Anda di halaman 1dari 2

Tugas Filsafat Hukum 2

Muhammad Raehan Anis Fadila-1706977595-reguler-filhum b


Natural Law
Hukum alam memainkan peran besar pada etika, politik, dan hukum sejak zaman
Yunani. Hukum alam terus berlangsung namun tidak berarti bahwa konsepnya tidak
berkembang. Terdapat beberapa doktrin mengenai hukum alam, Romawi tidak memiliki
banyak konsep mengenai hak alam, medieval dan modern memiliki beberapa persamaan.
Meskipun doktrinnya berbeda, namun yang tetap konstan ialah esensinya yaki bertujuan agar
prinsip moral bergantung kepada alam dan semesta dan dapat ditemukan alasannya.
Terdapat norma dan nilai-nilai yang tetap di nature of things untuk mempertimbangkan
ideologi alam. Untuk Aristoteles dan pengikutnya proses alam cenderung menuju tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dalam menjalankan ini mereka mengisi fungsi alam, dan
pandangan Aristoteles ini memiliki fungsi yang baik dimana dapat ditemukan alasan
pemikirannya. Bagaimanapun juga, dalam mengartikan moral dalam hal tuhan akan selalu
objektif. Manusia menggunakan logika standar dalam menghargai tuhan yang dipercayai.
Manusia tidak mengabaikan moral independen.
Pada pengadilan perang Nuremberg, muncul tiga pertanyaan, yang pertama terdapat
permasalahan dalam mendefinisikan ketidakadilan. Bagi Aquinas, “The force of law depends
on the extent of its justice….. according to the rule of reason. But the first rule of reason is the
law of nature…Consequently every human law has just so much of the nature of law as it is
derived from the law of nature. But if in any point it departs from the law of nature, it is no
longer a law but a perversion of law.”Aquinas tidak memiliki keraguan bahwa hukum dari
manusia adil. Kemudian, pertanyaan kedua yakni siapa yang menentukan hukum telah
melanggar prinsip keadilan sehingga tidak pantas disebut hukum? Apakah yang
menentukannya hanya ditentukan oleh ahli, hakim atau jurist, untuk menerapkan kriteria yang
mereka anggap koheren dengan moral. Kemudian, pertanyaan ketiga yakni apa konsekuensi
menentukan suatu hukum tidak dapat dikatakan merupakan hukum. Aquinas tidak meragukan
adanya penyimpangan hukum, namun hukum harus selalu ditaati, apabila dirusak maka akan
membawa skandal atau gangguan di masyarakat.
Apabila kita menelusuri konsep hukum alam, maka kita harus melihat ke Yunani.
Yunani tidak suka mengembangkan hukum, dimana Yunani cenderung menjelajahi dasar
filosofis, dan banyak konsep fundamental di mana hukum alam merupakan salah satu hal yang
penting. Pada periode klasik, perhatiannya sangat sedikit kepada ide universal law, terdapat
doktrin di mana setiap kota memiliki body of law masing-masing. Pada masa jus gentium,
pemikir yang memberikan pengaruh banyak yakni Cicero, ia mendefinisikan hukum alam
sebagai “right reason in agreement with nature.”Kemudian, pada masa Medieval, teologi
gereja Katolik memberikan warna dan pola dalam pemikiran spekulatif. Gierke telah
mengemukakan dua prinsip vital, yang pertama yakni persatuan, yang berasal dari tuhan dan
melibatkan satu keyakinan, satu gereja, dan satu kekuasaan. Lalu, pada masa renaissance
muncul pemikiran tentang kebebasan individu dan kebebasan manusia serta penolakan
terhadap universal collective society dari masa Medieval. Pada abad keenam belas juga melihat
kebangkitan Thmism, yakni kebangkitan yang sangat penting bagi perkembangan modern
hukum alam, dan yang menjadi tokoh utamanya yakni Vitoria dan Suarez. Mereka mengambil
pemikiran Aquinas, dan mereka mengatakan bahwa tidak mungkin mengabaikan hukum alam
karena seluruh manusia sejak diciptakan telah tunduk padanya.
Kemudian pada abad 17 pemikir dari Jerman yakni Immanuel Kant memberikan
kontribusinya dalam pemahaman individu dan negara. Kant mengatakan bahwa moralitas
muncul dan hanya muncul dari kebebasan, namun perlu adanya determinasi juga. Bagi Kant,
tunduk bahkan kepada kehendak tuhan adalah heteronomy.

Anda mungkin juga menyukai