenuhi:
Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah
legislatif, administratif, hukum, dan tindakan – tindakan lain untuk
merealisasikan secarapenuh HAM.
Kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi masing-masing
mengandung unsur kewajiban untuk bertindak  (obligation to conduct), yaitu
negara disyaratkan melakukan langkah-langkah tertentu untuk melaksanakan
pemenuhan suatu hak, dan kewajiban untuk berdampak (obligation to result),
yaitu mengharuskan negara untuk mencapai sasaran tertentu memenuhi standar
substantive yang terukur.
Sebagai pihak yang memangku tanggung jawab, negara dituntut harus
melaksanakan  dan memenuhi semua kewajiban yang dikenakan kepadanya secara
sekaligus dan segera. Jika kewajiban-kewajiban tersebut gagal untuk dilaksanakan
maka negara akan dikatakan telah melakukan pelanggaran.
Ada dua jenis pelanggaran yang bisa terjadi berkaitan dengan pelaksanaan
kewajiban dan tanggung jawab negara, yaitu:
1. Pelanggaran karena tindakan (by commission) terjadi karena negara justru
malah melakukan tindakan langsung untuk turut campur dalam mengatur
hak-hak warga negara yang semestinya dihormati.
2. Pelanggaran karena pembiaran (by omission) terjadi ketika negara  tidak
melakukan sesuatu tindakan atau gagal untuk mengambil tindakan lebih
lanjut yang diperlukan untuk melaksanakankewajibanhukum.
E. Upaya Pemajuan Dan Perlindungan HAM
Upaya pemajuan dan perlindungan ham merupakan mandat UUD 1945,
yang harus diwujudkan oleh Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di
Indonesia, termasuk Kementerian Luar Negeri RI. Diplomasi Indonesia di bidang
HAM di fora internasional didedikasikan sepenuhnya pada kepentingan nasional
Indonesia, membangun reputasi Indonesia sebagai negara demokrasi dan
menjunjung tinggi HAM serta memberikan sumbangan Indonesia dalam upaya
global bagi pemajuan dan perlindungan HAM.
Upaya pemajuan HAM di Indonesia :
1. Periode tahun 1945-1950
2. Periode tahun 1950-1959
3. Periode tahun 1959-1966
4. Periode tahun 1966-1998
5. Periode tahun 1998-2014
a. periode1945-1950
Di awal-awal kemerdekaan ini HAM lebih condong ke
kemerdekaan atau kebebasan berorganisasi atau mendirikan partai
politik. didukung dengan Maklumat Pemerintah 3 Nov 1945.
b. periode1950-1959
Dikenal dgn periode Demokrasi Parlementer. pada periode ini
kemajuan HAM sangat pesat. banyak parpol berdiri, adanya pemilu yg
adil, media pers, DPR benar-benar sbgi wakil rakyat.
c. periode1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahannya Demokrasi Terpimpin
(Soekarno), banyak yg menolak sehingga meninmbulkan
inkontitusional. hak asasi masyaraka tmnjd terpasung contoh hak sipil
dan hak politik
d. periode1966-1998
Pada periode ini dipimpin oleh pak Soeharto. awalnya upaya
penegakan HAM mulus2 aja(dibentuk pengadilan ham dan landasan2
yuridis tntg ham meliputi tap mpr, uud, uu, dll) tapi awal 1970-an
sampai akhir 1980-an mengalami kemunduran. malah banyak bgt
kasus pelanggaran ham. pokoknya ham udah nggak dilindungi lagi.
trus awal 1990-an upaya penegakkan ham mulai berhasil. awal 1990
juga dibentuk KOMNAS HAM
e. periode1998-2014
Penegakkan ham pd 1998 mampu bertahan sampai skrg bahkan
jauh lebih baik. ada LSM, perlindungan anak dan wanita, komnas
ham, dll. 

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang
merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

B. SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Undang-undang N o.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP)
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1999 tentang syarat-syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan
Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.04.UM.01.06 tahun 1983 tanggal 29
Desember tentang tata cara penempatan, Perawatan Tahanan dan Tata
Tertib Rumah Tahanan Negara
Keputusan Menteri Kehakiman No. M.02-PK.04.10 tahun 1990 tanggal 10 April
tentang Pola Pembinaan Tahanan

Anda mungkin juga menyukai