Anda di halaman 1dari 9

Nama : Stanlee Daniel Wijaya

NIM : 1011811171
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Pdt (Em). Lotnatigor Sihombing, M.Th.
Judul : Laporan Baca dari buku: Rindjin, Ketut. Pendidikan Pancasila: Untuk
Perguruan Tinggi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 1-276.
Di dalam bab pertama dari buku ini, dijelaskan bahwa Pendidikan Pancasila adalah

pendidikan wajib di dalam MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Terdapat dasar

hukum pendidikan Pancasila, di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, kurikulum pendidikan tinggi mencakup kelompok

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Tetapi muncul Keputusan Direktur

Jenderal Pendidikan Tinggi No 43/DIKTI/Kep/2006 tanggal 2 Juni yang menyebabkan

digantinya mata kuliah Pendidikan Pancasila menjadi mata kuliah Bahasa Indonesia.

Padahal salah satu landasan dan dasar hukum SK Dirjen Dikti adalah SK Mendiknas

No.232/U/2000 yang menyatakan pendidikan Pancasila adalah wajib untuk kurikulum

pendidikan tinggi, sehingga sikap pimpinan perguruan tinggi dan pengajar Pendidikan

Pancasila ada yang masih mengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila dan yang tidak.

Tetapi dengan adanya UU No 12/2012 tanggal 16 Agustus 2012, mewajibkan semua

perguruan tinggi mengajar Pendidikan Pancasila.

Pendidikan Pancasila bermaksud untuk mahasiswa menerima Pancasila secara aktif

dengan pemahaman yang dalam dan logis, bukan menjadikan mahasiswa menerimanya

secara pasif dan tidak mempertanyakan alasannya. Terdapat harapan yang besar untuk

Pendidikan Pancasila agar mampu mewujudkan tujuan yang ideal, yaitu Manusia,

Masyarakat, dan Negara Pancasila. Harapan ini tentu menjadi tanggung jawab bersama

secara berencana dan konsisten sesuai peran dan fungsi masing-masing.


Di dalam bab kedua dari buku ini, dijelaskan bahwa Hubungan masyarakat dengan

kebudayaan tidak mungkin dapat dilepaskan, karena tidak mungkin ada kebudayaan tanpa

manusia yang hidup dalam masyarakat. Kebudaayan juga dapat berubah karena faktor

dalam maupun luar. Menurut Soekmono, terdapat empat zaman dalam masyarakat

Indonesia yaitu zaman prasejarah (± 600.000 SM - ± 500 M), zaman purba (± 500 M - ±

1500 M), zaman Madya (± 1500 M - ± 1900 M), dan zaman modern (± 1900 – 18/8/1945).

Zaman prasejarah meliputi zaman batu tua, zaman batu muda, dan zaman megalithikum,

zaman purba ditandai dengan munculnya kerajaan di Indonesia, zaman madya adalah

zaman datangnya agama Islam, munculnya kerajaan Islam, datangnya kolonialisme Barat,

dan zaman modern adalah zaman dimana timbulnya pergerakan nasional, lahirnya

organisasi politik, usaha Belanda melawan pergerakan nasional, penjajahan Jepang, dan

merdekanya Indonesia.

Proses perumusan dan pengesahan Pancasila mula-mula berawal dari sidang I

BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Muh. Yamin menyampaikan pidato dengan judul

“asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yaitu 1. Peri kebangsaan, 2. Peri

kemanusiaan, 3. Peri keutuhan, 4. Peri kerakyatan, 5. Kesejahteraan rakyat. Muh. Yamin

adalah orang pertama yang menyampaikan gagasan dasar negara ini yang akhirnya

dinamakan sebagai Pancasila oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945, berlanjut menjadi

pendapat panitia Sembilan yang disebut piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, rancangan

pembukaan oleh BPUPKI 12 Juli 1945, sampai akhirnya disahkan pembukaan UUD oleh

PPKI pada 18 Juni 1945.

