Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA

SEBAGAI

JATI DIRI BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Nama Kelompok :
1. Aldri Dwi Caksono (221105015)
2. Arina Azam Musa’adah (221105007)
3. Mustika Arruf Hakim (221105010)
4. Nelita Dwi Noviyanti (221105018)
5. Vicka Putri Febriana (221105009)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2022
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................i
DAFTAR ISI…..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................3
2.1 Identitas Nasional Indonesia.....................................................3
2.2 Pancasila sebagai jati diri bangsa.............................................9
2.3 Jati diri bangsa bertonggak pada Kepemimpinan..............12
BAB III PENUTUP..........................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1. Asal Mula
Pancasila

Sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (PPKI), bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu
kala. Nilai-nilai tersebut kemudian digali oleh para pendiri negara (the founding
father) dan dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Menurut Prof.
Dr. Notonegoro, S.H., (dalam Kaelan, 1996) Pancasila kalau ditinjau dari asal
mulanya, atau sebab musabab Pancasila dapat dipakai sebagai falsafah negara.

2. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, Sebagaimana tercantum


dalam pembukaan UUD 1945.

3. Pengertian Pancasila sesuai Istilah Resmi

Istilah resmi adalah "Pancasila" atau "lima dasar" yang diusulkan oleh Ir.
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tepatnya dalam siding pertama BPUPKI.
Pada tanggal 1 Juni saat ini diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Hal ini
karena pada tahun 1947 pidato Ir. Soekarno diterbitkan dan dipublikasikan
dengan diberi judul "lahirnya Pancasila", sehingga pada saat itu sangatlah
populer bahwa 1 Juni disebut sebagai hari lahirnya Pancasila.

4. Pancasila sebagai Ideologi Nasional atau jati diri bangsa

Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila menjadi cita-cita


normatif penyelenggaraan bernegara. Seperti, terwujudnya kehidupan yang ber-
ketuhanan, ber-kemanusiaan,ber-persatuan, ber-kerakyatan, dan yang ber-
keadilan.
5. Makna nilai-nilai setiap sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu tidak lain
merupakan satu kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap sila adalah sebagai berikut.

 Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila pertama ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa
negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kedua terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
 Persatuan Indonesia
Dalam sila ketiga terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Dalam sila keempat terkandung nilai mengakui adanya persamaan hak yang
melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku, maupun agama.
Menjunjung tinggi asas musyawarah dan mendasarkan suatu keadilan dalam
kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama.
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan
negara Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan
disepakati oleh para pendiri negara Indonesia. Identitas nasional Indonesia
tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam
pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia
diantaranya adalah sebagai berikut:

 Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia


 Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
 Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
 Lambang Negara yaitu Pancasila
 Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
 Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
 Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
 Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
 Konsepsi Wawasan Nusantara
 Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Penjelasan dari identitas nasional Indonesia akan dijabarkan dalam paragraf


dibawah ini.

1) Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.


Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa
dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur- unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia. Dan di Indonesia menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Karena di Indonesia ada berbagai
macam bahasa daerah dan
memiliki ragam bahasa yang unik sebagai bagian dari khas daerah masing-
masing.
2) Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera
merupakan simbol suatu negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti
yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa
“Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih” . Warna merah dan
putih juga memiliki arti sebagai berikut, merah yang artinya berani dan putih
artinya suci.
3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan pada
kongres pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah
proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu
yang dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, wage Rudolf
Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul
Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh
surat kabar Sin Po.
4) Lambang Negara yaitu Pancasila
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A
bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. garuda Pancasila
disini yang dimaksud adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan
bangsa Indonesia. Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia
memiliki warna emas yang melambangkan kejayaan Indonesia. sedangkan
perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia. Simbol di
dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam pancasila,yaitu:
 Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)
 Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
 Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3)
 Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4)
 Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia (sila ke-5)
 Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia.
Merah berarti berani dan Putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang
di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis
Khatulistiwa.
 Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17
Agustus 1945), antara lain:
- Jumlah Bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
- Jumlah Bulu pada ekor berjumlah 8
- Jumlah Bulu pada di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
- Jumlah bulu di leher berjumlah 45
 Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan Negara
 Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, tetapi tetap
 satu jua”.
5) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhineka Tnggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam
kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme,
suatu paham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan
paham pluralisme tidak perlu adanya konsep yang mensubtitusi
keanekaragaman demikian pula halnya dengan faham multikulturalisme.
Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, hal ini bermakna
bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa
dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan
martabat pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu
terbentuknya kekakuan yang berlebihan dengan tidak atau kurang
memperhatikan pihak lain, memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan
persaingan yang tidak sehat. Bhineka Tunggal Ika bersifat inklusif.
Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara
tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas. Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat
eormalitas yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhineka Tunggal Ika
dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, saling hormat
menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara
demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan. Bhineka Tunggal
Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna pebedaan yang terjadi
dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu,
dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi
oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, dan rukun. Dalam menerapkan
Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang
jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki
harus dibuang dari kamus Bhineka Tunggal Ika.
6) Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV yang
telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian
Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia sering disebut juga dengan way of life, welstanshauung,
wereldbershouwing, wereld en levens beschouwing (pandangangan dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam hal ini Pancasila
digunakan sebagai pancaran dari sila Pancasila karena Pancasila sebagai
weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan,
keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis.
Pancasila sebagai norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita
atau ide. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa Pancasila sebagai
pegangan hidup yang merupakan pandangan hidup bangsa, dalam
pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh
bertentangan denagn norma-norma agama, norma-norma sopan santun, dan
tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Pancasila
sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini Pancasila mempunyai
kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia.
fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan
pembukaan UUD 1945,, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber dari tertib hukum, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS
No.XX/-MPRS/1966 (Darji, 1991)
Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk oleh para pendiri bangsa
Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang
sejatinya sudah ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila
mampu menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Dengan
adanaya nilai-nilai dalam Pancasila tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai
yang ada di Indonesia berbeda dengan nilai-nilai yang ada di negara lain.
Dengan kata lain, Pancasila menunjukkan identitas nasional Indonesia.
7) Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan yang tetinggi
dalam negara dan merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi
aturan yang harus ditaati. Hukum dasar negara meliputi keseluruhan system
ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk negara
dan mengatur pemerintahannya. UUD merupakan dasar tertulis. Bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
8) Konsepsi Wawasan Nusantara
Wawasan artinya pandanagan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi.
Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga mempunyai
pengertian menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara
tangggap indrawi. Kata nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup.
Bentuk kata yang berasal dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah
mengidentifikasikan diri ke dalam kehidupan berneegara atau secara singkat
dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah menegara. Nusantara perairan dan
gugusan pulau-pulau yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra
Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua Australia. Wawasan
nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa
Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang
pernah dialaminya. Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan
kondisi geografis, sejarahnya, serta kondisi sosial budayanya dalam
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Dengan demikian wawasan
nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila
dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat,
berrmartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara
memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara
bertingkah laku bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologis,
sosiokultural, dengan aspek astagatra (kondisi geografis, kekayaan alam, dan
kemampuan alam serta ipoleksosbud hankam).
9) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang
isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi. Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya
manusia yang tidak ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi
kehidupan umat manusia, baik pada masa
lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kebudayaan dapat
pula berbentuk kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan
daerah yaitu suatu budaya asli setiap suku atau daerah yang diwarisi dari
nenek moyang secara turun-temurun. Kebudayaan daerah kita pelihara dan
kita kembangkan menjadi kebudayaan nasional yang dinikmati oleh seluruh
bangsa. Jadi, kebudayaan nasional yaitu suatu perpaduan dan pengembangan
berbagai macam kebudayaan daerah yang terus menerus dibina dan
dilestarikan keberadaannya, sehingga menjadi milik bersama.

2.2 Pancasila sebagai jati diri bangsa


Pada waktu merancang berdirinya negara Republik Indonesia membahas
dasar negara yang akan didirikan. Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar negara
yang akan didirikan itu adalah Pancasila, yang merupakan prinsip dasar dan
nilai dasar yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang
mempribadi dalam masyarakat dan merupakan suatu livingreality. Pancasila ini
sekaligus merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, Pancasila selalu ditetapkan


sebagai dasar negaranya, hal ini nampak dalam setiap Pembukaan atau
Mukadimah setiap Undang-Undang Dasar yang berlaku di Indonesia, sehingga
Pancasila sebagai jatidiri bangsa memiliki legitimasi atau keabsahan, karena
merupakan kesepakatan bangsa. Dasar Negara yang menjadi landasan statis
bagi Negara-bangsa Indonesia berkembang menjadi panduan dan dasar dalam
mencapai cita-cita bangsa dalam menjangkau masa depan yang lebih baik.
Dasar Negara yang bersifat statis ini akhirnya menjadi ideologi nasional bangsa
Indonesia, suatu landasan dinamis dalam membangun bangsanya. Akhirnya
Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai ideologi nasional ini menyatu
menjadi pegangan kejiwaan rakyat dalam menghadapi segala permasalahan
kehidupan, maka berwujudlah pandangan hidup bangsa. Pancasila sebagai dasar
Negara, ideologi nasional, dan pandangan hidup bangsa ini membentuk jati diri
bangsa Indonesia.

Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


jatibangsa,adalah pandangan hidup yang berkembang dalam masyarakat yang
menjadikesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip dan nilai dasar, yang
diangkat menjadi dasar negara sebagai landasan statis, dan ideologi nasional,
dan sebagai landasan dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam
menghadapi segala permasalahan menuju cita-citanya. Jatidiri bangsa Indonesia
tiada lain adalah Pancasila yang bersifat khusus, otentik dan orisinal yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.

Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia Pemaparan tentang


Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut sebagai jati diri bangsa
Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam bentuk bahasan
sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan
di Indonesia. As'ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemashlahatan
Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat
ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri melalui peran
agama-agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.
Agama-agama tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai,
norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.
Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur masyarakat Melayu, Minangkabau, dan
Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam. Sementara konstruksi
budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban Kristen. Demikian pula
halnya dengan konstruksi budaya masyarakat Bali yang sepenuhnya dibentuk
oleh peradaban Hindu (Ali, 2010:75).

Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Pancasila disebut juga


sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan
perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan
dengan bangsa lain. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas
karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan
keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa
(Bakry, 1994: 157). Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan juga terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi
bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian bangsa
karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan
dilaksanakan secara simultan.

Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: Pancasila bukan hanya untuk


diketahui saja, tetapi harus diamalkan sehingga menjadi pedoman hidup (way of
life) yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam sifatnya. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup inilah yang
selanjutnya diatur dalam butir-butir P-4 yang jumlahnya ada 45 butir.

Pancasila Sebagai jiwa bangsa Indonesia: Menurut Von Savigny, setiap


bangsa mempunyai jiwa,sehingga apabila jiwa itu diambil,maka bangsa ituakan
mati.Oleh karena itu setiap bangsa akan mati-matian memper-tahankan jiwa
tersebut,yang merupakan sesuatu miliknya yang sangatdijunjung tinggi.Bagi
bangsa Indonesia,Pancasila adalah merupakan jiwanya,karena terbukti dengan
setiap ada usaha untuk mengambil-nya dalam arti mengganti dengan ideologi
lain selain Pancasila, makarakyat Indonesia secara matian-matian
mempertahankannya. Dalam sejarah dapat dilihat sejak adanya usaha dari Muso
untuk berusahamengganti Pancasila dengan Komunisme tahun
1948,kemudianliberalisme.Darul Islam dengan tentara Islam Indonesia,dan
terakhirGerakan 30 September 1965 bangsa Indonesia dengan gigih
membeladan
mempertahankan mati-matian, sehingga Pancasila dinyatakanSAKTI. Maka
terbuktilah, bahwa Pancasila adalah merupakan jiwadari bangsa Indonesia.

Pancasila Sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan


bermasyarakat,berbangsa dan bernegara: Sebutan ini dapat dilihat dalam
KetetapanMPR No.II/MPR/1983,dalam arti pengertian asas ini meliputi
jugadasar, landasan dan pedoman serta kata lain yang mengandungpengertian
yang sama dengan asas.Sehingga partai-partai politik yanghidup di Indonesia
termasuk organisasi kemasyarakatan wajib mencantumkan asas ini dalam
anggaran dasar masing-masing organisasinya.

Pancasila Sebagai tujuan yang akan dicapai oleh bangsa


Indonesia:Tujuanyang hendak dicapai bangsa Indonesia, ialah suatu masyarakat
yangadil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkanPancasila
di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yangmerdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur dan berkedaulatanrakyat dalam suasana peri
kehidupan bangsa yang aman,tenteram,tertib dan damai. Jadi meskipun tujuan
yang hendak dicapai adalahmasyarakat yang dicita-citakan,namun tetap
berdasarkan Pancasila.

2.3 Jati diri bangsa bertonggak pada Kepemimpinan.


Jatidiri bangsa hanya dapat dibentuk melalui perilaku pemimpin nasional
yang kuat, yang memiliki semangat perubahan, global dan transformasional
serta tetap memiliki semangat kebangsaan yang kuat. Tidak harus seorang
negarawan yang merupakan manusia langka.

Ciri-ciri kepemimpinan tersebut adalah:

Kepemimpinan yang mampu menciptakan sinergi positif antara semangat,


energi dan harapan, yang selalu menjaga optimisme, pantang menyerah
mengejar tujuan, disertai rasa percaya diri di satu sisi dengan tujuan moral,
memahami perubahan, menciptakan koherensi membangun relasi, dan
menciptakan
pengetahuan. Dalam budaya perubahan, seorang pemimpin akan mengalami
atau menikmati permainan yang merupakan satu kesatuan dalam pemecahan
masalah.

