Anda di halaman 1dari 4

MATERI PERTEMUAN 9

FILSAFAT HUKUM
KULIAH ONLINE LEARNING/E-LEARNING
SUB BAHASAN : ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
DOSEN : DADANG SUMARNA, SH.,MH

Assallamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera


Untuk Kita Semua, Salam Kebajikan.

Semoga Kita Semua Diberikan Kemudahan Dan Kesehatan Dalam


Menjalankan Aktifitas Sehari-Hari

Silahkan Saudara/I Baca Materi Dibawah,selanjutnya


Saudara/I Diskusikan Tentang Kelemahan Dan Kelebihan Dari
Aliran Sociological Jurisprudence, Serta Berikan Contoh
Dari Dari Perbedaan Sociological jurisprudence
menggunakan pendekatan hukum ke masyarakat, sedangkan
sosiologi hukum memilih pendekatan dari masyarakat ke
hokum, diskusikan juga tentang perbedaaan dasar pandangan
dari Friedmann dan Ehrlich?
Aturan Komentar sebagai Berikut:
1. Sebutkan Referesi Buku yang saudara Baca serta
menyebutkan halaman
2. Mahasiswa/I wajib memberikan pendapat/komentar
minimal 2
3. Dilarang melakukan Copy Paste.

Aliran Sociological jurisprudence adalah aliran


Hukum yang menilai bahwa hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat. Aliran
ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the
positive law) dan hukum yang hidup (the living law).
Aliran ini timbul dari proses dialektika antara (tesis)
positivisme hukum dan (antitesis) madzhab sejarah.

Sebelumnya kita sudah memepelajari sebagaimana


diketahui, positivisme dalam hukum memandang tiada hukum
kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a
command of lawgiver), sebaliknya madzhab sejarah
menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan
masyarakat. Aliran pertama mementingkan akal, sementara
aliran yang kedua lebih mementingkan pengalaman, dan
sociological jurisprudence menganggap keduanya sama
pentingnya.

Aliran sociological jurisprudence muncul di Benua


Eropa yang dipelopori ahli Hukum asal Austria bernama
Eugen Ehrlich (1826-1922), dan berkembang di Amerika
dengan pelopor Roscoe Pound.

Istilah sociological dalam menamai aliran ini,


menurut Paton kurang tepat dan dapat menimbulkan
kekacauan. Ia lebih senang menggunakan istilah “metode
fungsional”. Oleh karena itu, ada pula yang menyebut
sociological jurisprudence ini dengan Functional
Anthropological. Dengan menggunakan istilah “metode
fungsional” seperti diungkapkan diatas, Paton ingin
menghindari kerancuan antara sociological jurisprudence
dan sosiologi hukum (the sociology of law).

Menurut Lily Rasjidi, perbedaan antara sociological


jurisprudence dan sosiologi hukum adalah sebagai berikut:

1. Sociological jurisprudence adalah nama aliran dalam


filsafat hukum, sedangkan sosiologi hukum adalah
cabang dari sosiologi
2. Walaupun objek yang dipelajari oleh keduanya adalah
tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat, namun pendekatannya berbeda.
3. Sociological jurisprudence menggunakan pendekatan
hukum ke masyarkat, sedangkan sosiologi hukum
memilih pendekatan dari masyarakat ke hukum.

Roscoe Pound menyatakan perbedaannya adalah bahwa


sociological jurisprudence merupakan teori Hukum yang
mempelajari pengaruh Hukum di masyarakat dengan
pendekatan dari Hukum ke masyarakat, sedangkan sosiologi
Hukum merupakan cabang sosiologi dengan titik tolak
pendekatannya dari masyarakat ke Hukum.

Jika titiktolak yang digunakan adalah ilmu huk


um, maka yang digunakan sebagai alat menganalisis
adalah ilmu hukum sosiologis (sociological
jurisprudence), dan sosiologi menjadi ilmu-bantu. Hukum
di sini diartikan sebagai kaidah. Tetapi jika titik-
tolak yang digunakan adalah sosiologi, maka digunakanlah
sosiologi hukum (sociology of law), dan ilmu hukum
menjadi ilmu bantu. Hukum diartikan sebagai sikap-
tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur.
Tokoh-tokoh aliran sociological jurisprudence antara
lain adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.

1.Eugen Ehrlich (1862-1922)

Eugen Ehrlich dapat dianggap sebagai pelopor aliran


sociological jurisprudence, khususnya di Eropa. Ia
adalah seorang ahli hukum dari Austria yang meninjau
hukum dari sudut sosiologi. Ehrlich melihat ada
perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat. Di sini jelas bahwa
Ehrlich berbeda pendapat dengan penganut positivism
hukum.

Menurut Friedmann, Ehrlich ingin membuktikan kebenaran


teorinya, bahwa titik pusat perkembangan hukum tidak
terletak pada undang-undang, putusan hakim, atau ilmu
hukum, tetapi pada masyarakat itu sendiri. Dengan
demikian sumber dan bentuk hukum yang utama adalah
kebiasaan. Tetapi sayangnya, pada akhirnya justru
meragukan posisi kebiasaan ini sebagai sumber dan
bentuk hukum pada masyarakat modern. Ehrlich
beranggapan bahwa hukum tunduk pada kekuatan-kekuatan
sosial tertentu. Hukum sendiri tidak akan mungkin
efektif, olehkarena keterlibatan dalam masyarakat
didasarkan pada pengakuan sosial terhadap hukum, dan
bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.
Sampai disini terlihat bahwa pendapat Ehrlich mirip
dengan Von Savigny. Hanya saja, Ehrlich lebih senang
menggunakan istilah kenyataan social dari pada istilah
Volkgeist sebagaimana yang digunakan Savigny.

Friedmann membentangkan tiga kelemahan utama pemikiran


Ehrlich karena keinginannya meremehkan fungsi Negara
dalam pembentukan undang-undang:

1. Kurang jelas tentang criteria pembeda antara norma


hukum dengan norma social yang lain
2. Meragukan posisi kebiasaan, pada masyarakat modern
sebagai sumber hukum dan sebagai suatu bentuk Hukum
yang tergantikan oleh undang-undang.
3. Undang-undang yang dikeluarkan pemerintah
mempengaruhi kebiasaan masyarakat.
2.Roscoe Pound (1870-1964)

Pound terkenal dengan teorinya bahwa hukum adalah alat


untuk memperbarui (merekayasa) masyarakat (law is a
tool of social engineering). Untuk dapat memenuhi
peranannya sebagai alat tersebut, kepentingan-
kepentingan yang harus dilindungi hukum sebagai
berikut:

a Kepentingan umum (public interest)


1. Kepentingan Negara sebagai badan hukum
2. Kepentingan Negara sebagai penjaga kepentingan
masyarakat
b Kepentingan masyarakat
1. Kepentingan kedamaian dan ketertiban
2. Perlindungan lembaga-lembaga sosial
3. Pencegahan kemerosotan akhlak
4. Pencegahan pelanggaran hak
5. Kesejahteraan sosial
c Kepentingan pribadi (private interest)
1. Kepentingan individu
2. Kepentingan keluarga
3. Kepentingan hak milik

Dengan demikian Roscoe Pound berpendapat bahwa Hukum


harus dilihat sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan social, sehingga Hukum
sebagai suatu proses (law in action).

Aliran yang dianut Pound berangkat dari pemikiran


tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat. Di Indonesia, konsep Pound ini dikembangkan
oleh Mochtar Kusumaatmadja .

Anda mungkin juga menyukai