Saudara/I Diskusikan Tentang Kelemahan Dan Kelebihan Dari Aliran Sociological Jurisprudence, Serta Berikan Contoh Dari Dari Perbedaan Sociological jurisprudence menggunakan pendekatan hukum ke masyarakat, sedangkan sosiologi hukum memilih pendekatan dari masyarakat ke hokum, diskusikan juga tentang perbedaaan dasar pandangan dari Friedmann dan Ehrlich? Aturan Komentar sebagai Berikut: 1. Sebutkan Referesi Buku yang saudara Baca serta menyebutkan halaman 2. Mahasiswa/I wajib memberikan pendapat/komentar minimal 2 3. Dilarang melakukan Copy Paste.
Aliran Sociological jurisprudence adalah aliran
Hukum yang menilai bahwa hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) madzhab sejarah.
Sebelumnya kita sudah memepelajari sebagaimana
diketahui, positivisme dalam hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a command of lawgiver), sebaliknya madzhab sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat. Aliran pertama mementingkan akal, sementara aliran yang kedua lebih mementingkan pengalaman, dan sociological jurisprudence menganggap keduanya sama pentingnya.
Aliran sociological jurisprudence muncul di Benua
Eropa yang dipelopori ahli Hukum asal Austria bernama Eugen Ehrlich (1826-1922), dan berkembang di Amerika dengan pelopor Roscoe Pound.
Istilah sociological dalam menamai aliran ini,
menurut Paton kurang tepat dan dapat menimbulkan kekacauan. Ia lebih senang menggunakan istilah “metode fungsional”. Oleh karena itu, ada pula yang menyebut sociological jurisprudence ini dengan Functional Anthropological. Dengan menggunakan istilah “metode fungsional” seperti diungkapkan diatas, Paton ingin menghindari kerancuan antara sociological jurisprudence dan sosiologi hukum (the sociology of law).
Menurut Lily Rasjidi, perbedaan antara sociological
jurisprudence dan sosiologi hukum adalah sebagai berikut:
1. Sociological jurisprudence adalah nama aliran dalam
filsafat hukum, sedangkan sosiologi hukum adalah cabang dari sosiologi 2. Walaupun objek yang dipelajari oleh keduanya adalah tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, namun pendekatannya berbeda. 3. Sociological jurisprudence menggunakan pendekatan hukum ke masyarkat, sedangkan sosiologi hukum memilih pendekatan dari masyarakat ke hukum.
Roscoe Pound menyatakan perbedaannya adalah bahwa
sociological jurisprudence merupakan teori Hukum yang mempelajari pengaruh Hukum di masyarakat dengan pendekatan dari Hukum ke masyarakat, sedangkan sosiologi Hukum merupakan cabang sosiologi dengan titik tolak pendekatannya dari masyarakat ke Hukum.
Jika titiktolak yang digunakan adalah ilmu huk
um, maka yang digunakan sebagai alat menganalisis adalah ilmu hukum sosiologis (sociological jurisprudence), dan sosiologi menjadi ilmu-bantu. Hukum di sini diartikan sebagai kaidah. Tetapi jika titik- tolak yang digunakan adalah sosiologi, maka digunakanlah sosiologi hukum (sociology of law), dan ilmu hukum menjadi ilmu bantu. Hukum diartikan sebagai sikap- tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur. Tokoh-tokoh aliran sociological jurisprudence antara lain adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.
1.Eugen Ehrlich (1862-1922)
Eugen Ehrlich dapat dianggap sebagai pelopor aliran
sociological jurisprudence, khususnya di Eropa. Ia adalah seorang ahli hukum dari Austria yang meninjau hukum dari sudut sosiologi. Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Di sini jelas bahwa Ehrlich berbeda pendapat dengan penganut positivism hukum.
Menurut Friedmann, Ehrlich ingin membuktikan kebenaran
teorinya, bahwa titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada masyarakat itu sendiri. Dengan demikian sumber dan bentuk hukum yang utama adalah kebiasaan. Tetapi sayangnya, pada akhirnya justru meragukan posisi kebiasaan ini sebagai sumber dan bentuk hukum pada masyarakat modern. Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan-kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin efektif, olehkarena keterlibatan dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara. Sampai disini terlihat bahwa pendapat Ehrlich mirip dengan Von Savigny. Hanya saja, Ehrlich lebih senang menggunakan istilah kenyataan social dari pada istilah Volkgeist sebagaimana yang digunakan Savigny.
Friedmann membentangkan tiga kelemahan utama pemikiran
Ehrlich karena keinginannya meremehkan fungsi Negara dalam pembentukan undang-undang:
1. Kurang jelas tentang criteria pembeda antara norma
hukum dengan norma social yang lain 2. Meragukan posisi kebiasaan, pada masyarakat modern sebagai sumber hukum dan sebagai suatu bentuk Hukum yang tergantikan oleh undang-undang. 3. Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mempengaruhi kebiasaan masyarakat. 2.Roscoe Pound (1870-1964)
Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat
untuk memperbarui (merekayasa) masyarakat (law is a tool of social engineering). Untuk dapat memenuhi peranannya sebagai alat tersebut, kepentingan- kepentingan yang harus dilindungi hukum sebagai berikut:
a Kepentingan umum (public interest)
1. Kepentingan Negara sebagai badan hukum 2. Kepentingan Negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat b Kepentingan masyarakat 1. Kepentingan kedamaian dan ketertiban 2. Perlindungan lembaga-lembaga sosial 3. Pencegahan kemerosotan akhlak 4. Pencegahan pelanggaran hak 5. Kesejahteraan sosial c Kepentingan pribadi (private interest) 1. Kepentingan individu 2. Kepentingan keluarga 3. Kepentingan hak milik
Dengan demikian Roscoe Pound berpendapat bahwa Hukum
harus dilihat sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan social, sehingga Hukum sebagai suatu proses (law in action).
Aliran yang dianut Pound berangkat dari pemikiran
tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat. Di Indonesia, konsep Pound ini dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja .