0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
136 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep hukum alam dari berbagai perspektif sejarah. Mulai dari Yunani kuno yang meletakkan dasar filosofis konsep hukum alam, kemudian Romawi, abad pertengahan di bawah pengaruh teologi gereja Katolik, renaisans dengan penekanan pada individu, dan abad ke-17 dengan kontribusi Immanuel Kant tentang moralitas dan kebebasan individu. Dokumen ini menjelaskan perkembangan pemahaman hukum
Dokumen tersebut membahas konsep hukum alam dari berbagai perspektif sejarah. Mulai dari Yunani kuno yang meletakkan dasar filosofis konsep hukum alam, kemudian Romawi, abad pertengahan di bawah pengaruh teologi gereja Katolik, renaisans dengan penekanan pada individu, dan abad ke-17 dengan kontribusi Immanuel Kant tentang moralitas dan kebebasan individu. Dokumen ini menjelaskan perkembangan pemahaman hukum
Dokumen tersebut membahas konsep hukum alam dari berbagai perspektif sejarah. Mulai dari Yunani kuno yang meletakkan dasar filosofis konsep hukum alam, kemudian Romawi, abad pertengahan di bawah pengaruh teologi gereja Katolik, renaisans dengan penekanan pada individu, dan abad ke-17 dengan kontribusi Immanuel Kant tentang moralitas dan kebebasan individu. Dokumen ini menjelaskan perkembangan pemahaman hukum
Muhammad Raehan Anis Fadila-1706977595-reguler-filhum b
Natural Law Hukum alam memainkan peran besar pada etika, politik, dan hukum sejak zaman Yunani. Hukum alam terus berlangsung namun tidak berarti bahwa konsepnya tidak berkembang. Terdapat beberapa doktrin mengenai hukum alam, Romawi tidak memiliki banyak konsep mengenai hak alam, medieval dan modern memiliki beberapa persamaan. Meskipun doktrinnya berbeda, namun yang tetap konstan ialah esensinya yaki bertujuan agar prinsip moral bergantung kepada alam dan semesta dan dapat ditemukan alasannya. Terdapat norma dan nilai-nilai yang tetap di nature of things untuk mempertimbangkan ideologi alam. Untuk Aristoteles dan pengikutnya proses alam cenderung menuju tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menjalankan ini mereka mengisi fungsi alam, dan pandangan Aristoteles ini memiliki fungsi yang baik dimana dapat ditemukan alasan pemikirannya. Bagaimanapun juga, dalam mengartikan moral dalam hal tuhan akan selalu objektif. Manusia menggunakan logika standar dalam menghargai tuhan yang dipercayai. Manusia tidak mengabaikan moral independen. Pada pengadilan perang Nuremberg, muncul tiga pertanyaan, yang pertama terdapat permasalahan dalam mendefinisikan ketidakadilan. Bagi Aquinas, “The force of law depends on the extent of its justice….. according to the rule of reason. But the first rule of reason is the law of nature…Consequently every human law has just so much of the nature of law as it is derived from the law of nature. But if in any point it departs from the law of nature, it is no longer a law but a perversion of law.”Aquinas tidak memiliki keraguan bahwa hukum dari manusia adil. Kemudian, pertanyaan kedua yakni siapa yang menentukan hukum telah melanggar prinsip keadilan sehingga tidak pantas disebut hukum? Apakah yang menentukannya hanya ditentukan oleh ahli, hakim atau jurist, untuk menerapkan kriteria yang mereka anggap koheren dengan moral. Kemudian, pertanyaan ketiga yakni apa konsekuensi menentukan suatu hukum tidak dapat dikatakan merupakan hukum. Aquinas tidak meragukan adanya penyimpangan hukum, namun hukum harus selalu ditaati, apabila dirusak maka akan membawa skandal atau gangguan di masyarakat. Apabila kita menelusuri konsep hukum alam, maka kita harus melihat ke Yunani. Yunani tidak suka mengembangkan hukum, dimana Yunani cenderung menjelajahi dasar filosofis, dan banyak konsep fundamental di mana hukum alam merupakan salah satu hal yang penting. Pada periode klasik, perhatiannya sangat sedikit kepada ide universal law, terdapat doktrin di mana setiap kota memiliki body of law masing-masing. Pada masa jus gentium, pemikir yang memberikan pengaruh banyak yakni Cicero, ia mendefinisikan hukum alam sebagai “right reason in agreement with nature.”Kemudian, pada masa Medieval, teologi gereja Katolik memberikan warna dan pola dalam pemikiran spekulatif. Gierke telah mengemukakan dua prinsip vital, yang pertama yakni persatuan, yang berasal dari tuhan dan melibatkan satu keyakinan, satu gereja, dan satu kekuasaan. Lalu, pada masa renaissance muncul pemikiran tentang kebebasan individu dan kebebasan manusia serta penolakan terhadap universal collective society dari masa Medieval. Pada abad keenam belas juga melihat kebangkitan Thmism, yakni kebangkitan yang sangat penting bagi perkembangan modern hukum alam, dan yang menjadi tokoh utamanya yakni Vitoria dan Suarez. Mereka mengambil pemikiran Aquinas, dan mereka mengatakan bahwa tidak mungkin mengabaikan hukum alam karena seluruh manusia sejak diciptakan telah tunduk padanya. Kemudian pada abad 17 pemikir dari Jerman yakni Immanuel Kant memberikan kontribusinya dalam pemahaman individu dan negara. Kant mengatakan bahwa moralitas muncul dan hanya muncul dari kebebasan, namun perlu adanya determinasi juga. Bagi Kant, tunduk bahkan kepada kehendak tuhan adalah heteronomy.