Di situlah kesuksesan terbesar terletak pada pemimpin yang efektif yang


membuat orang merasa bahwa masalah yang paling sulit pun dapat diselesaikan
secara produktif.

Kepemimpinan transformasional dengan karakter:

1. Mampu menetapkan visi yang berani; Terampil dalam menyusun keadilan


intelektual dan emosional rakyatnya;
2. Merawat individu pada tingkat tertinggi;
3. Kemampuan untuk memikirkan pikiran; Cepat mengenali ide-ide bagus dan
kejujuran intelektual; Pentingnya pelembagaan, untuk menjamin
kesinambungan tanpa interupsi;
4. Kesediaan untuk menjauh dari peran konvensional;
5. Kepemimpinan global, yang konsepnya didasarkan pada keyakinan sosial
yang kompleks dan global, tidak ada satu model pun yang cocok untuk
situasi yang sangat luas yang dihadapi oleh seorang pemimpin juga.

5 (Lima) kerangka kepemimpinan global, yaitu:

1. Pemikiran global yang mengandung pesan bahwa para pemimpin selalu


berusaha memahami keragaman sistem ekonomi, budaya, hukum dan politik,
sebagai bagian dari warga dunia dengan visi dan nilai yang terbuka.
Pandangan yang berpusat pada rumah tidak akan ditoleransi. Pemimpin
global perlu memiliki tingkat global ketika membuat keputusan (berpikir
global bertindak secara lokal).
2. Menghargai keragaman budaya, keragaman dalam hal ini diartikan sebagai
keragaman gaya kepemimpinan, gaya industri, perilaku dan nilai individu,
ras, agama dan gender, hal ini akan menjadi kunci sukses bersaing di masa
depan.
3. Mengembangkan berbagai teknologi, yang tanpanya masa depan kemitraan
dan jaringan global yang terintegrasi tidak mungkin terjadi.
4. Membangun kemitraan dan aliansi, kepemimpinan masa depan akan
membutuhkan tim kepemimpinan yang kolaboratif, masing-masing tim
menguasai berbagai keterampilan yang dibutuhkan oleh kepemimpinan
global.
5. Berbagi kepemimpinan, untuk membuat keputusan yang efektif. Berbeda
dengan kepemimpinan individu saat ini, seorang pemimpin yang sukses di
masa depan akan bergerak secara terintegrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jatidiri bangsa dapat saja luntur oleh guyuran gagasan yang datang dari
luar baik dengan sengaja atau tidak. Oleh karena itu perlu adanya usaha terus
menerus untuk mempertahankan jatidiri bangsa. Tuhan mengaruniai manusia
dengan berbagai potensi untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga
selalu tercipta keseimbangan dalam menghadapi berbagai gejolak Manusia
selalu menghadapi perubahan yang tidak mungkin dihindarinya. Dengan potensi
fisik dan psikisnya yang berupa kemampuan rasional, emosional dan spiritual,
manusia mampu membawa diri sesuai dengan jatidirinya dengan mengadakan
adaptasi terhadap perubahan tersebut.

Untuk merealisasikan pikiran tersebut hanya dengan jalan jalan


mengimplementasikan Pancasila secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hanya dengan cara ini, maka Pancasila sebagai jatidiri bangsa akan
tetap kokoh dan lestari, yang sekaligus berarti tetap tegaknya integritas bangsa
indonesia yang sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.2 Saran
Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia artinya Pancasila tersebut
merupakan ciri khas bangsa kita , yang membedakan kita dengan negara lain
dan kita tahu bahwa saat ini kita sedang krisis identitas. Sebaiknya kita sebagai
bangsa Indonesia , khususnya generasi muda lebih menjaga jatidiri bangsa
Indonesia.Karna jika kita tidak menjaganya atau memeliharanya mungkin
beberapa tahun kedepan jatidiri bangsa kita akan memudar dan mungkin
tergantikan oleh pengaruh dari luar mungkin juga hilang. Mari kita bersama-
sama mencintai dan mengembangkan kakayan jatidiri bangsa kita, dimulai dari
jatidiri kita terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Ali. 2017. Pendidikan Pancasila. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.


Sri Rahayu, Ani. 2017. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN).
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Koesdiyo, R. Poerwanto. 2007. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sumarsono, S dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia
Pustika Utama.
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36637/bab-10-
pancasila-dan-jati-diri-bangsa.pdf
https://adoc.pub/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa-kepemimpinan-nasional-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai