Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

FILSAFAT ILMU

DOSEN PENGAMPU : Dr. HARI PURWADI, S.H., M.H.

Oleh:

MUHAMMAD SYAHRIAL FERDIANSYAH

NIM. 1321700005

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2017
Studi hukum dalam perspektif ilmu sosial merupakan sebuah ikhtiar

melakukan konstuksi hukum yang didasarkan pada fenomena sosial yang ada.

Prilaku masyarakat yang dikaji adalah prilaku yang timbul akibat berinteraksi

dengan sistem norma yang ada. Interaksi itu muncul sebagai bentuk reaksi

masyarakat atas diterapkannya sebuah ketentuan perundang-undangan positif dan

bisa pula dilihat prilaku masyarakat sebagai bentuk aksi dalam memengaruhi

pembentukan sebuah ketentuan hukum positif. Contoh yang dapat digambarkan

dalam model studi hukum dalam perspektif sosial adalah misalnya studi tentang

hukum pertanahan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Kita bisa

mulai dari aturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur masalah

pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Apakah ada ketidaksesuaian antara

peraturan perundangan dengan kondisi masyarakat, sehingga menimbulkan

konflik ketika pemrintah melakuakan pembebasan tanah dan seterusnya.

Dengan demikian, kajian sosiologi hukum adalah suatu kajian yang

objeknya fenomena hukum, tetapi menggunakan optik ilmu sosial dan teori-teori

sosiologis, sehingga sering disalahtafsirkan bukan hanya oleh kalangan non

hukum, tetapi juga dari kalangan hukum sendiri. Yang pasti Kajian yang

digunakan dalam kajian sosiologi hukum berbeda dengan Kajian yang digunakan

oleh Ilmu Hukum seperti Ilmu Hukum Pidana, Ilmu Hukum Perdata, Ilmu Hukum

Acara, dan seterusnya. Persamaannya hanyalah bahwa baik Ilmu Hukum maupun

Sosiologi Hukum, obyeknya adalah hukum. Jadi meskipun obyeknya sama yaitu

hukum, namun karena “kacamata” yang digunakan dalam memandang obyeknya

itu berbeda, maka berbeda pulalah penglihatan terhadap obyek tadi. Yang
mengenakan kaca mata hitam akan melihat obyeknya sebagai sesuatu yang hitam,

sebaliknya yang memakai kacamata abu-abu akan melihat obyeknya abu-abu.

Disadari bahwa hukum merupakan salah satu dari pranata-pranata yang

bersifat sentral bagi sifat sosial manusia dan yang tanpa pranata-pranata itu, maka

manusia akan menjadi suatu makhluk yang sangat berbeda. Banyak bidang

pemikiran dan tindakan, yang di dalamnya hukum, ditelaah dan terus memainkan

peran besar dalam kegiatan manusia. Pemikiran tentang hukum telah berkembang

sepanjang sejarah umat manusia. Para filosof mulai dari Plato hingga Marx telah

menegaskan betapa hukum adalah sesuatu yang buruk, yang menjadikan umat

manusia akan melakukan dengan baik untuk mengendarai cirinya sendiri. Namun

demikian, terhadap semua keraguan filosofis tersebut, pengalaman telah

membuktikan bahwa hukum merupakan salah satu dari kekuatan-kekuatan besar

yang menciptakan peradaban dalam masyarakat manusia, di mana perkembangan

peradaban umumnya telah dikaitkan dengan perkembangan gradual suatu sistem

aturan-aturan hukum, bersama-sama dengan mekanisme untuk penegakannya

yang teratur dan efektif.

Namun demikian, seperti yang pernah dikemukakan oleh Prof. Dennis

Lloyd (1982), ketentuan hukum tidak berada dalam suatu ruang kosong, tetapi

ditemukan berdampingan dengan aturan-aturan moral dengan kompleksitas atau

kurang-lebih yang berwujud kepastian. Di lain pihak, hukum juga merupakan

salah satu “gejala sosial” , yang diterapkan di dalam masyarakat yang berbeda-

beda satu sama lain. Olehnya, kitapun tak dapat menafikan wujud hukum sebagai

“realitas sosial”.
Dalam perkembangannya, paling tidak ada tiga jenis kajian yang dapat

digunakan dalam mempelajari ilmu hukum, yaitu : (a) Kajian normatif, yang

memandang hukum hanya dalam wujudnyasebagai aturan dan norma; (b) Kajian

filosofis, yang memandang hukum sebagai pemikiran, dan (c) Kajian sosiologis,

yang memandang hukum sebagai perilaku.

Perkembangan kajian sosiologis di dalam kajian hukum itu, menimbulkan

adanya dua jenis Kajian sosiologis : (a) yang menggunakan sociology of law , dan

yang (b) menggunakan sociological jurisprudence . “Sociology of law”

diperkenalkan oleh seorang Italia, Anzilotti, olehnya itu berkonotasi Eropa

Daratan, sedangkan “Sociological Jurisprudence” diperkenalkan oleh Prof.

Roscoe Pound, guru besar Harvard Law School di Amerika Serikat, olehnya itu

berkonotasi Anglo Saxon.Sementara itu, “Sociology of law” adalah sosiologi

tentang hukum, karena itu ia lebih merupakan cabang sosiologi. Sedangkan

“sociological jurisprudence” adalah Ilmu Hukum Sosiologis, karena itu

merupakan cabang ilmu hukum.Lebih jelasnya perbedaan antara “sociology of

law” dan “sociological jurisprudence” (Curzon 1979: 137) :

Sociological jurisprudence. Pound refers to this as a study of the peculiar

characteristics of the legal order, i.e. an aspect of jurisprudence proper. Lloyd

writes of it as a branch of normative sciences, having the law more effective in

action, and based on subjective values. Some other writters use the term to refer to

the Sociological School of jurisprudence, that is, those jurists who see in a study

of society a means whereby the science of law might be made more precice.

Sociology of law. Pound refers to this study as “sociology proper”, based on

a concept of law as one of the means of sosial control. Lloyd writes of it as


essentially a descriptive science employing empirical techniques. It is concerned

with an examination of why the law sets about its tasks in the way it odes. It views

law as the product of a sosial system and as a means of controlling and changing

that system.Note: The term “legal sociology” has been used in some texts to refer

to a specific study of situations in which the rules of law operate, and of behavior

resulting from the operations of those rules.

Meskipun di antara “sociology of law” dan “sociological jurispridence” ada

perbedaan, tetapi keduanya memiliki persamaan mendasar yaitu berkisar di dunia

“sein”, di dalam realitas. Keduanya berada di dunia “is” (realm of “is”) yang

adalah : “refers to a complez of actual determinants of actual human conduct”.

Jadi berbeda dengan pandangan kaum positivistis yang berada di dunia”sollen”

(“ought”).

Kajian sosiologis terhadap hukum menunjukkan karakter pandangan empiris.

Mereka ingin melakukan pemahaman secara sosiologis terhadap fenomna hukum.

Jadi, “interpretative understanding of sosial conduct” ( suatu usaha untuk

memahami objeknya dari segi tingkah laku sosial), meliputi : “ causes, its course,

and its effects”. Fenomena hukum dari sudut pandangan aliran sosiologis ini

adalah gejala-gejala yang mengandung streotip baik yang tertulis maupun yang

tidak tertulis.

Anda mungkin juga menyukai