Dalam bab ketiga, Setelah merdekanya Indonesia, Indonesia masih belum memiliki

lambang negara. Membuat lambang negara yang mencerminkan sejarah, identitas,


kepribadian, dan cita-cita Indonesia bukan hal yang mudah. Maka dari itu, pada awal tahun

1950 pemerintah membentuk Panitia Lencana Negara yang dipimpin oleh Muhammad

Yamin dan Sultan Hamid II. Tetapi perubahan bentuk negara federal menjadi negara

kesatuan, Konstitusi RIS 1949 diubah menjadi pasal 3 UUDS 1950 yang menegaskan

lambang negara ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini terwujud dalam PP No.66/1951

tanggal 17 Oktober 1951, menetapkan lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila

dan mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1945. Garuda yang digantungi perisai dengan

memakai paruh, sayap, ekor dan cakar melambangkan tenaga pembangunan. Perisai

dikenal dengan kebudayaan Indonesia yang menggunakan perisai dalam perjuangan untuk

mencapai tujuan dengan melindungi diri, pita yang sedikit melengkung bertuliskan Bineka

Tunggal Ika menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, tubuh garuda

yanga berwarna emas melambangkan kebesaran dan keluhuran negara, sedangkan bulu-

bulu yang ada pada Garuda melukiskan hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, garis

hitam di tengah-tengah menggambarkan garis katulistiwa yang melintasi pulau Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian.

Perisai yang terdapat di Garuda Pancasila memiliki lima ruang, satu di tengah-

tengah dan empat di tepi. Tiap ruang diisi dengan lambing sila-sila Pancasila yang berbeda,

terdiri dari:

1. Bintang yang dilukiskan warna kuning di atas warna hitam. Melambangkan sila

ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi dasar kerohanian negara bahwa Indonesia

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Simbol bintang melambangkan kesucian

yang cahayanya menerangi alam semesta dan menerangi kehidupan manusia.


2. Rantai emas melambangkan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Rantai

tersebut terdiri dari 9 buah bundar yang melambangkan laki-laki, sedangkan 8 buah

persegi yang melambangkan perempuan. Ini melambangkan tidak ada putusnya

hubungan antara laki-laki dan perempuan.

3. Pohon beringin melambangkan sila persatuan Indonesia. Pohon beringin biasa

digunakan menjadi tempat pertemuan, berteduh, dan berlindung. Terdapat

kesetaraan antara akar, batang, dahan, dan daunnya yang saling mendukung dan

melakukan fungsinya masing-masing.

4. Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Bagi masyarakat yang

mayoritas mata pencahariannya bertani, banteng digunakan sebagai penghasil

pupuk, alat produksi, dan tabungan.

5. Padi dan kapas melambangkan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Padi merupakan lambang pangan dan kapas merupakan lambang sandang. Dua hal

ini sekedar mencerminkan kebutuhan fisik paling minim.

Di dalam bab keempat, menguraikan makna dari setiap sila-sila Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat dimaknai nilai yang meliputi seluruh hidup

kebatinan manusia. Segala bentuk kepercayaan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Esa artinya tiada duanya, tidak ada saingannya.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab menunjukkan bahwa setiap manusia

seharusnya mempunyai nalar dan nurani agar kehidupan bermasyarakat tertib,

aman, damai, dan sejahtera. Karena itu dibutuhkan pemimpin yang dapat menjadi

teladan dalam menjalankan norma-norma.


3. Persatuan Indonesia berarti menjadi satu yang utuh. Persatuan dapat terjadi melalui

proses penyatuan dari berbagai unsur. Kata Indonesia mengacu pada wilayah

Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

dan Perwakilan, sering disebut sebagai demokrasi. Demokrasi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu demos, artinya rakyat dan cratein, artinya memerintah. Jadi demokrasi

adalah sistem pemerintahan dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Tetapi seiring berkembangnya jumlah rakyat, maka dilakukan sistem perwakilan

unyuk mewakili suara rakyat dalam pemerintahan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah melakukan perbuatan yang

berdasarkan keputusan yang bijaksana, sesuai hakikat manusia untuk mencapai

hidup yang bahagia.

Di dalam bab kelima, dijelaskan bagaimana Pancasila dapat dikatakan sebagai suatu

sistem filsafat menurut beberapa tokoh. Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu

philosophia. Menurut kaum phytagorean, filsafat bukan hanya sekedar cinta akan kearifan,

tetapi menjadikannya sebagai pegangan hidup (way of life). Setiap orang memiliki

pandangan hidupnya sendiri. Demikian bangsa pun mempunyai pandangan hidup sendiri.

Dalam kehidupan berbangsa, pasti terdapat sebuah nilai yang menjadi pedoman yang

dijunjung tinggi sebagai nilai normatif. Nilai inilah yang disebut pandangan hidup bangsa.

Tanpa pandangan hidup, sebuah bangsa akan mudah goyah dalam pedoman memecahkan

sebuah masalah, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

Bagi bangsa Indonesia, pancasila adalah nilai yang telah berakar dalam sosio budaya

yang menjadi kepribadian bangsa. Hal inilah yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lainnya, seperti dalam gotong royong, tolong menolong, musyawarah, seni budaya,

toleransi, dan lain-lain. Menurut Bung Karno, Pancasila adalah suatu sistem filsafat. Hal ini

dikemukakan di dalam pidatonya yang berjudul “Philosofische grondslag”. Di dalam

pidatonya, Soekarno menggunakan sebuah kata yaitu “Weltanschauung”. Weltanschauung

berarti pandangan tentang dunia, kata-kata ini berasal dari seorang filsuf Jerman Karl

Japspers. Jaspers menyatakan bahwa filsafat tidak hanya member teori, tetapi member arti

dan tujuan hidup bagi manusia. S. Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa filsafat layak

menjadi dasar usaha dan kegiatan para pemimpin negara Indonesia.

Muh. Yamin juga memberikan bukti dalam bukunya berjudul Sistem Falsafah

Pancasila. Beliau mengutip pengertian filsafat menurut Hegel yang menyatakan filosofi

adalah sebuah pikiran yang muncul dari antithesis. Sebagai bukti, di dalam alinea pertama

pembukaan UUD 1945 menyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Alinea

pertama mengandung thesis bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, ini merupakan

antithesis dari penjajahan. Dapat disimpulkan, Pancasila adalah suatu sistem falsafah.

Dalam bab yang sama juga menjelaskan perbedaan Pancasila dengan liberalisme

dan Komunisme. Pancasila mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, Negara menciptakan

kondisi pelaksanaan agama, menjunjung tinggi nasionalisme, menggunakan demokrasi

Pancasila, mempentingkan kepentingan rakyat, dan lain-lain. Liberalisme menganut

sekularisme, agama adalah urusan pribadi dan negara tidak ikut campur di dalamnya,

menganut nasionalisme dan internasionalisme, menggunakan demokarsi liberal,

mengedepankan kepentingan mayortitas, dan lain-lain. Sedangkan, Komunisme menganut

ateisme, tidak boleh mengenal agama bahkan boleh antiagama, menolak nasionalisme dan

menganut komunisme internasional, mengutamakan kepentingan negara, dan lain-lain.


Di dalam bab keenam, dijelaskan bahwa UUD merupakan hukum dasar yang tertulis.

Hukum ini mengikat pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat, serta warga negara

Indonesia. UUD juga bersifat singkat dan luwes, tetapi tidak mengabaikan kepastian

hukum. Aturan-aturan pokok di dalam UUD justru memberikan kejelasan dan kepastian

hukum. Karena itu sangat penting memiliki seorang pemimpin yang memiliki semangat

dalam memimpin pemerintahan dan menjalankan aturan-aturan pokok.

UUD juga merupakan sumber motivasi dan inspirasi perjuangan, dan tekad bangsa

Indonesia serta cita-cita hukum dan moral yang ditegakkan bangsa Indonesia dalam

nasional maupun internasional. Berikut makna dari setiap alinea pembukaan:

1. Alinea pertama memiliki makna bahwa kemerdekaan adalah hak asasi manusia.

Tetapi kemerdekaan seseorang harus tunduk sebagai kemerdekaan bersama

sebagai bangsa. Maka dari itu, di dalam aline pertama ini ditekankan hak

kemerdekaan bangsa, bukan individu.

2. Alinea kedua memiliki makna sebagai suatu pengharapan terhadap perjuangan

bangsa Indonesia yang telah melepaskan diri dari penjajahan. Ini berarti keadaan

sekarang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan kemarin dan keputusan yang

diambil sekarang tidak dapat dilepaskan dengan keadaan yang akan datang,

Perjuangan bangsa Indonesia yang telah berhasil menyatakan kemerdekaan bangsa

Indonesia, dan kemerdekaan bukanlah tujuan akhir.

