Arkeologi
(Prasejarah)
Antropologi
Budaya
Antropologi Antropologi
Linguistik
Antropologi
Fisik
Antropologi
Sosial
Antropologi
Kesehatan
1.3.1 Sosiologi
Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan Antropologi,
khususnya sub bidang Antropologi Sosial. Bahkan kedua bidang ilmu tersebut mempunyai
tujuan yang sama, yakni mendapatkan pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya. Namun, jika dilihat dari asal usul dan sejarah
perkembangannya serta metode ilmiahnya, maka tampak perbedaan di antara keduanya.
Sosiologi pada awalnya merupakan bagian dari ilmu filsafat, kemudian berubah menjadi
suatu ilmu tersendiri karena krisis yang dialami pada Masyarakat Eropa pada saat itu, sehinnga
Orang Eropa membutuhkan suatu pengetahuan yang lebih dalam tentang azas-azas masyarakat
dan kebudayaan. Berbeda dengan Antropologi Sosial yang pada mulanya hanya sebagai suatu
himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di luar
Eropa untuk mendapatkan pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dan sejarah
perkembangan masyarakat dan kebudayaan itu sendiri.
Dewasa ini, penelitian Sosiologi bukan hanya pada masyarakat kompleks di Eropa tetapi
juga masyarakat pedesaan di luar Eropa. Hal itu, misalnya, dikembangkannya Sosiologi
Pedesaan (Rural Sociology). Sebaliknya Antropologi Sosial tidak hanya memfokuskan kajiannya
pada mayarakat eksotis dan pedesaan tetapi telah mengkaji masyarakat kompleks dan organisasi-
organisasi formal. Dengan demikian, konteks ilmu antara Sosiologi dan Antropologi terjadi
overlapping.
Yang membedakan antara kedua bidang ilmu itu adalah pada aspek metodologi.
Misalnya, Antropologi menyelidiki masyarakat dengan menggunakan pendekatan Holistik.
Sebaliknya,. Sosiologi memusatkan perhatian pada unsur-uinsur atau gejala khusus dalam
masyarakat dengan menganalisis kelompok–kelompok sosial khusus dan hubungan antara
kelompok-kelompok sosial yang khusus ( social relations) atau proses-proses yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, bila ahli Sosiologi dan Antropologi meneliti
masyarakat tertentu, maka kedua ahli itu akan menggunakan pendekatan yang berbeda. Ahli
Antropologi akan meneliti semua unsur kehidupan manusia sebagai suatu kebulatan. Walaupun
penelitiannya difokuskan pada unsur-unsur atau pranata-pranata tertentu saja, seperti pranata
kesehatan, namun ia tetap menghubungkan pranata tersebut dengan seluruh struktur kehidupan
manusia. Sedangkan ahli Sosiologi akan meneliti proses-proses atau gejala-gejala khusus dengan
tidak perlu melihat struktur dari keseluruhannya. Lagi pula, ahli Antropologi melakukan
penelitian yang bersifat intensif dan mendalam terhadap obyek kajiannya dengan menggunakan
metode wawancara dan pengamatan terlibat. Sebaliknya ahli Sosiologi melakukan penelitian
dengan menggunakan angket dengan bantuan ilmu statistik.
Dewasa ini, kedua disiplin itu telah saling meminjam metode untuk saling melengkapi
dalam berbagai penelitian. Dengan kata lain, Antropologi sering kali menggunakan angket untuk
mendapatkan data dasar perihal obyek yang dijadikannya kajian dan kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan dan wawancara mendalam. Sebaliknya, Sosiologi telah menggunakan
pengamatan dan wawancara mendalam dalam mendapatkan informasi berkenaan dengan obyek
yang dikajinya.
1.3.2 Psikologi
Antropologi mengkaji perilaku manusia yang terpolakan dan bahwa perilaku yang
terpolakan itu (pattern behavior) itu difahami sebagai manivestasi dari struktur mental manusia.
Struktur mental yang dimaksud, meliputi pengetahuan (knowledge) kepercayaan (believe), nilai
(value), dan sikap (attitude) individu sebagai warga masyarakat. Psikologi merupakan suatu
disiplin ilmu yang mengkaji struktur mental individu.
Dengan demikian, Psikologi mempunyai kontribusi yang sangat berarti bagi Antropologi.
Sebaliknya, hasil-hasil penelitian Antropologi berekenaan dengan pola-pola perilaku suatu
kelompok komunitas tertentu sangat membantu psikologi dalam menentukan ukuran dan pola
struktur mental berbagai kelompk masyarakat. Dalam kata lain, dengan kerjasama antara
Psikologi dan Antropologi di peroleh gambaran yang jelas mengenai hubungan timbal balik
antara struktur mental dengan pola-pola perilaku masyarakat.
1.3.3 Sejarah
Prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno sebagai sumber sejarah seringkali
hanya memberi peristiwa-peristiwa sejarah terbatas pada bidang politik saja. Mengenai latar
belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik itu dapat dijelaskan secara tepet manakala ahli
Sejarah menggunakan konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh
Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain. Sebaliknya, ahli Antropologi juga membutuhkan sejarah,
terutama sejarah dari suku-suku bangsa yang telah diteliti untuk memecahkan masalah-masalah
yang terjadi karena masyarakat itu mengalami pengaruh kebudayaan lain. Pemahaman mengenai
hal tersebut diketahui melalui rekonstruksi sendiri oleh peneliti, dan karena itu Antropolog harus
mempunyai pengetahuan tentang metode-metode untuk merekonstruksi sejarah dari suatu
rangkaian peristiwa.
1.4.4.Geografi
Geografi adalah berusaha mendapatkan pengertian tentang bumi serta ciri-ciri dari segala
macam bentuk kehidupan yang menduduki bumi. Manusia di antara bentuk kehidupan yang
dimaksud mempunyai keragaman sifat di berbagai tempat permukaan bumi. Oleh karena
Antropologi mempunyai kemampuan menyelami keragaman masalah keragaman mahluk
manusia, maka tentu saja ilmu Geografi sangat membutuhkan ilmu Antropologi. Sebaliknya,
kalangan Antropolog membutuhkan ilmu Geografi, sebab kenyataan–kenyataan kebudayaan
manusia mempunyai keterkaitan dengan keadaan lingkungan alamnya.