3. Alinea ketiga memiliki makna bahwa kemerdekaan itu bukanlah perjuangan secara

fisik saja, tetapi karena rahmat Tuhan. Hal ini menggambarkan keseimbangan

kehidupan bersifat material dan spiritual.


4. Alinea keempat memiliki makna bahwa UUD memuat tujuan negara, memuat asas

politik, memuat dasar negara, dan ketentuan akan diadakannya UUD.

Di dalam bab ketujuh, memberikan gambaran dinamika kehidupan berbangsa sejak

proklamasi hingga sekarang.

1. Pada periode 17/ 08/ 1945 – 27- 12- 1949 Indonesia menghadapi kedatangan

tentara sekutu dan NICA. Belanda berusaha untuk menjajah Indonesia kembali.

Masa ini merupakan masa revolusi fisik menghadapi NICA dan dalam keadaan

darurat ini, sangat sulit menghindari adanya perbedaan pendapat di antara

kalangan elit politik dan pemerintahan dalam upaya menyelesaikan masalah yang

ada.

2. Pada periode 27/ 12/ 1949 – 17/ 08/ 1950 Indonesia bergumul dengan bentuk

negara, dari negara federal menjadi negara kesatuan tetapi dengan sistem

pemerintahan parlementer dan pemberlakuan UUDS 1950.

3. Pada periode 17/ 08/ 1950 – 05/ 07/ 1959 terjadi berbagai pemberontakan seperti

APRA, Andi Azis, berdirinya RMS, dll. Pemilu tahun 1955, pembentukan

konstituante, pertentangan golongan nasionalis dengan golongan islam dan

komunis mengenai dasar negara di Konstituante, instabilitas politik, penggunaan

kembali UUD 1945.

4. Pada periode 05/ 07/ 1959 – 11/ 03/ 1966 dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959

yang membubarkan Konstituante, Menetapkan kembali berlakunya UUD 1945, dan

rencana membentuk MPRS dan DPAS. Terdapat Gimnastik revolusioner PKI untuk

menggalang kekuatan, Trikora, Dwikora, penyelewengan terhadap UUD 1945,


terjadinya G.30.S PKI, gagasan mengganti sistem pemerintahan dari demokrasi

liberal menjadi demokrasi terpimpin, lahirnya Supersemar.

5. Pada periode Orde Baru 11/ 03/ 1966 – 21/ 05/ 1998 diciptakan Tap MPRS No. XX/

MPRS/ 1966 tentang Memorandum DPR- GR, Pembubaran PKI dan larangan

menyebarluaskan ajaran komunisme, Marxisme, dan Leninisme. Diangkatnya

Soeharto sebagai Presiden RI menggantikan Soekarno, Pembentukan MPR, DPR,

DPA, BPK, dan MA. Pemilu yang diikuti oleh 10 partai politik pada tahun 1971, serta

pemilu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 hanya diikuti 3 partai politik, stabilitas

politik dan pemerintahan, serta Krisis moneter, ekonomi, dan politik yang menjadi

pemicu tuntutan reformasi.

6. Pada periode Orde Reformasi 21/ 05/ 19981 – Sekarang terjadi pembentukan

Kabinet Reformasi Pembangunan oleh B. J. Habibie, lepasnya Timor Leste dari NKRI,

pemilu tahun 1999 yang diikuti 48 partai politik, Presiden Abdurachman Wahid dan

wakil Presiden Megawati Soekarno Putri, Presiden Megawati Soekarno Putri

diangkat menjadi Presiden RI pada tahun 2001, Amandemen pertama UUD 1945

pada 19 Oktober 1999, Pemilu 5 April 2004 diikuti 24 partai politik, terpilih dan

dilantiknya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla sebagai Wakil

Presiden, Konflik antara lembaga tinggi negara, seperti DPR vs DPD, KPK vs POLRI,

dll, terjadinya krisis moral dan hukum, pemilu 2009 yang diikuti 44 partai politik,

pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dimenangkan oleh Susilo Bambang

Yudhoyono dan Yusuf Kalla- Wiranto.

Anda mungkin juga menyukai